Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA DENGAN RISIKO BUNUH DIRI

Disusun oleh:
ANGGUN HEXA SEPTI PERTIWI
1910206045

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
Pathway Risiko Bunuh Diri
Stres, tekanan (masalah 1. Isolasi Sosial
Patofisiologis:
dengan orang tua, masalah 2. HDR
dengan teman, masalah Bunuh diri terjadi karena seseorang berada dalam keadaan stress
dengan sekolah, dll) yang tinggi dan koping yang maladaptive. Apabila ide untuk bunuh
diri mencul secara berulang, maka situasi ini masuk ke dalam
Respon protektif dirigawat. Faktor penyebab bunuh diri menurut Stuart dan
situasi
Sudeen adalah perceraian, dan isolasi sosal. Isolasi social juga
dapat dikarenakan perasaan seseorang memiliki harga diri rendah.
Factor penyebab pada remaja menurit Tishler adalah masalah
Koping maladatif

Pencederaan diri

Motivasi bunuh diri

Niat

MK: Risiko bunuh diri


Ancaman bunuh diri

Sumber: [ CITATION Yus15 \l 1033 ]


MINDMAP RISIKO BUNUH DIRI

KLASIFIKASI PENGERTIAN ETIOLOGI


Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, Suatu upaya yang disadari dan  Faktor genetik dan teori biologi, Faktor
meliputi: bertujuan untuk mengakhiri genetik mempengaruhi terjadinya resiko
kehidupan individu secara sadar bunuh diri pada keturunannya. Disamping
1. Bunuh diri anomik itu adanya penurunan serotonin dapat
berhasrat dan berupaya
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang menyebabkan depresi yang berkontribusi
didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) melaksanakan hasratnya untuk
terjadinya resiko bunuh diri [ CITATION
sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri. mati [ CITATION Muh151 \l
Muh151 \l 1033 ].
2. Bunuh diri altruistik 1033 ].
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan  Teori sosiologi, Emile Durkheim membagi
dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan suicide dalam 3 kategori yaitu: Egoistik
Perilaku bunuh diri meliputu (orang yang tidak terintegrasi pada
tugasnya.
isyarat-isyarat, percobaan atau kelompok social), atruistik (melakukan
3. Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan ancaman verbal, yang akan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan
faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus mengakibatkan kematian, luka anomic (suicide karena kesulitan dalam
harapan. berhubungan dengan orang lain dan
atau mernyakiti diri sendiri
beradaptasi dengan stressor)[ CITATION
Muh151 \l 1033 ].
 Teori psikologi, Sigmund Freud dan Karl
Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang
MANIFESTASI KLINIS RISIKO diarahkan pada diri sendiri [ CITATION
Tanda dan gejala upaya bunuh diri menurut Fitria (2009) Muh151 \l 1033 ].
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
BUNUH DIRI
 Penyebab lain adalah:
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati a.Adanya harapan untuk reuni dan fantasi
3. Impulsif b. Merupakan jalan untuk mengakhiri
4. Menunjukan perilaku yang mencurigakan keputusasaan dan ketidakberdayaan
5. Mendekati orang lain dengan ancaman c. Tangisan untuk minta bantuan
6. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan d. Sebuah tindakan untuk
7. Latar belakang keluarga menyelamatkan muka dan mencari
kehidupan yang lebih baik (Davison,
Neale, & Kring, 2004).
RENTANG PERILAKU BUNUH DIRI PENCEGAHAN BUNUH DIRI
Menurut Davison, Neale, dan Kring (2004, dalam Muhith, 2015) Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah bunuh diri adalah dengan memberikan treatment
umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang yang tepat pada mereka yang mengalami gangguan mental, meningkatkan kemampuan untuk
penuh stress. Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang) menyelesaikan masalah dan mengontrol emosi. Selain itu, terapis juga dapat menciptakan hubungan
diantaranya: empati atau terapeutik yang melibatkan kepercayaan dan harapan. Adanya fasilitas pusat atau
1. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi komunitas pencegahan bunuh diri juga dapat membantu, karena biasanya seseorang yang ingin bunuh
dari suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa diri memberikan peringatan atau meminta bantuan sebelum menjalankan usahanya (Davison, Neale, &
melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan Kring, 2004 dalam Muhith, 2015).
mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
2. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah
melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI UPAYA BUNUH DIRI
diri. Menurut Davison, Neale, dan Kring (2004, dalam Muhith, 2015)
3. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya faktor yang berkontribusi dalam upaya bunuh diri antara lain:
keinginan dan hasrat yan dalam, bahkan ancaman untuk  Keluarga dan lingkungan terdekat
mengakhiri hidupnya. Keluarga dan lingkungan terdekat menjadi pilar utama yang
4. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku bertanggung jawab dalam upaya bunuh diri pada anak dan
destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak remaja, pernyataan ini ditunjang oleh teori Vygotsky bahwa
hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan lingkungan terdekat anak berkontribusi dalam membentuk
untuk melakukan bunuh diri.
RISIKO karakter kepribadian anak.
5. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang Menurut Stuart Sundeen jenis kepribadian yang paling sering
mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau BUNUH DIRI melakukan bunuh diri adalah tipe agresif, bermusuhan, putus asa,
diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan. walaupun harga diri rendah dan kepribadian antisocial. Anak akan lebih
demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan besar melakukan upaya bunuh diri bila berasal dari keluarga yang
kehidupannya menerapkan pola asuh otoriter atau keluarga yang pernah
melakukan bunuh diri, gangguan emosi dan keluarga dengan
alkoholisme.

Faktor predisposisi: faktor risiko yang dipengaruhi oleh jenis dan jumlah sumber risiko yang dapat  Riwayat psikososial
menyebabkan individu mengatasi stress. Faktor predisposisiyang menjadi penyebab perilaku bunuh Riwayat psikososial seperti orangtua yang bercerai, putus
diri dikaitkan dengan faktor biologis, psikologis dan social budaya. hubungan, kehilangan pekerjaan atau stress multiple seperti
pindah, kehilangan dan penyakit kronik kumpulan stressor
tersebut terakumulasi dalam bentuk koping yang kurang
Faktor presipitasi: stimulus (stressor) yang merubah atau menekan sehingga memunculkan gejala ini
konstruktif, anak akan mudah mengambil jalan pintas karena
(Struat & Laraia, 2005). Faktor ini meliputi 4 hal yaitu sifat stressor, asal stressor, waktu stresso yang
tidak ada lagi tempat yang memberinya rasa aman, menurut
dialami , dan banyaknya stressor yang dihadapi oleh seseorang.
Kaplan gangguan jiwa dan suicide pada anak dan remaja akan
muncul bila stressor lingkungan menyebabkan kecemasan
meningkat.
RENTANG RESPON PROTEKTIF DIRI PROSES TERJADINYA BUNUH DIRI

Menurut Yusuf, Fitriyasari, dan Nihayati (2015) rentang rentang


respon protektif diri:

Setiap upaya percobaan bunuh diri selalu diawali dengan adanya motivasi untuk bunuh diri dengan
Keterangan: berbagai alasan, berniat melaksanakan bunuh diri, mengembangkan gagasan sampai akhirnya
1. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, adanya percobaan bunuh diri merupakan masalah keperawatan
pengharapan, yakin, dan kesadaran diri meningkat. yang harus mendapatkan perhatian serius. Sekali pasien berhasil mencoba bunuh diri, maka selesai
2. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada riwayat pasien. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa mitos (pendapat yang salah) tentang bunuh diri
rentang yang masih normal dialami individu yang mengalami
[ CITATION Yus15 \l 1033 ].
perkembangan perilaku .
3. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang
merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada
kematian, seperti perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan PENGELOMPOKAN BUNUH DIRI
kriminal, terlibat dalam rekreasi yang berisiko tinggi, Pengelompokan bunuh diri menurut Yusuf, Fitriyasari, dan
penyalahgunaan zat, perilaku yang menyimpang secara sosial, dan Nihayati (2015):
perilaku yang menimbulkan stres. RISIKO BUNUH 1. Syarat bunuh diri. Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan
4. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri DIRI berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri,
sendiri yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan misalnya dengan mengatakan “Tolong jaga anak-anak
terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan
tersebut cukup parah untuk melukai tubuh. Bentuk umum perilaku lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini pasien mungkin
pencederaan diri termasuk melukai dan membakar kulit, sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi
membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai tubuhnya tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.
sedikit demi sedikit, dan menggigit jari. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa
5. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya.
sendiri untuk mengakhiri kehidupan. 2. Ancaman bunuh diri. Ancaman bunuh diri umumnya
diucapkan oleh pasien, yang berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri,
tetapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
3. Percobaan bunuh diri. Percobaan bunuh diri adalah
tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum
racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari
tempat yang tinggi.
DIAGNOSIS
PENGKAJIAN: Pohon masalah: RENCANA TINDAKAN
1. Identitas klien Risiko bunuh diri
2. Alasan Masuk Diagnosis: Risiko Bunuh Diri
Gangguan konsep diri: harga 1. Tujuan umum: Pasien tetap aman dan selamat, Pasien tidak melakukan
3. Riwayat kesehatan sekarang diri rendah percobaan bunuh diri
4. Faktor pencetus dan pendukung
2. Tujuan Khusus:
5. Riwayat kesehatan sebelumnya Diagnosis: a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
6. Riwayat kesehatan keluarga - Risiko bunuh diri Tindakan:
7. Tingkat risiko bunuh diri dengan - Perkenalkan diri dengan pasien
8. Faktor predisposisi dan presipitasi - Harga diri rendah - Tanggapi pembicaraan pasien dengan sabar dan tidak
9. Sumber koping pasien menyangkal
10. Mekanisme koping - Bicara dengan tegas, jelas dan jujur
- Bersifat hangat dan bersahabat
11. Pengkajian fisik RISIKO BUNUH - Temani pasien saat keinginan mencederai diri meningkat
12. Pengkajian Psikososial b. Pasien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
13. Pengkajian status mental DIRI
Tindakan:
14. Kebutuhan persiapan pulang - Jauhkan klien dari benda-benda yang membahayakan (pisai,
15. Pengetahuan kurang tentang silet, gunting, tali, dll).
16. Pemeriksaan penunjang - Tempatkan pasien diruang tenang dan selalu terlihat oleh
17. Terapi medis perawat dan wasi pasien secara ketat setiap hari
c. Pasien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
EVALUASI - Dengarkan keluhan yang dirasaka
a. Keadaan pasien yang tetap aman dan selamat. - Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
b. Pasien mampu mengungkapkan perasaanya. ketakutan dan keputusasaan.
c. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya. - Beri dorongan mengungkapkan mengapa dan bagaimana
d. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian harapanny
masalah yang baik. - Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian dll.
- Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang
Lanjutan Rencana Tindakan RBD: menunjukkan keinginan untuk hidup.
e. Pasien dapat menggunakan koping adaptif d. Pasien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan: Tindakan:
- Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman yang menyenangkan setiap hari - Bantu untuk memahami bahwa pasien dapat mengatasi
(misalnya: berjalan-jalam, membaca buku favorit, memasak, dll). keputusasaanya.
- Bantu mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang di saying, dan pentingnya - Kaji dan kerahkan sumber-sumber harapan (misalnya: hubungan
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
kesehatan.
- Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai
suatu masalah atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman
positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.
ISYARAT BUNUH DIRI DENGAN DIAGNOSIS HARGA DIRI
EVALUASI RENDAH
a. Pasien mampu mengungkapkan
perasaanya. RENCANA INTERVENSI:
b. Pasien mampu meningkatkan Tindakan keperawatan untuk pasien
harga dirinya. 1. Tujuan:
c. Pasien mampu mengidentifikasi a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
kemampuan yang dimilik PENATALAKSANAAN b. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya.
d. keluarga mampu dalam merawat c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
pasien dengan risiko bunuh diri RISIKO BUNUH DIRI d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
e. keluarga dapat memberikan 2. Tindakan:
dukungan selama pasien dirawat. a. Bina hubungan saling percaya
Tindakan: salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi, panggil pasien dengan nama yang
disukai, bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
b. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Tindakan: diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki, Hindari penilaian negatif setiap bertemu pasien,
utamakan pemberian pujian yang realitas.
c. Pasien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan
untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan: diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki, diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang kerumah
d. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai
kemampuan yang dimiliki
Tindakan: rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat
dilakukan sesuai kemampuan, beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang pasien lakukan, tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi keadaan pasien.
e. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuan
Tindakan: beri pasien kesempatan mencoba kegiatan yang telah
direncanakan, beri pujian atas keberhasilan pasien, diskusikan
kemungkinan pelaksanaan dirumah.
f. Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan: beri penkes pada keluarga tentang cara merawat
pasien. Bantu keluarga memberi dukungan selama pasien
dirawat. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah. Beri
reinforcmen tpositif atas keterlibatan keluarga
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI

No Pasien Keluarga
SP 1 P SP 1 K
1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat Mendiskusikan masalah yang dirasakan
membahayakan pasien keluarga dalam merawat pasien
2. Melakukan kontak treatment Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
risiko bunuh diri yang dialami oleh pasein
beserta proses terjadinyamenjelaskan
cara-cara merawat pasien resiko bunuh
diri
3. Mengajarkan cara-cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
4. Melatih cara mengendalikan dorongan
bunuh diri
SP 2 P SP2 K
1. Mengidentifikasi aspek positif yang Melatih keluarga mempraktekan cara
dimiliki pasien merawat pasien dengan resiko bunuh diri
2. Mendorong pasien untuk berpikir positif Melatih keluarga mempraktekan cara
tentang diri merawat langsung kepada pasien resiko
bunuh diri
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri
sebagai individu yang berharga
SP 3 P
1. Mengidentifikasi pola koping yang biasa
diterapkan pasien
2. Menilai pola koping yang biasa dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktiif
4. Mendorong pasien memilih pola koping
yang konstruktif
5. Menganjurkan pasien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan harian
SP 4 P
1. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana
masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan pasien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis
4. Menganjurkan pasien memasukan jadwal
kehiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, A., Fitriyasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai