Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:


HALUSINASI

Disusun oleh:
JUNIAR ICHSAN
1910206136

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
MINDMAP HALUSINASI
KLASIFIKASI PENGERTIAN ETIOLOGI
 Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 % Halusinasi adalah gangguan  Halusinasi dapat terjadi
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama persepsi sensori atau suatu pada klien dengan
suara– suara orang, biasanya klien mendengar suara orang objek tanpa adanya gangguan jiwa seperti
yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya rangsangan dari luar, skizofren, depresi atau
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. gangguan persepsi sensori ini keadaan delirium,
 Halusinasi penglihatan (Visual) 20 % meliputi seluruh panca indra. demensia dan kondisi
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam Halusinasi merupakan suatu yang berhubungan
bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun gelaja gangguan jiwa yang dengan penggunaan
dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa seseorang mengalami alcohol dan substansi
menyenangkan atau menakutkan. perubahan sensori persepsi, lainnya.
 Halusinasi penghidung (olfactory) serta merupakan sensasi  Halusinasi juga dapat
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau palsu berupa suara, dialami sebagai efek
yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang– penglihatan, perabaan dan samping dari berbagai
kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan penciuman.Seseorang pengobatan yang
stroke, tumor, kejang dan dementia. merasakan stimulus yang meliputi anti depresi,
 Halusinasi peraba (tactile) sebetulnya tidak ada (Yusuf, anti biotik, sedangkan
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak Rizki & Hanik, 2015). obat–obatan
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik halusinogenik dapat
datang dari tanah, benda mati atau orang lain. membuat terjadinya
 Halusinasi pengecap (gustatory) halusinasi seperti
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, pemberian obat diatas.
amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa perubahan sensorik
darah, urin atau feses. seperti kebutaan,
 Halusinasi sinestetik kekurangan
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti pendengaran atau
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau adanya permasalahan
HALUSINASI pada pembicaraan.
pembentukan urine.
 Halusinasi Kinesthetic
 Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

MANIFESTASI KLINIS
Tahap I : Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara, Gerakan mata yang cepat, Respon verbal yang
lambat, Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikan.
Tahap II : Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan ansietas, Misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah, Penyempitan kemampuan
konsentrasi, Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Tahap III : Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasimya daripada menolaknya, Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain,
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik,Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
Tahap IV : Perilaku menyerang teror seperti panic, Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain, Tidak mampu berespon terhadap
petunjuk yang kompleks, Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENATALAKSANAAN MEDIS
 Faktor Predisposisi : Faktor penyebab yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat Halusinasi yang diduga dapat di atasi secara
dibangkitkan oleh untuk mengatasi. mudah dan cepat (misalnya, halusinosis,
halusinogenik atau timbul karena dukerta atau
a Faktor perkembangan bergabung) dapat diobati dengan benzodiazapin
dan keduanya dapat mengatasi secara cepat
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan gangguan perilakunya.
hubungan interpersional terganggu maka individu akan
mengalami stress dan kecemasan. Antidepresiva, litium (eskalith, priadel, teralitha)
dan antikonvulsiva biasanya tidak diberikan
b Faktor Sosiokultular dalam UGD tetapi harus diberikan bila klien
sebelumnya memang sudah menggunakan obat
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan tersebut, karena khasiatnya baru timbul setelah
seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap penggunaan beberapa saat minimal2 – 3 minggu
lingkungan tempat klien dibesarkan.

c Faktor biokimia HALUSINASI

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan


jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan dialami
seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffenon.
 Faktor perilaku
d Faktor psikologis
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins
adanya peran ganda yang bertentangan dan sering
dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berdasarkan atas hakekat
diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan
keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas unsure – unsure
kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan
biopsikososiospritual sehingga dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu : Dimensi Fisik, Dimensi
orientasi realitas.
Emosional, Dimensi Intelektual, Dimensi Sosial, Dimensi Spritual.
e Faktor genetik

Gen apa yang berpengaruh dalam skizofren belum


 Bantu dan bimbing pasien
PENGKAJIAN: Bimbing Pasien Mengungkapkan menemukan cara menyelesaikan
1. Identitas klien Perasaannya masalah (koping) yang konstruktif.
2. Alasan Masuk - Beri kesempatan kepada  Tanyakan kepada klien
3. Riwayat kesehatan sekarang klien untuk mengungkapkan perasaannya apabila terjadi
halusinasinya halusinasi. Apa yang dilakukan
4. Faktor pencetus dan pendukung
- Ajarkan pertanyaan untuk mengatasi perasaan tersebut,
5. Riwayat kesehatan sebelumnya terbuka yang membutuhkan jawaban serta manfaat dan cara yang telah
6. Riwayat kesehatan keluarga digunakan.
7. Penilaian terhadap stressor  Ajarkan cara mengontrol
8. Sumberkoping halusinasi: SP 1: menghardik
9. Mekanisme koping halusinasi
10. Pengkajian fisik SP 2: berbicara dengan orang lain
11. Pengkajian Psikososial SP 3: melakukan kegiatan/aktivitas
PENATALAKSANAAN terjadwal
12. Pengkajian status mental
SP 4: kepatuhan minum obat
13. Kebutuhan persiapan pulang HALUSINASI
14. Pengetahuan kurang tentang :
15. Pemeriksaan penunjang
16. Terapi medis
17. Penilaian skor kategori pasien

Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) Pendidikan Kesehatan


- Bicara dengan klien secara jujur, - Saran kan kepada klien agar segera memberitahukan seseorang
singkat dan sering, jelas, mudah dimengerti atau orang yang paling dekat bila halusinasinya timbul
- Dengarkan pernyataan tentang - Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang manfaat obat
halusinasi pasien tanpa menentang maupun terhadap kesehatan, serta efek samping yang mungkin timbul serta cara –
menyetujui. cara mengatasinya.
Kegiatan Hidup sehari – hari (ADL) - Jelaskan kepada keluarga tanda – tanda halusinasi, cara
- Jelaskan kepada klien bahwa makan – mengatasinya, serta fasilitas kesehatan yang dapat digunakan apabila
minum yang cukup perlu untukkesehatannya. mengalami kesulitan.
- Bimbing klien unutk mandi, gosok
gigi, keramas, berhias serta berpakaian yang rapi.
Pathway Halusinasi
Lesi pada daerah frontal, Perubahan Kimia Stres (Internal & Eksternal)
temporan dan limbic otak otak
limbik otak

Respon Metabolik Koping Tidak efektif Terapeutik tdk


Masalah pada Dopamin berhasil
Perilaku psikotik

Perilaku Agresif Berpikir negatif

Skizofrenia Neurokimia Semakin merasa


Halusinogenik terancam
Mudah tersinggung, Menyalahkan diri
marah sendiri

Mengeluh ada suara / Stress meningkat


bayangan, takut,
menutup telinga/mata, MK : RPK MK : HDR
bicara komat-kamit,
salah persepsi
penglihatan/pendengar HALUSINASI Menarik Diri
an

Tidak Fokus pada Isolasi Sosial


diri sendiri
Gangguan sensori
persepsi
Stimulasi lingkungan,
motivasi perawatan diri MK : Defisit
stimulasi internal
Perawatan diri
POHON MASALAH

RESIKO PERILAKU
KEKERASAN

WAHAM CURIGA

GANGGUAN PRESEPSI SENSORI

HALUSINASI
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, RizkyFitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Davison, G. C., J. M. Neale, dan A. M. Kring. 2004. Abnormal Psychology. Ninth
Edition. US: John Wiley, & Sons, Inc. Terjemahan oleh N. Fajar. 2010.
Psikologi Abnormal.Edisi ke-10. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Maramis, W. F. dan A. A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi
kedua.Surabaya: Airlangga University Press.
Yosep, H.I., Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa and Advance Mental Health
Nursing. Cetakan ke-6. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai