RANGKUMAN 1
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.5/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2018
TENTANG
STANDAR DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PENANGGUNG JAWAB
OPERASIONAL PENGOLAHAN AIR LIMBAH DAN PENANGGUNG
JAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
Peraturan ini berisikan 6 bab dan terdapat 13 pasal yang akan mengatur dan dijadikan
pedoman sebagai standar dan sertifikan kompetensi sebagai seorang penanggung operator
dalam mengolah air.
Pada Bab 1 mengatur tentang ketentuan umum terdapat Pasal 1 dalam peraturan
menteri menyebutkan bahwa terdapat dua perbedaan penanggung jawab diantaranya
penanggung jawab operasional pengolahan air limbah serta penanggung jawab pengendalian
air. Penanggung Jawab Operasional Pengolahan Air Limbah adalah personil yang memiliki
kewenangan dan tanggung jawab terhadap penyusunan rencana, pengoperasian dan
pengoptimalisasian pengoperasian instalasi air limbah, perawatan instalasi air limbah, serta
melaksanakan tanggap darurat dalam pengoperasian instalasi air limbah. Penanggung Jawab
Pengendalian Pencemaran Air adalah personil yang memiliki kewenangan dan tanggung
jawab internal terhadap pencegahan dan penanggulangan pencemaran air yang disebabkan
oleh usaha dan/atau kegiatan, dengan garis besar pekerjaan melakukan penilaian potensi
pencemaran air dari seluruh kegiatan produksi, menyusun strategi, program dan sasaran dari
berbagai kegiatan pengendalian pencemaran air, serta mengkoordinasi dan mengawasi
kelangsungan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran air.
Pada Bab 2 mengatur tentang standar kompetensi penanggung jawab operasional
pengolahan air limbah dan penanggung jawab pengendalian pencemaran air yang terdapat
pada pasal 2 digunakan sebagai: a. pedoman pelaksanaan kerja; b. penyusunan kurikulum
pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi; dan c. penyusunan skema sertifikasi dan
materi uji kompetensi.
Pada Bab 3 mengatur tentang sertifikasi kompetensi penanggung jawab operasional
pengolahan air limbah dan penanggung jawab pengendalian pencemaran air. Pada bab 3
terdapat pasal 3,4,5,6 dan 7. Pada pasal 3 penanggung jawab operasional pengolahan air
limbah dan penanggung jawab pengendalian pencemaran air dalam melaksanakan tugasnya
wajib memiliki kompetensi sedangkan kompetensi harus dibuktikan melalui sertifikasi
kompetensi dan dilaksanakan melalui uji kompetensi. Pada pasal 4 menyebutkan bahwa uji
kompetensi dilaksanakan oleh LSP. LSP dalam melaksanakan uji kompetensi wajib
mendapatkan lisensi dari BNSP dan diregistrasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan cq. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Pada pasal 5
menyebutkan bahwa peserta yang akan mengikuti uji kompetensi yang dilaksanakan oleh
LSP wajib memenuhi persyaratan. Persyaratan uji kompetensi meliputi : tingkat pendidikan
paling rendah; mendapatkan rekomendasi dari pimpinan usaha dan/atau kegiatan; mampu
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar secara lisan dan tulisan; dan memenuhi
kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan dalam standar kompetensi. Pada pasal 6
berisikan bahwa peserta uji kompetensi yang dinyatakan kompeten sebagai Penanggung
Jawab Operasional Pengolahan Air Limbah dan Penanggung jawab Pengendalian
Pencemaran Air diberikan sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh LSP. Sertifikat
NAMA : ARDISTA IZDHIHAR K
TUGAS TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH
NRP : 10411710000096
kompetensi berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan. Penerbitan sertifikat kompetensi dilaporkan oleh LSP kepada
Menteri cq. Kepala Badan. Pada pasal 7 menyebutkan bahwa untuk memelihara kompetensi
pemegang Sertifikat Kompetensi, LSP wajib melakukan penilikan (surveillance) yang
mencakup: evaluasi rekaman kegiatan; evaluasi asessmen; dan/atau witness/pengamatan.
Penilikan (surveillance) dilakukan 1 (satu) tahun sekali. Hasil penilikan (surveillance)
digunakan sebagai bahan pertimbangan perpanjangan sertifikat kompetensi.
Pada Bab 4 mengatur tentang Monitoring dan Evaluasi, terdapat pasal 8 dan 9. Pada
pasal 8 menyebutkan bahwa Kepala Badan cq. Pusat Perencanaan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia bekerjasama dengan Direktorat Teknis yang menangani pengendalian
pencemaran air serta Kementerian/Lembaga terkait wajib melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap penerapan standar dan sertifikasi Kompetensi Penanggung jawab Operasional
Pengolahan Air Limbah dan Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Monitoring dan
evaluasi dilaksanakan secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan.
Ketentuan mengenai monitoring dan evaluasi diatur dengan Peraturan Kepala Badan. Pada
pasal 9 berisikan hasil monitoring dan evaluasi disusun dalam bentuk laporan hasil
monitoring dan evaluasi penerapan Standar dan pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi
Penanggung Jawab Operasional Pengolahan Air Limbah dan Penanggung Jawab
Pengendalian Pencemaran Air. Laporan hasil monitoring dan evaluasi dilaporkan kepada
Direktur Jenderal dan kementerian/lembaga terkait. Laporan hasil monitoring dan evaluasi
digunakan sebagai pertimbangan untuk: pembinaan terhadap LSP; dan kaji ulang standar
kompetensi terkait pengendalian pencemaran air.
Pada Bab 5 mengatur tentang Ketentuan Peralihan terdapat pasal 10 dan pasal 11.
Pasal 10 yang menyebutkan bahwa Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
memiliki instalasi pengolahan air limbah wajib mempekerjakan Penanggung Jawab
Operasional Pengolahan Air Limbah dan Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Air
NAMA : ARDISTA IZDHIHAR K
TUGAS TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH
NRP : 10411710000096
yang memiliki Sertifikat Kompetensi paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini
diundangkan. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan
kewajiban dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pada pasal 11 menyebutkan bahwa Sertifikat Kompetensi Manajer Pengendalian
Pencemaran Air yang telah dikeluarkan sebelum diundangkannya Peraturan Menteri ini tetap
berlaku sampai dengan berakhirnya masa berlaku sertifikat.
Pada Bab 6 mengatur tentang ketentuan penutup tedapat pasal 12 dan 13. Pada pasal
12, pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 3 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi
Manajer Pengendalian Pencemaran Air, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pada pasal 13,
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Pada setiap unit, memiliki batasan variabel dan panduan penilaian masing-masing.
Batasan variabel terdiri dari : konteks variabel, peralatan dan perlengkapan, peraturan
yang diperlukan serta norma dan standar. Panduan penilaian meliputi dari : konteks
penilaian, persyaratan kompetensi, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, sikap
kerja yang diperlukan serta aspek kritis.
NAMA : ARDISTA IZDHIHAR K
TUGAS TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH
NRP : 10411710000096
10. Melakukan Tindakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Bahaya
dalam Pengolahan Air Limbah
RANGKUMAN 2
Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata rantai siklus
perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir
oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan
limbah B3 dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan sistem
manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah
dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki
persyaratan lingkungan.
Dumping limbah ke darat maupun ke laut merupakan alternatif paling akhir dalam
pengelolaan limbah, termasuk dumping beberapa jenis limbah B3. Dumping limbah B3 yang
memiliki toksisitas tinggi dilarang dilakukan di laut berdasarkan kajian ilmiah, referensi
internasional, maupun konvensi Internasional seperti konvensi dumping London (London
Dumping Convention). Larangan dan pembatasan dumping ke laut dimaksudkan untuk
melindungi ekosistem laut serta menghindari terjadinya pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup di laut karena air laut merupakan media yang mudah dan cepat
menyebarkan polutan dan/atau zat pencemar. Untuk itu, dumping limbah ke laut hanya dapat
dilakukan apabila suatu limbah dihasilkan dari kegiatan di laut dan tidak dapat dilakukan
pengelolaan di darat berdasarkan pertimbangan lingkungan hidup, teknis, dan
ekonomi.Dumping limbah wajib memenuhi persyaratan jenis dan kualitas limbah serta lokasi
sehingga dumping tidak akan menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia, mahluk
hidup lainnya dan lingkungan hidup.