Anda di halaman 1dari 18

TEORI PROBABILITAS

(PROBABILITAS, UJI X2, MEKANISME PINDAH SILANG)


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Genetika
Dosen Pengampu : Putri Wijayanti, S.pd., M. Sc.

Disusun oleh :
Kelompok 8

Hidayatun Tri U. (17106080032)


Sely Wulandari (17106080037)
Adelia Neni A.F (17106080044)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2019/2020
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr Wb

Syukur Alhamdulillah atas segala rahmat, hidayah serta kasih sayang yang telah

Allah SWT limpahkan kepada kita semua. Atas segala pemberianNya tersebut saya dapat

menyelesaikan makalah ini, dan tidak lupa pula sholawat serta salam saya panjatkan

kepada Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman

kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Makalah yang saya

susun ini berjudul “Teori Probabilitas (Probabilitas, Uji X2, Mekanisme Pindah

Silang)” untuk memenuhi tugas Genetika Program Studi Pendidikan Biologi.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah

ini, sehingga Kami senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik. Semoga makalah

ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

2
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Teori Peluang........................................................................................................................6
B. Uji X2....................................................................................................................................9
C. Mekanisme Pindah Silang..................................................................................................13
BAB III.........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................................17
Daftar Pustaka................................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Genetika merupakan ilmu yang mempelajari sifat atau karakter yang diturunkan
dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun - temurun (Nurul, 2013) Individu
yang terbentuk dari hasil perkawinan yang dapat dilihat dalam wujud fenotip pada
dasarnya merupakan kemungkinan - kemungkinan pertemuan gamet jantan dan betina.
Keturunan hasil perkawinan atau persilangan dapat diduga berdasarkan peluang yang
ada. Oleh karena itu  peranan teori kemungkinan sangatlah penting dalam mempelajari
ilmu genetika. Misalnya mengenai  pemindahan gen - gen dari induk atau orang tua ke
gamet - gamet, pembuahan sel telur oleh spermatozoa, serta berkumpulnya kembali gen -
gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai macam kombinasi. Probabilitas atau
peluang adalah suatu nilai diantara 0 dan 1 yang menggambarkan besarnya kesempatan
akan muncul suatu hal atau kejadian pada kondisi tertentu.  Nilai probabilitas berkisar
antara 0 sampai 1. 0 artinya tidak pernah terjadi dan 1 artinya selalu terjadi.

Suatu uji yang dapat mengubah deviasi - deviasi dan nilai - nilai yang diharapkan
menjadi probabilitas dari perbedaan yang terjadi oleh peluang diperlukan adanya evaluasi
hipotesis genetik. Uji ini harus memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peuba
(derajat bebas). Uji ini dikenal dengan dengan uji X2 (Chi-Square Test) Metode Khi -
Kuadrat (Chi-Square Test) adalah suatu uji nyata yang menentukan apakah hasil
observasi menyimpang dari nisbah yang diharapkan, secara kebetulan atau tidak. Uji ini
dilakukan karena seringkali  percobaan persilangan yang dilakukan menghasilkan
keturunan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel. Uji Khi-Kuadrat dalam analisis
genetika Mendel digunakan untuk membuktikan apakah hasil observasi menyimpang dari
nisbah yang diharapkan baik secara kebetulan ataupun tidak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori langkah perhitungan tentang peluang/probabilitas dalam ilmu
genetika ?

4
2. Bagaimana penggunaan rumus uji X2 dalam genetika ?
3. Bagaimana mekanisme pindah silang penentukan jarak antar gen melalui proses uji
silang?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori probabilitas
2. Untuk mengetahui penggunaan rumus uji X2
3. Untuk mengetahui mekanisme pindah silang dan dapat menentukan jarak antar gen

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Probabilitas
Probabilitas diadopsi dari istilah probability dalam Bahasa inggris yang
artinya adalah kemungkinan atau peluang. Dalam setiap pendugaan akan
terjadinya suatu kejadian maka besarnya suatu kejadian akan terwujud dapat
diduga atau dihitung. Peluang munculnya suatu kejadian dapat didefinisikan
sebagai rasio munculnya kejadian tersebut terhadap seluruh kejadian. Nilai
peluang berkisar dari 0 hingga 1 (0% hingga 100%). Kejadian yang tidak pernah
muncul sama sekali dikatakan memiliki peluang =0, sedangkan kejadian yang
selalu muncul dikatakan memiliki peluang = 1.
Dua kejadian independent yang tidak saling tergantung memiliki peluang
untuk muncul/terjadi bersama-sama sebesar sama dengan hasil kali masing-
masing peluang kejadian. Sebagai contoh, A adalah mahasiswa baru fakultas
MIPA dan B adalah mahasiswa baru fakultas Ekonomi, mereka tidak saling
mengenal, peluang masing-masing dari mereka untuk datang pada acara
penerimaan mahasiswa baru yang diadakan oleh Universitas adalah ½ (karena
kemungkinan seluruh kejadian adalah 2 yaitu datang atau tidak datang). Sekarang
berapa peluang bagi mereka untuk sama-sama datang pada acara tersebut?
Peluangnya adalah = ½ x ½ = ¼ . contoh lainnya adalah pelemparan dua mata
uang logam sekaligus. Jika peluang untuk mendapatkan salah satu sisi mata uang
= ½ ,maka peluang untuk mendapatkan sisi mata uang tersebut pada dua mata
uang logam yang dilempar sekaligus = ½ x ½ = ¼ .
Apabila ada dua kejadian, misalnya A dan B yang masing-masing
memiliki peluang kemunculan sebesar p dan q, maka sebaran peluang
kemunculan kedua kejadian tersebut adalah (p+q)n. dalam hal ini n menunjukkan
banyaknya ulangan yang dilakukan untuk memunculkan kejadian tersebut. Untuk
jelasnya bisa dilihat contoh soal berikut ini:
Berapa peluang untuk memperoleh dua sisi bergambar burung garuda dan
tiga sisi tulisan pada uang logam Rp. 500,00 apabila lima mata uang logam

6
tersebut dilemparkan Bersama-sama secara independent? Jawab: peluang
memperoleh sisi gambar =p= ½ , sedangkan peluang memperoleh sisi tulisan =q=
½ . sebaran peluang memperoleh kedua sisi tersebut =(p+q)5 =p5 + 5p4q + 10p3q2 +
5 pq4 + q5. Dengan demikian, peluang memperoleh tiga sisi gambar dan dua sisi
tulisan = 10 p2q3 = 10(1/2)2(1/2)3 =10/32.
Perhatikan sebaran binomial tersebut :

(p+q)0 = 1,
(p+q)1 = p+q,
(p+q)2 = p2 + 2pq + q2,
(p+q)3 = p3 + 3p2q + 3pq2 + q3,
(p+q)4 = p4 + 4p3q + 6p2q2 + 4pq3 + q4,
(p+q)5 = p5 + 5p4q + 10p3q2 + 10p2q3 + 5pq4 + q5,
Sebaran tersebut berasal dari rumus berikut :
(p+q)n = pn + npn-1q + n(n-1) pn-2q2 + n(n-1)(n-2) pn-3q3 + …...dst.
2 3!
Koefisien yang mengikuti sebaran tersebut dapat diketahui/dihitung
menggunakan segitiga pascal berikut:
1
1 1
1 2 1

1 3 3 1

1 4 6 4 1

1 5 10 10 5 1

Contoh lain penghitungan peluang misalnya pada sepasang suami istri


yang masing-masing pembawa (karier) sifat albino. Gen penyebab albino adalah
gen resesif a. jika mereka ingin memiliki empat orang anak yang semuanya
normal, maka peluang terpenuhinya keinginan tersebut adalah 81/256. Hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut.

7
Aa x Aa

Suami istri

3 A- (normal)

1 aa (albino)

Peluang munculnya anak normal = ¾ (misalnya = p)

Peluang munculnya anak albino = ¼ (misalnya = q)

Karena ingin diperoleh empat anak, maka sebaran peluangnya = (p+q)4

= p4 + 4p3q + 6p2q2 + 4pq3 + q4

Peluang mendapatkan empat anak normal = p4 = (3/4)4 = 81/256

Bila ditanyakan berapa peluang salah satu anaknya albino maka


jawabannya adalah = 4p3q = 4 x 3/43 x ¼ = 36/256

Percobaan-percobaan persilangan secara teori akan menghasilkan


keturunan dengan rasio tertentu. Rasio teoritis ini pada hakekatnya merupakan
peluang diperolehnya suatu hasil, baik berupa fenotip maupun genotype. Sebagai
contoh, persilangan monohybrid antara sesama individu Aa akan memberikan
rasio fenotipe A- : aa = 3:1 dan rasio genotype AA: Aa : aa = 1: 2 : 1 pada
generasi F2. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa peluang diperolehnya fenotipe
A- dari persilangan tersebut adalah 3/4, sedangkan peluang munculnya fenotipe
aa adalah ¼. Begitu juga, untuk genotype, peluang munculnya AA, Aa dan aa
masing-masing adalah 1/4, 2/4, = (1/2) dan 1/4.

8
B. Test X2 (Chi-Square Test)
Penggunaan dengan menggunkan test X2 dipakai dalam menghitung data
hasil percobaan, untuk menguji apakah data tersebut bisa dipercaya
kebenarannya. Ratio hasil persilangan monohibrid 3:1 dan dihibrid 9:3:3:1,
adalah merupakan ramalan yang akan terjadi dari hasil perkawinan, berdasarkan
asumsi adanya 1, alel dominan dan resesif, 2 segresi dari gen, 3 pemisahan gen
yang bebas pada saat pembelahan miosis dan pembentukan gamet dan 4
Fertilisasi yang berlangsung acak. Ketiga asumsi terakhir dapat berubah-ubah
sesuai dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Sehingga data hasil percobaan yang
diperoleh harus diuji apakaah ada penyimpangan antara hasil yang diperoleh
dengan yang diharapkan. Jumlah sampel yang digunakan dalam percobaan, akan
mempengaruhi perubahan penyimpangan dan akan terlihat pad hasil akhir.
Makin besar sampel yang digunakan akan mempengaruhi pengaruh dari
penyimpangan.

Test X2 (bahasa inggrisnya chi square test). Sebenarnya itu bukan huruf
X, tetapi huruf yunani phi (X). Sehingga untuk memudahkannya, huruf Yunani
itu lalu dianggap sebagai huruf X. Rumus yang dipakai dalam test X2 adalah

d = deviasi/penyimpangan yaitu selisih


antara hasil yang diperoleh dan hasil yang
diramal.

Dalam perhitungan harus diperhatikan pula besarnya derajat kebebasan


(degree of freedom) yang nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip dikurangi
dengan satu. Jadi andaikan perkawinan monohibrid maka akan menghasilkan
keturunan dengan perbandingan 3:1 (ada dominansi penuh), berarti ada 2 kelas
fenotip, sehingga derajat kebebasannya adalah 2-1 =1. Jika terdapat sifat
intermediet, keturunannya memperlihatkan perbandingan 1:2:1. Berarti disini
ada 3 kelas fenotip, sehingga derajat kebebasannya 3-1 = 2. Pada perkawinan
dihibrid didapatkan keturunan dengan perbandingan 9:3:3:1. Berarti ada 4 kelas
fenotip, sehingga derajat kebebasannya adalah 4-1 = 3.

9
Test X2 untuk dua kelas fenotip.

Contoh :

Suatu tanaman berbatang tinggi heterozigotik (Tt) menyerbuk sendiri dan


menghasilkan keturunan yang terdiri dari 40 tanaman berbatang tinggi dan 20
tanaman berbatang pendek. Apakah hasil tersebut dapat dipercaya akan
kebenarannya ?

Jawabannya : Menurut Mendel, jika suatu monohibrid (Tt) yang menyerbuk


sendiri seharusnya menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 3
tinggi: 1 pendek. Jadi secara teoritis akan didapatkan 45 tanaman berbatang
tinggi dan 15 tanaman berbatang pendek.

Tinggi Pendek Jumlah

Diperoleh (o) 40 20 60

Diramal (e) 45 15 60

Deviasi (d) -5 5

(d- ½ )* -4,5 4,5

(d- ½ )2 0,45 1,35

X2 = 0,45 + 1,35 = 1,80

*menurut ahli statistik, maka khusus untuk dua kelas fenotip ini perlu diterapkan
koreksi Yates pada nilai deviasi, yaitu mengurangi nilai deviasi dengan 0,5.

10
Dalam tabel, deretan angka paling atas mendatar adalah nilai
kemungkinan. Makin ke arah kanan nilai kemungkinan itu makin menjauhi nilai
1, yang berarti bahwa data hasil percobaan yang diperoleh itu tia baik. Makin ke
arah kiri, nilai kemungkinan makin mendekati nilai 1 (100 %) yang berarti
bahwa data percobaan yang diperoleh adalah baik.

Deretan angka dalam kolom paling kiri (dari atas ke bawah) menyatakan
besarnya derajat kebebasan. Sedangkan angka-angka lainnya di dalam tabel itu
merupakn nilai X2.

Penyelidikan secara matematik oleh para ahli statistik menyatakan bahwa


apabila nilai X2 yang didapat dari perhitungan terletak dibawah kolom nilai
kemungkinan 0,05 atau kurang (0,01 atau 0,001) itu berarti bahwa faktor
kebetulan hanya berpengaruh sebanyak 5% ataukurang. Ini berrti pula bahwa
ada faktorr lain yang ikut mengambil perannan dan yang lebih berpengaruh pada
kejadian itu, sehingga data percobaan yang didapat dinyatakan buruk. Nilai X 2
tersebut dikatakan signifikan atau berarti. Maksudnya deviasi (penyimpangan)

11
sangat berarti dan ada faktor di luar faktor kemungkinan yang mengambil
peranan disitu.

Apabila nilai X2 yang didapat dari perhitungan letaknya didalam kolom


nilai kemungkinan 0,01 atau bahkan 0,001 itu berarti bahwa data yang diperoleh
dari percobaan itu sangat buruk. Nilai X2 itu lalu dikatakan sangat berarti
(bahasa inggrisnya : highly significant). Jadi deviasi ini sangat berarti dan faktor
kemungkinan sangat besar peranannya.

Dari perhitungan telah didapatkan bahwa X 2 = 1,80. Karena ada dua kelas
fenotip (yaiu btang tinggi dan batang pendek), berarti ada derajat kebebasan 2-1
= 1. Namun angka 1,80 tiak tercntum, tetapi terletak antara angka 1,07 dan 2,71.
Sehingga nilai kemungkinannya terletak antara 0,10 dan 0,30. Berarti lebih besar
daripada 0,05.

Jadi K (1) = antara 0,10 dan 0,30

Besarnya derajat kebebasan

Nilai kemungkinan

Karena nilai kemungkinan lebih besar dari 0,05 maka dara percobaan itu
dpat dianggap masih bagus, masih memenuhi perbandingan 3:1 dan tidak dapat
ada faktor lain diluar faktor kemungkinan yang berperanan.

Test X2 untuk tiga kelas fenotip atau lebih.

Contoh

Misalnya kita melakukan percobaan dengan membiarkan suatu tanaman


bunga menyerbuk sendiri. Setelah tanaman ini menghasilkan buah dan biji-
bijinya ditanam didapatkn keturunan yang terdiri dari 72 tanaman berbunga
putih. Peristiwa apakah yang berperan disini dan apakah hasil percobaan itu
dapat dianggap benar?

Jawabannya : melihat hasil itu dapat diduga bahwa ada peristiwa epistasi
resesip, yang secara teoritis seharusnya menunjukkan perbandingan fenotip 9 :
3 : 4.

Ungu Merah Putih Jumlah

Diperoleh(o) 72 28 28 128

Diramal (e) 72 24 32 128

Deviasi (d) 0 +4 -4

12
d2 - 0,67 0,50
e
X2 = 0,67 + 0,50 = 1,17

K(2) = antara 0,50 dan 0,70

Karena nilai kemungkinan disini jauhlebih besar daripada 0,05 maka tidak ada
faktor lain yang mempengaruhi hasil tersebut, kecuali faktor kemungkinan. Jadi
adanya deviasi itu hanya karena kebetulan saja dan deviasi itu sendiri tidak
berarti. Maka hasil percobaan tersebut baik dan dapat dianggap benar.

C. Mekanisme Pindah Silang sebagai Dasar untuk Menentukan Jarak antar


Gen melalui Proses Uji Silang dan Perhitungan Presentase Keturunan
dengan Tipe Parietal & Tipe Rekombinan.
Pindah Silang (Crossing over)
Gen-gen yang mengalami tautan pada saat kromosom tidak selalu bersama-
sama pada saat pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis. Gen-gen yang
terpaut tersebut dapat mengalami pindah silang. Pindah silang adalah peristiwa
pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan gen-gen kromatid homolognya (Suryo,
2010).
Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap gametogenesis pada
kebanyakan makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan, dan manusia. Pindah
silang terjadi selama meiosis 1, yaitu pada saat kromosom homolog berpasangan
dan masing-masing kromosom sudah membelah menjadi 2 kromatid. Pada waktu
kromosom hendak memisah, yaitu pada anafase 1, kromatid yang bersilang itu
melekat dan putus di bagian kiasma kemudian tiap potongan itu melekat di bagian
kiasma, kemudian tiap bagian itu melekat pada kromatid sebelahnya secara timbal
balik. Menyebabkan gen-gen dapat berpindah dari satu kromosom ke kromosom
homolognya. Perpindahan ini dapat terjadi sepanjang pasangan kromosom. Pada
proses meiosis, pindah silang terjadi pada kiasma. Oleh karena itu materi, serta
susunan gen berubah akibat pindah silang, proses ini disebut juga rekombinasi
gen (Yatim, 1986).
Peristiwa pindah silang diikuti dengan patah dan melekatnya kromatid pada
waktu profase dalam pembelahan meiosis. Pindah silang mengakibatkan

13
rekombinasi sehingga dihasilkan kombinasi parental dan rekombinasi pada
fenotipnya (Hardjosubroto, 1998).
Gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama cenderung untuk tetap
bersama (berpautan) waktu diwariskan kepada turunannya. Pindah silang terjadi
antara kromatid pada sebuah tetrad yang melibatkan 2 atau lebih kromatid.
Peristiwa pindah silang menghasilkan kombinasi baru gen, yang berlainan dengan
susunan gen pada induk. Apabila jarak antara 2 atau lebih gen yang berpautan itu
panjang maka kemungkinan terjadinya pindah silang semakin besar (Ayala,
1984).

Pembagian Pindah Silang


Pindah Silang Tunggal
Dengan pindah silang itu akan terbentuk 4 macam gamet. Dua macam
memiliki gamet yang memiliki gen yang sama dengan induk (parental), maka
dinamakan gamet parental. Dua gamet lainnya merupakan gamet baru yang
terjadi sebagai akibat adanya pindah silang. Gamet ini dinamakan gamet tipe
rekombinasi. Gamet parental dibentuk jauh lebih banyak dibandingkan dengan
gamet tipe rekombinasi (Suryo, 1984).
Pindah Silang Ganda
Pindah silang yang terjadi pada dua tempat. Jika pindah silang ganda
berlangsung diantara 2 buah gen yang terangkai (misalnya gen A dan gen B),
maka terjadinya pindah silang ganda itu tidak akan nampak dalam fenotip, sebab
gamet yang dibentuk hanya dari tipe parental saja, atau dari tipe rekombinan saja,
atau dari tipe parental dan tipe rekombinan akibat pindah silang tunggal. Akan
tetapi jika diantara gen A dan gen B masih ada gen ketiga, misalnya gen C, maka
terjadinya pindah silang ganda antara gen A dan B akan tampak (Suryo, 1984).

PEMETAAN KROMOSOM
Morgan menduga bahwa frekuensi pindah silang sangat ditentukan oleh jarak
antar gen yaitu kemungkinan terjadinya pindah silang antara 2 gen makin besar
apabila jarak antar gen tersebut makin jauh. Jaraknya dengan sentromer

14
mempengaruhi pindah silang, demikian juga umur dari organisme dapat
mempengaruhi (makin tua makin sedikit), suhu (makin tinggi pada suhu lebih
rendah atau lebih tinggi dari 22o), nutrisi dan pengaruh zat kimia (Crowder, 2015).
Adapun hubungan antara jarak gen dengan frekuensi pindah silang. Ahli
genetika menggunakan presentase pindah silang untuk menggambarkan jarak
antar gen yang bertaut, menyebut satuan ukuran unit peta. Satu unit sama dengan
satu persen pindah silang (rekombinan) dan menunjukkan jarak linear antar 2 gen
tersebut (Crowder, 2015).
Nilai Persentase Pindah Silang
Telah diketahui bahwa dengan adanya peristiwa pindah silang dalam
keturunan dibedakan tipe parental (tipe orang tua) dan tipe rekombinan
(kombinasi baru) adapun tipe yang dengan nilai pindah silang (nps) ialah angka
yang menunjukkan besarnya persentase kombinasi baru yang dihasilkan akibat
terjadinya pindah silang (Crowder, 2015).
Nps = jumlah tipe rekombinan x 100%
Jumlah seluruh individu (tipe tetua + rekombinan)
Jarak Peta dan Nilai Persentase Pindah Silang
Menghitung jarak antar gen dengan menggunakan frekuensi rekombinasi atau
disebut juga nps dari metode uji silang (Crowder, 2015).
Contoh :
F1 : PL/pl x pl/pl
(coupling) ungu, panjang (warna bunga) merah, bulat (bentuk pollen)
Keturunan (F2):

Fenotipe Genotipe Jumlah


Ungu, panjang PL/pl 123
Ungu, bulat Pl/pl 18
Merah, panjang pL/pl 17
Merah, bulat Pl/pl 122

Angka hitungan ini menggambarkan perbandingan gamet yang diperoleh.


Tipe tetua sangat banyak, yaitu ungu, panjang dan merah, bulat (jumlah 245). Dua
kelas lain yaitu rekombinannya (jumlah 35).

15
Nps = jumlah tipe rekombinan x 100%
Jumlah seluruh individu (tipe tetua + rekombinan)
Nps = 35 x 100%
245 + 35
= 12,5 %
Ini berarti bahwa kekuatan pindah silang antara gen-gen yang terangkai itu
adalah 12,5%. Tipe parental 100% - 12,5% = 87,5%. Nilai pindah silang tidak
akan melebihi 50%, biasanya bahkan kurang dari 50%, karena:
a. Hanya 2 dari 4 kromatid saja yang ikut mengambil bagian pada peristiwa
pindah silang.
b. Pindah silang ganda akan mengurangi banyaknya tipe rekombinasi yang
dihasilkan.
Ini adalah jarak antara gen untuk warna bunga dan gen untuk bentuk pollen.
P 12,5 cM L

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan:
1. Probabilitas artinya kemungkinan atau peluang suatu kejadian, suatu ukuran
tentang kemungkinan atau derajat ketidakpastian suatu peristiwa yang akan
terjadi di massa depan. Sebuah contoh sederhana adalah jika sebuah koin
dilempar, maka akan sulit untuk mematikan bahwa muka gambar atau muka
angka yang berada di atas, jadi dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas
dari probabilitas.
2. Penggunaan dengan menggunkan test X2 dipakai dalam menghitung data hasil
percobaan, untuk menguji apakah data tersebut bisa dipercaya kebenarannya.
Rumus yang dipakai dalam X2 , sebagai berikut:

3. Pindah silang adalah peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan gen-
gen kromatid homolognya. Dalam menghitung persentase tipe rekombinan di
antara keturunan dapat digunakan unit peta, yaitu jarak antara gen-gen untuk
menyatakan posisi relatifnya pada suatu kromosom, dengan rumus nilai pindah
silang (nps) adalah (rekombinan / jumlah individu seluruhnya) x 100%.

17
Daftar Pustaka

Arumingtyas, E.L. 20016. Genetika Mendel Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu


Genetika. Malang: UB Press.

Ayala, F. J. Dan Kiger, J.A. 1984. Modern Genetiics 2nd. Menlo Park: The
Benjamin/Cunning Publ.Co.,Inc.

Hardjosubroto, Wartomo. 1998. Pengantar Genetika Hewan. Yogyakarta:


Fakultas Peternakan UGM.

Suryo. 1984. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Suryo. 2010. Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Suryo. 2012. Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Yatim, Wildan. 1986. Genetika. Bandung: Tarsito.

18

Anda mungkin juga menyukai