Anda di halaman 1dari 21

PERTEMUAN 9 SESI 5

“PEMERIKSAAN URIN SECARA MIKROSKOPIS’’

Sebagai Penugasan Mata Kuliah Patologi

Dosen: Muhammad Hidayat, S.Kep, M. Biomed

Oleh :
Amalia Putri
NPM.201922045

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER-B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM

TAHUN 2020
PEMERIKSAAN URIN MIKROSKOPIS

A. Definisi
Pemeriksaan mikroskopis atau pemeriksaan sedimen urine bertujuan untuk
mendeteksi dan identifikasi bahan yang tak larut dalam urine. Darah, ginjal, saluran
genitourinaria bawah dan kontaminasi eksternal dapat memicu munculnya sedimen
dalam urine seperti leukosit, eritrosit, sel epitel, silinder, bakteri, dan kristal non
organik lainnya. Pemeriksaan sedimen urine meliputi identifikasi dan kuantisasi
dari sedimen tersebut. (Strasinger dan Lorenzo, 2016). Pemeriksaan mikroskopis
urine memberikan manfaat untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih
serta memantau hasil pengobatan (Brunzel, 2013). Pemeriksaan mikroskopis
diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Macam
unsur mikroskopis dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi
(bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi
endotel dan gagal ginjal (Riswanto dan Rizki, 2015). Urine yang dipakai untuk
pemeriksaan sedimen sebaiknya adalah urine segar atau urine yang dikumpulkan
dengan pengawet, sebaiknya formalin. Pemeriksaan sedimen urine konvensional
dilakukan dengan mengendapkan unsur sedimen menggunakan sentrifus. Endapan
kemudian diletakkan diatas kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup
(Hardjoeno dan Fitriani, 2007). Pemeriksaan sedimen urine secara manual yaitu
dengan mikroskop telah menjadi baku emas dalam pemeriksaan sedimen urine di
laboratorium selama beberapa dekade (Cameron, 2015).

B. Unsur sedimen urine


Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut dalam urine yang berasal dari
darah, ginjal dan saluran kemih. (Hardjoeno dan Fitriani, 2007). Unsur sedimen
dibagi atas dua golongan yaitu organik dan anorganik. Unsur organik berasal dari
sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan
jaringan, sperma, bakteri, parasit. Unsur anorganik tidak berasal dari sesuatu organ
atau jaringan seperti urat amorf dan kristal (Wirawan dkk, 2011). Unsur organik
biasanya lebih bermakna dibanding dengan unsur anorganik dalam menetukan
diagnosa (Gandasoebrata, 2013).
Tabel 1. Macam Unsur Sedimen Organik dan Anorganik dalam Urine

Organik Anorganik
Epitel Spermatozoa Kristal :
Silinder Parasit Asam urat, natrium urat, kalsium
oksalat, tripel fosfat, sistin, leusin, dll.
Bakteri Pseudohipha

Leukosit Spora

Eritrosit Oval fat bodies

Sumber : Brunzel, 2013.

C. Eritrosit dalam urine


Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran
kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun
dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya
peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena: kerusakan glomerular, tumor yang
mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark
ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah, nefrotoksin, dll.
Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik (gross hematuria) dan
hematuria mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas secara visual menunjukkan
perdarahan berasal dari saluran kemih bagian bawah, sedangkan hematuria
mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan glomerulus.
Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5
eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik,
hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik dapat terjadi persisten,
berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjal-saluran kemih. Hematuria
persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal.
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow
atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis
1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan
hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada
urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali dalam urine yang alkali. Selain itu,
kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi.
Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan
sering tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel.
Eritrosit dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur
glomerulus yang abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin menunjukkan
penyakit glomerular seperti glomerulonefritis.
D. Leukosit dalam urine
1. Gambaran mikroskopis
Gambaran mikroskopis sel – sel leukosit dalam sedimen urine dengan
pewarnaan Sternheimer-Malbin yang dilihat melalui mikroskop medan terang
dengan perbesaran obyektif 40x. Leukosit yang paling umum muncul dalam
urine adalah leukosit granulositik atau disebut neutrofil. Diameter kira-kira 14
μm namun dapat berkisar antara 10 sampai 20 μm, bergantung pada tonisitas
urine. Neutrofil lebih besar dari eritrosit (kira-kira 1.5 – 2 kali ukuran eritrosit)
dan dapat serupa ukurannya dengan sel epitel kecil yang melapisi saluran
pengumpul nefron. Neutrofil merupakan sel berbentuk bola dengan
karakteristik sitoplasma bergranula dan inti berlobus. Neutrofil tanpa
pewarnaan memiliki rona keabu-abuan dan tampak kasar (Brunzel, 2013).
Pewarnaan suprafital juga dapat membantu dalam menekankan detil inti.
Pewarnaan dengan safranin kristal violet (Sternheimer-Malbin) dapat
memperlihatkan inti neutrofilik yang tampak berwarna ungu kemerahan dengan
granula sitoplasma ungu (Strasinger dan Lorenzo, 2016). Leukosit dapat terlihat
secara tunggal atau berkelompok. Banyaknya leukosit dalam urine, terutama
ketika mereka berkelompok, sangat sugestif terhadap infeksi akut seperti
pielonefritis, sistitis, atau urethritis (Mundt dan Shanahan, 2011). Pada kondisi
berat jenis urin rendah (hipotonik), neutrofilakan menyerap air dan
membengkak. Granula sitoplasma menujukkan gerakan Brown di dalam sel-sel
yang lebih besar menghasilkan penampilan gemerlap atau berkilau, atau disebut
sebagai “sel glitter” (Strasinger dan Lorenzo, 2016). Sel glitter yang diwarnai
dengan Sternheimer-Malbin, akan menujukkan hilangnya segmentasi inti
karena sel – sel ini kurang terwarnai. Selsel besar ini berwarna biru pucat yang
berbeda dengan warna ungu yang biasanya terlihat pada neutrofil (McPherson
dan Pincus,2011).
Leukosit akan mengecil dalam urine yang pekat (hipertonis). Urine yang
alkali akan menyebabkan leukosit cenderung berkelompok. Sedangkan dalam
urine alkali yang encer (hipotonis), leukosit akan cepat lisis dan mulai
kehilangan detail inti (Strasinger dan Lorenzo, 2016). Jumlah leukosit
berkurang sekitar 30 – 50 % setelah 2 – 3 jam berada pada suhu kamar. Penting
untuk melakukan pemeriksaan mikroskopis segera, yaitu dalam waktu 1 jam
setelah berkemih atau menggunakan beberapa metode pengawetan (Riswanto,
2015). Pemeriksaan leukosit urine mikroskopis dapat menunjukkan hasil negatif
palsu apabila pemeriksaan ditunda. Hasil negatif palsu ini disebabkan oleh
lisisnya leukosit sebelum pemeriksaan (Delanghe dan Speeckaert, 2013).
Kecepatan lisis komponen urine berbanding lurus dengan kenaikan pH urine
akibat jarak waktu antara urine dikemihkan dan pemeriksaan yang terlalu
panjang. Leukosit lebih rentan lisis pada urine dengan pH yang sangat alkali
(pH >8), seperti pada pasien dengan infeksi proteus. Makna klinis peningkatan
leukosit urine disebut piuria. Piuria menunjukkan adanya infeksi atau
peradangan pada sistem genitourinaria (Strasinger dan Lorenzo, 2016).
Peningkatan leukosit urine disertai adanya silinder leukosit atau silinder
campuran leukosit-sel epitel dianggap berasal dari ginjal. Infeksi bakteri,
termasuk sistisis, urethritis, adalah beberapa penyebab dari piuria. Piuria juga
dapat dijumpai dalam gangguan nonbakterial, seperti glomerulonefritis, lupus
eritematosus, tumor, febris, dehidrasi, stress, dan leukemia tanpa adanya infeksi
atau inflamasi (McPherson dan Pincus, 2011). Leukosit urine dapat meningkat
sementara selama demam dan setelah latihan berat. Hal ini karena kecepatan
ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya
perubahan permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas
leukosit. Karena itu, temuan leukosit dalam urine belum tentu merupakan
indikasi infeksi saluran kemih sebagaimana deteksi bakteriuria dengan
pewarnaan gram atau kultur spesimen urine.

E. Sel Epitel
Sel Epitel TubulusSel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih
besar dari leukosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya
terbawa ke urin dalam jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam
kondisi yang mengarah ke degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat.
Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapat
menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus, seperti pada
nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan transplnatasi
ginjal, keracunan salisilat.
Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada dalam
lumen tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti ini disebut
oval fat bodies / renal tubular fat / renal tubular fat bodies. Oval fat
bodiesmenunjukkan adanya disfungsi disfungsi glomerulus dengan kebocoran
plasma ke dalam urin dan kematian sel epitel tubulus.Oval fat bodies dapat dijumpai
pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus lanjut, kerusakan sel epitel tubulus yang
berat karena keracunan etilen glikol, air raksa. Selain sel epitel tubulus, oval fat
bodies juga dapat berupa makrofag atau hisiosit.Sel epitel tubulus yang membesar
dengan multinukleus (multinucleated giant cells) dapat dijumpai pada infeksi virus.
Jenis virus yang dapat menginfeksi saluran kemih adalah Cytomegalovirus (CMV)
atau Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 maupun tipe 2.
Sel epitel transisionalSel epitel ini dari pelvis ginjal, ureter, kandung kemih (vesica
urinaria), atau uretra, lebih besar dari sel epitel tubulus ginjal, dan agak lebih kecil
dari sel epitel skuamosa. Sel epitel ini berbentuk bulat atau oval, gelendong dan
sering mempunyai tonjolan. Besar kecilnya ukuran sel epitel transisional tergantung
dari bagian saluran kemih yang mana dia berasal. Sel epitel skuamosa adalah sel
epitel terbesar yang terlihat pada spesimen urin normal. Sel epitel ini tipis, datar, dan
inti bulat kecil. Mereka mungkin hadir sebagai sel tunggal atau sebagai kelompok
dengan ukuran bervariasi.
Sel skuamosaEpitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan
berasal dari permukaan kulit atau dari luar uretra. Signifikansi utama mereka adalah
sebagai indikator kontaminasi.

F. Silinder
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di
tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam
tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal
dan lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi
berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor yang
mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi garam
tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan
denaturasi dan precipitasi protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall.
Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari
glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua benda berupa partikel atau
sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah melekat pada matriks protein
yang lengket.
Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit,
leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai
tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan lain yang cukup
banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan konstituennya. Apabila konstituen
selular mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris, biasanya
silinder hanya disebut sebagai silinder granular.
1. Silinder hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein
Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa
struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat.
Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder hialin di saluran
pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat
bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder
hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal
(misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria
seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan lengkung
Henle’s dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).

2. Silinder Eritrosit
Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan
eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat
diagnosis untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan
kebocoran eritrosit atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit
melekat pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk
silinder eritrosit.

3. Silinder Leukosit
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks
Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder
tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk
pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus
(glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai silinder
lekosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri mempunyai arti
penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan
meskipun telah merusak jaringan ginjal secara progresif.
4. Silinder Granular
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi. Disintegrasi sel
selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel,
fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar,
kemudian menjadi butiran halus.
5. Silinder Lilin (Waxy Cast)
Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular yang mengalami perubahan
degeneratif lebih lanjut. Ketika silinder selular tetap berada di nefron untuk
beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan ke kandung kemih, sel-sel dapat
berubah menjadi silinder granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular
halus, dan akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin (waxy). Silinder lilin
umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan
mereka menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat
pada tahap akhir penyakit ginjal kronis.
Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana eritrosit,
leukosit, oval fat bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan kurang lebih
sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan telescoped urinary
sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3) diabetes glomerulosclerosis,
dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.
Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran kemih
sering menjadi sangat kurang karena nefron yang masih tersisa menghasilkan urin
encer.

G. Bakteri
Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba flora normal
vagina atau meatus uretra eksternal dan karena kemampuan mereka untuk cepat
berkembang biak di urine pada suhu kamar. Bakteri juga dapat disebabkan oleh
kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja, dalam urine yang dibiarkan
lama (basi), atau memang dari infeksi di saluran kemih. Oleh karena itu
pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar (lihat pengumpulan specimen
urine)
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan
tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah
jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu
organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme
mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap organisme dalam
spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.

H. Ragi
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka sering
sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah
bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang
dapat menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.

I. Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari
urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali
diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat
adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.

J. Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam
urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting.
Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi,
memungkinkan timbulnya penyakit “kencing batu“, yaitu terbentuknya batu ginjal-
saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas,
dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat
disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.
1. Kalsium Oksalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat.
Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal
bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat kecil. Kristal ca-oxallate
bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop atau halter. Kristal
dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis.
asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-
oxallate per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++
atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.
2. Triple Fosfat
Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang yang
sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati
(kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam
cuka encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan
mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat muncul di urin setelah
konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri
penghasil urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan
urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.
3. Asam Urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat
(kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka,
penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih
merupakan zat sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis
makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin.
Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan
limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau
meningkatkan konsentrasi asam urat.
4. Sistin (Cystine)
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai
akibat dari cacat genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat
dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan ketika
konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan dengan kristal asam urat. Sistin
crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan
kelainan metabolisme bawaan cacat yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal
tertentu termasuk asam amino sistin.
5. Leusin dan Tirosin
Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersama-sama
dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun
sebagai berkas atau mawar dan kuning. Leusin muncul-muncul berminyak bola
dengan radial dan konsentris striations. Kristal leucine dipandang sebagai bola
kuning dengan radial konsentris. Kristal ini kadang-kadang dapat keliru dengan sel-
sel, dengan pusat nukleus yang menyerupai. Kristal dari asam amino leusin dan
tirosin sangat jarang terlihat di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa
penyakit keturunan seperti tyrosinosis dan “penyakit Maple Syrup”. Lebih sering
kita menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat
(sering terminal).
6. Kristal Kolesterol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat
tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki
takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki
makna klinis seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan
biasanya disertai oleh proteinuria.
7. Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya
adalah Kristal dalam urin asam :
Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang ireguler tumpul, berkumpul membentuk
roset
Amorf urat : warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran, berkumpul.
Kristal dalam urin alkali :
Amonium urat (atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat
berduri, atau bulat bertanduk.
Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk batang-batang panjang, berkumpul membentuk
rosset.
Amorf fosfat : tak berwarna, bentuk butiran-butiran, berkumpul.
Ca-karbonat : tak berwarna, bentuk bulat kecil, halter.
Secara umum, tidak ada intepretasi klinis, tetapi jika terdapat dalam jumlah yang
banyak, mungkin dapat menimbulkan gangguan. Banyak obat diekskresikan dalam
urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal, seperti :kristal Sulfadiazin dan
kristal Sulfonamida

K. Pra Analitik
Sebanyak 32-75% kesalahan yang terjadi pada pemeriksaan laboratorium
termasuk analisa sedimen urine terjadi pada tahap pra analitik (McPherson dan
Pincus, 2011). Kesalahan pra analitik yang paling sering terjadi adalah pada
penampungan sampel yang salah, pemberian pengawet yang kurang tepat, serta pada
tahap preparasi lainnya termasuk penundaan sebelum dilakukan sentrifugasi pada
pemeriksaan sedimen urine (Riswanto dan Rizki, 2015).
a. Mekanisme pengawetan urine
Sampel urine yang belum akan diperiksa sebaiknya diawetkan terlebih dahulu
untuk menghindari perubahan susunan urine akibat adanya bakteri
(Gandasoebrata, 2013). Pengawetan urine dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara fisik dan kimiawi. Pengawet urine secara fisik yaitu sampel
disimpan dalam pendingin pada suhu 2 - 8 oC, namun dalam pemeriksaan
sedimen suhu yang dapat digunakan adalah 23-15 oC untuk menghindari
terjadinya penggumpalan sedimen. Sampel juga harus disimpan dalam keadaan
tertutup rapat. Pengawet urine secara kimia harus dipilih sesuai dengan
kebutuhan analisis yang akan dilakukan. Pemeriksaan sedimen urine dapat
menggunakan pengawet formalin (formaldehide). Larutan formaldehide 40%
sejumlah 1-2 ml dapat digunakan untuk mengawetkan urine selama 24 jam
(Gandasoebrata, 2013). Larutan formaldehide 10% sebanyak 4 tetes dapat
digunakan untuk mengawetkan 100 ml spesimen urine (Lembar dkk, 2013).
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan membilas wadah spesimen urine
dengan formaldehide untuk mengawetkan sel – sel dan silinder (Strasinger dan
Lorenzo, 2016).

b. Sentrifugasi urine
Spesimen urine harus disentrifugasi untuk mendapatkan sedimen yang optimal.
Spesimen urine mulanya dihomogenkan, kemudian dituang ke dalam tabung
sentrifugasi dan dilakukan sentrifugasi. Kecepatan dan lama waktu sentrifugasi
harus konsisten. Sentrifugasi dilakukan selama 5 menit dengan kecepatan 1500-
2000 putaran per menit (rpm) atau 400-500 gaya sentrifugal relatif (rcf) untuk
menghasilkan sedimen yang optimal dengan sedikit kemungkinan terjadi
kerusakan elemen (Riswanto dan Rizki,2015). Prinsip sentrifugasi yaitu dengan
memisahkan partikel berdasarkan ukuranya. Densitas partikel yang berbeda
ukurannya dalam suspensi akan mengendap dengan partikel yang lebih besar.
Tingkat sedimentasi ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan gaya
sentrifugal. Suspensi sel yang mengalami serangkaian peningkatan siklus gaya
sentrifugal akan menghasilkan serangkaian sedimentasi. Perbedaan kepadatan
partikel atau ukuran dibedakan berdasarkan partikel terbesar dan paling padat
pengendapannya, dengan partikel yang lebih kecil dan kurang padat
pengendapannya (Gopala,2016).

c. Pembuatan preparat sedimen urine


Tahap preparasi sedimen selanjutnya adalah pembuataan sediaan mikroskopis.
Pembuatan sediaan dapat dilakukan tanpa pewarnaan untuk diamati pada
mikroskop medan terang, namun terkadang bisa sulit untuk diamati elemen dan
struktur sedimennya (Riswanto dan Rizki, 2015). Pewarnaan sedimen dapat
dilakukan untuk mempermudah pengamatan. Metode pewarnaan untuk
pemeriksaan sedimen adalah pengecatan Sternheimer-Malbin yang merupakan
campuran pewarna metilviolet dan safranin. Pewarnaan ini sebenarnya
bertujuan untuk membedakan leukosit yang berasal dari saluran kemih
proksimal dengan leukosit yang berasal dari bagian distal, tetapi unsur-unsur
lain dalam sedimen juga akan ikut terwarnai dengan warna tertentu
(Gandasoebrata, 2013). Langkah pembuatan sediaan mikroskopis yaitu sampel
yang telah disentrifugasi dibuang supernatanya dengan membalikkan tabung
secara cepat (dekantasi) sehingga tersisa endapan sedimen kira-kira 0,2-0,5 ml
(Mundt dan Shanahan, 2011). Endapan sedimen dalam tabung dicampur dengan
agitasi lembut, agitasi yang kuat harus dihindari karena dapat mengganggu
beberapa elemen seluler. Teteskan larutan Sternheimer-Malbin ke sedimen
apabila perlu diberikan pewarnaan dan campur baik-baik. Ambil sedimen
dengan volume yang dianjurkan sebesar 20µl (0,02ml) ke slide kaca yang
bersih dan ditutup dengan kaca penutup. (Riswanto dan Rizki, 2015).

L. Analitik
Mikroskop digunakan untuk menentukan elemen atau partikel dalam
sedimen urine. Mikroskop yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan
sedimen urine adalah mikroskop medan terang. Mikroskop medan terang memiliki
dua sistem lensa yang dikombinasikan dengan sumber cahaya. Sistem lensa pertama
terletak di obyektif dan disesuaikan menjadi dekat spesimen. Cahaya melewati
spesimen diteruskan ke lensa mata (Strasinger dan Lorenzo, 2016). Pemeriksaan
sedimen dianjurkan menggunakan mikroskop binokuler agar hasil lebih tepat. Lensa
yang digunakan setidaknya terdiri dari tiga perbesaran:daya rendah, tinggi, dan
minyak imersi. Lampu filamen tungsten ditransmisikan melalui suatu kondensor
yang disesuaikan untuk menghasilkan pencahayaan paralel, yang disebut iluminasi
kohler. Iluminasi kohler berfungsi mengurangi tingkat pencahayaan dan
meningkatkan kontras, karena banyak elemen sedimen memiliki indeks bias rendah
dan sulit terlihat. Kontras tinggi disediakan dengan mempersempit diafragma dan
menurunkan kondensor ke tingkat di mana unsur-unsur sedimen paling terlihat
(Strasinger dan Lorenzo, 2016). Cahaya diarahkan ke sedimen dan elemen apa saja
yang ada diamati menggunakan lensa obyektif (10x atau 40x). Untuk hasil yang
akurat dan pemeriksaan sedimen yang reproductible, mikroskop yang sama dapat
digunakan sehari-hari; variasi jumlah elemen yang signifikan dapat terjadi jika
menggunakan mikroskop yang berbeda (Strasinger dan Lorenzo, 2016).
Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan pengamataan sediaan mikroskopis
menggunakan lensa objektif kecil (10x) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil
(LPK). Pengamatan juga dapat menggunakan lensa objektif besar (40x) yang
dinamakan lapangan penglihatan besar (LPB) (Gandasoebrata, 2013). Sedimen
pertama kali dilihat dengan menggunakan lensa obyektif dengan perbesaran 10x
untuk mengamati elemen atau struktur yang besar, seperti silinder, kristal, dan
mengamati komposisi sedimen secara umum. Sedimen diamati setidaknya dalam
10-15 lapang pandang dengan cahaya lemah dan hitung jumlah rata-rata elemen per
LPK. Kemudian digunakan lensa obyektif dengan perbesaran 40x untuk
mengidentifikasi dan mendeskripsikan elemen atau struktur yang kecil atau sulit
terlihat, seperti silinder, sel epitel, leukosit, eritrosit, dan elemen yang dapat terlihat
lainnya. Pengamatan sedimen dengan lensa obyektif pada perbesaran 100x (minyak
imersi) tidak digunakan (Riswanto dan Rizki, 2015).
Pasca Analtik Tahap pasca analitik urinalisis meliputi pencatatan dari
pelaporan hasil pemeriksaan urine diantaranya: Pencatatan waktu pelaporan,
Identitas laboran yang mencatat atau melaporkan hasil, pengecekan identitas pasien
antara hasil pemeriksaan dengan blanko pemeriksaan ( Naid dkk, 2014). Pelaporan
hasil pemeriksaan sedimen urine, diusahakan menyebut hasil pemeriksaan secara
semikuantitatif dengan menyebut jumlah unsur sedimen yang bermakna per
lapangan penglihatan (Gandasoebrata, 2013). Unsur sedimen diilaporkan dalam
rerata 10 lapangan pandang besar (LPB) atau lapangan pandang kecil (LPK)
Hardjoeno dan Fitriani, 2007). Cara pelaporan unsur sedimen menurut JCCLS
(Japanese Committee for Clinical Laboratory Standards) pada pemeriksaan sel darah
dan epitel dilaporkan (CLSI, 2001) :
a) Positif satu (1+) : < 4 sel/ LPB
b) Positif dua (2+) : 5 – 9 sel/ LPB
c) Positif tiga (3+) : 10 – 29 sel/LPB
d) Positif empat (4+) : > 30 sel – ½ LPB
e) Positif lima (5+) : >1/2 LPBinger dan Lorenzo, 2016).
CONTOH KASUS

Pemeriksaan urine Mikroskopis


Data pasien
Nama : Fransiska Paty
Umur : 69 tahun
Jenis kelamin : perempuan

PENGAMATAN
SEDIMEN KRITERIA JUMLAH
BENTUK
LPB LPK
A. Organik
Urin normal, φ 7µ dan *
tebal 2µ. Bulat
berbatas tegas, tampak
bercahaya kuning
kehijauan 0-1/Lpb. - -
Eritrosit Urin hipertonik
bergerigi
Urin hipotonik,
bengkak, mudah lisis
dan lepas Hb (ghost
cell)
< 5/Lpb (0-4), bundar, *
batas tepi kurang jelas,
sitoplasma bergranula
sitoplasma abu-abu 2
suram atau hijau
Leukosit
kekuningan dengan
inti gelap. Ф 10-12 µ.
Urin hipotonik leukosit
membengkak = blitter
cell
Epitel gepeng : (+) *
Tampak datar,
sitoplasma luas,
Epitel
irregular inti besar 5
dibagian tengah.
Sering dijumpai
kurang bermakna.

Epitel transisional : (-) *


Bermakna, disebut sel
berekor seperti buah -
pear > kecil dari epitel
gepeng, inti ditengah.
Epitel tubuler : (-) *
Bermakna, tampak
seperti leukosit,
ukuran > besar dari -
leukosit dan
mempunyai inti
tunggal
a. silinder hialin : 0- *
Silinder
2/Lpk 2
b. silinder seluler : (-)
- silinder eritrosit
- silinder leukosit
- silinder epitel
- silinder berbutir
- silinder lemak
- silinder lilin
- silinder pigmen
Lemak Oval fatbodies * -
Mocous Ada sedikit (benang- *
Thrends benang lendir) -
Mirip silinder *
Silindroid ujungnya seperti -
benang lendir
Ragi Berbentuk bulat * -
- batang *
Bakteri
- coccus -
Parasit (+) * -
Telur cacing (-) * -
Spermatozoa (-) / (+) * -
Candida (-) * -
Schistosoma *
(-)
haematobium -
B. Anorganik
Asam urat Asam urat, (+) ; seperti *
prisma, kuning
kecoklatan -

Calsium (+) ; okta hedral / *


oxalat amplop mengkilat 2
Urin netral/alkali ; (+) *
Triple
tidak berwarna, -
phosphate
mempunyai 3-6 sisi

Pemeriksaan mikroskopis
Batasan pelaporan sedimen (Mosby,1992)
Silinder (Lpk) - 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 >50
Kristal abnormal
- 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 >50
(Lpk)
kristal normal
- (+) (+) (+) (+) (+) (+)
(Lpk)
Eritrosit (Lpb) 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100
Leukosit (Lpb) 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100
Squamous (Lpk) 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100
Epitel lain (Lpb) 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100
Bakteri, jamur,
trichomonas (+) (+) (+) (+) (+) (+)
(Lpb)
Sperma (Lpb) (+) (+) (+) (+) (+) (+)
(+) = sedikit = ada beberapa
Interpretasi hasil (+) (+) = cukup = mudah dilihat
(+) (+) (+) = banyak = tamppak mencolok
Berdasarkan data hasil pemeriksaan laboratorium urinalisa secara
mikroskopis pada Ny F dengan yang didapatkan hasil Leukosit urine 2 LBP yang
dapat diartikan masih dalam batas normal, Hal ini menjelaskan bahwa Ny F belum
menunjukkan proses infeksi yang berat karena untuk menunjukkan adanya infeksi
biasanya ditunjukkan dengan nilai leukosit urine >5LBP
Pada epitel positif lima (+5) hal ini menandakan adanya kontaminasi pada spesimen
urine yang berasal dari uretra atau ginjal dan bisa juga dapat diartikan bahwa degenerasi
saluran kemih, tetapi hal tersebut kembali lagi tergantung jenis sel epitel yang
ditemukan.
Penemuan hasil silinder hialin lebih dari 0-1 silinder hialin, yaitu terdapat
2LPK silinder hialin. Hal ini dapat dikatkan dengan proteinuria ginjal, misalnya
penyakit glomerulas atau extra ginjal misalnya myeloma. Sedangkan pada hasil
pemeriksaan pada Ca Oksalat yaitu 2 ( ++) sudah dinyatakan abnormal. Adanya kristal
Ca oxalate pada urin pada umumnya disebabkan oleh adanya batu ginjal. Kristal ini
terbentuk dari oxalate, yang dapat ditemukan pada sayuran hijau, yang bergabung
dengan kalsium membentuk batu. Batu ini dapat terbentuk jika seeorang kurang
mengkonsumsi air putih atau terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
oxalate, protein, atau garam. Dapat disimpulkan didakatkan dugaan sementara Ny F
mengalami masalah ginjal yang disebabka terdapatnya batu ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Herawati, Fauna. 2011.”Pedoman Interprestasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia, diakses 18 Apil 2020
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1120/4/CHAPTER%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai