ASUHAN KEPERAWATAN
A. Tinjauan Kasus
1. Biodata klien.
2. Keluhan utama
Kejang,
Ada menderita demam, flu dan batuk.Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya.
Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran
menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya?Seperti Kejang (pada saat kejang mata
melirik ke atas, kejang pada seluruh badan, setelah kejang klien sadar dan menangis pada
saat kejang keluar buih lewat mulut).
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam
mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau
lainnya ? Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau
penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit
panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan
obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar,
spontan atau dengan tindakan ( forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-
lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan
kejang-kejang.
6. Status imunisasi
7. Status nutrisi
8. Riwayat perkembangan
9. Data Psikososial
Ibu mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan berharap agar anaknya
bisa cepat sembuh dan pulang berkumpul bersama dengan keluarga serta kakak klien. Ibu
dan nenek klien selalu menunggui klien dan hanya pada hari minggu ayah dan kakak klien
datang mengunjungi klien, karean harus bekerja dan sekolah.
10. Riwayat Sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh
mengasuh anak ? Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?
B. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat ;
Riwayat endokarditis, abses otak, TD meningkat, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia
pada fase akut
3. Makanan / cairan :
4. Higiene :
5. Neurosensori ;
6. Nyeri / kenyamanan :
Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan,
gelisah, mengaduh/mengeluh.
7. Pernafasan :
Riwayat infeksi sinus atau paru, pernapasan cepat / meningkat, letargi dan gelisah.
8. Keamanan :
Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi lumbal,
pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak,
chiken pox, herpes simpleks. Demam, menggigil, rash, gangguan sensasi.
9. Penyuluhan / pembelajaran :
C. Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Kesadaran meningkat
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial
yang meningkat
Intervensi
a. Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal. Rasional; Perubahan pada
tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
d. Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada hipertensi
sistolik. Rasional;hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko
dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadar, nausea yang menurunkan intake per oral
e. Bantu pasien untuk membatasi gerak atau berbalik di tempat tidur.Berikan cairan perinfus
dengan perhatian ketat. Rasional; Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan
intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat
melindungi diri dari efek valsava.
g. Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika. Rasional; Adanya
kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya iskhemik serebral. Terapi yang diberikan dapat menurunkan
permeabilitas kapiler. Menurunkan edema serebri. Menurunka metabolik sel / konsumsi dan
kejang.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran,
akumulasi sekret.
Tujuan
Kriteria Hasil
Ronchi (-/-)
Mengi (-/-)
Intervensi
a. Kaji ulang fungsi paru, adanya nafas tambahan, perubahan irama dan kedalaman,
penggunaan otot-otot tambahan. Perhatikan warna dan kekentalan sputum. Rasional;
Memantau dan mengaatsi komplikasi potensial. Pengkajian fungsi pernafasan dengan
interval yang teratur adalah penting karena pernafasan yang tidak efektif dan adanya
kegagalan, akibat adanya kelamahan atau paralisis pada otot-otot interkostal dan diafragma
berkembang dengan cepat.
b. Ajarkan cara batuk efektif. Rasional; Klien berada pada risiko tinggi apabila tidak dapat
melakukan batuk efektif untuk membersihkan jalan nafas dan mengalami kesulitan menelan,
sehingga menyebabkan aspirasi saliva dan mencetuskan gagal nafas akut.
c. Lakukan fisioterapi dada; vibrasi dada. Rasional; Terapi fisik dada membantu meningkatkan
batuk lebih efektif
d. Penuhi hidrasi cairan via oral seperti minum air putih dan pertahankan asupan cairan 2.500
ml/hari. Rasional; Pemenuhan cairan dapat mengencerkan mukus yang kental dan dapat
membantu pemenuhan cairan yang banyak keluar dari tubuh.
Kriteria Hasil
Intervensi
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi paru. Rasional; Kecepatan biasaya
meningkat. Dispenia dan terjadi peningkatan kerja napas.
b. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas tambahan. Rasional; Bunyi napas
menurun/tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap perdarahan.
c. Tinggikan posisi kepala tempat tidur klien, posisi miring sesuai indikasi. Rasional; Untuk
memudahkan ekspansi paru/ventilasi paru dan menurunkan adanya lidah jatuh pada jalan
napas.
a. Anjurkan klien untuk melakukan napas dalam yang efektif jika pasien sadar. Rasional;
Mencegah/menurunkan atelektasis.
Tujuan
Kriteria Hasil
Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg.
Intervensi
a. Kaji ulang nyeri klien (PQRST). Rasional; Memantau dan memberikan gambaran umum
mengenai karakteristik nyeri klien dan indikator dalam melakukn intervensi selanjutnya.
b. Usakan menciptakan lingkungan yang aman dan tenang. Rasional; Menurunkan reaksi
terhadap rangsangan eksternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan klien
untuk beristirahat.
c. Lakukan metode penatalaksanaan nyeri : relaksasi progresif, distraksi, dan nafas dalam.
Rasional; Membantu menurunkan stimulasi sensasi nyeri.
d. Lakukan latihan gerak aktif dan pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati. Rasional;
Membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan nyeri/ rasa tidak nyaman.
Tujuan
Kriteria Hasil
Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg.
Intervensi
a. Kaji ulang suhu tubuh klien. Rasional; Memantau dan memberikan gambaran umum
mengenai karakteristik nyeri klien dan indikator dalam melakukn intervensi selanjutnya.
b. Berikan kompres hangat. Rasional; Mengurangi panas dengan memindahkan panas secara
konduksi. Air hangat dapat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa
menyebabkan hipotermi atau menggigil.
c. Berikan/ anjurkan pasien untuk banyak minum 1.500-2.000 cc/ hari ( sesuai yang
ditoleransi ). Rasional; Mengganti cairan tubuh yag hilang akibat evaporasi.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat.
Rasional; Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan
tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
e. Observasi intake dan output , tanda-tanda vital ( suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah )
setiap 3 jam atau sesuai indikasi. Rasional; Mendeteksi dini kekurangan cairan serta
mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan
untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Tujuan
Kriteria Hasil
g. Kesadaran composmentis
Intervensi
a. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat. Rasional; proses
konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.
c. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll). Rasional; saat demam kebutuhan akan cairan
tubuh meningkat.
d. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam. Rasional; Pemantauan yang teratur
menentukan tindakan yang akan dilakukan.
e. Batasi aktivitas selama anak panas. Rasional; aktivitas dapat meningkatkan metabolisme
dan meningkatkan panas.
f. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis. Rasional; Menurunkan panas pada pusat
hipotalamus dan sebagai propilaksis.
7. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat: mual muntah
Tujuan
Kriteria Hasil
Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg.
Intervensi
c. Pantau TTV. Rasional; Kekurangan volume cairan mungkin dimanifestasikan oleh bradikardi,
karena jantung mencoba untuk mempertahankan curah jantung.
d. Kaji ulang kebutuhan cairan. Buat jadwal 24 jam dan rute yang digunakan.
Rasional; Kebutuhan cairan tergantung pada situasi, cairan dibatasi atau diberikan
terus.Pemberian informasi melibatkan pasien dan pembuat jadwaldengan kesukaan individu
dan meningkatkan rasa terkontrol dan kerja sama dalam program.
e. Pantau kadar elektrolit darah, urea nitrogen darah, urine dan serum, osmolalitas, kreatinin,
hematokrit dan hemoglobin. Rasional; Indikator untuk mengetahui kekurangan volume
cairan.
f. Timbang BB setiap hari. Rasional; Perubahan BB tiba – tiba dicurigai kehilangan volume
cairan.
8. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
Tujuan
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Kriteria Hasil
a. Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya. Rasional; Gambaran
tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat
untuk mencegah terjadinya komplikasi.
b. Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat
suction selalu berada dekat pasien. Rasional; Melindungi pasien bila kejang terjadi.
c. Pertahankan bedrest total selama fase akut. Rasional; Mengurangi resiko jatuh / terluka jika
vertigo, sincope, dan ataksia terjadi.
d. Kolaborasi dalam pemberikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital,
dll. Rasional; Untuk mencegah atau mengurangi kejang. Catatan : Phenobarbital dapat
menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi.
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
a. Kaji ulang kemampuan klien dalam menelan, batuk , dan adanya sekret.Rasional;
Menentukan kemampuan menelan klien dan mencegah risiko aspirasi.
b. Auskultasi bising usus , amati penurunan atau hiperaktivitas usus. Rasional; Fungsi
gastrointestinal bergantung pada kerusakan otak. Bising usus menentukan respon
pemberian makanan atau terjadinya komplikasi misalnya ileus.
c. Timbang berat badan sesuai indikasi. Rasional; Mengevaluasi efektivitas dari asupan
makanan.
d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi yang set\ring, sajikan makanan dalam
keadaan hangat, lingkungan yang tenang. Rasional; Meningkatkan intake nutrisi, klien dapat
berkonsentrasi makan tanpa adanya distraksi dari luar.
e. Kolaborasi: berikan obat antiemetik sesuai indikasi. Rasional; Membantu menurunkan mual.
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
a. Tinjau kemampuan fisik dan kerusakan yang terjadi. Rasional; Mengudentifikasi kerusakan
fungsi dan menentukan pilihn intervensi.
c. Berikan perubahan yang teratur pada klien. Rasional; Perubahan posisi teratur dapat
mendistribusikan berat badan secara menyeluruh dan memfasilitasi peredaran darah serta
mencegah dekubitus.
e. Berikan latihan ROM pasif jika sudah bebas panas dan kejang. Rasional; Mencegah
terjadinya kontraktur atau fotdrop.
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga. Rasional; Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.
b. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang. Rasional; Penjelasan tentang
kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga.
c. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan. Rasional; Agar keluarga
mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan.
d. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang, antara
lain :
o Kepala dimiringkan.
o Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
o Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan
tenang.
o Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum
Rasional; Sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam
mengatasi masalah kesehatan.
e. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas. Rasional;
Mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang.
f. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang
atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
Rasional; Sebagai upaya preventif serangan ulang.
g. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada
petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam. Rasional; Imunisasi
pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam.
D. Implementasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien anak dengan kasus meningitis adalah:
b. Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial
yang meningkat
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran,
akumulasi sekret.
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg, Wajah klien tampak rileks.
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg.
7. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat: mual muntah
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg.
8. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai meningitis di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
3. Berdasarkan penyebabnya, meningitis dibagi menjadi dua, yaitu meningitis purulenta dan
meningitis serosa.
B. SARAN
SUMBER
4. Brunner & Suddarth, 1997, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
5. Indah. P, Elizabeth. 1998. Asuhan Keperawatan Meningitis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
9. Widagdo, Wahyu, dkk. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta, 2008, TIM (Trans Info Media)