Anda di halaman 1dari 20

TEORI KEMUNGKINAN DAN TES CHI SQUARE

(Probability Theory and Chi Square Test)

Disusun oleh:

Dwi Purbowati, S.Pd (14725251023)

PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015
DAFTAR ISI

Cover

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori kemungkinan
1. Pengertian teori kemungkinan
2. Tujuan teori kemungkinan
3. Dasar dan aplikasi teori kemungkinan
a. Bujur sangkar punnet
b. Teori kemungkinan
c. Rumus binomial
d. Rumus multinomial
4. Manfaat teori kemungkinan
B. Tes Chi Square
1. Pengertian Chi Square
2. Tujuan Chi Square
3. Prinsip Chi Square
4. Rumus dan Aplikasi tes chi square

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Individu yang terbentuk dari hasil perkawinan yang tampak dalam wujud
fenotip, terbentuk dari kemungkinan-kemungkinan yang ditimbulkan dari
pertemuan antara kedua gamet yang dimiliki oleh induknya (gamet jantan dan
gemet betina). Dengan mempelajari dan mengetahui teori kemungkinan maka
dapat dilakukan dugaan atau prediksi terhadap hasil yang dimunculkan dari proses
perkawinan atau persilangan yang telah dilakukan. Keturunan dari hasil
perkawinan atau persilangan dua individu sejenis yang berbeda jenis kelamin
tidak dapat dipastikan dengan mudah tetapi dapat diprediksi atau diduga dengan
mengunakan teori peluang yang dihasilkan dari perkawinan tersebut. Oleh karena
itu peranan teori peluang tidak hanya penting dalam ilmu matematika atau
statistik tetapi juga berperan dalam ilmu biologi khususnya ilmu genetika. Suryo
(2008: 143) menyatakan bahwa peranan teori pelung dalam ilmu genetika
berkaitan dengan pemindahan gen dari induk ke gamet, pembuahan sel telur oleh
sperma, berkumpulnya kembali gen-gen dalam zigot sehingga dapat terjadi
berbagai macam kombinasi.
Dalam teori peluang atau kemungkinan yang digunakan untuk mengetahui
dan memprediksi hasil yang ditimbulkan akibat dari kegiatan genetik disebut
metode chi square. Metode chi square adalah cara yang dapat dipakai untuk
membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan dengan
hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Metode ini diterapkan
dalam suatu tes chi square. Pemanfaatannya dilakukan untuk menghilangkan
keraguan terhadap hasil percobaan persilangan yang dilakukan apakah merupakan
kebetulan ataupun dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hal ini akan memudahkan
peneliti untuk dapat melakukan dugaan sementara terkait hasil yang diharapkan
dari proses perkawinan atau persilangan yang dilakukan. Pengujian chi square
berbeda dengan pengujian lain. Dalam pengujian chi square, terdapat pegujian
mutu untuk menguji apakah variabel acak x memiliki distribusi F(x) yang
dibutuhkan atau tidak.
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas, makalah ini akan
membahas lebih lanjut mengenai teori kemungkinan dan tes chi square, yang
meliputi pengertian, tujuan, jenis, prinsip, manfaat, dan penggunaan (aplikasi) dari
teori kemungkinan dan tes chi square dalam kehidupan sehari-hari pada makhluk
hidup.

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan
penyusunan makalah adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari teori kemungkinan dan tes chi square
2. Mengetahui tujuan penggunaan dari teori kemungkinan dan tes chi square
3. Mengetahui jenis dan prinsip penggunaan dari teori kemungkinan dan tes chi
square
4. Mengetahui manfaat dari teori kemungkinan dan tes chi square
5. Mengetahui aplikasi dari teori kemungkinan dan tes chi square
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Kemungkinan
1. Pengertian
Istilah peristiwa yang kita kenal sehari-hari seringkali agak berbeda makna
jika kita berbicara tentang teori peluang. Biasanya orang berpikir bahwa
peristiwa adalah suatu kejadian layaknya peristiwa sejarah, gejala-gejala fisik,
pesta dan lain sebagainya. Dalam statistika, pengertian ini diperluas dengan
memasukkan unsur-unsur kesempatan atau peluang atas terjadinya suatu
peristiwa yang didasarkan pada hasil sebuah percobaan atau eksperimen yang
dilakukan secara berulang-ulang.
Kita ketahui bahwa pada peristiwa pembentukan sel kelamin
(gametogenesis) pada lalat buah maupun pada manusia terdapat dua kejadian
yang berlainan. Pertama pada oogenesis terbentuklah sel telur yang hanya satu
macam saja, yaitu sel telur yang hanya mengandung kromosom X. Kedua pada
spermatogenesis terbentuklah dua macam spermatozoon, yaitu spermatozoon
yang mengandung kromosom Y dan X. Dengan demikian kemungkinan suatu
sel telur dibuahi oleh spermatozoon X dan kemungkinan dibuahi oleh
spermatozoon Y itu sama. Dengan kata lain perbandingan keduanya sama, yaitu
50% : 50% atau 1/2 : 1/2. Teori kemungkinan ini juga dapat digunakan jika kita
melemparkan suatu mata uang ke udara. Kemungkinan kita mendapatkan sisi
yang bergambar adalah 1/2 , sedang kemungkinan mendapatkan sisi yang tidak
bergambar 1/2 pula.
Teori kemungkinan adalah suatu teori yang memprediksikan atau
meramalkan suatu keadaan yang akan terjadi terkait suatu aktifitas yang akan
dilakukan atau dikerjakan. Menurut Suryo (2008: 143) berbagai istilah seperti
kemungkinan, keboleh-jadian, peluang dan sebagainya dipergunakan untuk
membicarakan peristiwa/kejadian yang halnya tidak dapat dipastikan.
Selanjunya disampaikan, teori kemungkinan dapat juga berupa suatu pernyataan
yang tidak diketahui akan kebenarannya. Sedangkan menurut Suzuki & Griffiths
(1976: 13) probabilitas adalah perbandingan antara banyaknya perlakukan atau
ulangan yang dilakukan terhadap banyaknya peluang yang dapat terjadi dalam
perlakuan tersebut. Sementara itu menurut Gardner et al., (1991: 40) dan
Campbell & Reece (2008: 269) probabilitas adalah perubahan yang terjadi
sebagai akibat dari kegiatan atau perlakuan yang diberikan. Selanjutnya
disampaikan bahwa probabilitas dapat dihitung berdasarkan: (1) perbedaan
jumlah yang diakibatkan kegiatan yang dilakukan, (2) jumlah total kemungkinan
yang dapat terjadi akibat dari perlakuan yang diberikan. Disampaikan juga nilai
kemungkinan berada pada angka 0 dan 1. Angka 0 untuk perlakuan yang tidak
memberikan dampak sedangkan 1 untuk perlakuan yang menghasilkan dampak,
dan perlakuan tersebut harus berjumlah 1. Sementara itu pendapat lain
disampaikan oleh Strickberbeger (1976: 126) bahwa probabilitas adalah “rata-
rata” yang mendekati kebenaran yang diharapkan berdasarkan jumlah
perulangan percobaan yang dilakukan.
Berdasarkan beberapa pernyataan berkaitan dengan pengertian probabilitas
dapat disimpulkan bahwa probabilitas merupakan teori yang digunakan untuk
membuktikan kemungkinanan yang akan terlihat sebagai akibat dari perlakuan
yang diberikan terhadap subyek penelitian. Nilai probabilitas berkisar pada
angka 0 sampai 1. Peristiwa yang pasti terjadi memiliki probabilitas 1,
sedangkan peristiwa yang pasti tidak terjadi memiliki probabilitas 0.

2. Tujuan Teori Kemungkinan


Semua teori yang disampaikan atau yang ditemukan oleh peneliti pasti
memiliki tujuan. Demikan halnya dengan teori kemungkinan. Menurut Andrian
M. SRB et al., (1965: 47) tujuan mengatahui teori kemungkinan adalah untuk
meningkatkan pemahaman mengenai kualitas penyebaran pewarisan sifat yang
terjadi dalam perkawinan atau persilangan. Jenkins (1983: 35) mengemukakan
tujuan mempelajari teori kemungkinan adalah untuk membantu pasangan suami
istri untuk menghitung atau memprediksi kemungkinan anak mereka di masa
yang akan datang apabila mereka memiliki anak. Selain itu dinyatakan bahwa
pengetahuan mengenai teori kemungkinan sangat berguna bagi para konsultan
genetik yang menghadapi permasalahan genetik berkaitan dengan kemungkinan
keturunan yang akan terjadi apabila terjadi perkawinan atau persilangan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
teori kemungkinan adalah agar dapat pembuat perkiraan atau memprediksi suatu
keadaan yang akan terjadi berdasarkan fakta dan bukti yang dimiliki.

3. Dasar dan Aplikasi Teori Kemungkinan


Penentuan perolehan rasio genetik menurut Strickberbeger (1976: 126)
tergantung dari hukum atau ketentuan mengenai teori kemungkinan yang ada.
Selanjutnya dikatakan bahwa hukum atau ketentuan teori kemungkinan terdiri
atas dua ketentuan yaitu: (1) ketentuan atau hukum yang berkaitan dengan
pengukuran kemungkinan yang akan terjadi dari proses penggabungan dua atau
lebih perlakuan bebas yang dapat berkolaborasi atau dapat bergabung/
berinteraksi, (2) hukum atau ketentuan yang berkaitan dengan kemungkinan
yang akan terjadi atau ditimbulkan apabila dua atau lebih perlakuan yang
berbeda tidak dapat bergabung atau berkolaborasi.
Terdapat 4 cara dalam menetukan probabilitas, yaitu bujur sangkar punnet,
teori kemungkinan, rumus binomium, dan rumus multinomium. Keempat cara
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bujur sangkar Punnet
Campbell & Reece (2008: 286-291) menjelaskan bujur sangkar punnet (punnet
square) yang digunakan untuk menentukan kemungkinan dalam keturunan pada
persilangan monohibrid dan dihibrid.
Dengan bujur sangkar punnet dapat ditunjukkan kemungkinan kombinasi pada
hasil persilangan.
b. Teori kemungkinan
Suryo (2008: 144-157) membagi teori menjadi 3 kondisi yang berbeda, yaitu:
1) Teori Kemungkinan I (Conditional probability)
Besarnya kemungkinan atas terjadinya suatu yang diinginkan ialah sama
dengan perbandingan antara sesuatu yang diingikan terhadap keseluruhan.
𝑥
Rumus: K(x)= 𝑥+𝑦

Keterangan:
K(x) = besarnya kemungkinan dari peristiwa x
x = peristiwa yang diharapkan
x+y = jumlah seluruh peristiwa yang mungkin terjadi (peristiwa x dan
peristiwa y).

Contoh Peristiwa Albino


Sepasang suami istri mempunyai anak pertama seorang albino. Kita tahu
bahwa faktor untuk kealbinoan adalah resesif, maka dari keadaan anak
tersebut dapat kita simpulkan, bahwa ayah maupun ibu membawakan faktor
resesif. Jika gen untuk pigmentasi kita sebut A dan gen untuk kealbinoan a.
P: Aa x Aa
F1: AA = normal
Aa = fenotif normal
Aa = fenotif normal
aa = albino
Masing-masing dengan perbandingan 1:2:1. Dengan demikian maka,
kemungkinan anak pertama mereka normal:
1/4
K(anak pertama normal)= 1/4+1/4+1/4+1/4 = 1/4 = 0,25 = 25%.

kemungkinan anak pertama albino:


1/4
K(anak pertama albino)= 1/4+1/4+1/4+1/4 = ¼ = = 0,25 = 25%.
kemungkinan anak pertama fenotif normal:
2/4
K(anak pertama fenotif normal)= 11 1 1 = ½ = 0,5 = 50%
+ + +
4 4 4 4

(Dwidjoseputro, 1981: 113-114).

Soal latihan:
Berapakah kemungkinan anak yang lahir pertama normal dari orang tua yang
carrier albino? (Suryo, 2008: 146)

2) Teori Kemungkinan II (Rule of multiplication)


Besarnya kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang masing-
masing berdiri sendiri ialah sama dengan hasil perkalian dari besarnya
kemungkinanan untuk peristiwa tersebut.
Rumus: K(x+y) = K(x) X K(y)
Keterangan:
K(x+y) = besarnya kemungkinan terjadinya peristiwa x dan peristiwa y
K(x) = besarnya kemungkian terjadinya peristiwa x
K(y) = besarnya kemungkinan terjadinya peristiwa y

Contoh Peristiwa Buta warna


Keturunan dari ibu yang membawakan gen untuk buta warna, sedang suami
dari ibu tersebut mempunyai penglihatan yang normal.
P: Xx x XY
F1: xX = carrier
xY = buta warna
XX = normal
XY = normal
Masing-masing anak memiliki kemungkinan ¼.
Bagaimanakah kemungkinan anak pertama laki-laki buta warna?
Untuk mendapatkan anak laki-laki kemungkinan:
2/4
K(anak laki-laki)= 2/4+2/4 = ½ = 0,5 = 50%

Sedang kebutaan kemungkinan:


1/4
K(kebutaan)= 1/4+1/4+1/4+1/4 = ¼ = 0,25 = 25%.

Jadi kemungkinan memperoleh anak pertama laki-laki buta warna ialah :


K(anak laki-laki pertama buta warna) = ½ x ¼ =1/8 = 0,125 = 12,5%.
(Dwidjoseputro, 1981: 114).

Soal latihan:
Pada soal poin 1) jika anak pertama mereka ternyata laki-laki albino, maka
kemungkinan untuk mendapatkan anak laki-laki kedua yang albino adalah?

3) Teori Kemungkinan III (Rule of adition)


Besarnya kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang saling
mempengaruhi ialah sama dengan jumlah dari besarnya kemungkinan untuk
peristiwa tersebut.
Rumus: K(x atau y) = K(x) + K(y)
Keterangan:
K(x atau y) = besarnya kemungkinan terjadinya peristiwa x atau peristiwa y
K(x) = besarnya kemungkian terjadinya peristiwa x
K(y) = besarnya kemungkinan terjadinya peristiwa y

Contoh Tanaman kacang ercis


Tanaman kacang ercis heterozigot yang berbiji bulat warna kuning (TtKk)
menyerbuk sendiri. Berapakah kemungkinan diperolehnya keturunan
tanaman berbiji bulat warna kuning, tanaman berbiji bulat warna merah,
atau berbiji keriput warna kuning?
P: TtKk x TtKk
F1: 9 T_K_ = 9 bulat, kuning
3 T_kk = 3 bulat, merah
3 ttK_ = 3 keriput, kuning
1 ttkk = 1 pendek, merah
Maka kemungkinan diperoleh keturunan tanaman berbiji bulat kuning,
tanaman berbiji bulat merah, atau tanaman berbiji keriput kuning adalah:
K(T_K_,T_kk, atau ttK_) = K(T_K_) + K(T_kk) + K(ttK_)
= 9/16 + 3/16 + 3/16
= 15/16 = 0,94 =94%.
Modifikasi dari Brooker (2005: 37).

c. Rumus Binomium
Untuk mencari kemungkinan dengan cara yang lebih mudah adalah dengan
menggunakan rumus binomium
Rumus: (a+b)n
Keterangan :
a dan b = kejadian yang terpisah
n = banyaknya percobaan
Contoh KB pada pasangan baru
1. Mempelai baru tidak setuju dengan anjuran KB (Keluarga Berencana)
yang dicanangkan Pemerintah, karena mereka beranggapan bahwa anak
adalah karunia Tuhan. Berhubungan dengan itu mereka merencanakan
memilik 6 orang anak. Berapakah kemungkinannya bahwa anak itu akan
terdiri dari:
a. 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan
b. 4 anak laki-laki dan 2 anak perempuan
c. 6 anak laki-laki
d. Urutan tertentu, yaitu laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan,
laki-laki, perempuan?
Jawaban:
Karena diinginkan 6 anak, maka n=6, untuk mencari uraian (a+b)6
dapat digunakan segitiga pascal, yaitu:
(a+b)6 = a6+6a5b+15a4b2+20a3b3+15a2b4+6ab5+b6
Telah diketahui bahwa kemungkinan lahirnya anak laki-laki dan perempuan
adalah sama, yaitu ½.
Andaikan :
a= kemungkinan lahirnya anak laki-laki = ½
b= kemungkinan lahirnya anak perempuan = ½

a. K (3 laki-laki, 3 perempuan) = 20a3b3= 20(1/2)3(1/2)3= 20/64


b. K(4 laki-laki, 2 perempuan) = 15a4b2= 15(1/2)4(1/2)2= 15/64
c. K(6 laki-laki) = a6 = (1/2)6 = 1/64
d. Karena diinginkan urutan seks tertentu, maka digunakan teori
kemungkinan yang kedua, yaitu dengan mengalikan kemungkinan dari
tiap peristiwa, jadi:
K( , , , , ) = ½, ½, ½, ½, ½, ½ = 1/64

(Suryo, 2008: 158-159).

d. Rumus Multinomial/faktorial
Untuk menentukan peluang peristiwa dengan 2 atau lebih pilihan
kemungkinan.
𝑛!
Rumus: P= 𝑠!𝑡! psqt

Keterangan:
P= probabilitas (kemungkinan) keseluruhan
n= jumlah keseluruhan peristiwa yang terjadi (n!= n faktorial)
s= jumlah peristiwa p
t= jumlah peristiwa q
p dan q = kemungkinan dari kejadian yang terpisah
Contoh peristiwa albino
Berapakah kemungkinan bagi sepasang suami-sitri yang albino heterozigot
untuk memiliki 5 orang anak dengan harapan, 3 orang anak normal, dan 2
orang anak albino?
Penyelesaian:
P: Aa x Aa
F1: 1 AA= 1 normal
2 Aa = 2 normal
1 aa = 1 albino
Sehingga diperoleh p= normal= ¾ dan q= albino= ¼
𝑛!
P= 𝑠!𝑡! psqt
5!
P= 3!2! (3/4)3(1/4)2
5𝑥4𝑥3𝑥2𝑥1
P= 3𝑥2𝑥1𝑥2𝑥1 (3/4)3(1/4)2

=0,26= 26%
(Pierce, 2012:53-54)

Soal latihan:
Berapa kemungkinan suatu keluarga yang menginginkan 4 orang anak, akan
mempunyai 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan?
(Henuhili & Suratsih, 2003: 32).

4. Manfaat Teori Probabilitas


Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai banyak peristiwa dimana
kemungkinan mengambil peranan penting. Beberapa contoh hal tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Mengetahui apakah akan lahir seoranga anak laki-laki atau perempuan
b) Mengetahui rasio perbandingan jumlah anak laki-laki dan perempuan
c) Mengetahui keturunan albino, buta warna, dll, pada seseorang
B. Tes Chi-Square
1. Pengertian
Hasil dari percobaan atau perlakuan yang dilakukan walaupun dapat
dilakukan prediksi dengan mengunakan teori kemungkinaan tetapi harus
dilakukan pengukuran secara statistik untuk memastikan apakah hasil yang
diperoleh sesuai dengan yang diharapkan atau mendekati hasil yang diharapkan.
Perhitungan statistik untuk mengetahui apakah hasil percobaan mendekati atau
bahkan sesuai dengan harapan dilakukan dengan uji chi square. Menurut Suryo
(2008: 150) tes chi squre adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan
proses evaluasi terhadap kebenaran atau tidaknya pecobaan yang dilakukan
dengan melakukan perbandingan dengan teori yang berlaku atau yang
digunakan. Sedangkan menurut Strickberbeger (1976: 131) tes chi square adalah
suatu cara yang dilakukan untuk mengukuran dengan melakukan perbandingan
antara hasil perlakuan yang terjadi dengan hasil yang diharapkan secara teoritis.
Sementara itu menurut Hartwell et al., (2011: 122) tes chi square adalah tes
yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara hasil percobaan yang
dilakukan dengan hasil yang diperkirakan dari suatu kegiatan. Selanjutnya
disampaikan bahwa tes tersebut dirancang untuk mengukur atau menentukan
seberapa besar jumlah sampel yang digunakan dalam percobaan/penelitian
memberikan pengaruh terhadap hasil percoban/penelitian.
Berdasarkan beberapa pendapat terkait tes chi square dapat disimpulkan
bahwa tes chi square adalah tes yang dilakukan untuk mengevaluasi antara hasil
pengamatan yang dilakukan dengan perkiraan dari hasil percobaan yang
diharapkan.

2. Tujuan Tes Chi Square


Sama halnya dengan teori probabilitas yang memiliki tujuan pengunaan
chi square juga memiliki tujuan, hal ini dikemukakan oleh Hartwell et al.,
(2011: 122-123), yaitu:
a) Untuk mengukur pengaruh ukuran sampel yang digunakan terhadap hasil
percobaan/penelitian.
b) Untuk menolak hipotesis.
c) Untuk melakukan interpretasi hasil percobaan genetik.
Sedangkan menurut Sanders & Bowman ( 2012: 47) tujuan pengunaan tes
chi square adalah untuk membuat perbandingan yang objektif antara hasil yang
diperoleh dalam penelitian/percobaan dengan perkiraan/harapan yang diinginkan
dalam suatu hipotesis. Sementara itu menurut Susanto (2011: 34) tujuan
pengunaan tes chi square adalah untuk memberikan penjelasan rasional dan
empirik terhadap berbagai penyimpangan yang ditemukan dalam percobaan atau
penelitihan. Selanjutnya disampaikan bahwa pengunaan tes chi square dalam
suatu percobaan adalah untuk mengetahui apakah penyimpangan yang
ditemukan dalam percobaan masih memenuhi nisbah teoritis atau menyimpang
dari nisbah teoritis.
Berdasarkan berbagai pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengunaan tes chi square dalam penelitian mempunyai tujuan untuk
memberikan gambaran secara rasional dan empirikal hubungan antara hasil
penelitian dengan hasil yang diharapkan secara teoritis, dan membantu peneliti
dalam menjawab hipotesis yang ditentukan secara kuantitatif.

3. Prinsip Chi Square


Ada 3 prinsip yang harus dipahami dalam tes chi square, yaitu:

a. Distribusi Normal

Prinsip yang perlu diketahui serta dipahami dalam menggunakan tes chi

square adalah adanya distribusi normal. Distribusi normal yang digambarkan

dengan kurva distribusi normal memberikan gambaran mengenai posisi serta

besarnya hububungan antara hasil percobaan yang dilakukan dengan hasil yang

diharapkan dalam percobaan.Sanders & Bowman ( 2012: 48) mengatakan bahwa

distribusi normal suatu percobaan/penelitian meliputi semua kemunginan dari

hasil percobaan yang dilakukan. Selanjutnya disampaikan bahwa bagian


tertinggi dalam kurva mewakili hasil percobaan dengan tingkat kemungkinan

yang tinggi sedangkan hasil percobaan dengan tingkat kemungkinan yang

rendah terletak pada sisi kiri dan kanan kurva.

b. Prinsip Statistik

Dalam prinsip statistik, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a) Nilai hitung; tergantung pada nilai hasil pengamatan (o), nilai hasil yang
diharapkan (e), dan deviasi (d).
b) Nilai tabel; tergantung pada derajat bebas (df) dan probability (P) yang
bersangkutan.

Untuk menguji H0 yang berbunyi “hasil pengamatan yang dilakukan sesuai


dengan hasil yang diharapkan”. Sehingga terdapat 2 kemungkinan hasil uji H0,
yaitu:
H0 ditolak, apabila nilai hitung > nilai tabel. Kesimpulan dari pernyataan
ini adalah terdapat faktor lain dari luar yang kebetulan ikut
mempengaruhi persilangan, sehingga hasil pengamatan menyimpang
dari hasil yang diharapkan.
H0 tidak ditolak, apabila nilai hitung nilai tabel. Kesimpulan dari
pernyataan ini adalah penyimpangan hasil pengamatan dari hasil
yang diharapkan semata-mata hanya diakibatkan karena faktor
kebetulan saja.

c. Derajat Bebas

Penggunaan tes chi square dalam suatu percobaan genetik, dilakukan

dengan cara melakukan interpretasi terhadap nilai kemungkinan yang dimiliki

oleh setiap percobaan. Proses interpretasi nilai kemungkinan yang dimiliki oleh

setiap percobaan sangat tergantung pada derajat bebas yang dimiliki. Derajat

bebas merupakan jumlah dari fenotip yang dihasilkan dalam suatu percobaan

dikurangi 1.
4. Rumus dan Aplikasi tes chi square

Rumus yang digunakan dalam chi square adalah berikut ini:

( o  e) 2
2  
e

Keterangan:

d = deviasi atau penyimpangan (selisih antara nilai hasil pengamatan


(percobaan) dengan nilai yang diharapkan (teori)) (o-e).

o = observed; nilai hasil pengamatan (percobaan).

e = expected; nilai hasil yang diharapkan (teori).

∑ = sigma (jumlah)

Untuk mengetahui nilai probability, kita menggunakan tabel nilai kritis dari
distribusi sebagai berikut:

Sumber : Piere (2012: 62).


Contoh tes X2 pada dua kelas fenotip

1. Tanaman berbatang tinggi heterozigot (Tt) menyerbuk sendiri dan


menghasilkan keturunan yang dimisalkan terdiri dari 40 tanaman berbatang
tinggi dan 20 tanmana berbatang pendek. Apakah hasil tersebut dapat
dipercaya akan kebenarannya, artinya apakah sesuai dengan hukum Mendel?

Jawaban:
Menurut hukum Mendel, suatu monohibrid (Tt) yang menyerbuk sendiri
seharusnya menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotif 3 tinggi: 1
pendek. Jadi secara teoritis seharusnya didapatkan 45 tanmana berbatang
tinggi dan 15 tanaman berbatang pendek.

Tinggi Pendek Jumlah


Diperoleh (o) 40 20 60
Diramalkan (e) 45 15 60
Deviasi (d) -5 +5
d2 0,555 1,666
e
(d ) 2
2   = 0,555 + 1,666 = 2,221
e
Setelah mendapat hasil perhitungan, kita lihat tabel X2, menurut pada ahli
statistika apabila nilai X2 yang didapat di bawah kolom 0,05, itu berarti
bahwa data yang diperoleh buruk. Ini disebabkan karena penyimpangan
sangat berarti dan adanya faktor lain di luar faktor kemungkinan berperan di
situ. Apabila di bawah kolom 0,01 maka data yang diperoleh buruk sekali.
Jadi data dianggap baik apabila nilai X2 berada di kolom 0,05 atau di dalam
kolom sebelah kirinya.
X2 =2,221
db = 2-1= 1
angkat 2,221 terletak diantara angka 1,07 dan 2,71, pada tabel X2 terletak 0,10
dan 0,30
Xhitung>X tabel= 1,07 - 2,71> 2,221, maka hasil percobaan bagus
(memenuhi perbandingan 3:1 menurut hukum Mendel). Adanya
penyimpangan itu tidak disebabkan oleh faktor kemungkinan, melainkan
hanya kebetulan saja.
(Suryo, 2008: 163-164).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Teori probabilitas digunakan untuk membuat kesimpulan yang bersifat
kualitatif antara hasil percobaan dengan hasil yang diharapan.
2. Terdapat 4 cara yang digunakan untuk menentukan probabilitas, yaitu :
punnet square, teori kemungkinan, rumus binomial, dan rumus
multinomial.
3. Tes chi square digunakan untuk membuat kesimpulan yang sifatnya
kuantitatif antara hasil percobaan dengan hasil yang diharapan.
4. Dalam penggunaan chi square, ada yang harus diperhatikan, yaitu:
derajat bebas, prinsip statistik, dan kurva distribusi normal.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian M. SRB, Ray D Owen, and Robert S Edgar. (1965) General Genetict.
Second edition. San Fransisco: W.H. Freeman and Company.

Campbell, Neil A. & Reece, Jane B. (2008). Biology (8th ed). San Francisco:
Pearson Benjamin Cummings.

David T. Suzuki & Anthony J.F. Griffiths. (1976). An Introduction to Genetic


Analysis. San Fransisco: W.H. Rreeman and Company.

Dwidjoseputro. (1981). Pengantar Genetika. Bhatara Karya Aksara: Jakarta.

Eldon John Gardner, Michael J. Simmons and D.Peter Snustad. (1991). Principles
of Genetics. Eighth edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Henuhili & Suratsih. (2003). Diklat Kuliah Genetika. Universitas Negeri


Yogyakarta Press: Yogyakarta.

John B. Jenkis. (1983). Human Genetics. California: The Benjamin/Cummings


Publishing Company.

Leland H. Hartwell, Leroy Hood, Michael L. Goldberg et al. (2011). Genetics


From Genes to Genomes. Fourh Edition. New York: Mc Graw Hill.

Monroe W Strickberger. (1976). Genetics Third Edition. New York: Macmillan


Publishing Company.

Pierce, Benjamin A. (2012). Genetics a conceptual approach (4th ed). New York:
W.H Freeman and Company.

Robert F. Weaver & Philip W. Hendrick. (1989). Genetics. United State of


America: Wm. C. Browm Publishers.

Suryo. (2008). Genetika Manusia. Yogyakarta: Gagjah Mada University Press.

Suryo. (2008). Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gagjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai