Anda di halaman 1dari 53

BAB 11

Memahami Penempatan Selang Yang Tepat Beserta Risiko


Komplikasi-Komplikasinya: Radiologi Perawatan Kritis

 
Disusun Oleh:
Medissia Ivana Patricia
17 - 300 

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
KEPANITERAAN ILMU RADIOLOGI
• Para pasien di unit perawatan kritis atau intensif (ICU) dimonitor
secara berkala dengan radiografi dada portabel, baik untuk memeriksa
posisi berbagai alat bantu mereka dan juga untuk meng-assessment
status kardiopulmoner (jantung paru) mereka.

• Dilakukan pemeriksaan radiografi konvensional setelah dilakukannya


insersi salah satu dari beberapa peralatan ini, dengan tujuan untuk
memeriksa posisinya, dan juga untuk memastikan tidak terjadinya
komplikasi yang tidak diinginkan.
Selang Endotrakeal (ETT)
Tujuan Penggunaan: KOTAK 11-1. SELANG ENDOTRAKEAL
 Untuk membantu ventilasi • Ujung selang harus berjarak sekitar 3 sampai 5 cm
 Untuk mengisolasi trakea sehingga di atas carina.
dapat memungkinkan dilakukannya
• Manset yang diinflasi tidak boleh mendistensi
pengendalian saluran pernafasan
lumen trakea.
 Untuk mencegah distensi lambung
• Selang ini merupakan alat yang paling umum
 Untuk menyediakan rute langsung
penyedotan mengalami kesalahan posisi di lobus bronkus utama
kanan atau lobus bronkus bawah kanan.
 Untuk memberikan obat-obatan
• Jika ujung selang diposisikan di leher, maka hal ini
berpotensi merusak pita suara.
Gambar 11-1. Selang endotrakea berada pada
posisi yang tepat.
Selang endotrakea (ETTs/ endotracheal tubes)
merupakan selang yang berukuran lebar
(sekitar 1 cm) dengan garis penanda radiopak
(anak panah putih utuh) dan tidak memiliki
lubang samping. Ujung nya biasanya menyudut
secara diagonal (anak panah hitam putus-
putus).
Dengan kepala pasien yang diposisikan netral,
ujung ETT harus berjarak 3 sampai 5 cm dari
karina (anak panah hitam utuh), yaitu sekitar
setengah jarak antara ujung medial klavikula
(anak panah putih putus-putus) dan karina.
GAMBAR 11-2. Selang endotrakeal dengan manset
yang terlalu terinflasi (mengumbung).
Idealnya, diameter selang endotrakeal (anak panah
hitam) haruslah sepertiga sampai setengah dari
lebar trakea. Manset yang diinflasi (balon), jika ada,
dapatlah mengisi — tetapi tidak boleh mendistensi
— lumen trakea.
Di sini balon yang diinflasi/ digembungkan (anak
panah putih) lebih lebar dari diameter trakea, yang
kemudian dikempiskan/ dideflasi. Terlalu lamanya
kompresi pada dinding trakea oleh manset yang
terlalu terinflasi dapatlah menyebabkan stenosis
dan nekrosis dinding trakea.
Bagaimana cara untuk menemukan karina pada radiograf dada bagian depan?
• Ikuti bronkus utama kanan atau kiri ke arah belakang sampai bertemu dengan
bronkus utama di sisi yang berlawanan. Pada 95% dari seluruh individu, karina
memproyeksi badan vertebral T5, T6, atau T7

Gerakan ujung dengan fleksi dan ekstensi


• Fleksi atau penekukan leher dapat menyebabkan turunnya ujung selang sejauh
2 cm. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa ujung selang harus berjarak 3
sampai 5 cm dari carina.
• Fleksi atau pengedangan leher dari posisi netral dapat menyebabkan naiknya
ujung selang sejauh 2 cm.
Penempatan selang endotrakeal yang salah beserta
komplikasi-komplikasinya

• Malposisi atau kesalahan posisi selang yang paling umum: karena sudut yang
lebih dangkal dan diameter yang terlalu lebar pada bronkus utama kanan
atau bronkus intermedius, yang dimana ujung ETT akan cenderung meluncur
atau mengarah ke bronkial sisi kanan dan kiri (seringnya ke bronkial sisi kiri):
Kesalahan posisi ini dapatlah menyebabkan atelektasis (terutama lobus kanan atas
dan paru-paru kiri tak teraerasi)
Intubasi bronkus utama kanan juga dapat menyebabkan pneumotoraks tekanan sisi
kanan.

• Intubasi esofagus yang tidak disengaja dapat menyebabkan dilasi lambung.


GAMBAR 11-3. Selang endotrakeal yang
terlalu tinggi.

• Ujung selang (anak panah putih) tidak


boleh diposisikan pada laring atau
faring. Ujung selang trakea harus
berposisi distal minimal 3 cm dari
tingkat pita suara sehingga aspirasi dan
kerusakan pita suara tidak terjadi.

• Ujung medial klavikula ditandai dengan


anak panah hitam.
Selang Trakeostomi
Kapan digunakan:
 Pada para pasien yang mengalami obstruksi saluran pernafasan atau
obstruksi di bagian atas laring
 Pada kasus gagal pernafasan yang membutuhkan intubasi jangka
panjang (> 21 hari)
 Untuk kasus obstruksi saluran pernafasan selama apnea tidur
 Ketika terjadinya kelumpuhan otot-otot yang mempengaruhi fungsi
menelan atau respirasi
Penempatan selang trakeostomi
yang tepat
• Ujung selang (anak panah hitam utuh) haruslah
diposisikan di separuh jalan antara stoma
(dimana selang trakeostomi diinsersikan) (anak
panah putih putus-putus) dan carina (anak
panah putih utuh), atau biasanya kira-kira
setingkat T3.
• Berbeda dengan ujung selang endotrakeal,
penempatan ujung selang trakeostomi tidaklah
dipengaruhi oleh fleksi dan ekstensi leher.
• Lebar selang trakeostomi haruslah sekitar dua
pertiga dari lebar trakea.
Penempatan selang trakeostomi yang salah
dan komplikasinya
• Sesaat setelah pemasangan, kita harus memeriksa ada tidaknya tanda-tanda perforasi
yang tidak disengaja pada trakea, seperti pneumomediastinum, pneumotoraks, dan
emfisema subkutan.

KOTAK 11-2. SELANG TRAKEOSTOMI


• Ujung selang harus berada di pertengahan jalan antara stoma masuk dan karina.
• Jika dilengkapi, manset umumnya tidaklah dipompa untuk mencapai ukuran yang lebih besar
dari lumen trakea.
• Komplikasi jangka pendek dari pemasangan selang trakeostomi diantaranya mencakup perforasi
trakea.
• Stenosis trakea merupakan komplikasi jangka panjang yang paling umum dari insersi selang
trakeostomi, yang umumnya terjadi pada lokasi stroma masuk.
Kateter Vena Sentral (Tekanan)
 Untuk akses vena untuk memasukan obat kemoterapeutik dan hiperosmolar, dan
penggunaan kateter ini tidaklah cocok untuk pemberian obat melalui vena perifer.
 Pengukuran tekanan vena sentral
 Untuk mempertahankan dan memantau volume darah intravascular

KOTAK 11-3. Penempatan kateter vena sentral (CVC) yang benar


• Ujung kateter harus terletak pada vena cava superior.
• Semua lengkungan pada kateter melengkung mulus, tidak boleh terlalu tajam atau
terlipat, atau juga tidak boleh terbelit.
• Malposisi atau kesalahan posisi kateter yang paling umum adalah pada atrium kanan
dan vena jugularis internal (untuk kateter subklavian yang diinsersikan).
• Selalu melakukan pemeriksaan terjadi tidaknya pneumotoraks setelah melakukan
insersi kateter, baik yang berhasil atau yang tidak berhasil.
GAMBAR 11-5. Kateter vena sentral subklavia
pada posisi yang tepat.
• Kateter vena sentral memiliki diameter yang
kecil (3 mm) dan secara seragam tampak opak
tanpa garis penanda (anak panah putih utuh).
• Vena subklavia bergabung dengan vena
brakiosefal di belakang ujung medial klavikula.
Kateter vena sentral harus mencapai ujung
medial klavikula (anak panah hitam putus-
putus) sebelum menurun.
• Kateter harus menurun ke bagian kanan
tulang belakang toraks, dan ujungnya harus
berada di vena cava superior (anak panah
hitam utuh).
GAMBAR 11-6. Kateter vena sentral yang salah
diposisikan pada vena jugular internal.
• Kateter vena sentral, terutama yang diposisikan
melalui rute subklavia (anak panah putih putus-
putus), seringkali mengalami malposisi.
• Kateter ini paling sering diposisikan dengan
ujungnya yang berada di atrium kanan atau vena
jugularis interna (anak panah putih utuh).
• Ketika kateter vena sentral mengalami malposisi,
maka akanlah menyebabkan ketidakakuratan
pengukuran tekanan vena sentral.

 Pneumotoraks dapatlah terjadi sampai 5% dari seluruh insersi CVC, yang dimana kesalahan ini lebih
sering terjadi pada pendekatan subklavian dibandingkan dengan melalui rute jugularis internal.
 Terkadang, CVCs dapatlah memperforasi (melubangi) vena, dan dapat berposisi diluar pembuluh darah.
Jika terdapat lengkungan yang tajam pada kateter, maka hal ini dapatlah meningkatkan risiko terjadinya
perforasi.
GAMBAR 11-7. Kateter vena sentral yang ditempatkan pada
arteri.
• Terkadang, selang sentral dapat secara tidak sengaja terinsersi
(dimasukan) di arteri subklavia, bukan pada vena subklavia.
Kateter ini tidak mencapai ujung medial klavikula (anak
panah putih putus-putus) sebelum menurun, dan ujung nya
(tanda lingkaran hitam) diorientasikan pada tulang belakang
yang diarahkan menjauhi bayangan vena cava superior (anak
panah putih utuh). Kita dapat menduga bahwa kateter
diposisikan pada arteri jika aliran balik berdenyut.

Dua upaya atau lebih ketika menginsersikan/ memasukkan CVC:


 Radiografi dada frontal/ depan dapat diperoleh setelah penempatan CVC.
 Jika penempatan awal gagal, maka kita harus melakukan pemeriksaan radiografi
dada sebelum kembali mencoba melakukan insersi di sisi lain, hal ini ditujukan untuk
menghindari risiko terjadinya pneumotoraks bilateral.
Kateter Sentral Yang Dimasukkan Secara Perifer (PICC)
 Untuk akses vena jangka panjang (dalam periode hitungan bulan)
 Untuk memberikan obat-obatan, seperti contohnya kemoterapi atau antibiotik
 Untuk pengambilan sampel darah secara rutin. Karena ukurannya yang kecil, kateter
ini dapat dimasukkan ke dalam vena antekubital.

Penempatan yang tepat untuk (PICCs) Malposisi PICC dan komplikasinya


• Ujung kateter harus berposisi pada • Ujung kateter ini mungkin dapat
vena cava superior atau vena aksila. mengalami malposisi seiring
dengan berjalannya waktu.
• Kateter ini mungkin dapat sulit
• Trombosis selang dapatlah
untuk divisualisasikan karena terjadi karena ukuran lumennya
ukurannya yang kecil. yang kecil.
• Trombosis selang dapatlah terjadi
seiring dengan berjalannya waktu.
GAMBAR 11-8. Kateter sentral yang
dimasukkan secara periferi (PICC) di
atrium kanan.
• PICC (anak panah hitam) dapat
digunakan untuk akses vena jangka
panjang. Karena selangnya sangat kecil,
maka tidaklah mudah untuk divisualisasi.
• Ujung kateter harus berada di dalam
vena cava superior, namun dapatlah
ditempatkan pada vena aksila. Pada
kasus ini, ujung kateter memanjang ke
wilayah atrium kanan (lingkaran hitam).
Kateter Arteri Pulmonalis — Kateter Swan-Ganz
✓ Memonitor status hemodinamik pasien yang sakit kritis
✓ Membantu membedakan antara edema jantung dengan edema non-jantung (nonkardiak)

Kesalahan pemposisian kateter Swan-Ganz & komplikasinya


• Komplikasi yang signifikan dan paling umum adalah infarksi paru akibat oklusi arteri pulmonalos oleh kateter,
atau juga karena emboli yang muncul dari kateter
• Kateter yang ditempatkan atau diposisikan secara periferi dapatlah menyebabkan perforasi yang terlokalisasi,
yang dapat dikenali melalui konsolidasi atau massa yang terbentuk di lokasi ujung kateter pada pasien kritis
yang dirawat yang juga menderita hemoptisis.

KOTAK 11-5. KATETER SWAN-GANZ


• Ujung kateter tidak boleh lebih dari 2 cm dari hilum baik pada arteri pulmonalis kanan atau kiri.
• Balon harus digembungkan hanya ketika pengukuran tekanan sudah dilakukan.
• Ujung kateter seharusnya tidak terletak di dalam arteri pulmonalis perifer.
GAMBAR 11-9. Kateter Swan-Ganz pada
posisi yang benar/ tepat.
• Kateter Swan-Ganz memiliki tampilan
yang sama dengan selang vena sentral
tetapi lebih panjang (anak panah hitam).
• Kateter ini dapat diinsersikan melalui
vena subklavian atau vena jugularis
internal, dan ujungnya (lingkaran hitam)
mengambang kedalam sisi kanan atau
kiri proksimal arteri pulmonalis.
• Ujung kateter ini tidak boleh berjarak
lebih dari 2 cm dari bayangan hilar.
Kesalahan Pemposisian
GAMBAR 11-10. Kateter Swan-Ganz dengan ujung
yang terlalu menepi.
• Kateter Swan-Ganz ini diarahkan ke arah arteri
pulmonalis kanan (anak panah hitam).
• Ujung kateter Swan-Ganz harus berposisi pada
jarak 2 cm dari bayangan hilar (anak panah
putih).
• Ujung kateter ini (lingkaran hitam) terletak pada
cabang tepi arteri pullmonalis desenden kanan.
• Kondisi pada gambar diatas dapatlah
meningkatkan risiko beberapa komplikasi seperti
infark paru-paru atau pembentukan
pseudoaneurisma.
Kateter Lumen Ganda –
Kateter Quinton Catheters, Kateter Hemodialisis
 Hemodialisis
 Port simultan untuk pemberian obat-obatan dan pengambilan sampel darah
KOTAK 11-6. KATETER LUMEN GANDA
• Ujung kateter ini harus berada di dalam vena cava superior atau atrium kanan: terdapat beberapa
kateter yang dirancang dengan lumen terpisah, sehingga satu ujung berada di vena cava superior dan
satu ujung lainnya berada di atrium kanan.
• Vena jugularis interna kanan memiliki tingkat insidens terendah akan pembekuan darah, sehingga
lokasi ini sering dipilih sebagai rute akses.
• Beberapa komplikasi dari pemasangan kateter lumen ganda diantaranya adalah pneumotoraks,
trombosis, dan infeksi.

Kesalahan pemposisian kateter lumen ganda dan komplikasi-komplikasinya


• Beberapa komplikasi dini diantaranya adalah penumotoraks, malposisi, atau perforasi ujung.
• Beberapa komplikasi jangka panjang diantaranya adalah infeksi dan trombosis pada vena dimana kateter
diposisikan di dalamnya, atau oklusi pada kateter itu sendiri.
GAMBAR 11-11. Kateter lumen ganda dalam posisi
yang benar.
• Kateter dengan lubang besar ini biasanya ditandai
dengan garis tengah (panah hitam bertitik).
• Semua memiliki setidaknya dua lumen, dengan
ujung dari mana darah ditarik dari pasien (panah
putih solid) lebih proksimal daripada ujung di
mana darah dikembalikan ke pasien (panah hitam
padat) untuk meminimalkan resirkulasi.
• Beberapa kateter, seperti yang ini, dirancang
sebagai dua, kateter lumen tunggal yang terpisah
dengan satu ujung di vena cava superior dan yang
lainnya di atrium kanan.
Selang Drainase Pleural (Chest Tube, Selang Torakotomi)
 Untuk menghilangkan udara atau menyalirkan kumpulan cairan abnormal dari
ruang pleura

KOTAK 11-7. SELANG DRAINASE PLEURA


• Secara umum, Chest tube dapat berfungsi dengan baik dalam posisi apapun, namun, kondisi
malposisi dapat menyebabkan proses penyaliran terganggu (tidak optimal). Untuk efusi
pleura, selang ini dapat berfungsi lebih baik jika ujungnya ditempatkan secara posterior dan
inferior.
• Untuk kasus pneumotoraks, selang ini dapat lebih berfungsi dengan baik jika ujungnya
ditempatkan secara anterior dan superior.
• Penyaliran cepat efusi pleura atau pneumotoraks yang berukuran besar dapatlah
menyebabkan edema paru pada paru-paru yang terganggu.
GAMBAR 11-12. Chest tube yang diposisikan
dengan tepat.
• Chest tube adalah selang dengan ukuran lubang
yang lebar dengan garis radiopak yang
digunakan sebagai penanda. Garis tampak putus
di lokasi lubang samping (anak panah hitam).
• Posisi yang ideal adalah anterosuperior (anak
panah putih), seperti halnya pada pasien ini,
yang ditujukan untuk mengevakuasi
pneumotoraks, dan posisi yang ideal untuk
penyaliran efusi adalah posisi posteroinferior.
• Chest tube biasanya dapat tetap berfungsi
dengan baik dengan posisi apapun.
GAMBAR 11-13. Lubang samping chest tube
memanjang di luar toraks.
• Selang dada biasanya memiliki satu (atau lebih)
lubang samping yang ditandai dengan
terputusnya garis penanda.
• Tidak boleh ada lubang samping (anak panah
putih utuh) yang berlokasi di luar rongga toraks
(anak panah hitam putus-putus), sebagaimana
yang terlihat pada pasien ini. Kebocoran udara
dapat terjadi dan semakin parah, dan akan
memperburuk masalah (pada kasus ini adalah
kasus efusi pleura).
• Selang ini juga berbelit ketika memasuki dada
(anak panah hitam utuh), yang selanjutnya
dapat mengurangi tingkat efisiensinya.
Kesalahan penempatan selang drainase pleura dan komplikasinya.
• Sebagian besar dari seluruh kasus malposisi dapat mengganggu proses penyaliran,
walaupun memang hal ini tidak akan memunculkan komplikasi yang serius. Hal ini
mencakup malposisi dimana selang secara tidak sengaja ditempatkan pada fisura mayor
• Jika lubang samping memanjang keluar dinding dada, maka hal ini akan dapat
menyebabkan kebocoran udara, yang dimana hal ini akan mengganggu proses
penyaliran dan juga dapat menyebabkan emfisema subkutan.
• Komplikasi serius jaranglah terjadi:
o Pendarahan akibat laserasi arteri interkostal
o Laserasi liver atau limpa pada saat insersi
o Re-ekspansi yang cepat untuk paru-paru yang kolaps (baik akibat pneumotoraks yang besar
ataupun efusi pleura) dapatlah menyebabkan edema paru reekspansi unilateral
GAMBAR 11-14. Chest tube pada fisura.
• Sepertinya Chest tube dimasukan ke salah
satu fisura antar lobus ketika selang
diorientasikan disepanjang fisura. Selang
ini berada di dalam fisura mayor kanan
(anak panah putih pada tampilan depan
[A] dan anak panah hitam pada tampilan
lateral [B]).
• Malposisi yang seperti ini dapatlah
mengganggu proses penyaliran, dan jarang
memunculkan kondisi komplikasi yang
serius.
Alat Pacu Jantung (Pacemakers)
 Untuk penanganan berbagai kelainan konduksi jantung
 Kondisi-kondisi tertentu yang sulit ditangani dengan penanganan medis (Contohnya: CHF)

Penempatan alat pacu jantung yang benar


• Semua alat pacu jantung terdiri dari generator denyut yang biasanya ditanam secara
subkutan di dinding dada anterior kiri dan minimal satu lead (elektroda) diinsersikan
secara perkutan, yang umumnya kedalam vena subklavia.
• Beberapa alat pacu jantung memiliki dua lead (biasanya ujungnya ada di atrium kanan
dan ventrikel kanan), sedangkan beberapa alat pacu jantung yang lain mungkin
memiliki tiga lead (yang ujungnya berposisi pada di atrium kanan, ventrikel kanan, dan
sinus koroner).
• Semua lead/ sadapan harus memiliki kurva atau lengkung yang lembut, dan tidak
boleh terjadi belitan atau lekukan tajam pada elektroda.
GAMBAR 11-15. Alat pacu jantung lead ganda (dua
sadapan) pada posisi yang tepat.
• Alat pacu jantung terdiri dari generator denyut (anak
panah putih solid) yang biasanya diimplankan pada
dinding dada kiri, dan satu (atau lebih) lead
diposisikan pada vena subklavia.
• Pasien ini memiliki alat pacu jantung lead-ganda.
Salah satu lead nya diposisikan pada apeks ventrikel
kanan (anak panah hitam utuh [A] dan [B]) serta
lead-lead lainnya diposisikan pada atrium kanan (anak
panah hitam hitam putus-putus di gambar [A] dan
[B]).
• Perlu diingat bahwa lead ventrikular kanan (anak
panah hitam utuh) berproyeksi (menjulur) ke bagian
kiri garis tengah (A) dan secara anterior (B), lead atrial
kanan umumnya melengkung ke arah atas (A) dan (B).
Pemposisian alat pacu jantung yang salah, beserta komplikasinya.
• Pneumotoraks merupakan komplikasi dari insersi alat pacu jantung atau AICD, yang memang jarang terjadi.
• Lead dapat memperforasi jantung, yang dimana kondisi ini dapat menyebabkan tamponad jantung.
Periksalah untuk mengetahui ada tidaknya lengkungan yang terlalu tajam pada lead akibat perforasi
pembuluh darah.
• Lead dapat secara ektopik ditempatkan, sebagai contohnya, pada vena hepatik.

GAMBAR 11-16. Lead alat pacu jantung yang mengalami


fraktur.
• Fraktur pada alat pacu jantung atau implan jantung otomatis
(AICD) dapatlah terjadi di salah satu dari tiga tempat/ lokasi:
generatornya itu sendiri, ujung lead, atau lokasi akses vena.
• Fraktur pada lead dapat dikenali dari diskontinuitas (putus)
pada lead wire nya (anak panah putih utuh), yang pada
pasien di atas terjadi pada lokasi akses vena ke vena
subklavia. Lead yang mengalami fraktur telah terdeteksi
sebelumnya, dan yang kedua, yaitu lead utuh sudah berada
di tempatnya (anak panah putih putus-putus).
GAMBAR 11-17. Sindrom Twiddler.
Terdapat beberapa pasien secara tidak
sengaja “memutar-mutar” generator denyut
subkutan, dan jika jaringan subkutannya
memungkinkan, maka hal ini dapat memutar
atau merotasi generator berkali-kali pada
porosnya sendiri, dan melengkungkan lead
disekitar alat (anak panah hitam). Kondisi ini
dapat menarik ujung elektroda dari dinding
dalam ventrikel kanan, dan membuat alat
pacu jantung menjadi tidak berfungsi. Lead
ini telah tertarik/ teretraksi ke vena cava
superior (anak panah putih).
Implan Defibrilator Jantung Otomatis (AICD)
 Untuk mencegah kasus kematian mendadak, yang biasanya diakibatkan oleh takiaritmia, seperti
contohnya fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel

KOTAK 11-9. IMPLAN DEFIBRILLATOR JANTUNG OTOMATIS  


• Implan defibrillator jantung otomatis adalah berbeda dari dari alat pacu jantung dari elektroda,,
karena elektroda pada defibrilator jantung adalah lebih tebal pada setidaknya satu lead nya.
• Implan defibrillator jantung otomatis dapat memiliki satu (ventrikel kanan), dua (atrium kanan dan
ventrikel kanan), atau tiga lead (atrium kanan, ventrikel kanan, dan sinus koroner).
• Tekukan pada ujungnya harus mulus, tidak boleh menekuk tajam.
• Komplikasi-komplikasi yang tampak dapat mencakup kerusakan pada lead atau lead yang copot.

Kesalahan penempatan AICD beserta komplikasi-komplikasinya.


• Lead dapat bermigrasi/ bergerak dan menjadi dan menjadi copot.
• Lead dapat mengalami fraktur.
GAMBAR 11-18. AICD
• Berbeda dengan alat pacu jantung, AICD biasanya
memiliki ruas yang lebih lebar dan lebih opak
(legap) pada setidaknya satu dari beberapa
elektroda nya (anak panah putih dan hitam solid).
• Satu elektroda biasanya ditempatkan di vena cava
superior (anak panah putih solid) atau vena
brakiosefalik dengan ujungnya yang berada di
atrium kanan (ditandai dengan lingkaran hitam),
dan ujung elektroda yang lainnya yang ditempatkan
di puncak/ apeks ventrikel kanan (anak panah
hitam solid).
• AICD ini memiliki lead ketiga yang memasuki sinus
koroner dan terletak di vena koroner (anak panah
hitam putus-putus).
Pompa Balon Kaunterpulsasi Intraaortik (IABP)
 Digunakan untuk meningkatkan curah jantung dan meredakan perfusi arteri koroner setelah
operasi, atau untuk pasien yang mengalami renjat kardiogenik atau kegagalan ventrikel yang
sulit ditangani. Pada pompa balon yang ditempatkan pada aorta toraks proksimal
desendens, balon pun akan mengembung pada saat diastolik, yang meningkatkan aliran
darah ke arteri-arteri koroner, dan mengempis pada saat sistolik, yang dimana hal ini dapat
mengurangi beban hilir jantung.

KOTAK 11-10. POMPA BALON INTRAAORTIK


• Ujungnya memilki penanda metalik, yang harus terletak jauh dari asal arteri subklavia kiri.
• Ketika dipompa/ diinflasi, balon akan terlihat seperti sosis yang didalamnya terisi oleh udara
pada aorta toraks.
• Kateter yang ditempatkan terlalu proksimal dapatlah berisiko menyumbat pembuluh darah
besar.
• Kateter yang ditempatkan terlalu distal mungkin tidak akan efektif.
GAMBAR 11-19. Penempatan IABP yang tepat
• Ujung alat bantu ini dapat diidentifikasi dengan
penanda metalik linear yang berukuran kecil di
wilayah aorta toraks desenden (anak panah
hitam).
• Ujung harus terletak jauh dari asal arteri
subklavia kiri, hal ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya sumbatan.
• Posisi ujung biasanya berjarak 2 cm dari bagian
atas lengkungan aorta (anak panah putih).

Kesalahan Penempatan IABP


• Jika kateter terlalu berposisi proksimal, maka balon yang terinflasi dapat menyumbat pembuluh darah
besar, yang dimana hal ini dapat menyebabkan stroke.
• Jika balonnya terlalu jauh, maka alat akan mengalami penurunan efektivitas.
• Diseksi aorta dan perforasi arteri dapatlah terjadi, namun demikian kasus ini jaranglah terjadi.
Selang Nasogastrik (NGT)
 Untuk pemberian makanan jangka pendek
 Untuk pengambilan sampel lambung dan dekompresi melalui penyedotan
 Pemberian obat

Selang nasogastrik adalah selang yang berukuran lebar (sekitar 1 cm) yang ditandai dengan strip
radiopak yang “tampak terputus” pada lubang samping, biasanya sekitar 10 cm dari ujung.

KOTAK 11-11. SELANG NASOGASTRIK (SELANG LEVIN)


• Ujung selang nasogastrik harus memanjang kedalam lambung sekitar 10 cm melewati persimpangan EG.
• Selang nasogastrik merupakan selang yang paling umum mengalami malposisi; dengan demikian
selalulah periksa posisinya melalui pemeriksaan radiograf.
• Ketika mengalami malposisi, selang ini seringkali melilit di kerongkongan.
• Jika dimasukkan/ diinsersikan ke dalam trakea, selang ini dapat memanjang kedalam bronkus ke
pinggiran paru-paru, yang umumnya mengarah ke sisi kanan.
GAMBAR 11-20. Selang nasogastrik pada perut
• Selang nasogastrik adalah selang yang memiliki ukuran
lubang yang lebar yang ditandai dengan strip/ garis
radiopak (legap) yang “tampak terputus” pada posisi
lubang samping, biasanya berjarak sekitar 10 cm dari
ujung (anak panah putih).
• Ujung selang dan semua lubang samping tabung harus
memanjang sekitar 10 cm ke dalam perut melampaui
persimpangan esofagogastrik (EG) untuk mencegah
terjadinya aspirasi akibat pemberian makan kedalam
esofagus/ kerongkongan.
• Selang ini tergulung dengan sendirinya, dan ujungnya
(ditandai lingkaran putih) berposisi terlalu dekat
dengan persimpangan EG.

Cara mengenali lokasi persimpangan EG


Persimpangan EG biasanya terletak di persimpangan hemidiafragma kiri dan sisi kiri tulang belakang toraks
(yang dikenal dengan istilah sudut kardiofrenia kiri).
Kesalahan pemposisian selang nasogastrik dan komplikasi-komplikasinya

 Perforasi yang disebabkan oleh NGT jarang terjadi, namun ketika terjadi,
biasanya terjadi di esofagus leher.
 NGT menetap dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan refluks
gastroesofageal, yang kemudian dapat menyebabkan esofagitis dan
striktur.

GAMBAR 11-21. Selang nasogastrik pada bronkus lobus kanan bawah.


• NGT adalah selang yang paling sering mengalami malposisi dibandingkan
dengan selang-selang lainnya.
• Tergulungnya NGT pada kerongkongan adalah bentuk malposisi yang paling
umum. Pada pasien ini, selang nasogastrik (anak panah hitam) memasuki
trakea (bukan memasuki kerongkongan), dan ujungnya memanjang ke lobus
bawah kanan (ditandai lingkaran putih).
• Sangatlah penting untuk melakukan pemeriksaan radiograf untuk
mengkonfirmasi pemposisian NGT sebelum menggunakannya untuk
pemberian makan. Bagian NGT yang terletak di luar pasien ditumpangkan di
dada (anak panah putih), seperti juga beberapa lead monitor jantung.
Selang Makan (Dobbhoff Tubes)
 Untuk tujuan pemberian nutrisi

KOTAK 11-12. SELANG MAKAN (SELANG DOBBHOFF)


• Posisi ujung selang yang ideal adalah pada duodenum, namun demikian, sebagian besar
dari petugas medis menempatkannya di dalam lambung.
• Ujung selang dikenali oleh penanda metaliknya.
• Jika secara tidak sengaja dimasukan kedalam trakea, maka ujung nya akan masuk ke
paru-paru.
• Selalu lakukan pemeriksaan radiograf sebelum menggunakan selang untuk pemberian
makan.
GAMBAR 11-22. Selang Dobbhoff di dalam
duodenum.
• Jika diposisikan dengan benar, ujung selang
Dobbhoff haruslah berada di duodenum untuk
mengurangi tingkat risiko aspirasi setelah proses
pemberian makan. Ujung selang dikenali dari
ujung metaliknya (anak panah putih solid).
• Selang Dobbhoff ini memasuki lambung (anak
panah hitam utuh), berputar di sekitar sapuan
duodenum (anak panah hitam putus-putus), dan
berakhir di persimpangan antara bagian keempat
duodenum dan jejunum (anak panah putih utuh).
• Penempatan di lambung (bukan pada duodenum)
merupakan praktik yang umum terjadi. Perhatikan
bahwa persimpangan EG biasanya terletak di
persimpangan hemidiafragma kiri dan sisi kiri
tulang belakang toraks (sudut kardiofrenia kiri)
(anak panah hitam utuh).
Kesalahan pemposisian selang makan dan komplikasi-komplikasinya

 Penempatan di trakea (bukan di kerongkongan)


memungkinkan ujung selang untuk masuk ke paru-paru.
 Perforasi esofagus oleh kawat pemandu merupakan satu
komplikasi yang jarang terjadi.
 Setelah kawat pemandu diangkat, kawat pemandu
tidak akan dimasukan kembali.

GAMBAR 11-23. Selang Dobbhoff di bronkus lobus bawah kiri


dan kanan. Pada kasus ini, selang Dobbhoff secara tidak sengaja
memasuki trakea (anak panah hitam putus-putus), memasuki
bronkus lobus kiri bawah (anak panah putih putus-putus), dan
kemudian menggulung dengan sendirinya (anak panah hitam
utuh) untuk melintasi garis tengah dan berakhir di kanan bawah
lobus bronkus (anak panah putih utuh).
POIN-POIN PENTING UNTUK DIPELAJARI
Selang Posisi yang benar
Selang endotrakeal (ETT) Ujungnya berjarak 3-5 cm dari karina; setengah jalan adalah antara
klavikula media dan karina
Ujung selang trakeostomi Setengah jalan antara stoma dan carina
Kateter vena sentral (CVC) Ujung pada vena cava superior
Implan Kateter sentral perifer Ujung pada vena cava superior
(PICC)
Kateter Swan-Ganz Ujungnya pada arteri paru kanan atau kiri proksimal, dalam 2 cm hilum
Kateter lumen ganda (Quinton) Ujungnya baik pada vena cava superior atau atrium kanan
(atau keduanya), tergantung pada tipe kateter
Chest Tube Anterosuperior untuk pneumotoraks; posteroinferior untuk efusi pleura
POIN-POIN PENTING UNTUK DIPELAJARI
Selang Posisi yang benar
Alat pacu jantung Ujung pada apeks ventrikula kanan; lainnya pada atrium kanan dan/ atau
sinus koroner

Implan Defribilator jantung Satu lead ada pada vena cava superior; yang lainnya pada ventrikula
otomatis (AICD) kanan/ atau sinus koroner

Pompa balon intraortik (IABP) Ujungnya berjarak sekitar 2 cm dari atas arka aortik pada aorta toraks
desenden

Selang nasogastrik (Levin) (NGT) Ujungnya pada lambung, berjarak 10 cm dari persimpangan
esofagogastrik

Selang makan (Dobbhoff) (DHT) Idealnya, ujungnya berada pada duodenum, namun pada kenyataannya,
banyak yang ditempatkan di dalam lambung
eGambar 11-1 Penggantian katup aorta.
A, Terdapat satu katup prostetik yang menutupi tulang belakang dan berorientasi secara
miring ke arah katup aorta (ditandai dengan lingkaran hitam).
B, Selang yang ditarik diantara karina dan sulkus kardiofrenikus anterior (garis warna
merah) dapat membantu dalam pengidentifikasian lokasi katup prostetik; katup aorta (A)
(lingkaran putih) berada di atas selang dan area katup katup mitral (M) di bawah selang.
eGAMBAR 11-2. Penggantian katup mitral dan trikuspid.
Katup trikuspid berorientasi hampir vertikal pada tampilan depan (anak panah putih di Gambar A) dan
berorientasi anterior pada tampilan lateral (anak panah hitam di Gambar B).
Katup mitral biasanya ditemukan di sebelah kiri tulang belakang pada tampilan depan (anak panah hitam
di Gambar A) dan berposisi posterior pada tampilan lateral (anak panah putih di Gambar B).
Anda dapat melihat adanya pelebaran atrium kiri yang membesar (garis hitam putus-putus) pada pasien
ini yang mengalami stenosis mitral parah. Terdapat satu lead alat pacu jantung epikardial yang terlihat
pada gambar, yang teridentifikasi oleh bentuk yang seperti pembuka tutup botol (lingkaran hitam).
eGAMBAR 11-3. Penggantian katup pulmonal.
Katup pulmonal (lingkaran hitam pada tampilan depan di Gambar [A] dan lingkaran putih pada
tampilan lateral di Gambar [B]) tidaklah dapat diganti sesering penggantian katup aorta atau mitral.
Indikasi yang paling umum untuk penggantian katup pulmonal bedah adalah kondisi regurgitasi paru
(dengan atau tanpa stenosis), dilatasi ventrikel kanan, dan aritmia. Sekarang ini, beberapa katup
dapat diganti melalui pelepasan berbasis kateter tanpa melakukan pembedahan.
eGAMBAR 11-4. Alat bantu ventrikular kiri (LVAD).
Alat bantu sirkulasi mekanis yang diimplankan-melalui-
penanganan-bedah pada pasien yang menderita gagal jantung
parah (yang sulit ditangani melalui penggunaan obat-obatan) saat
ini sudah dapat digunakan sebagai alternatif permanen pengganti
transplantasi jantung.
Alat yang ditampilkan di sini adalah HeartMate. Pompa
diimplankan pada rongga praperitoneal atau rongga peritoneum
di bawah jantung (anak panah putus-putus).
Alat ini merupakan pompa alir kontinyu tanpa adanya aksi
denyut; dengan demikian, pasien yang mendapatkan implan alat
tersebut tidaklah akan memiliki denyut nadi yang dapat diraba.
Kanula inflow dianastomosiskan ke ujung ventrikel kiri (anak
panah utuh). Kanula outflow terpasang pada aorta asenden
(anak panah putus-putus). Unit ini dapat berjalan dengan baterai
atau daya eksternal.
EFIGURE 11-5. Pompa Impella.
Modalitas ini adalah satu pompa bantuan
ventrikel kiri yang dimasukkan dengan kateter.
Pompa dapat dimasukkan melalui arteri femoralis,
ke aorta desenden (anak panah hitam), melintasi
katup aorta (anak panah putih), dan ke ventrikel
kiri.
Pompa ini menarik darah pada katup aortik.
Seperti halnya pompa balon kaunterpulsasi intra-
aortik (IABP), pompa ini biasanya digunakan untuk
dukungan sirkulasi sementara pada para pasien
yang mengalami renjat kardiogenik pasca
penanganan bedah jantung dan yang tidak dapat
merespon terapi dengan medikasi standar.
eGAMBAR 11-6. Klip oklusi atrium kiri (sisi frontal [A] dan lateral [B]).
Klip (lingkaran putih di gambar [A] dan anak panah putih di gambar [B]) dapat digunakan pada pasien
yang mengalami fibrilasi atrium, hal ini karena sumber dari 90% trombus adalah disebabkan oleh aritmia.
Klip diaplikasikan selama pembedahan ke permukaan luar apendase atrium kiri dan ditujukan untuk
secara permanen mengoklusi bukaan ke apendase pada pangkalnya, sehingga dapat mencegah darah
untuk memasuki kantong yang ditrabekulasi.
eGAMBAR 11-7. Perekam loop implan (tanda
lingkaran).
Alat ini merupakan pemonitor elektrokardiografik
subkutan yang menyimpan data EKG secara otomatis
sebagai respons terhadap kelainan ritme jantung
spesifik atau sebagai respons terhadap pasien yang
mengaktifkannya.
Alat ini utamanya digunakan untuk diagnosis para
pasien yang sering mengalami pingsan atau palpitasi
tanpa diketahui penyebabnya; untuk pemonitoran
pasien jangka panjang yang menderita (atau yang
diduga menderita) fibrilasi atrial; dan untuk
pengidentifikasian risiko pada para pasien yang
pernah mengalami infarksi miokardium.
eGAMBAR 11-8. Stent arteri koroner.
Terdapat satu stent di arteri koroner desenden anterior kiri (anak panah putih dan hitam).
Tidak semua stent akan terlihat pada foto toraks, dan banyak dari stent bioabsorbable (yang dapat
diserap oleh jaringan tubuh) yang tidak akan dapat terlihat pada pemeriksaan radiografi.
Kebanyakan dari stent arteri koroner yang lebih baru dapat terlihat melalui pemeriksaan MRI, namun
pemeriksaan MRI biasanya dilakukan setelah tidak dapat diperiksa melalui penggunaan radiograf
konvensional.
eGAMBAR 11-9. Expander jaringan.
Pasca mastektomi, pembesar jaringan sementara
yang berisi salin dimasukkan di bawah kulit dan otot
payudara (port ditunjukkan oleh anak panah) dan
secara perlahan diinflasikan dengan salin tambahan.
Setelah beberapa bulan, pembesar pun diangkat,
dan pasien pun dapat mendapatkan penanganan
rekonstruksi jaringan atau insersi implan payudara
permanen.
Pembesar jaringan ini akan memungkinkan
kesesuaian dan tekstur kulit dengan payudara di
sampingnya tanpa meninggalkan bekas luka yang
signifikan.
eGAMBAR 11-10. PEG (gastrostomi endoskopik perkutan) (intraluminal dan ekstraluminal).
Selang PEG digunakan untuk pemberian nutrisi enteral pasien jangka panjang, bukan untuk gastrostomi.
Untuk menentukan apakah selang PEG berposisi secara tepat (atau tidak) di lokasi intraluminal, sedikit kontras (yang
dapat larut dengan air) pun diinjeksikan, yang terkadang dibantu dengan panduan fluoroskopi.
A, Balon retensi selang PEG (anak panah hitam utuh) menggembung pada lambung (S). Semua kontras yang digunakan
adalah bersifat intraluminal (berada di dalam lumen) dan keluar dari lambung ke duodenum.
B, Injeksi kontras ke dalam selang PEG lain dapat menunjukkan bahwa semua kontras adalah ekstraluminal (berada di
luar lumen) pada rongga peritoneal (anak panah putih). Kontras dapat menunjukkan permukaan eksternal usus kecil
yang terisi udara (anak panah hitam putus-putus).

Anda mungkin juga menyukai