Para pasien di unit perawatan kritis atau intensif (ICU) dimonitor secara berkala dengan
radiografi dada portabel, baik untuk memeriksa posisi berbagai alat bantu mereka dan juga
untuk meng-assessment status kardiopulmoner (jantung paru) mereka. Penyakit-penyakit
yang umum dialami oleh para pasien yang sakit kritis dibahas pada beberapa bab lain
(Tabel 11-1). Pada bab ini, anda akan mendapatkan saran praktis untuk mengevaluasi
tingkat keberhasilan (atau ketidakberhasilan) insersi dan posisi berbagai selang, kateter,
dan peralatan pendukung yang digunakan di ICU.
Merupakan sebuah kebiasaan untuk melakukan pemeriksaan radiografi konvensional
setelah dilakukannya insersi salah satu dari beberapa peralatan ini, dengan tujuan untuk
memeriksa posisinya, dan juga untuk memastikan tidak terjadinya komplikasi yang tidak
diinginkan.
Dengan demikian, untuk masing-masing selang atau alat, anda akan mempelajari:
Kenapa alat tersebut digunakan?
Di mana seharusnya alat tersebut berada/ berposisi?
Di area mana suatu alat dapat dianggap mengalami kesalahan posisi? Dan
komplikasi-komplikasi apa yang dapat terjadi akibat kesalahan posisi suatu alat?
Tabel 11-1. Penyakit-Penyakit Umum Pada Para Pasien Yang Sakit Kritis
Temuan, Kondisi, atau Penyakit Dibahas pada:
Sindrom gawat pernafasan akut Bab 13
Aspirasi Bab 9
Atelektasis Bab 7
Gagal jantung kongestif (edema paru) Bab 13
Efusi pleura Bab 8
Pneumomediastinum Bab 10
Pneumonia Bab 9
Pneumotoraks Bab 10
Penyakit embolik paru Bab 12
Selang Endotrakeal
Kenapa selang endotrakeal (ETT) digunakan
Untuk membantu ventilasi
Untuk mengisolasi trakea sehingga dapat memungkinkan dilakukannya
pengendalian saluran pernafasan
Untuk mencegah distensi lambung
Untuk menyediakan rute langsung penyedotan
Untuk memberikan obat-obatan
Idealnya, diameter selang endotrakeal haruslah satu setengah hingga dua pertiga lebar
trakea. Manset yang terinflasi (balon), jika ada, akanlah mengisi – namun tidak boleh
mendistensi – lumen trakea (Gambar 11-2).
Bagaimana cara untuk menemukan karina pada radiograf dada bagian depan?
Ikuti bronkus utama kanan atau kiri ke arah belakang sampai bertemu dengan
bronkus utama di sisi yang berlawanan. Pada 95% dari seluruh individu, karina
memproyeksi badan vertebral T5, T6, atau T7.
Selang Trakeostomi
Kapan selang trakeostomi digunakan
Pada para pasien yang mengalami obstruksi saluran pernafasan atau obstruksi di
bagian atas laring
Pada kasus gagal pernafasan yang membutuhkan intubasi jangka panjang (> 21 hari)
Untuk kasus obstruksi saluran pernafasan selama apnea tidur
Ketika terjadinya kelumpuhan otot-otot yang mempengaruhi fungsi menelan atau
respirasi
Penempatan selang trakeostomi yang benar/ tepat
Ujung selang endotrakeal haruslah berada di tengah antara stoma (dimana selang
trakeostomi diinsersikan) dengan karina, biasanya disetingkat level T3 (Gbr. 11-4).
Tidak seperti ETT, penempatan ujung selang trakeostomi tidaklah dipengaruhi oleh
fleksi/ penekukan dan ekstensi/ pengedangan kepala.
Lebar selang trakeostomi haruslah sekitar dua pertiga dari lebar trakea.
GAMBAR 11-4. Selang trakeostomi pada posisi yang
benar. Ujung selang (anak panah hitam utuh) haruslah
diposisikan di separuh jalan antara stoma (dimana selang
trakeostomi diinsersikan) (anak panah putih putus-putus)
dan carina (anak panah putih utuh), atau biasanya kira-kira
setingkat T3. Berbeda dengan ujung selang endotrakeal,
penempatan ujung selang trakeostomi tidaklah
dipengaruhi oleh fleksi/ tekukan dan ekstensi/
pengedangan leher.
CATETER INTRAVASKULER
Pneumotoraks dapatlah terjadi sampai 5% dari seluruh insersi CVC, yang dimana
kesalahan ini lebih sering terjadi pada pendekatan subklavian dibandingkan dengan
melalui rute jugularis internal.
Terkadang, CVCs dapatlah memperforasi (melubangi) vena, dan dapat berposisi
diluar pembuluh darah. Jika terdapat lengkungan yang tajam pada kateter, maka hal
ini dapatlah meningkatkan risiko terjadinya perforasi.
Terkadang, kateter ini secara tidak sengaja masuk ke arteri subklavia, bukan ke vena
subklavia. Kita harus menduga bahwa kateter terinsersi ke arteri jika alirannya
berdenyut dan laju kateter akan searah dengan lengkung aortik atau gagal menurun
ke bagian kanan tulang belakang (Gambar. 11-7).
Penempatan yang tepat untuk kateter sentral yang diinsersikan secara periferi (PICCs)
(Kotak 11-4)
Ujung kateter ini harus berposisi di dalam vena cava superior, namun juga dapat
diposisikan di vena aksila. Karena selangnya berukuran sangat kecil, mungkin akan
sulit untuk divisualisasikan (Gambar. 11-8).
Pemposisian kateter Swan-Ganz secara tepat (yang juga dikenal sebagai kateter tekanan
baji kapiler paru)
Kateter Swan-Ganz memiliki tampilan yang sama dengan kateter vena sentral,
namun kateter Swan Ganz berukuran lebih panjang.
Diinsersikan melalui vena subklavian atau vena jugularis internal, dan ujung-
ujungnya melayang masuk ke arteri kanan proksimal atau kiri proksimal paru-paru
kiri (Gambar. 11-9).
Balon kateter dapat secara sementara diinflasi hanya ketika pengukuran tekanan
sudah dilakukan, yang kemudian harus dikempiskan
GAMBAR 11-15. Alat pacu jantung lead ganda (dua sadapan) pada posisi
yang tepat. Alat pacu jantung terdiri dari generator denyut (anak panah putih
solid) yang biasanya diimplankan pada dinding dada kiri, dan satu (atau lebih) lead
diposisikan pada vena subklavia. Pasien ini memiliki alat pacu jantung lead-ganda.
Salah satu lead nya diposisikan pada apeks ventrikel kanan (anak panah hitam utuh
[A] dan [B]) serta lead-lead lainnya diposisikan pada atrium kanan (anak panah
hitam hitam putus-putus di gambar [A] dan [B]). Perlu diingat bahwa lead
ventrikular kanan (anak panah hitam utuh) berproyeksi (menjulur) ke bagian kiri
garis tengah (A) dan secara anterior (B), lead atrial kanan umumnya melengkung
ke arah atas (A) dan (B).
Penempatan atau pemposisian alat pacu jantung yang salah, beserta komplikasi-
komplikasinya.
Pneumotoraks merupakan komplikasi dari insersi alat pacu jantung atau AICD, yang
memang jarang terjadi.
Fraktur pada lead dapatlah terjadi di salah satu dari tiga tempat: alat pacu itu sendiri,
ujung lead, atau pada lokasi akses vena. Kerusakan pada lead dapatlah dikenali
melalui tampilan diskontinuitas pada lead wire itu sendiri (Gambar. 11-16).
Lead dapat memperforasi jantung, yang dimana kondisi ini dapat menyebabkan
tamponad jantung. Periksalah untuk mengetahui ada tidaknya lengkungan yang
terlalu tajam pada lead akibat perforasi pembuluh darah.
Lead dapat tertarik dari kontak normal dengan dinding ventrikular akibat pasien
“memelintir” atau “memutar-mutar” generator alat pacu jantung di bawah kulit,
yang tanpa sadar melilitkan lead di sekitar alat pacu, yang dimana hal ini dapat
menyebabkan tertariknya ujung (sindrom twiddler) (Gambar. 11- 17) atau dari
migrasi/ pergerakan alat pacu subkutan.
Lead dapat secara ektopik ditempatkan, sebagai contohnya, pada vena hepatik.
Penempatan pompa balon intraaortik (IACB atau IABP) yang tepat (Kotak 11-10)
Ujungnya dapat teridentifikasi melalui penanda metalik linear (Gambar. 11-19).
Ujungnya harus terletak jauh dari asal arteri subklavia kiri, hal ini supaya tidak
terjadi sumbatan.
Penanda metalik mungkin sedikit mengarah ke kanan di wilayah arka aorta.
Ketika terinflasi, balon yang berbentuk seperti sosis akanlah tervisualisasi sebagai
struktur yang mengandung udara pada aorta toraks desenden.