Anda di halaman 1dari 14

PUTUNG KEMPAT

NAMA TOKOH :

1. Aprililia Putri Utami sebagai Turuntung Temanai (perhatian, tulus, rajin)


2. Arsel Thoriq sebagai Suluh Duik (anak bungsu, manja, pendiam)
3. Anisa sebagai Putung Kempat (pendendam, pemalu, tritagonis)
4. Deah Yuliati sebagai Belang Pinggang ( cerewet, comel,)
5. Mufizdul sebagai Bui Nasi (tegas, pekerja keras, bertanggung jawab)
6. Syarif Maulana sebagai Melayu Aji (gagah, tegas, manis)
7. Ridwan Apriliyanto sebagai
 Embun Mengulur (ayah, tegas)
 Puyang Gana (baik)
 Aji Kumbang (musuh aji melayu)

Dialog

Dahulu kala, di pedalaman gunung kijau hiduplah seorang ayah yang memiliki
6 orang anak di atas gunung Kujai. Anak-anak tersebut bernama Puyang Gana,
Turuntung Temanai, Belang Pinggang, Bui Nasi, Suluh Duik, Dan Putung
Kempat. Puyang Gana Salah satu dari anak mereka meninggal dunia pada saat
dilahirkan. Pada pagi hari,Embun mengulur bersama anaknya suluh diuk dan
bui nasi pergi ke sawah untuk bercocok tanam.

Suluh duik : ayah oh ayah,apakah gerangan yang kita lakukan setelah ini?

Embun : mungkin memancing saja gimana?kamu mau ?(menunjuk bui nasi)

Bui Nasi : boleh sih,tapikan kakak menyuruh kita untuk pulang

Suluh Duik : benar, ibu akan menyiapkan makanan spesial

Embun mengulur :iya juga,mari kita pulang, jangan sampai kakak menunggu

Bui &Suluh : mari ayah.

*Disaat bersamaan didalam rumah, kakak turuntung bersama saudari sedang


memasak untuk menyambut putra dan suaminya.

Belang pinggang : lagi masak apa kak?

Teruntung temanai : biasa, sedang memasak makanan kesukaan ayahmu

Putung Kempat : sini biar putung bantu biar cepet selesai *dingin

Kemudian Embun mengulur dan anak2nya tiba di rumah

Terentunng temanai : wahai ayah silahkan makan saya telah menyiapkan makanan
untuk ayah dan adik adik

Embun mengulur : terimakasih kak telah membuatkan kami makanan, ayo anak anak
kita makan sama sama

Anak- anak nya : iya ayah kita juga udah lapar


*akhirnya makan

Suluh duik : yah ayah! Setelah ini pergi yuk

Embun mengulur : pergi kemana nak?

Suluh duik : ke sungai di desa sebelah yah

Bui nasi : mancing bah yah…

Embun mengulur : iya iya habisin dulu makanannya setelah itu kita pergi

*akhirnya setelah makan mereka pun pergi ke sungai di desa sebelah untuk
memancing

Bui nasi : Yah, Soal yang ayah ceritakan waktu itu, tentang anak ayah yang mati saat
dilahirkan dulu

Embun mengulur : iya, memangnya kenapa

Bui nasi : apakah rohnya masih ada di dunia ini yah?

Embun mengulur : kamu akan tau sendiri nanti nak ……. hari sudah menjelang malam
nak, ayo kita pulang

Bui nasi & suldui : mari ayah

*sampai dirumah

Bui Nasi,Embun Mengulur, Suluh Duik: kami pulang

Terentung temanai : ayah sebelum itu bersih bersih dulu, setelah itu tidur.

Belang pinggang : kamu berdua juga, Suluh Dui Bui Nasi

Suluh dui : iya kak

Bui nasi : okee kak

*saatnya tidur

*waktu tidur *suara dalam mimpi *ayah terbangun tersentak

Embun : apa yang harus kulakukan, inilah saatnya aku harus percayakan semua ini
kepada anak anak segera besok pagi

*tidur lagi

*waktu pagi

Embun mengulur : wahai anak anakku, bangunlah. Ada yang ingin ayah sampaikan
kepada kalian

Bui nasi : apa itu yah

Sabung Mengulur mendapat firasat buruk bahwa hidupnya di dunia akan lebih
lama lagi. Namun, ia tidak memberitahukan hal itu kepada istri dan anak-
anaknya. Suatu hari, ia hanya berpesan kepada keenam anaknya ketika akan
masuk ke dalam kepok[1] agar keenam anaknya membuka lahan baru untuk
bercocok tanam. ( tak dibaca ini )

Embun mengulur : “Wahai, anak-anakku! Sebaiknya kalian membuat ladang baru agar
kalian bisa hidup,”

Bui nasi : ayah ada ada aja

Suluh duik : ayah ni melawak ya, masih mengigau ya

Belang Pinggang: heh kalian ini, jangan seperti itu pada orang tua!

Bui nasi & Suluh dui : iya kak maaf kak

Belang pinggang : ayah kan masih sehat sehat saja kenapa bilang seperti itu ?

Embun mengulur : ini hanya saran aja……yaudah ayah masuk ke kapok dulu ya

Anak anak : iya ayah

Hari sudah menjelang sore, namun Sabung Mengulur belum juga keluar dari
kepok. Ketika keenam anaknya menengok ke dalam kepok itu ternyata sang
ayah menghilang entah ke mana, mereka hanya menemukan beraneka ragam
bibit tanaman.. dan juga bajunya Barulah saat itu istri dan keenam anaknya
menyadari bahwa pesan ayahnya itu tidak main-main. Betapa sedih anak
anaknya.

Belang pinggang : kok ayah belum keluar kapok ya

Bui nasi : coba kau periksa di dalam kapok, suluh duik

Suluh duik : baik

*setelah di periksa

Suluh duik : saudara saudariku, ayah tidak ada di dalam kapuk! *kaget

Belang pinggang : apa?!, bagaimana bisa, kan ayah tidak kemana mana selain disitu

Putung : sini, biar aku periksa *dingin

*setelah beberapa saat

Bui nasi : bagaimana putung, apa yang terjadi?

Putung kempat : ayah benar benar sudah pergi meninggalkan kita

Anak anak : apa?!

Teruntung temenai : bagaimana bisa?

Belang pinggang : ini…. (terdiam sejenak) ini tidak mungkin, ayah tak mungkin
meninggalkan kita!

Putung kempat: kita sekarang adalah anak yatim… kita harus bekerja untuk menghidupi
kita semua

Teruntung temanai : berarti waktu itu pesan yang sampaikan tadi merupakan wasiatnya
Suluh Duik : aku juga menyesal waktu itu ak tidak mempercainya

Bui Nasi : sama aku juga,jadi ayah memberikan wasiat untuk mengelola danmerawat
kebun dan lahan kepada kita

Teruntung temanai :kalaubegitu mulai besok kita harus Bersama-sama merawatnya

Bui Nasi : ya benar,kita harus bisa hidup walau tanpa ayah

Akhirnya, mereka pun melaksanakan pesan sang ayah dengan membuka


ladang di hutan. Mereka bergotong-royong dan bergiliran mengolah,
menanami dan menjaga ladang mereka.

Suluh Duik : hari sudah menjelang malam

Teruntung temanai : iya ya,udah la mari pulang ,kita lanjutkan besok

Bui Nasi : Kalian pulang dulu,biar aku yang menjaga kebun ini sesuai apa yang ayah
ajarkan kepada kita

Teruntung temanai : baiklah ayo pulang

Belang Pinggang: hati2 ya

Bui Nas i: iyaaaaa

Pada suatu malam, ketika giliran Bui Nasi menjaga ladang, tiba-tiba ia
diserang oleh sesosok makhluk raksasa.

*raksasa melempar barang

*tertawa

Bui nasi : hey siapa yang melempar barang ini!

*raksasa muncul

Raksasa (puyang gana) : hahahaha

Bui nasi : hei! Siapa kau raksasa malam seperti ini menyerangku!

Raksasa : aku adalah puyang gana. Aku yang memiliki tanah ini

Bui nasi : oh tidak bisa! Aku tidak tahu sebelumnya, kalau begitu lawan aku terlebih
dahulu!

Bui Nsi :Rasakan ini cengkeh nastar

Raksasa : tidak semudah itu yanto

Perkelahian itu berlangsung hingga pagi, namun tak satu pun yang dapat
dinyatakan kalah atau menang. Akhirnya keduanya berdamai setelah
mengetahui bahwa mereka adalah bersaudara. Mereka bersepakat untuk
mengolah lahan itu secara bersama-sama. Bahkan, raksasa itu bersedia
mengajari Bui Nasi tentang cara bercocok tanam. ( pake backsound burung n
ayam)

Raksasa : kau kuat sekali


Bui nasi : kamu juga sangat kuat,

Raksasa ; ngomong ngomong siapa kamu sebenarnya sampai kau mengaku bahwa lahan
ini milikmu

Bui nasi : ayahku menyuruhku untuk menjaga lahan ini dan merawatnya.

Raksasa : hah?! Siapa nama ayahmu?!

Bui nasi : nama ayahku adalah embun mengulur

Raksasa : apa?! Berarti kita bersaudara?!

Bui nasi : hah?! Apakah kamu yang pernah diceritakan ayahku waktu itu bahwa dia
memiliki anak sebelum kami lahir yang waktu itu meninggal saat dilahirkan?

Raksasa : ya, pada waktu itu saat aku mati ayahku menggunakan kesaktiannya untuk
menghidupkanku, akan tetapi kekuatan itu justru membuatku menjadi sebuah ruh yang
menjelma menjadi raksasa dan aku disuruh untuk menjaga tanah ini dan merawatnya.

Bui nasi : bagaimana kalau kita bersama sama menjaga dan merawat tanah ini atas
nama ayah kita?

Raksasa : wah aku sangat setuju, kalau begitu ayo kita mulai

setelah mengetahui bahwa mereka adalah bersaudara. Mereka bersepakat untuk


mengolah lahan itu secara bersama-sama. Bahkan, raksasa itu bersedia mengajari Bui
Nasi tentang cara bercocok tanam.

Raksasa : “Dengarlah, Dik! Jika kamu hendak mengolah lahan dengan baik,
perhatikanlah gugusan bintang di langit! Bintang tiga menandakan waktu baik untuk
mulai mengejarkan ladang. Bintang lima menandakan musim baik untuk menebang
kayu, sedang bintang empat menandakan padi dan tanaman akan diserang oleh babi
hutan atau hama,”

Bui nasi : baik wahai raksasa

Setelah itu bui nasi mengajarkan kepada saudara2 nya

Bui nasi : wahai saudara saudaraku, aku telah mendengar ajaran seseorang untuk
memakmurkan lahan ini

sul dui : begitukah yang diajarkan oleh orang itu?

Bui nasi : ya seperti itulah yang di ajarkan oleh dia

Turuntung temanai : baiklah kami akan mengikuti ajaran itu

Belang pinggang : ayo kita mengamalkan ajaran puyang gana agar lahan kita berkah!

*setelah beberapa bulan

Belang pinggang : hasil panen kita melimpah

Bui nasi : kita perlu merayakannya, acara simburan penuh kebahagiaan

Turuntung temenai : benar, kita harus adakan sore ini


Belang pinggang : benar, satu dan lain harus memercikkan air agar kita terhindar dari
peyakit dan marabahaya

Suluh dui :betul, ayo kita persiapkan pesta ini

*menjelang sore dan akhirnya diadakan pesta tujuh hari tujuh malam

ntuk menyambut keberhasilan tersebut, mereka mengadakan pesta panen


selama tujuh hari tujuh malam. Mereka mandi-mandi di sungai atau yang biasa
disebut mandi simburan dengan penuh kegembiraan Pada acara mandi
simburan tersebut, mereka harus saling memercikkan air antara satu dengan
yang lain agar terhindar dari penyakit. Namun, mereka lupa memercikkan air
kepada Putung Kempat, sehingga Putung Kempat ditimpa penyakit kusta.
Kelima saudara Putung Kempat menjadi panik karena takut tertular penyakit
kusta yang sulit untuk disembuhkan itu. Akhirnya mereka pun bermusyawarah
(tak dibaca ini)

putung kempat : aduh gatal sekali, kenapa ini..

*saudara saudaranya melihat putung kempat gatal gatal

Turuntung temenai : gawat, kita lupa memercikkan air ke putung kempat, alhasil dia
terkena kusta

Bui nasi : Apa yang harus kita lakukan?

Belang pinggang : “Kita semua tahu, penyakit kusta itu sangat sulit untuk disembuhkan.
Bagaimana jika Putung Keempat kita asingkan saja?” usul Belang Pinggang.

Teruntung Temanai : apakah kakak yakin jika kita mengasingkan putung kempat akan
membaik?

Bui Nasi : Iya kak, karena jika melakukan itu untuk putung kempat maka putung akan
merasa sedih kak jika kita melakukannya dengan cara seperti itu.

Belang Pinggang : Tetapi tidak ad acara lain dik, kalian jangan khawatir akan keadaan
putung kempat dia akan baik baik saja

Bui Nasi & Teruntung Temanai : Baiklah lah kak, semoga rencana kita berhasil.

Suluh Duik : Lalu siapa yang akan memberi tahu putung kempat akan rencana ini?

Bui Nasi : Biar aku saja.

*setelah beberapa saat

Bui nasi : putung kempat… ada yang ingin ak bicarakan

Putung kempat : apa itu kak?

Bui nasi : terkait penyakitmu, kami tidak dapat membantumu, biarlah alam yang
menyembuhkanmu

Putung kempat : maksudmu, kalian menyuruhku pergi?

Bui Nasi : iya, maafkan kami


Putung kempat : mengapa kalian setega ini kepadaku?

Bui nasi : ini memang takdir kita

Putung kempat : baiklah kalau begitu, aku akan menerima ini dengan lapang dada

Bui nasi : kami sudah mempersiapkan perbekalanmu, sekarang pergilah dengan sampan
yang ada di tepi rumah kita

Putung kempat : baiklah, aku akan pergi, selamat tinggal

Akhirnya, kelima putra Sabung Mangulur tersebut bersepakat mengasingkan


Putung Kempat dengan cara menghanyutkannya di Sungai Sepauk. Betapa
sedih hati Putung Kempat akan berpisah dengan saudara-saudaranya. Namun,
ia tak kuasa untuk menolak keputusan itu. Putung Kempat didudukkan di atas
piring pusaka di dalam rakit dan dibekali keperluan hidup. Kelima saudaranya
berharap semoga saudara perempuan itu ditemukan oleh seseorang yang
mampu menyembuhkan penyakitnya.

Setelah sehari-semalam terombang-ambing di atas Sungai Sepauk, rakit yang


ditumpangi Putung Kempat tersangkut pada bubu ikan milik Aji Melayu. Aji
Melayu adalah seorang yang kaya dan sakti dan tinggal di sekitar aliran Sungai
Sepauk. Seperti biasanya, pagi-pagi sekali Aji Melayu pergi ke sungai untuk
memeriksa bubunya. Betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang gadis duduk
termenung di atas rakit yang tersangkut pada bubunya. (tak perlu dibace)

*setelah beberapa saat di sungai mengikuti arus

Aji melayu : Hai, siapa gadis itu?!

Aji melayu : Hai, gadis cantik! Engkau ini siapa?

Putung kempat : namaku putung kempat

Aji melayu : Apa yang terjadi pada tubuhmu? Bukankah itu penyakit kusta?

Putkkam : Benar, Tuan!” jawab Putung Kempat dengan perasaan malu.

Aji melayu : bagaimana kau bisa terkena penyakit itu?

Putung kempat : pada saat ritual mandi simburan , saudara saudaraku harus saling
memercikkan air antara satu dengan yang lain agar terhindar dari penyakit. Namun,
mereka lupa memercikkan air kepadaku, sehingga aku terkana penyakit ini

Aji melayu : apakah benar demikian? Dari mana kamu berasal?

Putung kempat : aku berasal dari gunung kijau

Aji melayu : wah lumayan jauh juga, baiklah perkenalkan namaku adalah aji melayu atau
biasa dipanggil aji dan aku tinggal di sekitar aliran Sungai ini

Putung kempat : senang bisa berkenalan dengan tuan

Aji melayu : aku juga. Ada baiknya jika engkau ikut ke rumahku putung kempat. Sebab
disini sangat berbahaya apabila engkau sendirian.. terlebih lagi jika seorang perempuan
yang sakit sepertimu..

Putung kempat : Baiklah Aji, aku akan ikut denganmu


*aji membawa putung kempat kerumahnya

Aji melayu : Duduklah putung

*Putung kempat duduk di Kursi

Aji : silahkan duduk dan istirahatlah putung, aku akan kebelakang untuk memasak
makan malam buat kita..

Putung kempat : terima kasih banyak aji..

Aji melayu : Sama sama wahai putung (ke belakang/dapur)

Aji : kasihan sekali putung kempat, dia wanita yang baik akan tetapi menjadi korban atas kelalaian
saudara-saudaranya. Baik, aku akan membuatkan obat untuknya (membuat makanan dan membaca
sesuatu,kemudian membawa makanan kedepan)

Aji melayu : ini Putung kempat, makan dan minumlah

Putung kempat : (menerima dan langsung menyantap makanan)

Aji melayu : Bagaimana Putung kempat ? Apakah masakanku enak ?

Putung kempat : wah, enak sekali... engkau sangat hebat memasak aji

Aji melayu : (tersenyum puas, dan ikut makan)

Putung kempat : (selesai menyantap makanan) wahai aji, bolehkah aku izin menginap di rumahmu
malam ini?

Aji melayu : oh.tentu saja, sampai kapanpun boleh engkau menginap di rumah ini. Jika engkau ingin
tidur. Maka silahkan gunakan kamar tamuku yang ada di belakang.

Putung kempat : (menuju ke kamar dan tidur)

*Akhirnya tidur

Putung kempat : (terbangun) wah!!! apa yang terjadi dengan tubuhku.. semuanya menjadi sembuh
seperti dulu lagi!!!

Aji : (mengetuk pintu) Putung kempat ! Bolehkah saya masuk ?

Putung kempat : oh... silahkan aji !

Aji melayu : wah..engkau sudah sembuh ya...

Putung kempat : iya aji... lihatlah!! badanku sudah seperti dulu lagi !!!

Aji melayu : syukurlah, semalam tatkala menyiapkan makanan, aku mencmpurkannya dengan
ramuan dari alam serta teknik yang aku pelajari dari leluhur...

Putung kempat : Terima kasih Aji... engkau sangat baik kepadaku


Aji melayu : Sama sama Putung kempat... (merenung sambil memikirkan sesuatu)

Putung kempat : Kenapa engkau termenung aji ? Apakah yang sedang engkau pikirkan ?

Aji melayu : Putung kempat, apakah aku boleh menikahimu ?

Putung kempat : oh...tentu saja aji... kenapa tidak ? Mengingat engkau telah baik kepadaku, tapi ada
sebuah syarat yang harus engkau penuhi

Aji melayu: syarat apakah itu wahai Putung kempat

Putung kempat : engkau harus membuat dan dipasang di sungai dalam satu malam

Aji melayu : Baiklah.. akan aku kerjakan syaratmu malam ini...

*tatkala malam

Aji melayu : (dengan kesaktiannya membuat ikan dan memasangnya ke sungai) akhirnya selesai
juga … besok aku akan tunjukkan kepada Putung kempat

Aji melayu : Putung kempat Putung kempat, lihatlah!!! aku berhasil memenuhi persyaratanmu !!!

Putung kempat : Luar biasa (terkejut)... aku sangat terkesan Aji. Baiklah, besok engkau boleh
menikahiku

(Pernikahan dimulai keesokan harinya. Sementara di gunung kijai)

Bui Nasi : Wahai saudara saudaraku, apakah kalian mendengar ada berita besar dari seberang sungai
sana..

Belang pinggang : ya.. aku mendengar ada berita disana, aku mendengar bahwasanya Aji akan
menikah dengan seorang perempuan

Turuntung temanai : ya, aku juga mendengar seperti itu

Suluh duik : aku mendengar dari warga seberang bahwasanya ada seorang wanita yang cantik yang
akan menikahi Aji Melayu … berita yang aku dapatkan bahwasanya wanita yang dinikahi oleh aji
berasal dari gunung kijau

Bui Nasi : jangan jangan dia adalah putung kempat

Belang pinggang : hah, bagaimana mungkin,, diakan terkena penyakit kusta dan hanyut entah
kemana

Turuntung temanai : tidak, itu bisa jadi aji menemukannya di pinggir sungai dan menyembuhkannya

Belang pinggang : betul sekali, sebab aji mempunyai kesaktian yang tidak diragukan lagi
kehebatannya

bui nasi : baiklah kalau begitu mari besok kita menghadiri acara pernikahan mereka
*keesokan harinya, pergilah ni kan

Bui nasi : wahai aji, perkenalkan... kami adalah saudara putung kempat

Aji melayu : oh, kalian rupanya saudaranya putung kempat, ada apakah gerangan kalian kemari ?

Suluh duik : kami kemari ingin menghadiri acara pernikahan mu dengan adik kami, Putung kempat

Aji melayu : oh baiklah, silahkan kalian menginap di rumah ku beberapa hari

(beberapa hari kemudian)

Belang pinggang : hai aji, setelah kami pikirkan... kami ingin membawa adik kami kembali ke gunung
kijai untuk beberapa waktu..

Aji melayu : Apa??? bukankah kalian melihat kami baru saja menikah...permintaan kalian sulit aku
penuhi

Belang pinggang : kami mohon aji, izinkanlah kami untuk membawa putung kempat pulang

(mikir lok ye kan)

Aji : baiklah, tapi ada 2 syarat ..yang pertama kalian harus tidur diatas lembar ilalang tanpa putus
selama semalam. Kemudian kalian harus mengalahkan musuhku aji kumbang di hilir sungai ini
(sambil menunjuk sungai)

Suluh duik :baiklah, kami setuju. Kami akan melakukannnya

(pergi dan tidur dengan ilalang)

Belang pinggang : hai aji, kami telah berhasil memenuhi persyaratan pertama mu

Aji melayu : baiklah, silahkan kalian pergi dan bunuh aji kumbang
'
Bui : baiklah (pergi)

*sampai di tempat aji kumbang

Bui Nasi : Hai aji kumbang, kami diutus oleh aji melayu untuk membunuh mu

Aji Kumbang : HAHAHA, benarkah kalau begitu kalian rasakan ini (melemparkan serbuk ………………..)

Belang pinggang : dasar bertuah... kau akan merasakan akibat dari kami aji kumbang!!

Teruntung temanai : Rasakan ini (menebas dengan mandau )

(perkelahian 5 bersaudara melawan aji kumbang)

Aji kumbang : ampun, aku menyerah....


Bui nasi : Tidak ada, aku akan membunuhmu sekarang (menusukkan tombak pusaka)

Bui Nasi : Oke, apa yang kita lakukan dengan mayat ini?

Suluh duik : Sebaiknya kita bawa saja kepalanya

Turuntung temanai : ide bagus, baiklah aku tebas sekarang (menebas kepala)

(kembali ke aji melayu)

Bui Nasi : ini kepala aji kumbang, sesuai janjimu (melempar kepala)

Aji Melayu : baik, sesuai janjiku.. aku akan menyerahkan adik kalian untuk dibawa pulang

Suluh duik : ayo kita pulang, putung kempat.

*sampai di rumah

Bui Nasi : (memukul gong)

Suluh duik : hore, adik kita telah pulang...bersyukrlah pada tuhan

Putung kempat : AA....sakit sekali... (kesakitan, lalu pingsan)

Bui nasi : Celaka kita, apa telah kita lakukan terhadap adik kita

Belang pinggang : Ini akibat darimu yang memainkan gong tengkang itu terlalu keras

Suluh duik : tenanglah dia hanya pingsan dan sakit biasa

(setelah berhari hari, ternyata sakit Putung kempat tidak kunjung sembuh)

Suluh duik : bagaimana ini? Sakitnya tak kunjung sembuh juga

Bui nasi : wah gawat, mana dia sedang hamil tua lagi

Belang pinggang : kita kembalikan saja ke aji melayu, dia kan sakti

Bui nasi : betul juga katamu...

Belang pinggang : wahai adik kami pk, kami akan mengembalikan mu kepada suamimu

Putung kempat : baiklah, aku akan kembali ke aji saja... mengingat kondisi ku seperti ini, aku
khawatir aji cemas terhadap ku

Bui nasi : Mari, kami antar engkau

(mengantar Putung kempat)

Putung kempat : (berjalan lemah) Aji.. aku pulang


Aji melayu: Putung kempat ??? apa yang terjadi kepada mu??? masuk dan duduklah *tekejot

Putung kempat: Aku sakit kakanda

Aji melayu : Sakit apa ?? apa penyebabnya ?? ceritakanlah kepadaku adinda

Putung kempat : Aku sakit dikarenakan ulah saudara-saudaraku yang mereka memukul gong
tengkang terlalu keras tatkala menyambutku.. sehingga akupun pingsan dan jatuh sakit

Aji melayu : Kurang ajar !!! saudara-saudaramu itu telah keterlaluann.. mereka harus mendapatkan
pelajaran !

Putung kempat : Sabarlah kakanda, biarkanlah mereka..

*langsung dipotong sama aji melayu

Aji melayu : tidak bisa !! aku harus memberi pelajaran kepada mereka!!

Putung kempat : tapi kakanda...

*langsung dipotong sama aji melayu

Aji melayu : tidak ada tapi tapi lagi... sekarang ,sebaiknya adinda istirahat sambil aku mempersiapkan
makanan dan obat untukmu..

Putung kempat : Baiklah Kakanda.. (ke kamar, tidur)

Aji : (membawa makanan dan minuman) ini.. makan dan minumlah

Putung kempat : (memakan dan meminum)

Aji melayu : sebaiknya engkau beristirahatlah di rumah, jangan banyak beraktivitas berat selagi
menunggu kehadiran anak kita. Bersamaan dengan itu, aku akan mempersiapkan bekal guna
menghadapi saudara-saudaramu

PK : Baik kakanda

Aji melayu : (berlatih perang, menyumpit dan memandau)

setelah dua bulan kemudian, Putung kempat telah melahirkan dan aji melayu telah siap untuk
menghadapi saudara saudara putung kempat

Aji melayu : Adinda, sekarang telah tiba waktunya bagiku untuk membalas kejahatan saudara
saudaramu.. tapi aku sangat mengkhawatirkanmu adinda...

Putung kempat : Relakan lah kami kakanda, untuk melepas kerinduanmu buatlah sebuah patung
seperti ku...kelak jika kau rindu...maka lihatlah patung tersebut

Aji melayu : Baiklah adinda, aku akan menurutimu permintaanmu ... Jika terjadi sesuatu padaku..
maka jagalah anak kita ….
Putung kempat : Hati – Hati kakanda..

(Aji berangkat)

Aji melayu : Wahai para saudara …………………… !!! KELUARLAH !!!

Bui nasi : Ada apakah gerangan Aji?? ini gunung kijai ….tempat leluhur kami dan harus
menjaga kesucinayya...

Suluh duik : Benar..kenapa kau berkata begitu ?

Aji melayu : Aaah....kalian pura-pura tidak tau .kalian telah berbuat keterlaluan terhadap
istriku hingga sakit... kini rasakan akibatnya...

Belang pinggang : Tenanglah Aji, mari kita aaaahh (Tangan tersabet terkena sabetan
mandau aji)

Bui nasi : Kurang ajar kau, kini kesabaran kami telah hilang rasakan ini .. ( melesatkan
mandau dan terbang)

Aji melayu : (mengelak dan menangkis mandau)

*suluh duik mencoba menendang aji melayu, tapi ditebas oleh aji melayu
dengan mandaunya

Suluh duik : ahhh ...kaki ku (terkena anak tebasan Mandau aji)

Bui nasi : Jurus mandau harimau (menebaskan mandau dan terjadi ledakan)

Aji melayu : (mengelak...) (menebas hingga terkena gongnya jatuh)

Suluh Duik : tidaak...gong kita , sial... (melesatkan tongkat sakti )

Aji melayu : melesatkan mandau

Bui nasi : (tertusuk Mandau melayu aji) aku terkena....

Suluh duik : tampaknya, kita harus mengeluarkan meriam kumbang

Belang pinggang : ayooo! (menyiapkan meriam)

Suluh duik : tembak tepat dikepalanya !!!

(menembak)

(terkena tembakan Meriam, aji pun mati)

Aji melayu : *sekarat, put put putung kemmpat…

Anda mungkin juga menyukai