Oleh:
Nama : Muthia Dara Alifvira
NIM : B1A016013
Kelompok :2
Rombongan : III
Asisten : Isnaini Maulida
A. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan salah satu makluk hidup yang dapat hidup pada
ekosistem maupun dalam tubuh makluk hidup lainnya.Mikroorganisme terdapat
beberapa yang menguntungkan bagi makluk hidup lainnya tetapi ada juga yang dapat
merugikan bagi makluk hidup lainnya.Menurut habitatnya mikrooganisme ada yang
hidup di udara, tanah, tubuh makluk hidup, dan ada juga yang hidup di air.Sedangkan
menurut kebutuhan oksigennya mikroorganisme ada yang aerob (membutuhkan
oksigen) maupun ada juga yang anaerob (tidak membutuhkan oksigen) (Hindersah,
2007).
Cara pengendalian umumnya bertujuan untuk menyelamatkan populasi
dibandingkan menyelamatkan secikit individu tanaman. Umumnya, kerusakan atau
kehilangan hasil dari satu atau beberapa tanaman saja dari sekian populasi tanaman
di suatu lahan dianggap bukan masalah, dengan demikian pengendalian umumnya
dilakukan pada populasi tanaman pada suatu areal, walaupun pada kasus tertentu
pengendalian dapat juga dilakukan hanya pada satu atau beberapa individu tanaman
(terutama pohon, tanaman hias, dan kadang-kadang tanaman yang terinfeksi virus).
Penyakit yang sangat serius pada tanaman tertentu biasanya dimulai dari adanya
bagian kecil dari tanaman yang terinfeksi dan menjadi sakit, kemudian menyebar
dengan cepat, dan sukar untuk disembuhkan setelah penyakit mulai
berkembang.Untuk itu, hampir semua metode pengendalian ditujukan untuk
melindungi tanaman agar tidak menjadi sakit dari pada menyembuhkannya setelah
mereka menjadi sakit. Hanya sedikit penyakit infeksi pada tanaman yang dapat di
kendalikan dengan baik di lapang dengan cara terapi (Aryantha, 2001).
Cara-cara pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit
tumbuhan cukup banyak, dan cara-cara tersebut kemudian dikelompokkan menjadi
cara undang-undang, biologis, fisik, dan kimia. Cara pengendalian dengan Undang-
undang bertujuan untuk menghilangkan patogen dari inang atau dari area geografis
tertentu.Kebanyakan metode pengendalian melalui bercocok tanam bertujuan
membantu tanaman untuk menghindari kontak dengan suatu patogen, membuat
kondisi lingkungan tidak sesuai untuk patogen atau menghindarkannya untuk
mendukung patogen, dan memusnahkan atau mengurangi jumlah patogen dalam
tanaman, lahan, atau area.Metode biologi dan beberapa metode pengendalian
bercocok tanam bertujuan untuk memperbaiki resistensi tanaman atau memberikan
kondisi yang baik untuk mikroorganisme antagonis terhadap patogen. Akhirnya,
metode pengendalian kimia dan fisik bertujuan untuk melindungi tanaman dari
inokulum patogen yang telah datang disitu, atau yang akan datang brikutnya, atau
menyembuhkan infeksi yang telah ada pada tanaman agar tidak berkembang lebih
jauh. Beberapa yang lebih baru (sejak tahun 1995), senyawa kimia yang masih diuji
beroperasi dengan cara mengaktifkan pertahanan tanaman (systemic acquired
resistance) melawan patogen (Soenartiningsih, 2010).
B. Tujuan
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cawan petri, LAF, jarum
ose, timbangan, sekop, plastik, sendok, polybag, dan sprayer.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tanah steril, isolat
Trichoderma harzianum, media PDA, aquades steril, hara, benih cabai (Capsicum
annum) dan benih terong (Solanum melongena).
B. Metode
Dihomogenkan
Isolat patogen
Di campurkan ke tanah
steril 1 kg dan tambah
aquades steril
Bubur
Inkubasi Tanah
inokulum
3x24 jam mengandung T.
T.
Tanah steril harzianum
harzianum,
1 sendok
Dirawat 2 Diinokulasi dengan
minggu dan fusarium sp. dan
disiram setiap penyemaian benih
hari
Semai
terinfeksi
diamati
P2 :
Dirawat 2
minggu dan Diinokulasi dengan
disiram setiap T.harzianum dan
hari penyemaian benih
Semai
terinfeksi
diamati
P3 :
Diamati semai
Disiram dan
yang terinfeksi
dirawat 2 minggu
3. Pengamatan intensitas penyakit
4.
Diamati, difoto,
dan dicatat
hasilnya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a
Rumus perhitungan intensitas penyakit : IP= × 100 %
a+b
5
P1: IP= ×100 %=62,5 %
5+3
6
P2: IP= ×100 %=66 %
6 +3
3
P3: IP= ×100 %=50 %
3+ 3
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya praktikum kali ini adalah sebaiknya lebih teliti lagi dalam
pemberian penyakit tumbuhan agar didapatkan hasil yang signifikan.
DAFTAR REFERENSI
Hindersah. 2007. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Aerob dan Fungi dari Lumpur
Kolam Anaerob di Instalasi Pengolahan Air Limbah Bandung. Jurnal Teknik
Lingkungan. 13(2), pp: 1-4.
Javandira C, Aini AQ, & Abadi L. 2013. Pengendalian Penyakit Busuk Lunak Umbi
Kentang (Erwinia carotovora) dengan Memanfaatkan Agen Hayati Bacillus
subtilis dan Pseudomonas fluorescens.Jurnal HPT. 1(1), pp: 90-97.
Muthahanas, I., & Listiana, E. 2017. Skrining Streptomyces sp. Isolat Lombok
Sebagai Pengendali Hayati Beberapa Jamur Patogen Tanaman. CROP
AGRO, Scientific Journal of Agronomy, 1(2), 130-136.
Muslim, A., Palimanan, K., Hamidson, H., Salim, A., & Anwar, N. 2014. Evaluasi
Trichoderma dalam Mengendalikan Penyakit Rebah Kecambah Tanaman
Cabai.Jurnal Fitopatologi Indonesia, 10(3), pp: 73-80.
Nugroho, T., Ali, M., Ginting, C., Wahyuningsih, Dahliaty, A., Devi, S., &
Sukmarisa, Y. 2008. Isolasi dan karakterisasi sebagian kitinase Trichoderma
viride TNJ63. Jurnal Natur Indonesia, Vol 5, pp : 101-106.
Purwatisari, S.& Rini B.H. 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora
infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang
Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal.Bioma. 11(1), pp: 24-
32.
Sivparsad, B.J., Chiuraise, N., Laing, M.D., & Morris, M.J. 2014. Negative Effect of
Three Commonly Used Seed Treatment Chemichals on Biocontrol Fungus
Trichoderma harzianum. African Journal of Agricultural. 9(33), pp: 2588-
2592.