Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester III

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Dosen Pembimbing
Cucu Santikawati, SST

Disusun oleh:
Fitri Rahmawati
Ranti Puspita

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


PRODI D III KEBIDANAN
PSDKU SUBANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat serta berkat-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester III” dalam rangka untuk memenuhi
tugas mata kuliah Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal I.

Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi kami.

Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami
mengucapkan banyak terima kasih.

Subang, Maret 2020

                                                                                                     

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1

C. Tujuan.................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hipertensi Esensial................................................................................................ 2

B. Hipertensi Karena Kehamilan............................................................................... 3

C. Pre Eklamsia.......................................................................................................... 4

D. Eklamsia................................................................................................................ 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................... 8

B. Saran...................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan

berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan, tekanan darah mencapai nilai

140/90 mmhg atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmhg dan tekanan diastolik 15 mmhg di

atas nilai normal (Junaidi, 2010). Preeklampsia pada kehamilan adalah kelainan

malfungsi endotel pembuluh darah atau vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi

vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan

perfusi organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema,

dan dijumpai proteinuria 300 mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai

sangat fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011). World Health

Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2005 terdapat wanita hamil di seluruh dunia

meninggal akibat hipertensi pada saat persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) di

Subsahara Afrika 270/ kelahiran hidup, di Asia Selatan 188/ kelahiran hidup.

B. Rumusan Masalah

1. Dapat mengetehui Penyebab Hipertensi Dalam Kehamilan?


2. Bagaimana yang dimasud Penyakit Ginjal Hipertensif?
3. Bagaimana yang dimaksud Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan?
C. Tujuan

Selesai melakukan penulisan makalah ini, mahasiswa berharap mendapatkan

gambaran umum dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan manajemen

kebidanan pada klien dengan kehamilan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.      Hipertensi Esensial

Keadaan esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah dimana

biasanyatidak ada penyebab yang nyata. Kadang – kadang keadaan ini dihubungkan

dengan penyakit ginjal, penyempitan aorta, dan keadaan ini lebih sering muncul pada

saat kehamilan.

Wanita hamil dikatakan menderita hipertensi esensial jika tekanan darah pada

awal kehamilannya mencapai 140/ 90 mmHg. Yang membedakannya dengan

preeclampsia yaitu faktor – faktor hpertensi esensial muncul pada awal kehamilan, jauh

sebelum terjadi preeklamsi, serta tidak terjadi oedema dan proteinuria. Selama trimester

ii kehamilan, tekanan darah turun dibawah batas normal, selanjutnya meningkat lagi

sampai ke nilai awal atau kadang – kadang lebih tinggi.

 Penatalaksanaan

Wanita dengan hipertensi esensial harus mendapat pengawasan yang ketat dan

harus dikonsultasikan pada dokter untuk proses persalinannya. Selama tekanan darah

ibu tidak meningkat sampai 150/ 90 mmHg berarti pertanda baik. Dia dapat hamil dan

bersalin normal tetapi saat hamil dianjurkan untuk lebih banyak istirahat dan

menghindari peningkatan berat badan terlalu banyak. Kesejahteraan janin dipantau ketat

untuk mendeteksi adanya retardasi pertumbuhan. Kehamilan tidak dibolehkan melewati

aterm karena kehamilan postterm meningkatkan resiko terjadinya insufisiensi plasenta

janin. Jika perlu dapat dilakukan induksi apabila tekanan darah maningkat atau terdapat

tanda – tanda Intra Uterine Growth Retardation (IUGR).

Merupakan pertanda kurang baik jika tekanan darah sangat tinggi. Jika ditemukan

tekanan darah 160/ 100 mmHg, harus dirawat dokter di rumah sakit. Obat – obat

2
antihipertensi dan sedatif boleh diberikan untuk mengontrol tekanan darah. Anamnesa

juga diperlukan untuk mengeluarkan ibu dari preekalmsia.

Keadaan ibu mungkin berkembang menjadi preeklamsia atau mengalami abrupsio

plasenta dan kadang – kadang gagal ginjal merupakan komplikasi. Jika tekanan darah

sangat tinggi, 200/ 120 mmHg atau lebih, mungkin terjadi perdarahan otak atau gagal

jantung.

Janin juga beresiko, karena kurangnya sirkulasi plasenta, yang dapat

menyebabkan kejadian Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan hipoksia. Jika

tekanan darah tidak dapat dikendalikan atau terdapat tanda – tanda IUGR atau hipoksia,

dokter dapat menghindari resiko yang serius dengan mempercepat persalinan. Hal ini

dapat dilakukan dengan menginduksi persalinan, atau jika keadaan berbahaya atau lebih

akut, atau meningkat pada awal persalinan, persalinan dapat dilakukan dengan cara

section caesarea.

B.      Hipertensi Karena Kehamilan

Hipertensi karena kehamilan adalah hipertensi yang timbul atau diperberat

karena kehamilan. Hipertensi ini lebih mungkin terjadi pada ibu yang:

a. Terpapar vili khorialis untuk pertama kalinya

b. Terpapar vili khorilais yang terdapat jumlah yang banyak seperti kehamilan kembar

atau molahidatidosa.

c. Mempunyai riwayat penyakit vaskuler.

d. Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi kehamilan.

Kemungkinan bahwa mekanisme imunologis disamping endokrin dan genetik

turut terlibat dalam proses terjadinya preeklamsia dan masih menjadi masalah yang

mengundang perhatian. Resiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada keadaan

3
dimana pembentukan antibody penghambat terhadap tempat – tempat yang bersifat

antigen pada plasenta terganggu.

Preeklapmsia mungkin lebih sering terdapat pada wanita dari keluarga dengan

ekonomi sulit, namun bisa juga terjadi pada wanita dengan ekonomi yang menengah

keatas. Bahkan pengamatan menyebutkan bahwa makanan yang kekurangan

mengandung protein sebagai penyebab penurunan insiden eklampsia. Kehamilan juga

menyebabkan wanita hamil kekurangan nutrisi. Seharusnya preeklampsia ditemukan

pada multipara dari pada nulipara, tetapi pada kenyataanya sama – sama dapat terjadi

preeclampsia.

C.      Preeklampsia Ringan

Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan

menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan

aktivasi endotel.

 Diagnosis

Diagnosis preeklampsia ringan ditegakan berdasarkan atas timbulnya hipertensi

disertai proteinuria dan/ edema setelah kehamilan 20 minggu.

a. Hipertensi: sistolik/ diastolik ≥ 140/ 90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan

kenaikan diastolik ≥15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai criteria preeclampsia.

b. Proteinuria: ≥300 mg/ 24 jam atau ≥ 1+ dipstick.

c. Edema: edema lokal tidak dimasukan kedalam criteria preeclampsia, kecuali edema

pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.

 Penatalaksanaan

a.    Rawat jalan

· Istirahat baring (tidur miring)

· Diet: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam.

4
· Beri obat sedative ringan (jika tidak istirahat): tablet fenobarbital 3x30 mg per

oral selama dua hari.

· Roboransia.

· Kunjungan ulang tiap 1 minggu.

b.    Jika rawat inap

Pada kehamilan preterm (kurang dari 37 minggu)

1) Jika tekanan darah mencapai normotensif selama perawatan persalinan

ditunggu sampai aterm.

2) Bila tekanan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama

perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada kehamilan lebih dari 37

minggu.

Pada kehamilan aterm: persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan

untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.

D.      Eklampsia

Eklampsia merupakan kasus akut pasa penderita preeclampsia, yang disertai

dengan kejang menyeluruh dan koma. Eklapmsia post partum umumnya hanya terjadi

dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.

 Gejala Dan Tanda

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsi

dnegan gejala – gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual,

nyeri epigastrium, dan hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak segera diobati, akan

timbul kejang konvulsi eklampsia yang dibagi menjadi 4 tingkat yaitu:

a. Tahap premonitory

5
Keadaan ini berlangsung kira – kira 30 manit. Mata penderita terbuka tanpa melihat,

kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan kepala diputar ke kanan dank e

kiri.

b. Tahap tonik

Berlangsung lebih 30 menit, dalam tingkat iniseluruh otot menjadi kaku, wajahnya

kelihatan kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan

berhenti, muka menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.

c. Tahap klonik

Berlangsung 1-2 menit, spasmus tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan

berulang – ulang dalam tempo yang cepat, mulut membuka dan menutup lidah dapat

tergigit lagi, bola mata menonjol, dari mulut keluat ludah yang berbusa akan

menunjukan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejadian kronik ini

sedemikian hebatnya, sehingga pederita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya

kejang terhenti dan penderta menarik nafas secara mendengkur.

d. Tahap comatose

Wanita dapat tidak sadar dan mungkin nafasnya berbunyi. Sianosis memudar, tapi

wajahnya tetap bengkak. Kadang – kadang sadar dalam beberapa menit atau koma

untuk beberapa jam.

 Penatalaksanaan

a.    Penanganan kejang

· Beri antikonvulsan.

· Beri oksigen 4-6 liter/ menit.

· Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras.

· Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.

· Setelah kejang selesai, aspirasi mulut dan tenggorokan bila perlu.

6
b.    Penanganan umum

· Bila tekanan diastolic lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi

sampai tekanan diastolik 90-100 mmHg.

· Pasang infus dengan jarum besar.

· Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan.

· Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria.

· Jangan tinggalakan pasien sendirian.

· Observasi tanda – tanda vital, reflex, dan denyut jantung janin setiap jam.

· Auskultasi paru untuk mencari tanda – tanda edema paru.

· Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretik misalnya furosemid 40

mg IV sekali saja jika ada edema paru.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi dalam kehamilan, toksemia gravidarum, hipertensi gravidarum,


hipertensi pada kehamilan, hipertensi pada ibu hamil, penyebab hipertensi dalam
kehamilan, proteinuria, askeb hipertensi dalam kehamilan, kehamilan dengan hipertensi,
patofisiologi  hipertensi dalam kehamilan, asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
hipertensi, hipertensikarena kehamilan, contoh kasus hipertensi pada ibu hamil, factor
resiko hipertensi pada kehamilan, makalah tentang hipertensi dalam kehamilan, contoh
kasus hipertensi pada kehamilan, makalah kehamilan dengan hipertensi, hipertensi dalam
kehamian, makalah tentang hipertensi tanpa poteinuria, makalah askeb hipertensi pada
kehamilan.
B. Saran
Sebaiknya ibu hamil rajin memeriksakan kehamilannya untuk mendeteksi dini
jika terjadi komplikasi pada kehamilannya, sehingga keselamatannya dan janinnya tidak
terancam.

8
DAFTAR PUSTAKA
Irmawati, 2016, Tanya Jawab Lengkap Kehamilan Bermasalah, Yogyakarta : Laksana.
Sunarsih, Tri, 2011, Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan, Jakarta : Penerbit Salemba
Medika.
Yanti , 2011, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta : Pustaka Rihana.

Anda mungkin juga menyukai