Anda di halaman 1dari 16

Dahulu kala, di kaki sebuah gunung di Sulawesi Tengah, terdapat sebuah desa, yaitu desa Bulili.

Desa
tersebut dijaga oleh 3 orang Tadulako. Tadulako adalah sebutan untuk pendekar di Sulawesi Tengah,
yang berarti panglima perang. Para Tadulako yang berada di desa Bulili adalah orang-orang yang
sangat kuat tiada bandingannya. Berkat para tadulako tersebut, Desa Bulili menjadi aman dan tentram.
Tiga orang tadulako itu bernama Bantili, Molove, dan Makeku.
Molove : Ee.. pi bakeliling kampung dulu torang.
Bantili : Ada apakah?
Molove : Hanya mo liat-liat penduduk dank.
Makeku : O iyo, marilah. Sapa tau ada yang butuh bantuan.
Bantili : Betul-betul. Harus kita pastikan ketentraman mereka.
Makeku : Mari jo kita pi cek and ricek.
Ketiga Tadulako pun pergi berjalan-jalan untuk melihat situasi di desa Bulili.
Petani 1 : Sodara, berimba kareba?
Petani 2 : Kayak mo mati saja saya.
Petani 1 : Eh, kenapa sodara?
Petani 2 : Ah, sudah, sudah. Saya pusing ini. Gagal panen kasian.
Petani 3 : Kenapa bisa?
Petani 2 : Saya te tau ranga. Padahal saya sudah so pake prosedur yang baik dan benar.
Petani 1 : Kayaknya do’amu kurang kencang bro.
Petani 2 : Hama ekh, kurang do’a apa saya te baca. Do’a makan, do’a tidur.
Petani 3 : Pantas komiu gagal panen, do’a makan dengan tidur yang dia baca.
Ketiga Tadulako datang menghampiri.
Molove : Kenapa mangge, ina?
Petani 3 : Temanku ini gagal panen, Tuanku.
Makeku : Pake ini, peditox. Pembasmi hama.
Bantili : Obat kutu itu, masa mo disemprot akan padi,
Molove : Itulah, lain hama padi.
Petani 1 : Masalahnya, temanku ini salah baca do’a, Tuan-tuanku. Makanya gagal panen,
Makeku : Oo.. gampang, nanti saya bagi do’a bakase subur kandungan.
P1,2,3 : Eh, eh, eh
Petani 2 : Tuanku, so banyak anakku kasian, beraneka ragam dan bermacam-macam
model. Kong mo ditambah lagi. Hame ekh.. so 12 biji anakku.
Maolove : O.. anda keliru bu.. Maksudnya, bakase subur kandungan tanah. Ada juga nanti
de pe obat itu. Pi ke rumah nanti e.
Petani 2 : Iye, Tuanku. Makasih le.
Bantili : sip, sip, sip.
Para Tadulako pergi berlalu dan menghampiri para gembala cilik.
Gembala 1 : (Menangis)
Makeku : Kenapa dia menangis? Baku pukul kamu orang?
Gembala 2 : Tidak le om..
Gembala 1 : Anuku om..
Molove : Apamu?
Gembala 2 : De pe kambing om
Bantili : Kenapa kambingnya?
Gembala 1 : Tercecer tercerai berai
Molove : Apa? Cerai?
Makeku : Selingkuh dengan kambing tetangga mungkin.
Bantili : Nadoyo, adakan kambing cerai. Maksudnya itu, de pe kambing te tau di mana. Iyo
toh de?
Gembala 1 : Iye om.. saya takut pulang, mamaku mo marah nanti.
Bantili : Tunggu sini e, nanti ini om yang pi batangkap akan. Dia pandai balacak itu.
(Sambil menunjuk Molove).
Molove : Saya kipas nanti ko ini.
Makeku : Eit, eit, Tadulako. Harus siap sedia setiap saat,
Molove : Hemm.. oke, oke.
Molove pergi mencari kambing yang hilang ke sana kemari. Dengan kecepatannya berlari dan insting
yang luar binasa.. eh salah.. luar biasa, Molove pun mampu mengumpulkan kambing2 yang yang
hilang dan segera mengembalikan ke pemiliknya.
Bantili : Om yang baik hati dan tidak sombong so datang.
Molove : Ini kambing2 mu de. Sedang makan dant tadi, di sana.
Gembala 1 : O iya om, tadi memang torang kase makan di sana kong torang tinggal sebentar.
Makeku : Baru dant, kenapa menangis?
Gembala 2 : Cengeng memang temanku ini om, lebay. Suka membesar2kan sesuatu.
Molove : Astaga. Ujian hari ini.
Bantili : E, te boleh begitu. Te bae.
Gembala 1 : Iye om, maaf.
Gem 1,2 : Makasih om.
2 orang penggembala kecil tadi pergi berlalu dengan kambing2 mereka.
Suatu hari, Desa Bulili kedatangan seorang utusan dari raja Sigi. Ia diutus untuk menemui orang tua
dari seorang gadis yang berasal dari Desa tersebut. Gadis itu bernama Moro. Moro adalah seorang
gadis yang sangat cantik. Berita tentang kecantikan Moro sudah tersebar di mana-mana, hingga sampai
ke telinga Raja Sigi. Sebab itu, Raja Sigi berniat untuk melamar gadis tersebut dan mengirimkan
seorang utusannya.

Utusan : Tabe tante.


Warga A : Ee.. sejak kapan saya kawin dengan om mu. Masih cewe saya ini kasian.
P.Ut 1 : Eh, masih cewe bos. Boleh lah.
Utusan : Gila ngana, saya so ada yang punya. Boleh juga tambah.
P.Ut 2 : Kase dengan om ku jo, so lama jomblo.
Warga A : Eh, kamu orang kira saya perempuan apa. (Menampar 3 orang tersebut lalu
pergi).
U,P1,P2 : (Mengusap pipi)
Utusan : We.. mo bacari orang kita ini. Jangan cari masalah kata. Be serious, Ok?!
P.Ut 1 : So itu, jangan bawa-bawa ko pe om. Kena tampeleng kita.
P.Ut 2 : Iyo, saya minta maaf.
Eh, itu ada warga. Mari jo ke sana.
Utusan : Tabe mangge, komiu tau rumah Moro?
Warga B : Oo.. Moro yang cantik-cantik itu.
Utusan : Iya, yang itu sudah. Anaknya sapa Moro itu?
Warga B : Anak mama dan papanya lah.
Utusan : (Tepok jidat) Terserah anaknya sapa yang komiu bilang, yang penting Moro
yang cantik itu. Komiu tau rumahnya?
Warga B : Dari sini, terus jo.
Utusan : Setelah itu kemana?
Warga B : Nah.. setelah itu saya te tau karena saya orang baru le.
P.Ut 1 : Oo.. cari gara-gara ini orang. (Maju menghampiri warga)
P.Ut 2 : Kita gosso jo bos. (Mau memukul)
(Warga tersebut mulai ketakutan, tiba-tiba utusan raja melerai)
Utusan : Sudah, sudah. minta maaf le mangge. Dorang ini lupa minum obat, jadi begitu
sudah.
(Warga tersebut pergi berlalu)
Utusan : Nabaya, jangan cari gara-gara di tempatnya orang.
P.Ut 2 : Bos ini hanya berani di kandang dank.
P.Ut 1 : Tapi kalo ada bini nya, hilang beraninya.
Utusan : Tunggu kamu 2 aa, kalo bale ke Sigi nanti.
(Lalu, lewat 2 orang petani)
Utusan : Tabe ina.. boleh mintol?
Ina 1 : Mintol apa anak?
Utusan : Ina tau rumahnya Moro?
Ina 2 : Mo pi datang balamar pasti ini. Hama le, Moro terus jo dilamar, saya pe anak itu
kasian te ada dilamar-lamar orang.
Ina 1 : He, komiu ini. Jangan bacurhat. Te malu kah didengar.
(Utusan, P.Ut 1 dan P.Ut 2, garo2 kepala badengar)
Ina 1 : De pe rumah itu te jauh dari sini. Terus saja, belok kiri, terus lagi baru belok
kanan. Cari saja rumah yang banyak bunga tai ayamnya, itu sudah de pe rumah.
Utusan : Thanks Ina, you are really helpful.
Ina 1 : Eits.. jangan senang dulu, bagi nomor hp dulu dank. (Ina ketawa centil)
Utusan : (Menunjuk 2 orang prajuritnya) Kase kamu orang pe nomor.
Ina 1 : No nya komiu jo.
Utusan : Hai le, minta maaf ina. Saya ini sudah ada yang punya, dorang 2 ini jomblo akut.
Nomornya dorang jo e.
Ina 1 : Boleh.. boleh.. Catat dulu nomor hp nya. Hp ku disita suamiku karena
nonton drama korea terus sampe lupa bamasak.
Ina 2 : (Mengeluarkan hp dari kambotinya). Anak, baselfie dulu le.
Dengan terpaksa, Utusan dan 2 prajuritnya menuruti keinginan si ina lalu 2 prajurit tersebut
memberikan nomor hp mereka kepada ina. Setelah itu, utusan dan 2 prajuritnya pergi menuju rumah
Moro.
Ina 1 : Bagus trik ku toh. Sisa komiu hubungi saja, mana yang mau dijadikan calon
mantu.
Ina 2 : Cerdas memang BFF ku ini le.
Ina 1 : Bagi di Whatsapp foto tadi e, saya mo jadikan story di IG.
Ina 2 : Wow, that’s good idea. Ok, zeyenk.
Setelah mencari-cari, utusan Raja Sigi dan 2 prajuritnya tiba di rumah Moro.
Utusan : Assalamu’alaikum
Ayah Mor : Wa’alaikumsalam
Utusan : Is this Moro’s house?
Ayah Mor : Yes. Who are you?
(Prajurit utusan kebingungan)
Utusan : I want to meet Moro’s parents. (Prajurit menepuk belakang utusan raja Sigi dan
salah satu dari mereka berkata, “adoh, longgar lagi de pe baut).
Ehem.. ehem..mm.. saya utusan Raja Sigi ingin bertemu dengan orang tua gadis
yang bernama Moro.
(Terdengar suara dari dalam, datang menghampiri.)
Ibu Moro : Papi, siapa yang datang?
Ayah Mor : Ini, ada tamu, utusan dari Raja Sigi.
Ibu Moro : What? King’s men come to my house. Wanna see my daughter, right? Come in.
Utusan pun masuk ke dalam rumah Moro, kecuali 2 orang prajurit yang tinggal di luar untuk berjaga-
jaga.
P. Ut 1 : Banyak yang longgar de pe mor di sini e.
P. Ut 2 : Begitu sudah kalo jarang makan kelor.
P. Ut 1 : Belum lagi hp nya itu ina-ina tadi. Gaga le, te ada tombolnya.
P. Ut 2 : Iyo le, asyik saya liat de pe layar di senggol-senggol dengan jari.
P. Ut 1 : Kalo kita pe hp, so layar kecil, banyak tombol kong bisa pake balempar, bisa
pingsan orang.
Sementara itu, di dalam rumah Moro.
Utusan : Begini pak, bu. Saya diutus oleh Raja Sigi untuk datang meminang anak bapak
dan ibu, yaitu Moro.
Ayah Mor : (Wajah terkejut) Apa? (sambil memperlihatkan ekspresi terkejut dan ibu Moro
pun menunjukkan ekpresi terkejut)
Ehem.. ehem.. maaf. Bagaimana bisa, Raja Sigi mau menikahi Putri saya,
sementara sang Raja belum pernah melihat Moro.
Ibu Moro : (Dengan wajah senang dan berkata dalam hati “Wow, a king wants to marry my
daughter, ulala)
Boleh, boleh, langsung saja, kapan?
Ayah Mor : (Menatap ibu Moro dengan tatapan tajam dan memberikan kode untuk diam
sejenak)
Maaf, mungkin Raja salah orang.
Utusan : Apakah ada gadis lain di desa ini yang bernama Moro?
Ayah Mor : Tidak ada, hanya anak kami saja yang bernama Moro.
Ibu Moro : Iya, di desa ini, hanya kami yang memiliki putri bernama Moro. Boleh kok, search
di google. (Berkata dengan antusias).
Ayah Mor : Mami boleh badiam? Saya potong uang jajanmu nanti baru rasa.
Ibu Moro : Eh, papi. Tidak dant, sorry, sorry.
Utusan : Pak, bu. Kecantikan anaknya komiu sudah terdengar sampai ke telinga Raja.
Sebab itu, Raja kami pun ingin meminangnya.
Ayah Mor : Tetapi, Raja belum pernah melihat putri saya.
Utusan : Te perlu Raja liat, cukup saya saja pak, torang 2 sama selera. Ssstt.. jangan
komiu lapor le. Rahasia. Boleh saya liat Moro?
Ayah Mor : Mami, tolong bangunkan Moro, sudah cukup hibernasinya.
Utusan : (Eh, Moro ini orang atau beruang?) Bertanya dalam hati.

Di kamar Moro
Ibu Mor : Sweetheart, wake up.
Moro : I am sleepy mom.
Ibu Mor : Take a bath right now. Lalu bacantik2 nah.
Moro : Ada sapakah Ma?
Ibu Mor : Ada utusan Raja Sigi. Si Raja wants to marry you.
Moro : What? A king wants to marry me?
Ibu Mor : Yes! Moro mau kan? Iya kan, iya kan?
Moro : Of course mom. I will.
Ibu Mor : Jangn lama-lama e, tidak bagus buat orang buat menunggu.
Moro : Ok mom. Tak mandi pun, tetap cuantik dan wangi kok.
Uwwow.. seorang Raja? Pasti keren. But, ganteng kah? Muda kah? Kaya,
pastilah. Semoga kali ini tidak kena prank. Banyak yang datang melamar, tapi..
duda lah, opa2 lah.
Setelah Moro selesai berdandan, ia pun datang menghampiri ayah dan ibu nya.
Utusan : (Memandang Moro).
Moro, mau kah engkau menikah denganku?
Sementara itu, dari arah luar.
P.Ut 1 : Woi, Bos.. ingat anak istri.
P. Ut 2 : Jangan khilaf. Bae2 mo viral le.
P.Ut 1,2 : Ih.. ngeri
Utusan : (Sambil mikir dan berkata dalam hati “Bisanya dorang dengar”) Woi, badiam jo
kamu 2 situ. Fokus jaga, bukan nguping.
P.Ut 1,2 : Ok Bos, asal komiu.
Lanjut.. di dalam rumah..
Moro : Komiu punya foto Raja? Saya mo liat de pe muka, kalo cocok, aku sih yes
Utusan : O iya, ada.. tunggu.. posabara. Ini fotonya rajal.
Moro : Eh, kenapa mirip komiu le.
Utusan : Eh, iya kah? Co liat. Astaga, sorry, sorry, fotoku itu.
P.Ut 1 : Hu.. talalu mau!
P.Ut 2 : Ingat, di rumah.. lebih ganas dari singa.
Utusan mengambil sesuatu dari dalam kantongnya dan melemparkan benda tersebut ke arah luar. Dan
terdengarlah ledakan BOM.
Utusan : Ko dapat itu, kalo masih baribut, sy mo gale akan kubur kamu 2 di situ.
E mangge, lanjut.. (suara narrator)
Utusan : Eh, iye ibu.
Ehem.. ehem.. Maaf de Moro, salah kase. Ini fotonya Raja Sigi. Sama lah
torang 2 pe kadar kegantengan. Tingkat kemurniannya pun sama.
P.Ut 1 : Bos..
Utusan : Pulang sebentar, sy kubur kamu 2 aa.
P.Ut 2 : Eh, ampun bos. Tidak lagi kami buat.
Lanjut…
Utusan : Jadi bagaimana? De Moro mau?
Moro : Emmm.. Moro.. Moro..
Ibu Moro : Moro… (Ibu Moro beri kode untuk say YES)
Moro : Iyess.. saya suka saya suka.
(Utusan tersenyum dan memberikan jempol.)
Ayah Mor : Tunggu dulu, walalupun Moro bersedia menikah dengan sang Raja, kami masih
perlu izin dari para Tadulako di tanah kami ini. Jika tidak keberatan, can you
come with me to meet the Tadulako?
Ibu Moro : Papi, ikut.
Ayah Mor : Mami pe kerja di rumah masih banyak. Kurang mo baukur jalan terus jo. Kase
beres itu di dapur. Moro, bantu mamimu.
Moro : Ok, daddy. Let’s go mom.
(Moro dan ibu nya pergi ke dapur)
Utusan : Oo.. istrin nya komiu tukang ukur jalan dant?
Ayah Mor : Bukan kasian, Topanjayo. Bakase abis doi saja de pe kerja kalo so di luar.
Utusan : So sama joistriku juga begitu. Hanya de pe lipstick dengan bedak dikase
tebal, baru pi batetangga sudah.
He mangge-mangge.. bukan mo bacurhat e, lanjut cerita..

Utusan : Iye ibu, sorry. Tekanan batin soalnya.


Ehem.. So, are we gonna leave now?
Ayah Mor : It is Okay, you may stay here. I am gonna meet you right after.
Ayah Moro, Tadulako dan 2 prajurit pergi menemui para Tadulako.
Sementara itu, di kediamannya, para Tadulako berlatih ilmu bela diri.
Makeku : Ada jurus baru dia le, tidak bakase tau. (Menyinggung Bantili)
Bantili : Hama kasian, baru juga saya pelajari di youtube tadi, belum lancar kasian.
Belum pro, masih noob ini.
Makeku : Jurus apa juga itu Molove?
Molove : Ini jurus menaklukkan hati orang.
Bantili : Ooo.. hatinya Si Nunung..
Molove : Nunung so melted lah, hati bapaknya ini yang saya mo taklukkan.
Makeku : Sebantar.. mamanya Nunung cemburu dengan kau. Ko suka de pe anak atau
papanya kah?
Molove : Nabaya, masih waras juga saya ini. Anaknya lah. Kalo papanya te kase,
terpaksa, mamanya sy tes gombal.
Bantili : Nagila iko.. emak2 semakin di depan.
Ketika para Tadulako sedang berlatih, datanglah Ayah Moro menghampiri. Utusan Raja Sigi dan 2
prajurit menunggu
Perbincangan Ayah Moro dan para Tadulako
Ayah Moro : Tabe tuakaku.
Bantaili : Iye, mangge, silahkan. Ada perlu apa le?
Ayah Moro : Begini, sy pe anak mo dilamar Raja Sigi.
Makeku : Asyik, mo bapesta lagi berarti.
Molove : Kapan de pe pesta?
Ayah Moro : Segera saya kabari ke Tuan-Tuanku jika sudah fix.
Bantili : Raja Sigi e. Bolehlah, supaya terjalin hubungan yang lebih baik dan akrab antara
desa Bulili dan kerajaan Sigi.
Makeku : Iya, betul. Kita kan sering import beras dari Sigi. Sapa tau ada diskon nanti.
Molove : Kami dukung pak, selama itu baik untuk semua.
Ayah Moro : Baik Tuan-Tuanku, saya mohon pamit dulu. Terima kasih.
Setelah menyampaikan keinginan Raja dan meminta izin dari Tadulako, Ayah Moro menemui Utusan
Raja Sigi.
Perbincangan Ayah Moro dan Utusan Raja Sigi.
Utusan : Jadi? Bagimana pak?
Ayah Moro : Para Tadulako setuju. Mereka sangat senang dengan niat baik Raja Sigi.
Utusan : Iya pak, sekalian kita bisa jalin hubungan yang baik antara Bulili dan Sigi.
Ayah Moro : Semoga Raja Sigi bisa tulus menyayangi anak saya walaupun mereka belum
pernah bertemu.
Utusan : Tenang pak, Raja saya itu orangnya penyayang, care, baik dan suka menabung.
Kalo Raja bilang A, pasti A. apa yang jadi keputusannya sudah dipikir matang-
matang, bahkan talewat matang, kadang naboa.
Ayah Moro : Bulat betul tekadnya mau menikahi Moro?
Utusan : Awalnya kerucut pak, tetapi karena terjadi persamaan reaksi dan dengan
adanya hukum gravitasi, sehingga keputusan kerucutnya berevolusi menjadi
bulat, bulat, bulat, kalah bulatnya bola pak. I swear by the moon and the stars.
Ayah Moro : Ok, saya percaya setelah mendengar penjelasan komiu yang seperti kalimat
majemuk bertingkat setara apartemen.
Utusan : Baik, kalo begitu saya Kembali ke habitat dulu.
Utusan dan 2 prajurit Raja Sigi segera kembali ke Sigi. Utusan menyampaikan semua pesan dan fakta-
fakta tentang Moro yang didapatkannya di TKP.

Perbincangan Raja dan Utusan

Utusan : Halo, dimana le?


Raja : Di hatimu.
Utusan : Eh, tuanku salah bangunkah?
Raja : Iya, salah bangun memang, masih mau mimpi tentang dirimu, tiba-tiba
tabangun.
Utusan : Eh eh eh, mo dapat kartu merah ini.
Raja : Woi, sadar-sadar! Latihan saja itu. Kemari lah, datang lah.
Utusan : Ok!
(Di ruangan Raja)

Raja : Bagaimana harim? Cantik?


Utusan : Boleh BOS. Boleh untuk saya saja?
Raja : Koslet ngana pe mulut? Serius ini.
Utusan : Menyesal seumur hidup BOS..
Raja : Hai le, berarti harim..
Utusan : Gunting rumput memang! Belum selesai orang bacerita, so main pangkas.
Maksudku, menyesal BOS kalo tidak jadikan Moro istri karena harim cantik
paripurna.
Raja : Kalo begitu, kase tau staff dan pegawai, basiap2 apa torang mo bapesta. Cari
akan MUA terkenal. Kalo bisa, tawar-tawar sadiki e karena mo undang artis
korea. Black Panther. Mo bikin pesta 7 hari 7 malam.
Utusan : Bolehlah, Cuci mata lagi saya.
Raja : Iyo, sampe rumah, istrimu sterilkan pake mama lemon lagi ngana pe mata.
Pi jo sebarkan ini berita.
Utusan : Ashiaaappp.
Tibalah hari yang dinantikan, yaitu pernikahan Raja Sigi dan Moro yang dilaksanakan di Desa Bulili.
Pesta pernikahannya berlangsung meriah. Hari itu adalah kali pertama Moro bertemu langsung dengan
Raja Sigi. Mereka pun saling jatuh cinta pada pandangan pertama.

Berbulan-bulan sudah Raja Sigi tinggal di Desa Bulili. Istrinya pun kemudian mengandung. Namun,
ketika sang istri ingin dimanja dan disayang oleh suaminya, Raja Sigi malah mengutarakan
keinginannya untuk kembali ke Sigi.

Raja Sigi : Mamski, mo pulang dulu saya e, boleh? So lama sekali saya te intip2
kampungku.
Moro : Boleh.. boleh.. tapi pi pulang ke Rahmatullah papski e.
Raja Sigi : Hama le, tega mamski ini.
Moro : Itu artinya, tak rela lah aku, papski. Saya sedang hamidun begini, baru mo
ditinggal. Tega le papski. Jangan2 nanti papski mo ganti nama.
Raja Sigi : Maksud mamski?
Moro : Baganti nama jadi Bang Toyib.
Raja Sigi : Tidak semudah itu mamski sayang, cape mo ba urus kosana komari di kantor
Dukcapil. Apalagi BBM Mahal sekarang. Mo nae lagi kata.
Moro : Adoh, nae apa2 berarti, parah. Makan nasi denga garam saja kalo begitu.
Kasian kasian kasian.
Back to our topic papski, serius ini, te usah dulu pulang kasian. Karena… kadang
kita perlu sendiri, bersandar pada tembok, lalu menceritakan semua RINDU
pada kipas angin.
Raja Sigi : Ooo.. pantas biasa saya di kamar sendiri, ada yang babisik2 bilang, saya tau
rahasiamu. Ternyata mamski sering bacerita deng bagosip dengan itu kipas
angin. Sebentar saya mo pi jual di market place jo, bahaya.
Moro : Jangan papski, BFF itu kasian. Best Friend Forever, yang artinya orang yang
mampu jaga rahasia.
Raja Sigi : Eh eh eh.. bukannya BFF itu teman sehidup semati? Aku saja yang hidup, kamu
mati duluan saja.
Moro : Tega.. tega.. papski ini. Dia do’akan saya mati cepat supaya bisa jadian dengan
mantannya. Hmm… saya curiga, papski pulang mau ketemu mantan kan?
Jangan bohong papski, tak baik la tuh.
Raja Sigi : Jangan begitu mamski, nanti papski kase uang belanja dobol2 e. Pi download
ulang itu shopee, mamski boleh beli apa saja yang mamski mau. Tapi, izinkan
papski pulkam e.. please.
Moro : Hmmm.. beli apapun boleh? Oke oke, Papski boleh pulang. Tapi ingat!! Pergi
untuk kembali, bukan kawin lagi. Upss.. sorry papski, just kidding.
Keesokan harinya, Raja Sigi kembali ke negerinya. Istrinya tidak dapat berbuat apa-apa. Ia tidak
mampu menahan suaminya agar tidak pergi. Tinggallah ia di Bulili tanpa suami. Namun, ia tidak
seorang diri, beberapa kerabatnya tinggal tak jauh dari rumahnya. Tetangga dan sahabat-sahabatnya
dengan senang hati menemaninya siang dan malam.

Ojo : Moro, are you okay?


Moro : Not really. I feel a little sad. Saya rindu papski.
Ojo : (Wajah sedih) Yakinlah, pasti suamimu mo pulang. Sabar neh.
(Ko tau Moro.. saya itu.. masih sayang dengan kau, tapi ko so mo jadi emak2,
ekh.. te jadi kalo bagitu). Moro, saya pergi dulu e, mamaku bilang te boleh lama2
bacerita dengan istrinya orang, nanti jadi buah bibir.
Moro : Bisa babuah juga ini bibir kah? Baru saya dengar.
Ojo : Bukan buah yang kayak dimakan itu, buah bibir itu sama dengan orang pe
bahan cerita.
Moro : Ooo.. saya kira. Kalo betul itu bibir bisa babuah, tantu itu si Mirna dan kawan2
yang paling sering panen.
Ojo : Biar dorang jual, sy te mau juga beli. I am your side Moro.
Ok, I must leave. Bye.
Moro : Bye, take care.
Moro pun duduk seorang diri. Tak lama kemudian, datanglah 2 sahabatnya untuk menghibur Moro.
Percakapan Moro dan 2 sahabatnya.
Sahabat 1 : Moro kenapa?
Sahabat 2 : Saya perhatikan ko sedih terus belakangan ini.
Moro : Guys, I am depressed. My husband.
Sahabat 1 : Bumil te boleh sedih.
Sahabat 2 : Iya, kasian baby. Don’t you think about it?
Moro : I’ve tried. But, it is so hard.
Sahabat 1 : We always be here with you.
Sahabat 2 : She is right. Don’t worry.
Moro : Thanks a lot guys.
Sahabat 1 : Let’s go shopping.
Sahabat 2 : O iya, mari jo. Banyak diskon jor-joran di pasar.
Moro & S1 : Cap cis cus.. cus.. markitgo..
Tetapi, ada beberapa warga yang suka mencibir dengan keadaan Moro sekarang.
Warga 1 : Eh, eh, eh, ada gosip. Hot from the oven.
Warga 2 : Memang ko ini e, Laju Suzuki, lebih laju lagi bibirmu.
Warga 3 : Itulah, kalah2 Yamaha yang selalu di depan.
Warga 1 : Mo dengar ato tidak? Kalo tidak, saya pi pulang saja.
Warga 2 : Pi lah pulang, lebih bagus. Supaya kita pe dosa tidak tatambah.
Warga 1 : Sudah jo dant, saya pulang saja.
Warga 3 : We.. jangan marah kata. Cerita jo itu gosip ter HOT dan ter UPDATE.
Warga 1 : Ko tau… suaminya Moro, itu Raja Sigi, so jadi Bang Toyib.
Warga 2 : What? OMG, OMG, OMG. Hmm.. akhirnya..
Warga 3 : Eh, ko bilang tadi tidak mau bagosip, tambah dosa, tapi so kau yang bakomen
duluan.
Warga 2 : Kalo tentang Moro, tak apalah dosaku batambah sedikit. Tau toh, dia itu cyber
aku.
Warga 3 : Iya, ko kan cinta mati sama Ojo. Tapi kesian yah, cintanya masuk daftar tunggu.
Warga 2 : Sudah sudah kata, lanjut yang tadi.
Warga 1 : Oke.. oke.. listen to this HOT GOSSIP. Jadi, Moro itu ditinggal suaminya so 2
bulan lebih dengan de pe perut yang besar.
Warga 3 : Ha?? Kenapa Moro? Talalu banyak makan stau makanya de pe perut besar.
Warga 1 : Astaga naga.. kalo orang so menikah kong de pe perut besar, itu bukan karena
dia banyak makan, tapi karena sakit hati.
Warga 3 : Iyakah? Bangka dada itu namanya. Adakan sakit hati bisa bikin Bangka perut.
Warga 2 : Te usah peduli akan dia. Lanjut jo.
Warga 1 : Kong te lama lagi Moro mo berojol itu. Barut e ada de pe suami. Suaminya so
lama pergi, jangan-jangan so diceraikan.
Warga 3 : Ooo.. Moro hamil.. unch unch.. kasian Moro.. Hamidun tapi suami tak ada.
Warga 2 : Do I care? Kasian! Sudah ah, sy mo pulang mandi.
Warga 1 : Iya, so mulai napoi memang. Mandi di kuala kita e.
Warga2,3 : Jom! Jom!

Bulan demi bulan Moro lalui. Tanpa terasa, tibalah waktu untuk melahirkan buah hatinya. Tanpa
ditemani sang suami, ia melahirkan seorang bayi yang lucu dan sehat. Semua warga Bulili ikut
berbahagia menyambut kehadiran makhluk mungil itu sebagai warga baru mereka. Tetapi, Moro
merasa sangat sedih karena sang suami tak kunjung pulang. Ayah Moro pun, kasihan melihat putrinya
tersebut. Ia segera menemui para Tadulako untuk meminta solusi.
Percakapan Ayah Moro dan para Tadulako
Ayah Moro : Tabe tuan-tuan.
Makeku : Iye papa Moro, ada apa?
Molove : Selamat pak, so jadi opa le komiu.
Bantaili : Alhamdulillah, tambah padat penduduk desa Bulili.
Ayah Moro : Begini Tuan-Tuanku, saya merasa sedih sekarang ini.
Molove : Ada apa pak? Seharusnya komiu senang dapat cucu.
Ayah Moro : Kasian anankku Moro, melahirkan tanpa didampingi suami. Raja Sigi Kembali
ke Sigi beberapa bulan yang lalu, tetapi beum permah balik sampe sekarang.
Makeku : Apakah sang Raja sudah pernah dihubungi?
Ayah Moro : Sudah Tuanku. SMS, Telpon, Chat dari kami hanya sekali-kali dibalas. Katanya
akan pulang sebelum Moro melahirkan. Terakhir kami hubungi, nomor Raja
tidak aktif.
Bantili : Te boleh begini. Sebaiknya kita ke sana. Raja pun belum tau kabar kelahiran
Moro.
Makeku : Besok pagi kami akan ke sana pak. Bapak tenang saja. Kami bantu selesaikan
masalah ini.
Bantili : Molove, sebaiknya tinggal untuk bajaga2 keamanan desa.
Molove : Iya, kalian berdua saja yang pergi. Nanti saya yang jaga desa.
Ayah Moro : Tuan-tunaku, terima kasih banyak. Saya pamit dulu.
Keesokan harinya, berangkatlah Makeku dan Bantili ke Sigi. Sesampainya di sana, mereka langsung
menemui sang raja dan menyampaikan berita gembira terkait kelahiran anak sang Raja. Namun
sayangnya, bukan keramahan yang mereka dapatkan, tapi justru ucapan tidak bersahabat yang keluar
dari Raja Sigi.
Percakapan Makeku, Bantili dan Raja Tadulako.
Raja : Mo ngaps kalian kemari?
Bantili : Maaf baginda, kami datang ke sini mo bakase tau kabar baik
Makeku : Iya baginda, komiu so jadi Ayah le. Congratulations!
Raja : Itu saja?
Bantili : Kami ingin minta lumbung padi untuk anak baginda.
Makeku : Iya baginda, te usah banyak. Sadiki saja, yang penting ada untung debay.
Raja : Saya tanya kamu orang, so bisa kah bayi baru lahir makan nasi?
Bantili : Belum baginda, kan belum ada de pe gigi.
Raja : Nah itu kamu orang tau, kong kenapa harus minta lumbung padi?
Makeku : Boleh lah sebagai hadiah anaknya baginda.
Raja : Kalo untuk anak sendiri, ada hadiah special. Jangan-jangan kalian ini so
kehabisan beras di sana makanya datang pi baminta kemari. Mengaku jo. Te
usah bawa-bawa saya pe anak.
Bantili : Bahina komiu ini le. Jangan mentang-mentang situ Raja, seenaknya bahina.
Makeku : E, sama-sama makan nasi kelles. Kita kemari datang bakase kabar bagus, tapi
komiu pe tanggapan lain-lain. Nabaya!
Raja : Kurang assam… Coba jo angkat itu saya pelumbung padi di belakang, mampu
kah? Kalo iyo, pi bawa pulang saja.
Bantili : Oo.. nantangin loe ya. Oke! Makeku, ingat jurus X dan Y?
Makeku : Eh, yang mana itu?
Bantili : Yang lalu dant, yang ada akar pangkatnya.
Makeku : Aih, te tuntas lalu say aitu.
Raja : E kasian, lama. Te mampu toh? Mengaku saja.
Ban & Mak : Badiam!! Masih discuss ini.
Raja : Mampu ngana? Disscuss jo sampe botak itu jurus. Te mampu pasti. Yang ada
mampus kamu orang.
Makeku : Ih, ini orang le! Gaga dikuncir de pe bibir.
Bantili : Sudah! Jurus angkat belanga saja kita pake.
Makeku : Di mana lumbungnya?
Raja : Noh..
Bantili : Show time!
Makeku dan Bantili pergi menuju lumbung padi. Dengan tatapan pandang entengnya, si Raja menatap
kedua Tadulako tersebut. Tiba-tiba, tatapan Raja mulai membulat, mulutnya terbuka menganga melihat
kedua Tadulako berhasil mengangkat lumbung padinya. Tak hanya Raja, prajurit Raja pun terheran-
heran dan tidak percaya.
Prajurit2 : Wah.. keren! Mau donk diajar!
Raja : Eh, eh, eh, kita pe lumbung padi diangkat orang, kamu orang terpesona. Prajurit,
kejar dorang itu.
Prajurit : Asyiap!
Lalu, para prajurit mengejar para Tadulako. Tetapi mereka sekali lagi terheran-heran dan terkaget-kaget
melihat Makeku dan Bantili mampu berlari dengan kecepatan bagaikan MotoGP di Sirkuit balap
Kebun Kopi dengan membawa beban seberat itu. Mereka terus mengejar tetapi tak mampu menangkap
kedua Tadulako tersebut. Kemudian, dilepaskan anak-anak panah, bahkan cucu-cucu panah oleh para
prajurit, tetapi tak satu pun dapat mengenai Makeku dan Bantili. Para prajurit pun makin terheran-
heran, terkaget-kaget bahkan klepek-klepek melihat kesaktian kedua Tadulako itu.
Sambil berlari, tampak sebuah sungai yang sangat besar berada di hadapan Makeku dan Bantili. Tetapi,
Ketika berada di tepian sungai, terlihat buaya-buaya yang sangat besar dan ganas.
Makeku : Bu Aya, ada bapak?
Buaya : Ada pi rapat.
Bantili : Bilang nanti salam tempel dari Makeku dengan Bantili.
Buaya : Sip-sip.
Makeku : Bantu dulu dant, kase menyeberang ini barang.
Buaya : Tapi ada de pe ongkir e.
Bantili : Hitung mo.
Lalu, buaya-buaya itu membantu Makeku dan Bantili menyeberangi sungai yang sangat luas itu.
Setelah sampai di tepian, buaya-buaya itu Kembali dan menghadang para prajurit yang sudah terlanjur
turun ke sungai. Meihat buaya semakin mendekat, para prajurit-prajurit itu berenang kembali ke tepian
dan lari terbirit-birit.
Pada akhirnya, Makeku dan Bantili pun selamat sampai di Bulili dengan membawa lumbung padi
tersebut.
Raja Sigi tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena para Tadulako tersebut terlalu kuat dan sakti. Ia pun
menderita kerugian yang besar, karena lumbung padi kerajaannya telah dibawa ke Bulili.
Pesan moral:

Tepatilah janji yang sudah diucapkan. Selain itu, janganlah menjadi pemimpin yang angkuh dan
sombong.

Anda mungkin juga menyukai