Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemungkinan atau istilah yang serupa, misalnya probabilitas, keboleh


jadian, peluang dan sebagainya umumnya digunakan untuk menyatakan peristiwa
yang belum dapat secara pasti ditentukan. Kemungkinan adalah suatu istilah untuk
menunjukkan ketidak pastian, artinya segala sesuatu yang tidak pasti terjadi dapat
juga akan terjadi walaupun mungkin juga tidak atau belum tentu terjadi.
Kemungkinan tidak dapat dipungkiri dapat berubah dalam setiap keadaan dan
waktu, sehingga perubahan yang ada menjadikan peluang atau kemungkinan tersebut
mengalami perubahan. Oleh karena itu, dalam waktu dan keadaan yang berbeda
dalam sebuah peristiwa tidak dapat disamakan dalam peristiwa yang sama namun
keadaaan dan waktunya berbeda.
Sebagai contoh, seseorang ingin bepergian, sedangkan udaranya mendung,
tentunya menghadapi kemungkinan akan tururn hujan atau tidak. Contoh lain, ketika
seorang anak yang menumpang dan pulang dari sekolah, tentunya akan menghadapi
kemungkinan akan mendapatkan telur, ataukah tahu dan tempe sebagai lauk
pauknya. Seorang ibu yang melahirkan anaknya, tentunya akan menghadapi
kemungkinan anak yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki ataukah perempuan.

Sehubungan dengan tersebut, teori kemungkinan sangat penting dalam


mempelajari genetika. Dalam ilmu genetika, kemungkinan ikut mengambil peranan
penting. Misalnya mengenai pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-
gamet, pembuahan sel telur oleh spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen di
dalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai macam kombinasi (Suryo, 2012).
Evaluasi suatu hipotesis genetik, diperlukan suatu uji yang dapat mengubah deviasi-
deviasi dari nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dari ketidaksamaan demikian

y ang terjadi oleh peluang. Uji yang lazim digunakan adalah uji X2 (Chi-square
test) atau ada yang menamakannya uji kecocokan (goodness of fit) (Yatim,
1996). Uji chi square adalah cara yang dipakai untuk membandingkan data

1
percobaan yang diperoleh dari persilangan. Selain itu, uji ini harus pula
memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah (derajat bebas) (William,
1991).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah pada makalah adalah
sebagai berikut.
1. Apa dasar-dasar teori kemungkinan dalam genetika?
2. Bagaimana pengaplikasian dari rumus binomium?

3. Bagaimana pengaplikasian dari Tes X2 (Chi Square Test) ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan pembuatan makalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui dasar-dasar teori kemungkinan dalam genetika.
2. Untuk mengetahui pengaplikasian dari rumus binomium.

3. Untuk mengetahui pengaplikasian dari Tes X2 (Chi Square Test).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar - Dasar Teori Kemungkinan


Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang
diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda-beda. Penggunaan teori
kemungkinan ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya
suatu hasil tertentu dari persilangan tertentu (Crowder, 1988). Menurut Suryo (2012:
143) berbagai istilah seperti kemungkinan, keboleh-jadian, peluang dan sebagainya
dipergunakan untuk membicarakan peristiwa/kejadian yang halnya tidak dapat
dipastikan. Selanjunya disampaikan, teori kemungkinan dapat juga berupa suatu
pernyataan yang tidak diketahui akan kebenarannya.
Menurut Suzuki & Griffiths (1976: 13) probabilitas adalah perbandingan
antara banyaknya perlakukan atau ulangan yang dilakukan terhadap banyaknya
peluang yang dapat terjadi dalam perlakuan tersebut. Sementara itu menurut
Gardner et al., (1991: 40) dan Campbell & Reece (2008: 269) probabilitas adalah
perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan atau perlakuan yang diberikan.
Selanjutnya disampaikan bahwa probabilitas dapat dihitung berdasarkan: (1)
perbedaan jumlah yang diakibatkan kegiatan yang dilakukan, (2) jumlah total
kemungkinan yang dapat terjadi akibat dari perlakuan yang diberikan. Disampaikan
juga nilai kemungkinan berada pada angka 0 dan 1. Angka 0 untuk perlakuan yang
tidak memberikan dampak sedangkan 1 untuk perlakuan yang menghasilkan
dampak, dan perlakuan tersebut harus berjumlah 1.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas probabilitas merupakan teori yang
digunakan untuk membuktikan kemungkinanan yang akan terlihat sebagai akibat
dari perlakuan yang diberikan terhadap subyek penelitian. Nilai probabilitas berkisar
pada angka 0 sampai 1. Peristiwa yang pasti terjadi memiliki probabilitas 1,
sedangkan peristiwa yang pasti tidak terjadi memiliki probabilitas 0
Sebagai contohnya kita ketahui bahwa pada peristiwa pembentukan sel kelamin
(gametogenesis) pada lalat buah maupun pada manusia terdapat dua kejadian yang
berlainan. Pertama pada oogenesis terbentuklah sel telur yang hanya satu macam
saja, yaitu sel telur yang hanya mengandung kromosom X. Kedua pada
spermatogenesis terbentuklah dua macam spermatozoon, yaitu spermatozoon yang

3
mengandung kromosom Y dan X. Dengan demikian kemungkinan suatu sel telur
dibuahi oleh spermatozoon X dan kemungkinan dibuahi oleh spermatozoon Y itu
sama Dengan kata lain perbandingan keduanya sama, yaitu 50% : 50% atau 1/2 :
1/2. Teori kemungkinan ini juga dapat digunakan jika kita melemparkan suatu mata
uang ke udara. Kemungkinan kita mendapatkan sisi yang bergambar adalah 1/2 ,
sedang kemungkinan mendapatkan sisi yang tidak bergambar 1/2 pula.
Teori teori yang teah dikemukakan oleh para peneliti sebagai hasil dari penelitian
mereka, pasti memilki tujuan tersendiri. Seperti halnya teori kemungkinan, menurut
Andrian M. SRB et al., (1965: 47) tujuan mengatahui teori kemungkinan adalah
untuk meningkatkan pemahaman mengenai kualitas penyebaran pewarisan sifat yang
terjadi dalam perkawinan atau persilangan. Jenkins (1983: 35) mengemukakan tujuan
mempelajari teori kemungkinan adalah untuk membantu pasangan suami istri untuk
menghitung atau memprediksi kemungkinan anak mereka di masa yang akan datang
apabila mereka memiliki anak. Selain itu dinyatakan bahwa pengetahuan mengenai
teori kemungkinan sangat berguna bagi para konsultan genetik yang menghadapi
permasalahan genetik berkaitan dengan kemungkinan keturunan yang akan terjadi
apabila terjadi perkawinan atau persilangan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas
bahwa tujuan teori kemungkinan adalah agar dapat memprediksi suatu keadaan yang
akan terjadi berdasarkan fakta dan bukti yang dimiliki. Peranan teori kemungkinan
dalam genetika juga penting untuk diketahui, diantaranya adalah pemindahan gen-
gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet, pembuahan sel telur oleh spermatozoon,
dan berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai
macam kombinasi.

Dasar - dasar yang digunakan dalam teori kemungkinan berkenaan dengan


genetika dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Besarnya kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama
dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap
keseluruhannya.

4
Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan :
K : kemungkinan
K(x) : besarnya kemungkinan untuk mendapat (x)
x : peristiwa yang diharapkan
y : peristiwa yangtidak diharapkan
x + y : jumlah keseluruhan

Contoh :
a) Uang logam mempunyai dua sisi yaitu sisi atas (kepala) dan sisi bawah
(ekor). Jika kita melakukan tos (melempar uang logam ke atas) dengan sebuah
uang logam. Berapa kemungkinanya kita mendapat kepala?

Jawaban:
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎 1 1
K (kepala) =𝑘𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎+𝑒𝑘𝑜𝑟 = 1+2 = 2

Jadi, kemungkinan mendapatkan kepala adalah sama besar dengan kemungkina


mendapatkan ekor
b) Sebuah dadu mempunyai 6 sisi, masing-masing diberi angka dari 1 sampai 6.
Jika kita melempar sebuah dadu, berapa kemungkinan akan mendapat angka 6?

Jawaban:
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 6 1
K (angka 6) =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑖 = 6

Jadi, kemungkinan untuk mendapatkan angka 6 sangat kecil


c) Berapa kemungkinan bahwa seorang ibu melahirkan seorang anak laki-laki?

Jawaban:
Dalam keadaan normal hanya ada 2 kemungkinan bagi seorang ibu yang akan
melahirkan anak, yaitu memperoleh seorang anak laki-laki atau seorang
anak perempuan

5
♂ 1 1 1
K ——— = ———— =
♂ + ♀ 1 +1 2
(♂) — ——
=
d) Didalam sebuah kantong terdapat 20 buah berwarna, terdiri dari 5 bola merah,
12 kuning dan 3 hijau. Jika seseorang disuruh untuk mengambil bola dari
dalam kantong, berapa kemungkinan akan mendapatkan sebuah bola hijau ?

jawaban :
𝑏𝑜𝑙𝑎 ℎ𝑖𝑗𝑎𝑢 3
K (hijau ) = =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑏𝑜𝑙𝑎 20

Jadi, kemungkinan orang tersebut untuk mendapatkan bola hijau sangat kecil.

2. Besarnya kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang masing-masing


berdiri sendiri adalah sama dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkinan
untuk masing-masing peristiwa tersebut.

Rumus yang digunakan adalah

K (X + Y) = K (X) x K

Contoh:
a) Jika seseorang melakukan tos dengan 2 logam bersama sama, (satu ditangan
kiri dan satunya lagi ditangan kanan), berapa kemungkinan akan mendapatkan
kepala pada kedua uang logam itu ?
Jawaban :
1
K (kepala ) = 2
1 1 1
K (kepala + kepala ) = 2 𝑥 =
2 4

Dapat diartikan bahwa setiap kali melakukan tos dengan dua uang logam
bersama- sama, kesempatan untuk mendapatkan kepala pada dua uang logam
itu adalah satu kali.
b) Berapa kemungkinan bahwa dua anak pertama dari suatu keluarga adalah laki
– laki ?

6
Jawaban :
1
Kemungkinan untuk mendapatkan anak laki – laki adalah ,
2
1 1 1
maka K (♂ + ♂) = 𝑥 =
2 2 4

Hal ini dapat dengan mudah dibuktikan sebagai berikut.


Anak pertama Anak kedua
Laki laki Perempuan
Perempuan Laki laki
Perempuan Perempuan
Laki laki Laki laki

Dapat diartikan pula bahwa dari setiap 4 keluarga beranak dua, akan ditemukan
1 keluarga yang kedua anaknya laki laki.
c) Suami istri masing-masing normal tetapi membawa gen untuk albino . berapa
kemungkinannya mereka akan mendapatkan seorang anak perempuan albino ?
Jawaban

P ♂ Aa x ♀ Aa (keduanya normal)
F1 AA = normal
Aa = normal
3
Aa = normal (normal = 4 )
1
aa = albino =4
1
Dari persilangan diatas dapat diketahui bahwa K(albino) adalah , sedanglan K
4
1
(♀) = 2
1 1 1
Sehingga K (♀ albino) = 𝑥2=8
4

3. Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang saling mempengaruhi


ialah sama dengan jumlah dari besarnya kemungkinan untuk tiap peristiwa
tersebut.

Rumus yang digunakan :


K (x atau y) = K(x) + K(y)

7
Contoh :
a. Jika kita melakukan tos dengan dua uang logam bersama- sama,
berapa kemungkinannya akan mendapatkan 2 kepala atau 2 ekor
pada kedua uang logam itu?
Jawaban:

K(kepala)=½ K(ekor) =½
K(dua kepala) = ½ x ½ = ¼ K(dua ekor) = ½ x ½ = ¼
K(2 kepala atau 2 ekor) = ¼ + ¼ = 2/4 = ½
Hal ini dapat dengan mudah dibuktikan sebagai berikut.
Uang logam I uang logam II
Kepala Ekor
Ekor Kepala
Kepala Kepala
Ekor Ekor
b. Jika kita menarik sehelai kartu dan setumpuk kartu bridge, berapa
kemungkinan kita akan mendapat sehelai kartu As atau sehelai kartu Raja
(diberi tanda huruf K)?

Jawaban :
1 1
K(As) = K(Raja) = 13
13
1 1 2
K(As atau Raja) = 13 + =
13 13

2.2 Rumus Binomium


Penggunaan rumus-rumus dalam teori kemungkinan dapat dipakai dalam
peristiwa kecil. Untuk mencari kemungkinan dari peristiwa besar biasanya dapat
ditempuh jalan yang lebih mudah, yaitu dengan menggunakan rumus binomium
(a+b)n atau dengan segitiga pascal.

8
1
1 1 ————————— (a + b)1
1 2 1 ———————— (a + b)2
1 3 3 1 ——————— (a + b)3
1 4 6 4 1 —————— (a + b)4
1 5 10 10 5 1 ————— (a + b)5
1 6 15 20 15 6 1 ———— (a + b)6
↓ ↓
dan seterusnya (a + b)n

Disini a dan b merupakan kejadian/peristiwa yang terpisah, Misalnya


a adalah kemungkinan anak ♂, b adalah kemungkinan anak ♀ atau a adalah
kemungkinan anak normal dan b adalah kemungkinan anak menderita kelainan
genetic. Sedangkan n merupkan jumlah percobaan. ( Suryo, 2004)
Rumus binomium hanya dapat digunakan untuk menghitung peluang yang
masih dalam rencana. Seringkali dalam melakukan percobaan tidak akan
memperoleh hasil yang sesuai benar dengan yang diharapkan. Agar hasil yang
nampaknya “menyimpang” itu masih dapat dianggap sesuai atau masih dapat
digunakan (Suryo, 2008)

2.2.1 Contoh Pengaplikasian Rumus Binomium


1. Mempelai baru tidak setuju dengan anjuran KB (Keluarga Berencana) yang
dicanangkan Pemerintah, karena mereka beranggapan bahwa anak adalah karunia
Tuhan. Berhubungan dengan itu mereka merencanakan memilik 6 orang anak.
Berapakah kemungkinannya bahwa anak itu akan terdiri dari:
a. 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan
b. 4 anak laki-laki dan 2 anak perempuan
c. 6 anak laki-laki
d. Urutan tertentu, yaitu laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan, laki-laki,
perempuan (♂, ♀ , ♂, ♀, ♂, ♀ ) ?

9
Jawaban:
Karena diinginkan 6 anak, maka n=6, untuk mencari uraian (a+b) 6 dapat
digunakan segitiga pascal, yaitu:
1
1 1 ————————— (a + b)1
1 2 1 ———————— (a + b)2
1 3 3 1 ——————— (a + b)3
1 4 6 4 1 —————— (a + b)4
1 5 10 10 5 1 ————— (a + b)5
1 6 15 20 15 6 1 ———— (a + b)6

(a+b)6 = a6+6a5b+15a4b2+20a3b3+15a2b4+6ab5+b6
Telah diketahui bahwa kemungkinan lahirnya anak laki-laki dan perempuan
adalah sama, yaitu ½.
Andaikan :
a= kemungkinan lahirnya anak laki-laki = ½
b= kemungkinan lahirnya anak perempuan = ½

a. K (3 laki-laki, 3 perempuan) = 20a3b3 = 20(1/2)3(1/2)3 = 20/64


b. K(4 laki-laki, 2 perempuan) = 15a4b2 = 15(1/2)4(1/2)2 = 15/64
c. K(6 laki-laki) = a6 = (1/2)6 = 1/64
d. Karena diinginkan urutan seks tertentu, maka digunakan teori kemungkinan
yang kedua, yaitu dengan mengalikan kemungkinan dari tiap peristiwa
Jadi:
K (♂, ♀ , ♂, ♀, ♂, ♀ ) = ½, ½, ½, ½, ½, ½ = 1/64
(Suryo, 2008: 158-159).

2) Suami istri masing-masing normal tetapi herozigotik untuk


Albino ingin mempunyai 4 orang anak. Berapa kemungkinannya bahwa:
a. Semua anak itu akan normal.
b. Seorang anak saja yang albino, sedang 3 yang lainnya albino.
c. Anak yang terakhir saja yang albino, namun jika ada yang akan albino.

10
Jawaban :
Karena diinginkan 4 orang anak maka:

( a+b )4 = a4 + 4 a³b + 6 a²b²+ 4 ab³ + b4


Suami istri itu masing-masing mempunyai genotip Aa, sehingga
perkawinan mereka dapat dilukiskan sebagai berikut:
P (lk) Aa x (pr) A (keduanya normal )
F1 AA = normal =3/4 Aa = normal =3/4
Aa = normal =3/4 Aa = normal aa = albino =1/4
Berhubungan dengan itu, andaikan
a = kemungkinan lahirnya anak normal (3/4)
b = kemungkinan lahirnya anak albino (1/4)
Jadi

a) K(4 normal ) = a4 = (¾)4 = 81/256

b) K (3 normal 1 albino ) = 4a³b = 4 (¾)3 (1/4) =108/256


c) K(3 normal 1 albino ) = ¾ x ¾ x ¾ x ¼ = 27/256

Nampaknya pertanyaan b dan c seolah-olah sama tapi sebenarnya beda.

3) Kita melakukan tos dengan 3 uang logam bersama-sama. Berapa


kemungkinannya kita akan mendapatkan satu kepala dan dua ekor pada ketiga
uang logam ?
Jawaban:
Karena digunakan 3 uang logam, tentunya n = 3. Di awal telah diketahui
bahwa di waktu melakukan tos dengan sebuah uang logam, kemungkinan untuk
mendapatkan kepala adalah sama besarnya dengan kemungkinan untuk
mendapatkan ekor, yaitu ½
Andaikan :
a = kemungkinan untuk mendapatkan kepala (½)
b = kemungkinan untuk mendapatkan ekor (½) (a + b)3 = a3 + 3a2b + 3 ab2 + b3

Sehingga : K (1 kepala, 2 ekor) = 3ab2 = 3 (½ ) (½ )2 = 3/8.

11
2.3 Tes Chi-Square
2.3.1 Pengertian Tes Chi-Square

Hasil dari percobaan atau perlakuan yang dilakukan walaupun dapat


dilakukan prediksi dengan mengunakan teori kemungkinaan tetapi harus dilakukan
pengukuran secara statistik untuk memastikan apakah hasil yang diperoleh sesuai
dengan yang diharapkan atau mendekati hasil yang diharapkan. Perhitungan statistik
untuk mengetahui apakah hasil percobaan mendekati atau bahkan sesuai dengan
harapan dilakukan dengan uji chi square. Menurut Suryo (2008: 150) tes chi squre
adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan proses evaluasi terhadap
kebenaran atau tidaknya pecobaan yang dilakukan dengan melakukan perbandingan
dengan teori yang berlaku atau yang digunakan. Sedangkan menurut Strickberbeger
(1976: 131) tes chi square adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengukuran
dengan melakukan perbandingan antara hasil perlakuan yang terjadi dengan hasil
yang diharapkan secara teoritis.

Sementara itu menurut Hartwell et al., (2011: 122) tes chi square adalah tes
yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara hasil percobaan yang
dilakukan dengan hasil yang diperkirakan dari suatu kegiatan. Selanjutnya
disampaikan bahwa tes tersebut dirancang untuk mengukur atau menentukan
seberapa besar jumlah sampel yang digunakan dalam percobaan/penelitian
memberikan pengaruh terhadap hasil percoban/penelitian. Berdasarkan beberapa
pendapat terkait tes chi square dapat disimpulkan bahwa tes chi square adalah tes
yang dilakukan untuk mengevaluasi antara hasil pengamatan yang dilakukan dengan
perkiraan dari hasil percobaan yang diharapkan.

2.3.2 Tujuan Tes Chi Square

Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang


diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda-beda. Penggunaan teori
kemungkinan memungkinkan untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil
tertentu dari persilangan tertentu (Crowder, 1986). Untuk mengevaluasi suatu
hipotesis genetik diperlukan suatu uji yang dapat mengubah deviasi-deviasi dari
nilai-nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dan ketidaksaman demikian yang

12
terjadi oleh peluang, yaitu dengan Uji X2 (Chi-square). Uji ini harus memperhatikan
besarnya sampel dan jumlah peubah (derajad bebas). Uji X2 (Chi-square) adalah cara
yang dapat dipakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari
persilangan-persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara
teoritis. Dengan cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan suatu nilai
kemungkinan untuk menguji hipotesis itu.
Sama halnya dengan teori probabilitas yang memiliki tujuan pengunaan chi
square juga memiliki tujuan, hal ini dikemukakan oleh Hartwell et al., (2011: 122-
123) terdapat tiga tujuan, yaitu:

(a) Untuk mengukur pengaruh ukuran sampel yang digunakan terhadap hasil
percobaan/penelitian.
(b) Untuk menolak hipotesis.
(c) Untuk melakukan interpretasi hasil percobaan genetik.
Sedangkan menurut Sanders & Bowman tujuan pengunaan tes chi square adalah
untuk membuat perbandingan yang objektif antara hasil yang diperoleh dalam
penelitian/percobaan dengan perkiraan/harapan yang diinginkan dalam suatu
hipotesis.
Sementara itu menurut Susanto (2011: 34) tujuan pengunaan tes chi square
adalah untuk memberikan penjelasan rasional dan empirik terhadap berbagai
penyimpangan yang ditemukan dalam percobaan atau penelitihan. Selanjutnya
disampaikan bahwa pengunaan tes chi square dalam suatu percobaan adalah untuk
mengetahui apakah penyimpangan yang ditemukan dalam percobaan masih
memenuhi nisbah teoritis atau menyimpang dari nisbah teoritis. Berdasarkan
berbagai pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengunaan tes chi square
dalam penelitian mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran secara rasional dan
empirikal hubungan antara hasil penelitian dengan hasil yang diharapkan secara
teoritis, dan membantu peneliti dalam menjawab hipotesis yang ditentukan secara
kuantitatif.

13
2.3.3 Prinsip Chi Square

Ada 3 prinsip yang harus dipahami dalam tes chi square, yaitu:

1. Distribusi Normal

Prinsip yang perlu diketahui serta dipahami dalam menggunakan tes chi
square adalah adanya distribusi normal. Distribusi normal yang digambarkan dengan
kurva distribusi normal memberikan gambaran mengenai posisi serta besarnya
hububungan antara hasil percobaan yang dilakukan dengan hasil yang diharapkan
dalam percobaan. Distribusi normal suatu percobaan/penelitian meliputi semua
kemunginan dari hasil percobaan yang dilakukan. Selanjutnya disampaikan bahwa
bagian tertinggi dalam kurva mewakili hasil percobaan dengan tingkat kemungkinan
yang tinggi sedangkan hasil percobaan dengan tingkat kemungkinan yang rendah
terletak pada sisi kiri dan kanan kurva.

2. Prinsip Statistik
Dalam prinsip statistik, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

(a) Nilai hitung; tergantung pada nilai hasil pengamatan (o), nilai hasil yang
diharapkan (e), dan deviasi (d).

(b) Nilai tabel; tergantung pada derajat bebas (df) dan probability (P) yang
bersangkutan.
Untuk menguji H0 yang berbunyi “hasil pengamatan yang dilakukan sesuai dengan
hasil yang diharapkan”. Sehingga terdapat 2 kemungkinan hasil uji H0, yaitu:
1. H0 ditolak, apabila nilai hitung > nilai tabel. Kesimpulan dari pernyataan
ini adalah terdapat faktor lain dari luar yang kebetulan ikut mempengaruhi
persilangan, sehingga hasil pengamatan menyimpang dari hasil yang diharapkan.
2. H0 tidak ditolak, apabila nilai hitung nilai tabel. Kesimpulan dari
pernyataan ini adalah penyimpangan hasil pengamatan dari hasil yang diharapkan
semata-mata hanya diakibatkan karena faktor kebetulan saja (Purbowati, 2015).
3. Derajat Bebas

Penggunaan tes chi square dalam suatu percobaan genetik, dilakukan dengan
cara melakukan interpretasi terhadap nilai kemungkinan yang dimiliki oleh setiap

14
percobaan. Proses interpretasi nilai kemungkinan yang dimiliki oleh setiap percobaan
sangat tergantung pada derajat bebas yang dimiliki. Derajat bebas merupakan jumlah
dari fenotip yang dihasilkan dalam suatu percobaan dikurangi 1 (Purbowati, 2015).

2.3.4 Rumus dan Aplikasi tes chi square

Rumus yang digunakan dalam chi square adalah berikut ini:

( o  e) 2
2  
e
Keterangan:
d = deviasi atau penyimpangan (selisih antara nilai hasil pengamatan
(percobaan) dengan nilai yang diharapkan (teori)) (o-e).
o = observed; nilai hasil pengamatan (percobaan).
e = expected; nilai hasil yang diharapkan (teori).
∑ = sigma (jumlah)

Purbowati (2015) mengungkapkan bahwa untuk mengetahui nilai probability,


dapat menggunakan tabel nilai kritis dari distribusi . Pada tabel X2, deretan angka
paling atas mendatar ialah nilai kemungkinan, semakin ke arah kanan nilai
kemungkinan itu makin menjauhi nilai 1, yang berarti bahwa data hasil percobaan
yang diperoleh itu tidak baik. Sedangkan semakin ke arah kiri maka nilai
kemungkinan makin mendekati nilai 1 (100 %), yang berarti bahwa data percobaan
yang diperoleh adalah baik. Deretan angka dalam kolom paling kiri (dari atas ke
bawah) menyatakan besarnya derajat kebebasan. Angka-angka lainnya di dalam tabel
itu merupakan nilai X2. Apabila nilai X2 yang didapat dari perhitungan terletak
dibawah kolom nilai kemungkinan 0.05 atau kurang (0.01 atau 0.001) itu berarti
bahwa faktor kebetulan hanya berpengaruh sebanyak 5% atau kurang. Ini berarti pula
bahwa ada faktor lain yang ikut mengambil peranan dan yang lebih berpengaruh
pada kejadian itu, sehingga data percobaan yang didapat dinyatakan buruk.
Penggunaan level kemungkinan 0.05 sebagai sebuah keputusan untuk menolak
sebuah hipotesis merupakan sebuah ketentuan yang disebut dengan level
signifikansi. Nilai X2 tersebut dikatakan signifikan atau berarti. Maksudnya deviasi
(penyimpangan) sangat berarti dan ada faktor lain di luar faktor kemungkinan yang

15
mengambil peranan disitu. Apabila nilai X2 yang didapat dari perhitungan letaknya
di dalam kolom nilai kemungkian 0.01 atau bahkan 0.001 itu berarti bahwa data yang
diperoleh dari percobaan tersebut sangat buruk. Nilai X2 tersebut itu lalu dikatakan
sangat berarti (highly significant). Jadi deviasi ini sangat berarti dan faktor
kemungkinan sangat besar peranannya. Berikut ini merupakan tabel nilai kritis dari
distribusi X2.

Tabel 1. Nilai Kritis dari Distribusi X2

Sumber : Suryo (2008 : 149)

16
2.3.5 Contoh Tes X2 Pada Dua Kelas Fenotip Dan Tiga Kelas Atau Lebih
2.3.5.1 Contoh Tes X2 Pada Dua Kelas Fenotip
1. Tanaman berbatang tinggi heterozigot (Tt) menyerbuk sendiri dan menghasilkan
keturunan yang dimisalkan terdiri dari 40 tanaman berbatang tinggi dan 20
tanmana berbatang pendek. Apakah hasil tersebut dapat dipercaya akan
kebenarannya, artinya apakah sesuai dengan hukum Mendel?
Diketahui :
Hasil yang diperoleh dari persilangan (0) adalah
- 40 tanaman berbatang tinggi
- 20 tanaman berbatang pendek.
Menurut Mendel, maka suatu monohibrid (Tt) yang menyerbuk sendiri
seharusnya menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 3 tinggi : 1
pendek. Jadi, secara teoritis akan didapatkan (e) adalah
- 45 tanaman berbatang tinggi
- 15 tanaman berbatang pendek
Ditanya :
Apakah hasil tersebut dapat dipercaya kebenarannya?
Jawaban:
Menurut hukum Mendel, suatu monohibrid (Tt) yang menyerbuk sendiri
seharusnya menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotif 3 tinggi: 1
pendek. Jadi secara teoritis seharusnya didapatkan 45 tanmana berbatang tinggi
dan 15 tanaman berbatang pendek.

Tinggi Pendek Jumlah

Diperoleh (o) 40 20 60

Diramalkan (e) 45 15 60

Deviasi (d) -5 +5

(d – ½ )* -4.5 +4,5

17
(d – ½ )* 0,45 1,35
E

(d ) 2
 
2
= 0,45 + 1,35 = 1,80
e
Setelah mendapat hasil perhitungan, dapat melihat tabel X2, menurut para
ahli statistika apabila nilai X2 yang didapat di bawah kolom 0,05, itu berarti
bahwa data yang diperoleh buruk. Ini disebabkan karena penyimpangan sangat
berarti dan adanya faktor lain di luar faktor kemungkinan berperan di situ.
Apabila di bawah kolom 0,01 maka data yang diperoleh buruk sekali. Jadi data
dianggap baik apabila nilai X2 berada di kolom 0,05 atau di dalam kolom sebelah
kirinya.

*) Menurut para ahli statistik maka khusus untuk dua kelas fenotip ini perlu
diterapkan koreksi Yates pada nilai deviasi, yaitu mengurangi nilai deviasi
dengan 0.5.
Dari perhitungan telah didapatkan bahwa X2 = 1.80. karena ada dua kelas fenotip
(tinggi dan pendek), berarti ada derajat kebebasan 2 – 1 = 1. Lihat tabel X2.
Angka 1.80 tidak tercantum pada tabel, tetapi terletak antara 0.10 dan 0.30,
berarti lebih besar daripada 0.05. Jadi, K(1) = antara 0.10 dan 0.30
K = Besarnya derajat kebebasan
(1) = Nilai kemungkinan
Karena nilai kemungkinannya lebih besar dari 0.05 maka data percobaan itu
dapat dianggap masih bagus, masih memenuhi perbandingan 3:1 dan tidak ada
faktor lain di luar faktor kemungkinan yang berperan (Surya, 2008).
2. Seorang petani mengadakan percobaan dengan melakukan testcross pada
tanaman berbatang tinggi heterozigotik (Tt) itu. Hasilnya misalkan berupa 40
tanaman berbatang tinggi dan 20 tanaman berbatang pendek. Apakah data hasil
testcross itu dapat dianggap baik dan dapat dipercaya?
Diketahui :
Hasil yang didapatkan (o) dari persilangan testcross adalah
- 40 tanaman berbatang tinggi
- 20 tanaman berbatang pendek

18
Secara teoritis persilangan testcross pada monohibrid ( Tt x tt) akan
menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1 batang tinggi : 1 batang pendek.
sehingga hasil yang diramalkan (e) adalah
- 30 tanaman berbatang tinggi
- 30 tanaman berbatang pendek
Ditanya :
Apakah data hasil testcross itu dapat dianggap baik dan dapat dipercaya?
Jawaban :
Tinggi Pendek Jumlah

Diperoleh (o) 40 20 60

Diramalkan (e) 30 30 60

Deviasi (d) -10 +10

(d – ½ )* -9.5 +9,5

(d – ½ )* 3,01 3,01
E

X2 = 3.01 + 3.01 = 6.02 (K(1) = antara 0.01 dan 0.05)


Berdasarkan tabel X2 pada derajat kebebasan 1, maka nilai chi square sebesar
6,02 terletak diantara nilai kemungkinan 0.01 dan 0,05. Hal ini berarti bahwa
nilai kemungkinannya kurang dari 0.05 (angka yang dianggap sebagai batas batas
signifikan), maka deviasi cukup berarti. Berhubung dengan itu data hasil
percobaan testcross tersebut tidak baik dan tidak dapat dipercaya. Tentu ada
faktor lain diluar faktor kemungkinan yang berperan disitu. Kata berarti memiliki
arti bahwa deviasi (penyimpangan) sangat berarti dan ada faktor lain diluar faktor
kemungkinan yang mengambil peranan disitu. Terjadi apabila nilai X2 yang
didapat dari perhitungan letaknya di dalam kolom nilai kemungkinan 0.01 atau
bahkan 0.001 itu berarti (Surya, 2008).

19
2.3.5.2 Contoh Tes X2 Tiga Kelas Fenotip atau Lebih
1. Misalnya kita melakukan percobaan dengan membiarkan suatu tanaman bunga
menyerbuk sendiri. Setelah tanaman ini menghasilkan buah dan biji-bijinya
ditanam didapatkan keturunan yang terdiri dari 72 tanaman berbunga ungu, 28
tanaman berbunga merah dan 28 tanaman berbunga putih. Menurut dugaan
saudara, peristiwa apakah yang berperan di sini dan apakah hasil percobaan itu
dapat dianggap benar?
Diketahui :
Hasil yang diperoleh (o) adalah
- 72 tanaman berbunga ungu,
- 28 tanaman berbunga merah
- 28 tanaman berbunga putih.
Hasil yang diramalkan (e) adalah
- 72 tanaman berbunga ungu,
- 24 tanaman berbunga merah
- 32 tanaman berbunga putih.
Karena memiliki jumlah fenotip sebanyak tiga, maka derajat kebebasannya
adalah 3 – 1 = 2.
Ditanya :
Peristiwa apakah yang berperan di sini dan apakah hasil percobaan itu dapat
dianggap benar?
Jawab:
Melihat hasil itu dapat diduga bahwa ada peristiwa epistatis resesip, yang secara
teoritis seharusnya menunjukkan perbandingan fenotip 9:3:4.
Ungu Merah Putih Jumlah

Diperoleh (o) 72 28 28 60

Diramalkan (e) 72 24 32 60

Deviasi (d) 0 +4 -4

(d – ½ )* - 0,67 0,5
E

20
K (2) = terletak antara 0,50 dan 0,70
Berdasarkan tabel X2 pada derajat kebebasan 2, maka nilai chi square sebesar
1,17 terletak diantara nilai kemungkinan 0.05 dan 0,07. Hal ini berarti bahwa
nilai kemungkinannya di sini jauh lebih besar daripada 0,05 maka tidak ada
faktor lain yang mempengaruhi hasil tersebut, kecuali faktor kemungkinan. Jadi
adanya deviasi itu hanya karena kebetulan saja, dan deviasi itu sendiri tidak
berarti. Maka hasil percobaan tersebut baik dan dapat dianggap benar (Surya,
2008).
2. Andaikan sekelompok mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
pada suatu waktu ditugaskan untuk mengadakan sensus keluarga di Kotamadya
Yogyakarta, khususnya menghitung banyaknya keluarga yang memiliki 4 anak
saja. Ternyata misalnya didapatkan 160 keluarga yang beranak 4, dengan variasi
sebagai berikut:
- 7 keluarga memiliki 4 anak perempuan, 0 laki-laki
- 50 keluarga memiliki 3 anak perempuan, 1 laki-laki
- 55 keluarga memiliki 2 anak perempuan, 2 laki-laki
- 32 keluarga memiliki 1 anak perempuan, 3 laki-laki
- 16 keluarga memiliki 0 anak perempuan, 4 laki-laki
Apakah pembagian banyaknya keluarga pada berbagai macam variasi itu sesuai
dengan hipotesa bahwa laki-laki dan perempuan itu seharusnya sama jumlahnya,
mengingat bahwa kemungkinan lahirnya anak laki-laki dan perempuan itu sama,
yaitu masing-masing … .
Diketahui :
Hasil yang diperoleh (o) dari sensus 160 keluarga yang beranak 4 adalah
- 7 keluarga memiliki 4 anak perempuan, 0 laki-laki
- 50 keluarga memiliki 3 anak perempuan, 1 laki-laki
- 55 keluarga memiliki 2 anak perempuan, 2 laki-laki
- 32 keluarga memiliki 1 anak perempuan, 3 laki-laki
- 16 keluarga memiliki 0 anak perempuan, 4 laki-laki
Hasil yang diramalkan (e) adalah
Andaikan : a = kemungkinan dari perempuan (.)

21
b = kemungkinan dari laki-laki (.)
Karena ada 4 anak, maka:

Atau.,
- 10 keluarga memiliki 4 anak perempuan, 0 laki-laki
- 40 keluarga memiliki 3 anak perempuan, 1 laki-laki
- 60 keluarga memiliki 2 anak perempuan, 2 laki-laki
- 40 keluarga memiliki 1 anak perempuan, 3 laki-laki
- 10 keluarga memiliki 0 anak perempuan, 4 laki-laki
terdapat 5 kelas fenotip maka derajat kebebasannya adalah 5 – 1 = 4
Ditanya :
Apakah pembagian banyaknya keluarga pada berbagai macam variasi itu sesuai
dengan hipotesa bahwa laki-laki dan perempuan seharusnya sama jumlahnya?
Jawab:
Berdasarkan perhitungan di atas, maka:

22
Jadi, K(4) terletak antara 0,05 dan 0,10.
Berdasarkan tabel X2 pada derajat kebebasan 4, maka nilai chi square sebesar
9,02 terletak diantara nilai kemungkinan 0,05 dan 0,10. Hal ini berarti bahwa
nilai kemungkinan masih lebih besar dari 0,05, maka faktor lain di luar faktor
kemungkinan kurang mengambil peranan. Berarti pula, deviasi yang terjadi itu
kurang berarti dan hanya kebetulan saja.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Teori kemungkinan adalah dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan


dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda-beda. Penggunaan teori
kemungkinan ini memungkinkan ntuk menduga kemungkinan
diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tertentu. Beberapa
dasar mengenai teori kemungkinan yang perlu diketahui ialah:

a. Besarnya kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah


sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap
keseluruhannya.
b. Besarnya kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang masing-
masing berdiri sendiri adalah sama dengan hasil perkalian dari besarnya
kemungkinan untuk masing-masing peristiwa itu.
c. Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang saling
mempengaruhi ialah sama dengan jumlah dari besarnya kemungkinan

2. Untuk mencari kemungkinan dari peristiwa besar biasanya dapat ditempuh


jalan yang lebih mudah, yaitu dengan menggunakan rumus binomium
(a+b)n atau dengan segitiga pascal.

3. Uji Chi-square (X2) adalah uji nyata (goodness of fit) data yang
diperoleh benar menyimpang dari nisbah yang diharapkan, tidak
secara kebetulan. Perbandingan yang diharapkan (hipotesis) berdasarkan
pemisahan alele secara bebas, pembuahan gamet secara rambang dan terjadi

segregasi sempurna. Tes X2 (Chi-square test) dibedakan menjadi 2 yaitu

Tes X2 untuk 2 kelas fenotipe dan Tes X2 untuk 3 kelas fenotipe

24
DAFTAR PUSTAKA

Adrian M. SRB, Ray D Owen, and Robert S Edgar. 1965 General Genetict. Second
edition. San Fransisco: W.H. Freeman and Company
Campbell, Neil Allison dan Reece, Jane. 2008. Biology (8th ed). San Francisco:
Pearson Benjamin Cummings.
Crowder, L.V. 1986. Genetika Tumbuhan, Edisi Indonesia. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Gardner, Eldon John Michael, J. Simmons and Peter Snustad. 1991. Principles of
Genetics. Eighth edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Hartwell, LH, Hood, L Goldberg, ML, Reynolds, AE, Silver, LM, Veres, RC. 2011.
Genetics from Genes to Genomes, 3 edn. McGrawHill, pp.303-309.
Jenkins, John B. 1983. Human Genetics. California: The Benjamin Cummings
Purbowati, Dwi. 2015. Teori Kemungkinan Dan Tes Chi Square (Probability Theory
And Chi Square Test). Diakses pada 17 Februari 2018.
Strickberger, Monroe. W. 1967. Experiments in Genetics with Drosophila. USA :
John Wiley and Sons, Inc.
Suryo. 2004. Genetika. Gadjah Mada University. Yogyakarta
. 2008a. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gagjah Mada University Press.
.2008b. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gagjah Mada University Press.
.2012. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gagjah Mada University Press.
Susanto, Hry Agus. 2011. Genetiak. Yogyakarta : Graham Ilmu.
Suzuki, David and Anthony J.F. Griffiths. 1976. An Introduction to Genetic Analysis.
San Fransisco: W.H. Rreeman and Company.
William, Stansfield .1991.,Genetika . Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama Erlangga.
Yatim Wildan. 1996. Biologi Umum. Bandung : Tarsito Bandung.

25

Anda mungkin juga menyukai