Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH

PERCOBAAN
ADSORBSI ZAT WARNA

Hari : Kamis
Kelompok :X–B
Praktikan : 1. Nur Afiyah (10411710000077)
2. M.Riswan Wiradiwa (10411710000086)
3. Ardista Izdhihar K (10411710000096)
Tanggal Mengumpulkan : 21 April 2020
Laporan
Asisten : Metika Mega Agata

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA INDUSTRI


FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
Makalah Teknologi Pengolahan Limbah
1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Secara alamiah air permukaan selalu kelihatan berwarna walaupun sebenarnya
tidak berwarna. Warna air permukaan juga dapat disebabkan oleh air limbah industri
seperti pada proses dyeing di pabrik tekstil dan pulping di pabrik kertas,
pertambangan/mining, refining/kilang minyak, industri makanan-minuman dan kimia. Dye
wastes atau dye stuff adalah penyebab warna yang sangat tinggi. Bubur kayu (pulping
wood) juga menghasilkan turunan (derivative) lignin yang tahan terhadap pengolahan
biologi (biological treatment seperti activated sludge). Adsorpsi ialah pengumpulan zat
terlarut di permukaan media dan merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau
zat cair yang kontak dengan zat lainnya. Proses ini menghasilkan akumulasi konsentrasi
zat tertentu di permukaan media setelah terjadi kontak antarmuka atau bidang batas (paras,
interface) cairan dengan cairan, cairan dengan gas atau cairan dengan padatan dalam waktu
tertentu.
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau
molekul pada permukaan zat padat. Energi ptensial permukaan dan molekul turun dengan
mendekatnya molekul ke permukaan, yang menyatakan energy potensial dua atom sebagai
fungsi jarak. Molekul yang teradsorpsi dapat dianggap membentuk fasa dua dimensi.
Dalam fasa dua dimensi molekul dapat mempertahankan dua derajad kebebasan (Alberty
dan Daniels, 1983).
Pencemaran oleh limbah cair yang berasal dari industri merupakan permasalahan
lingkungan yang dominan. Limbah cair yang tidak diolah dan dikelola akan berdampak
buruk terhadap perairan, khususnya sumber daya air (Priya et al., 2011). Salah satu jenis
limbah cair yang relatif banyak dijumpai adalah limbah tekstil. Limbah tekstil yang
dihasilkan industri pencelupan sangat berpotensi mencemari lingkungan. Hal ini
disebabkan air limbah tekstil tersebut mengandung bahan-bahan pencemar yang sangat
kompleks dan intensitas warnanya tinggi. Komponen utama yang berkontribusi pada
rendahnya kualitas air limbah dari industri tekstil adalah keberadaan bahan pewarna yang
tersedia dalam berbagai jenis senyawa kimia dengan konsentrasi bervariasi. Beberapa tipe
bahan pewarna merupakan racun dan berdampak secara karsinogenik dan mutagenik
terhadap kehidupan perairan dan manusia (Couto, 2009).
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk menurunan jumlah zat warna dalam
air limbah dengan proses adsorpsi menggunakan adsorben berupa arang tempurung kelapa.
Percobaan ini dimaksud untuk mengetahui konsentrasi kandungan bahan cair
menggunakan spektrofometer dalam air limbah.

I.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara untuk mengetahui konsentrasi kandungan bahan cair menggunakan
spektofotometer?

I.3 Tujuan Percobaan

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Departemen Teknik Kimia Industri FV
- ITS
2020
Makalah Teknologi Pengolahan Limbah
2
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui konsentrasi kandungan bahan
cair menggunakan spektofotometer.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Departemen Teknik Kimia Industri FV
- ITS
2020
Makalah Teknologi Pengolahan Limbah
3
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Zat Warna
Zat warna merupakan salah satu bahan yang sering digunakan pada suatu proses
industri. Banyaknya permintaan terhadap zat warna di antaranya berasal dari industri
tekstil, kertas, kosmetik, plastik, makanan dan rokok. Selama ini penggunaan zat warna
terbesar ada pada industri tekstil, oleh karena itu industri tekstil menjadi penyumbang
limbah zat warna terbesar di perairan. Limbah tersebut berasal dari proses pewarnaan
(dyeing) yaitu berupa zat warna yang larut dalam air (Manurung dkk, 2008).
Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik tidak jenuh dengan
kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat warna dengan serat.
Zat organik tidak jenuh yang dijumpai dalam pembentukan zat warna adalah senyawa
aromatik antara lain senyawa hidrokarbon aromatik dan turunannya, fenol dan
turunannya, serta senyawa-senyawa hidrokarbon yang mengandung nitrogen. Gugus
kromofor adalah gugus yang menyebabkan molekul menjadi berwarna (Agustina dkk,
2012).

II.1.2 Proses Adsorbsi


Secara garis besar, terdapat dua proses besar untuk menghilangkan zat warna,
yakni proses kimiawi, dan proses fisika. Proses kimiawi melibatkan proses koagulasi-
flokulasi dan proses oksidasi kimiawi, sementara proses adsorpsi dan pemisahan dengan
membran termasuk kedalam proses fisika. Proses adsorbsi adalah salah satu metode
penghilangan zat warna yang murah dan terdapat banyak pilihan adsorbennya, seperti
lempung, abu, lumpur, dan lain sebagainya. Beberapa limbah seperti abu pabrik dan
terak sisa industri juga dapat digunakan sebagai adsorben (Mondal dkk, 2018).
Adsorpsi merupakan peristiwa terakumulasinya partikel pada permukaan (Atkins
1999). Zat yang menjerap disebut adsorben, sedangkan zat yang terjerap disebut
adsorbat. Adsorben dapat berupa zat padat maupun zat cair. Adsorben padat diantaranya
adalah silika gel, alumina, platina halus, selulosa, dan arang aktif. Adsorbat dapat
berupa zat padat, zat cair, dan gas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi antara lain sifat fisik dan
kimia adsorben misalnya luas permukaan, ukuran partikel, komposisi kimia, sifat fisik,
dan kimia adsorbat, misalnya ukuran molekul dan komposisi kimia, serta konsentrasi
adsorbat dalam fase cairan. Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar luas
permukaan padatan persatuan volume tertentu sehingga akan semakin banyak zat yang
diadsorpsi (Atkins 1999).
Teori adsorpsi menjelaskan pengikatan atau penggabungan molekul terlarut pada
permukaan adsorben oleh gaya elektrik lemah yang dikenal dengan ikatan van der
Waals. Adsorpsi akan terkonsentrasi pada sisi permukaan yang memiliki energi yang
lebih tinggi. Aktivasi adsorben akan mengubah energi pada permukaannya sehingga
dapat meningkatkan tarikan terhadap molekul terlarut (Jason, 2004). Koefisien adsorpsi
menjadi nilai yang penting dalam proses penghilangan kontaminan dalam air. Jason
(2004) mendefinisikan koefisien adsorpsi sebagai nilai saat kontaminan terhilangkan
dari fase cair (adsorbat) menuju fase padat (adsorben).
Ukuran pori dan luas permukaan adsorben merupakan hal yang sangat penting
dalam adsorpsi. Perbesaran luas permukaan adsorben dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikelnya Adsorben polar cenderung mengadsorpsi adsorbat

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Departemen Teknik Kimia Industri FV
- ITS
2020
Makalah Teknologi Pengolahan Limbah
4
polar secara kuat, dan mengadsorpsi adsorbat nonpolar secara lemah. Sebaliknya
adsorben nonpolar cenderung untuk mengadsorpsi secara kuat adsorbat nonpolar dan
mengadsorpsi adsorbat polar secara lemah (Bird, 1993).
Proses adsorpsi berlangsung melalui tiga tahapan, yaitu makrotransport,
mikrotransport, dan sorpsi. Makrotransport meliputi perpindahan adsorbat melalui air
menuju interfase cair-padat dengan proses pemanasan dan difusi. Mikrotransport
meliputi difusi adsorbat melalui sistem makropori dan submikropori. Sorpsi adalah
istilah untuk menjelaskan kontak adsorbat terhadap adsorben. Istilah ini digunakan
karena sulitnya membedakan proses yang berlangsung¸ apakah fisika atau kimia.
Kapasitas adsorpsi suatu adsorben untuk sebuah kontaminan dapat ditentukan dengan
menghitung isoterm adsorpsi (Tchobanogglous dan Franklin 1991).

II.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi


Menurut Pei-Jen, et al. (2011), faktor ekonomi merupakan salah pertimbangan
utama dalam perencanaan sistem pengolahan limbah pada industri. Metode adsorpsi
memiliki potensi penghematan dari segi ekonomi karena karbon aktif yang telah
digunakan dapat dikembalikan lagi kemampuan adorpsinya melalui proses regenerasi.
Potensi tersebut akan berbeda, tergantung pada jenis karbon aktif yang digunakan.
Dengan mengetahui tingkat pemulihannya, dapat diperhitungkan kelebihan dan
kekurangan penerapan proses regenerasi, tentunya dengan mempertimbangkan pula
faktor keamanan lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses adsorpsi antara lain yaitu jenis
adsorben, jenis zat yang diserap, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat yang
diadsorpsi dan suhu. Oleh karena faktor-faktor tersebut maka setiap adsorben yang
menyerap suatu zat satu dengan zat lain tidak akan mempunyai pola isoterm adsorpsi
yang sama. Diketahui bahwa terdapat dua jenis persamaan pola isoterm adsorpsi yang
sering digunakan pada proses adsorpsi dalam larutan yaitu persamaan adsorpsi
(Wijayanti, 2018).
Menurut Asip (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi
yaitu:
1) Proses pengadukan Kecepatan adsorpsi selain dipengaruhi oleh film diffusion dan
pore diffusion juga dipengaruhi oleh pengadukan. Jika proses pengadukan relatif kecil
maka adsorbant sukar menembus lapisan film antara permukaan adsorben dan film
diffusion yang merupakan faktor pembatas yang memperkecil kecepatan penyerapan.
Dan jika pengadukan sesuai maka akan menaikkan film diffusion sampai titik pore
diffusion yang merupakan faktor pembatas dalam sistem batch dilakukan pengadukan
yang tinggi.
2) Karakteristik Adsorbant Adsorpsi dipengaruhi oleh dua sifat permukaan yaitu
energi permukaan dan gaya tarik permukaan. Oleh karena itu sifat fisik yaitu ukuran
partikel dan luas permukaan merupakan sifat yang terpenting dari bahan yang akan
digunakan sebagai adsorben.
3) Kelarutan adsorbant Proses adsorpsi terjadi pada molekulmolekul yang ada dalam
larutan harus dapat berpisah dari cairannya dan dapat berikatan dengan permukaan
adsorben. Sifat unsur yang terlarut mempunyai gaya tarik-menarik terhadap cairannya

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Departemen Teknik Kimia Industri FV
- ITS
2020
Makalah Teknologi Pengolahan Limbah
5
yang lebih kuat bila dibandingkan dengan unsur yang sukar larut. Dengan demikian
unsur yang terlarut akan lebih sulit terserap pada adsorben bila dibandingkan dengan
unsur yang tidak larut.

II.1.4 Mekanisme Proses Pengolahan Limbah Secara Adsorpsi


Adsorpsi merupakan peristiwa yang muncul ketika suatu substansi dalam fase
gas atau cair terakumulasi pada permukaan material padatan (adsorben) membentuk
lapisan molekular atau atomik (adsorbat). Adsorpsi terdiri dari proses penyerapan
(adsorpsi) dan pelepasan (desorpsi). Pada awal reaksi, adsorpsi akan lebih dominan
daripada desorpsi, hingga pada jangka waktu tertentu, proses desorpsi akan menjadi
lebih dominan. Adsorpsi akan terjadi hingga tercapai kondisi setimbang, dimana laju
adsorpsi dan desorpsi sama besarnya. Pelekatan adsorbat pada adsorben terjadi akibat
adanya tekanan/gaya yang mengikat adsorbat dari cairan/gas ke permukaan adsorben
(Sanada, 2014).
Menurut Sihotang & Dian (2009), secara sederhana mekanisme adsorpsi
digambarkan sebagai berikut:
1. Adsorbat berdifusi ke permukaan luar adsorben (difusi eksternal)
2. Sebagian besar adsorbat tersebut berdifusi lebih lanjut ke dalam pori-pori adsorben
(difusi internal), dimana sebagian lainnya hanya terikat pada permukaan luar.
3. Apabila adsorben telah mencapai kondisi jenuh atau mendekati jenuh, dapat terjadi
dua kemungkinan; terbentuk lapisan adsorpsi kedua (multilayer) atau tidak
terbentuk multilayer, sehingga adsorbat yang belum teradsorpsi berdifusi keluar
pori dan kembali ke cairan yang membawanya.

II.1.5 Sprektofotometri
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2014).
Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai
seperti prisma, grating ataupun celah optis (Khopkar, 2014).
Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh
dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh
panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang
gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-
benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma
(Khopkar, 2014).
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Departemen Teknik Kimia Industri FV
- ITS
2020
Makalah Teknologi Pengolahan Limbah
6
mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar,
2014).
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan
absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang
mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut
“absorpsi spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah
gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri”, karena memberikan
warna (Lestari, 2010).
Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri juga menggunakan panjang
gelombang pada gelombang ultraviolet dan infra merah. Prinsip kerja dari metode ini
adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi
kontaminan dalam larutan (Lestari, 2010).
Prinsip ini dijabarkan dalam Hukum Beer-Lambert, yang menghubungkan antara
absorbansi cahaya dengan konsentrasi pada suatu bahan yang mengabsorpsi, berdasarkan
persamaan berikut :

A = log (Iin/Iout) = (1/T) =


abc
A = Absorbance,
Iin = Intensitas Cahaya Yang Masuk,
Iout = Intensitas Cahaya Yang Keluar,
T = Transmitansi,
a = Tetapan Absorpsivitas Molar,
b = Panjang Jalur,
c = Konsentrasi Pada Suatu Bahan Yang Mengabsorpsi (Lestari, 2010).

II.1.6 Metode Spektrofotometri untuk Mengetahui Konsentrasi Zat Warna pada


Limbah
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari spektrum dan
panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.Jadi spektrofotometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990).
Penyerapan (absorbs) sinar UV dan sinar tampak pada umumnya dihasilkan oleh
eksitasi electron-elektron ikatan, akibatnya panjang gelombang pita yang mengabsorsi
dapat dihubungkan denan ikatan yang memungkinkan ada dalam suatu molekul (Rohman,
2007).
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode ini
memberikan metode sangat sederhan auntuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energy 12 cahaya oleh
suatu system kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian
pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu.
( Day and Underwood, 2001)

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Departemen Teknik Kimia Industri FV
- ITS
2020
Makalah Teknologi Pengolahan Limbah
7
Prinsip kerja Spektrofotometri adalah bila cahaya (monokrommatik maupun
campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan
dipantulkan sebagian diserap dalam medium itu dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar
dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki
hubungan dengan konsentrasi sampel (Hasibuan, 2015).

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Zat warna merupakan salah satu bahan yang sering digunakan pada suatu proses
industri. Banyaknya permintaan terhadap zat warna di antaranya berasal dari industri
tekstil, kertas, kosmetik, plastik, makanan dan rokok. Selama ini penggunaan zat warna
terbesar ada pada industri tekstil, oleh karena itu industri tekstil menjadi penyumbang
limbah zat warna terbesar di perairan.
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi merupakan
peristiwa terakumulasinya partikel pada permukaan. Zat yang menjerap disebut adsorben,
sedangkan zat yang terjerap disebut adsorbat. Adsorben dapat berupa zat padat maupun zat
cair. Adsorben padat diantaranya adalah silika gel, alumina, platina halus, selulosa, dan
arang aktif. Adsorbat dapat berupa zat padat, zat cair, dan gas.
Proses adsorpsi berlangsung melalui tiga tahapan, yaitu makrotransport,
mikrotransport, dan sorpsi. Makrotransport meliputi perpindahan adsorbat melalui air

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Departemen Teknik Kimia Industri FV
- ITS
2020
Makalah Teknologi Pengolahan Limbah
8
menuju interfase cair-padat dengan proses pemanasan dan difusi. Mikrotransport meliputi
difusi adsorbat melalui sistem makropori dan submikropori. Sorpsi adalah istilah untuk
menjelaskan kontak adsorbat terhadap adsorben. Istilah ini digunakan karena sulitnya
membedakan proses yang berlangsung¸ apakah fisika atau kimia. Kapasitas adsorpsi suatu
adsorben untuk sebuah kontaminan dapat ditentukan dengan menghitung isoterm adsorpsi.
Dalam menganalisa adsorpsi zat warna yang terkandung dalam sampel diperlukan alat
yaitu spektrofotometer UV/VIS. Spektrofotometri adalah salah satu metode analisis
instrumental yang didasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan atom maupun
molekul suatu senyawa kimia. Jenis-jenis spektrofotometer berdasarkan pada daerah
spektrum yang akan dieksporasi terdiri dari spektrofotometer sinar tampak (VIS) serta
gabungan spektrofotometer sinar tampak (VIS) dan ultraviolet (UV).

DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Departemen Teknik Kimia Industri FV
- ITS
2020
Makalah Teknologi Pengolahan Limbah
9
Manurung R, Rosdanelli Hasibuan, Irvan, (2008), Perombakan Zat Warna Azo
Reaktif Secara Anaerob – Aerob, Teknik Kimia, Universitas Sumatra Utara, Sumatra
Utara.

Agustina Emilia T., Muhammad A., (2012), Pengaruh Temperatur Dan Waktu
Pada Pengolahan Pewarna Sintetis Procion Menggunakan Reagen Fenton, Teknik Kimia,
Universitas Sriwijaya, Pelembang.

S. Mondal, M. K. Purkait, and S. De, Advances in Dye Removal Technologies.


Singapore: Springer Singapore, 2018.

Atkins PW. 1999. Kimia Fisika jilid II. Kartohadiprodjo II, penerjemah;
Rohhadyan T, editor. Oxford: Oxford University Press. Terjemahan dari: Physical
Chemistry.

Jason PP. 2004. Activated carbon and some applications for the remediation soil
and ground water pollution. Jakarta.

Bird T. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Budiyono, 2008, Kriya Tekstil Untuk SMK, Direktorat Pembinaaan Sekolah.

Tchobanoglous G, Franklin LB. 1991. Wastewater Enginering: Treatment,


Diposal, and Reuse. Singapura: McGrawHill.

Pei-Jen, L., Hsin-Chieh, L., Wen-Te, Y., & Jia-Ming, C. 2011. Chemical
Regeneration Of Activated Carbon Use For Dye Adsorption. Journal of the Taiwan Insitute
of Chemical Engineers 42, 305-311.

Wijayanti, Aris. 2018. Adsorpsi Logam Cr(VI) dan Cu(II) padaTanah dan
Pengaruh Penambahan Pupuk Organik. Semarang.

Asip, Faisol. 2008. Uji Efektifitas Cangkang Telur Dalam Mengadsorbsi Ion Fe
Dengan Proses Batch. Palembang.

Sanada, R. 2014. Adsorpsi Zat Warna Kationik (Methylene Blue) Menggunakan


Karbon Aktif Tempurung Kelapa dan Batu Bara serta Efisiensi Regenerasinya. Depok:
Universitas Indonesia.

Sihotang, A., & Dian, S. 2009. Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Arang
Aktif Sebagai Adsorben. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Khopkar, SM. 2014.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI-Press

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Departemen Teknik Kimia Industri FV
- ITS
2020
Makalah Teknologi Pengolahan Limbah
10
Lestari F. (2010),. Bahaya Kimia: sampling dan pengukuran kontaminan kimia di
udara. Buku Kedokteran. ECG. Jakarta.

Khopkar, S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analis Pustaka Pelajar. Yogjakarta

Hasibuan, E. 2015. Pengenalan Spektrofotometri Pada Mahasiswa Yang


Melakukan Penelitian Di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU. Medan.

R.A.Day.IR/A.I Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif . Penerbit Air


Langga Jakarta

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah


Departemen Teknik Kimia Industri FV
- ITS
2020

Anda mungkin juga menyukai