Anda di halaman 1dari 16

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A.   Tinjauan Kasus

1.    Biodata klien.

2.    Keluhan utama

Kejang, 

3.    Riwayat penyakit yang menyertaisekarang

Ada menderita demam, flu dan batuk.Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya.
Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran
menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya?Seperti Kejang (pada saat kejang mata
melirik ke atas, kejang pada seluruh badan, setelah kejang klien sadar dan menangis pada
saat kejang keluar buih lewat mulut).

4.    Riwayat penyakit keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam
mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau
lainnya ? Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau
penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.

5.    Riwayat kehamilan dan persalinan

Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit
panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan
obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar,
spontan atau dengan tindakan ( forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-
lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan
kejang-kejang.

6.    Status imunisasi

BCG, DPT, Polio, Tt, Hepatitis, dlln.

7.    Status nutrisi

ASI, Susu Pengganti, BB, PB, LiLa, dlln.

8.    Riwayat perkembangan

Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :


Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Gerakan motorik halus :
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan
lain-lain. Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan. Pada saat ini apakah anak memasuki masa perkembangan? basic trust Vs Mistrust
(dimana rasa percaya anak kepada lingkungan terbentuk karena perlakuan yang ia
rasakan).

9.    Data Psikososial

Ibu mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan berharap agar anaknya
bisa cepat sembuh dan pulang berkumpul bersama dengan keluarga serta kakak klien. Ibu
dan nenek klien selalu menunggui klien dan hanya pada hari minggu ayah dan kakak klien
datang mengunjungi klien, karean harus bekerja dan sekolah.

10. Riwayat Sosial

Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh
mengasuh anak ? Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?

11. Riwayat kesehatan yang lalu

 Apakah pernah menderita penyakit ISPA dan TBC ?Pengkajian penyakit


yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi
predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien mengalami infeksi jalan
napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma
kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya. Riwayat sakit TB
paru perlu ditanyakan pada pasien terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan
pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang sangat berguna untuk
mengidentifikasi meningitis tuberculosa
 Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
 Pernahkah operasi daerah kepala ?
 Penyakit Sebelumnya ?

B.   Pengkajian

1.    Aktivitas / istirahat ;

Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan, hipotonia


2.    Sirkulasi ;

Riwayat endokarditis, abses otak, TD meningkat, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia
pada fase akut

3.    Makanan / cairan :

Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering

4.    Higiene :

Tidak mampu merawat diri.

5.    Neurosensori ;

Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi, “Hiperalgesia”meningkatnya rasa nyeri,


kejang, gangguan penglihatan, diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman,
kehilangan memori, sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, hemiparese,
hemiplegia, tanda”Brudzinski”positif, refleks abdominal menurun, refleks kremasterik hilang
pada laki-laki, refleks babinski posistif.

6.    Nyeri / kenyamanan :

Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan,
gelisah, mengaduh/mengeluh.

7.    Pernafasan :

Riwayat infeksi sinus atau paru, pernapasan cepat / meningkat, letargi dan gelisah.

8.    Keamanan :

Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi lumbal,
pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak,
chiken pox, herpes simpleks. Demam, menggigil, rash, gangguan sensasi.

9.    Penyuluhan / pembelajaran :

Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis, diabetes mellitus.

C.   Diagnosa Keperawatan

1.    Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intracranial

Tujuan

  Pasien kembali pada, keadaan status neurologis sebelum sakit


  Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria Hasil

  Tanda-tanda vital dalam batas normal

  Kesadaran meningkat

  Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial
yang meningkat

Intervensi

a.     Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal. Rasional; Perubahan pada
tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak

b.     Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS. Rasional;Dapat mengurangi kerusakan


otak lebih lanjut

c.      Monitor intake dan output. Rasional;Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan


keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan
peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan
suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.

d.     Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada hipertensi
sistolik. Rasional;hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko
dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadar, nausea yang menurunkan intake per oral

e.     Bantu pasien untuk membatasi gerak atau berbalik di tempat tidur.Berikan cairan perinfus
dengan perhatian ketat. Rasional; Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan
intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat
melindungi diri dari efek valsava.

f.       Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen. Rasional:Meminimalkan fluktuasi pada


beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan
edema cerebral.

g.     Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika. Rasional; Adanya
kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya iskhemik serebral. Terapi yang diberikan dapat menurunkan
permeabilitas kapiler. Menurunkan edema serebri. Menurunka metabolik sel / konsumsi dan
kejang.
2.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran,
akumulasi sekret.

Tujuan

Diharapkan jalan nafas kembali efektif.

Kriteria Hasil

  Melaporkan tidak mengalami sesak.

  Frekuensi pernafasan 16-20 x/ menit.

  Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.

  Ronchi (-/-)

  Mengi (-/-)

  Mendemontrasikan cara batuk efektif.

Intervensi

a.    Kaji ulang fungsi paru, adanya nafas tambahan, perubahan irama dan kedalaman,
penggunaan otot-otot tambahan. Perhatikan warna dan kekentalan sputum. Rasional;
Memantau dan mengaatsi komplikasi potensial. Pengkajian fungsi pernafasan dengan
interval yang teratur adalah penting karena pernafasan yang tidak efektif dan adanya
kegagalan, akibat adanya kelamahan atau paralisis pada otot-otot interkostal dan diafragma
berkembang dengan cepat.

b.    Ajarkan cara batuk efektif. Rasional; Klien berada pada risiko tinggi apabila tidak dapat
melakukan batuk efektif untuk membersihkan jalan nafas dan mengalami kesulitan menelan,
sehingga menyebabkan aspirasi saliva dan mencetuskan gagal nafas akut.

c.    Lakukan fisioterapi dada; vibrasi dada. Rasional; Terapi fisik dada membantu meningkatkan
batuk lebih efektif

d.    Penuhi hidrasi cairan via oral seperti minum air putih dan pertahankan asupan cairan 2.500
ml/hari. Rasional; Pemenuhan cairan dapat mengencerkan mukus yang kental dan dapat
membantu pemenuhan cairan yang banyak keluar dari tubuh.

e.    Lakukan penghisapan lendir di jalan nafas. Rasional; Penghisapan mungkin diperlukan


untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas menjadi bersih

3.    Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran,


defresi pusat nafas diotak.
Tujuan

Diharapkan Pola Napas Efektif/teratur

Kriteria Hasil

  Dapat mempertahankan oksigenasi

  Memiliki suara napas normal

Intervensi

a.    Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi paru. Rasional; Kecepatan biasaya
meningkat. Dispenia dan terjadi peningkatan kerja napas.

b.    Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas tambahan. Rasional; Bunyi napas
menurun/tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap perdarahan.

c.    Tinggikan posisi kepala tempat tidur klien, posisi miring sesuai indikasi. Rasional; Untuk
memudahkan ekspansi paru/ventilasi paru dan menurunkan adanya lidah jatuh pada jalan
napas.

a.    Anjurkan klien untuk melakukan napas dalam yang efektif jika pasien sadar. Rasional;
Mencegah/menurunkan atelektasis.

d.    Kolaborasi, dalam pemberian Oksigenasi. Rasional; Memaksimalkan oksigen pada darah


arteri dan membantu pencegahan

4.    Nyeri berhubungan dengan iritasi meningen

Tujuan

Diharapkan keluhan nyeri berkurang

Kriteria Hasil

  Melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 1-3 dari 10 skala nyeri.

  Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg.

  Wajah klien tampak rileks.

Intervensi

a.    Kaji ulang nyeri klien (PQRST). Rasional; Memantau dan memberikan gambaran umum
mengenai karakteristik nyeri klien dan indikator dalam melakukn intervensi selanjutnya.
b.    Usakan menciptakan lingkungan yang aman dan tenang. Rasional; Menurunkan reaksi
terhadap rangsangan eksternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan klien
untuk beristirahat.

c.    Lakukan metode penatalaksanaan nyeri : relaksasi progresif, distraksi, dan nafas dalam.
Rasional; Membantu menurunkan stimulasi sensasi nyeri.

d.    Lakukan latihan gerak aktif dan pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati. Rasional;
Membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan nyeri/ rasa tidak nyaman.

e.    Kolaborasi: berikan analgetik sesuai indikasi. Rasional; Mungkin diperlukan untuk


menurunkan rasa sakit. Catatan: narkotika merupakan kontraindikasi karena berdampak
pada status neurologis sehingga menyulitkan pengkajian.

5.    Hipertermi berhubungan dengan reaksi peradangan.

Tujuan

Diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal.

Kriteria Hasil

  Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg.

  Tidak terdapat kemerahan pada kulit.

Intervensi

a.    Kaji ulang suhu tubuh klien. Rasional; Memantau dan memberikan gambaran umum
mengenai karakteristik nyeri klien dan indikator dalam melakukn intervensi selanjutnya.

b.    Berikan kompres hangat. Rasional; Mengurangi panas dengan memindahkan panas secara
konduksi. Air hangat dapat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa
menyebabkan hipotermi atau menggigil.

c.    Berikan/ anjurkan pasien untuk banyak minum 1.500-2.000 cc/ hari ( sesuai yang
ditoleransi ). Rasional; Mengganti cairan tubuh yag hilang akibat evaporasi.

d.    Anjurkan  pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat.
Rasional; Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan
tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

e.    Observasi intake dan output , tanda-tanda vital ( suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah )
setiap 3 jam atau sesuai indikasi. Rasional; Mendeteksi dini kekurangan cairan serta
mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan
untuk mengetahui keadaan umum pasien.

f.     Kolaborasi: pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai  indikasi.

6.    Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.

Tujuan

  Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi

Kriteria Hasil

a.     Tidak terjadi serangan kejang ulang.

b.     Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)

c.      Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)

d.     100-110 x/menit (anak)

e.     Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)

f.       24 – 28 x/menit (anak)

g.     Kesadaran composmentis

Intervensi

a.    Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat. Rasional; proses
konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.

b.    Berikan kompres dingin. Rasional; perpindahan panas secara konduksi.

c.    Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll). Rasional; saat demam kebutuhan akan cairan
tubuh meningkat.

d.    Observasi kejang  dan tanda vital tiap 4 jam. Rasional; Pemantauan yang teratur
menentukan tindakan yang akan dilakukan.

e.    Batasi aktivitas selama anak panas. Rasional; aktivitas dapat meningkatkan metabolisme
dan meningkatkan panas.

f.     Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis. Rasional; Menurunkan panas pada pusat
hipotalamus dan sebagai propilaksis.

7.    Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat: mual muntah
Tujuan

Diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria Hasil

  Turgor kulit elastis.

  Volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan haluaran.

  Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg.

Intervensi

a.    Pantau pemasukan dan pengeluaran. Hitung keseimbangan cairan. Rasional; Evaluator


langsung status cairan.

b.    Evaluasi turgor kulit, kelembaban membran mukosa. Rasional; Indikator langsung status


cairan / perbaikan ketidakseimbangan.

c.    Pantau TTV. Rasional; Kekurangan volume cairan mungkin dimanifestasikan oleh bradikardi,
karena jantung mencoba untuk mempertahankan curah jantung.

d.    Kaji ulang kebutuhan cairan. Buat jadwal 24 jam dan rute yang digunakan.
Rasional; Kebutuhan cairan tergantung pada situasi, cairan dibatasi atau diberikan
terus.Pemberian informasi melibatkan pasien dan pembuat jadwaldengan kesukaan individu
dan meningkatkan rasa terkontrol dan kerja sama dalam program.

e.    Pantau kadar elektrolit darah, urea nitrogen darah, urine dan serum, osmolalitas, kreatinin,
hematokrit dan hemoglobin. Rasional; Indikator untuk mengetahui kekurangan volume
cairan.

f.     Timbang BB setiap hari. Rasional; Perubahan BB tiba – tiba dicurigai kehilangan volume
cairan.

8.    Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran

Tujuan

Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran

Kriteria Hasil

Klien bebas dari resiko injuri


Intervensi

a.    Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya. Rasional; Gambaran
tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat
untuk mencegah terjadinya komplikasi.

b.    Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat
suction selalu berada dekat pasien. Rasional; Melindungi pasien bila kejang terjadi.

c.    Pertahankan bedrest total selama fase akut. Rasional; Mengurangi resiko jatuh / terluka jika
vertigo, sincope, dan ataksia terjadi.

d.    Kolaborasi dalam pemberikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital,
dll. Rasional; Untuk mencegah atau mengurangi kejang. Catatan : Phenobarbital dapat
menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi.

9.    Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual dan muntah.

Tujuan

Diharapkan  ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi

Kriteria Hasil

  Intake nutisi adekuat.

  Peningkatan berat badan.

  Kadar Hb dan albumin dalam batas normal.

Intervensi

a.    Kaji ulang kemampuan klien dalam menelan, batuk , dan adanya sekret.Rasional;
Menentukan kemampuan menelan klien dan mencegah risiko aspirasi.

b.    Auskultasi bising usus , amati penurunan atau hiperaktivitas usus. Rasional; Fungsi
gastrointestinal bergantung pada kerusakan otak. Bising usus menentukan respon
pemberian makanan atau terjadinya komplikasi misalnya ileus.

c.    Timbang berat badan sesuai indikasi. Rasional; Mengevaluasi efektivitas dari asupan
makanan.

d.    Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi yang set\ring, sajikan makanan dalam
keadaan hangat, lingkungan yang tenang. Rasional; Meningkatkan intake nutrisi, klien dapat
berkonsentrasi makan tanpa adanya distraksi dari luar.
e.    Kolaborasi: berikan obat antiemetik sesuai indikasi. Rasional; Membantu menurunkan mual.

10. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran, kerusakan


neuromuskular, penurunan kekuatan otot.

Tujuan

Diharapkan terjadi peningkatan kemampuan fisik

Kriteria Hasil

  Skala ketergantungan meningkat menjdi bantuan minimal.

  Tidak terjadi kontraktur.

Intervensi

a.    Tinjau kemampuan fisik dan kerusakan yang terjadi. Rasional; Mengudentifikasi kerusakan
fungsi dan menentukan pilihn intervensi.

b.    Kaji tingkat imobilisasi, gunakan skala tingkat ketergantungan. Rasional; Tingkat


ketergantungan minimal , memerlukan bantuan sebagian, dan memerlukan bentuan penuh
atau total karena berisiko pada klien sehingga memerlukan pengawasan yang khusus dari
petugas.

c.    Berikan perubahan yang teratur pada klien. Rasional; Perubahan posisi teratur dapat
mendistribusikan berat badan secara menyeluruh dan memfasilitasi peredaran darah serta
mencegah dekubitus.

d.    Pertahankan kesejajaran tubuh yang adekuat. Rasional; Mempercepat pengembalian funsi


tubuh.

e.    Berikan latihan ROM pasif jika sudah bebas panas dan kejang. Rasional; Mencegah
terjadinya kontraktur atau fotdrop.

11. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi

Tujuan

Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya

Kriteria Hasil

a.    Keluarga tidak sering bertanya tentang  penyakit anaknya.

b.    Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.


c.    Keluarga mentaati setiap proses keperawatan

Intervensi

a.     Kaji tingkat pengetahuan keluarga. Rasional; Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.

b.     Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang. Rasional; Penjelasan tentang
kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga.

c.      Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan. Rasional; Agar keluarga
mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan.

d.     Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang, antara
lain :

o    Jangan panik saat kejang

o    Baringkan anak ditempat rata dan lembut.

o    Kepala dimiringkan.

o    Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.

o    Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan
tenang.

o    Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum

Rasional; Sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam
mengatasi masalah kesehatan.

e.     Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas. Rasional;
Mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang.

f.       Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang
atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
Rasional; Sebagai upaya preventif serangan ulang.

g.     Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada
petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam. Rasional; Imunisasi
pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam.

D.   Implementasi Keperawatan

Implementasi yang akan dilakukan adalah sesuai dengan intervensi keperawatan


E.   Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien anak dengan kasus meningitis adalah:

1.    Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intracranial

a.    Tanda-tanda vital dalam batas normal, Kesadaran meningkat

b.    Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial
yang meningkat

2.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran,
akumulasi sekret.

a.    Melaporkan tidak mengalami sesak, Frekuensi pernafasan 16-20 x/ menit.

b.    Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.

c.    Ronchi (-/-), Mengi (-/-), Mendemontrasikan cara batuk efektif.

3.    Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran,


defresi pusat nafas diotak.

a.    Dapat mempertahankan oksigenasi.

b.    Memiliki suara napas normal

4.    Nyeri berhubungan dengan iritasi meningen

a.    Melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 1-3 dari 10 skala nyeri.

b.    Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg, Wajah klien tampak rileks.

5.    Hipertermi berhubungan dengan reaksi peradangan.

a.    Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg.

b.    Tidak terdapat kemerahan pada kulit.

6.    Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.

a.    Tidak terjadi serangan kejang ulang, Kesadaran composmentis

b.    Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)

c.    Nadi 110 – 120 x/menit (bayi), 100-110 x/menit (anak)


d.    Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi), 24 – 28 x/menit (anak)

7.    Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake tidak adekuat: mual muntah

a.    Turgor kulit elastis.

b.    Volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan haluaran.

c.    Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 °C, nadi : 60-100 x/menit, RR: 16-20
x/menit, TD: 100-120 mmHg.

8.    Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran

a.    Klien bebas dari resiko injuri

9.    Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual dan muntah.

a.    Intake nutisi adekuat, Peningkatan berat badan.

b.    Kadar Hb dan albumin dalam batas normal.

10. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran, kerusakan


neuromuskular, penurunan kekuatan otot.

a.    Skala ketergantungan meningkat menjdi bantuan minimal.

b.    Tidak terjadi kontraktur.

11. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi

a.    Keluarga tidak sering bertanya tentang  penyakit anaknya.

b.    Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.

c.    Keluarga mentaati setiap proses keperawatan

BAB IV

PENUTUP

A.   KESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai meningitis di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1.    Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater).


2.    Meningitis dapat disebabkan oleh dua hal utama yaitu bakteri dan virus. Namun tidak hanya
disebabkan oleh bakteri dan virus, namun ada beberapa factor predisposisi yang juga cukup
berperan dalam terjadinya meningitis seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak
atau sum-sum tulang belakang.

3.    Berdasarkan penyebabnya, meningitis dibagi menjadi dua, yaitu meningitis purulenta dan
meningitis serosa.

B.   SARAN

Dengan terselesaikannya Makalah Asuhan Keperawatan Anak dengan Meningitis ini


diharapkan bagi mahasiswa keperawatan agar lebih bisa mengidentifikasi dan membedakan
gejala meningitis dengan gejala penyakit yang ada pada selaput otak.

SUMBER

1.    Doenges, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta, 1999

2.    Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Penerbit: Media Aesculapius, Jakarta, 1999

3.    Brunner / Suddarth, Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran


EGC, Jakarta, 2000

4.    Brunner & Suddarth, 1997, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.

5.    Indah. P, Elizabeth. 1998. Asuhan Keperawatan Meningitis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama

6.    Smeltzer, Suzanne C dan Bare , Brenda. G.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.


Vol.3. Jakarta :EGC

7.    Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

8.    Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

9.    Widagdo, Wahyu, dkk. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta, 2008, TIM (Trans Info Media)

10. Brough,Hellen,et al.2007.Rujukan Cepat Pediatri dan Kesehatan Anak.Jakarta:EGC.

11. Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Ed.2.Jakarta:EGC


12. Suriadi, Rita Yuliani.2006.Asuhan keperawatan pada Anak Ed.2.Jakarta:Percetakan
Penebar Swadaya

13. Kamus Kesehatan, diposting tanggal 08/2009

14. Belajar Askep. Di posting tanggal 06/2008. Askep Anak Dgn Meningitis. 

15. Kapuk Online. Di posting tanggal 02/2010. Askep Asuhan Keperawatan Meningitis. 

16. Andi Mursyidah. Di posting tanggal 02/02/2011. Asuhan Keperawatan Meningitis. 

17. Soul Friends Blog. Di posting tanggal 21/03/2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan


Meningitis. 

18. Patanursing. Di posting tanggal 20/09/2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak


Dengan Meningitis. 

19. Keperawatans Weblog. Di posting tanggal 13/04/2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Meningitis. http://keperawatangun.wordpress.com/2008/04/13/asuhan-keperawatan-
pada-pasien-dengan-meningitis.

20. Dwy Handayanti. Di posting tanggal 14/2012. Asuhan Keperawatan Meningitis.

21. Tesalonika Merentek. Di posting tanggal 09/2012. Askep Meningitis Pada Anak..

22. Nudenizia. Di posting tanggal 05/2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Meningitis.

23. Hidupku. Di posting tanggal 04/2012. Askep Meningitis.

24. Makalah Askep. Di posting tanggal 11/2011. Askep Meningitis. 

25. Nightingale’s Reincarnation. Di posting tanggal 06/2012. Asuhan Keperawatan Meningitis. 

26. Perawat Hati. Di posting tanggal 05/2012.Askep Anak Meningitis. 

Anda mungkin juga menyukai