DASAR MANAJEMEN
Oleh :
2020
1. IDENTIFIKASI PERCEPATAN PENYEBARAN COVID
BERDASARKAN JURNAL DAN MEDIA
Dimana pasar tradisional ini di duga sebagai sumber dari virus ini, dimana
pasar tradisonal ini binatang binatang bercampur aduk.
Additionally, our findings suggest that snake is the most probable wildlife
animal reservoir for the 2019-nCoV based on its RSCU bias close to snake
compared to other animals.
Kemudian beberapa hari kemudian ada seorang dr paru yang juga dekat
sama pemerintahan cina, dan dia umumkan bahwa pnemonia ini undercontrol dan
tidak separah seperti orang orang bilang dan walaupun banyak juga yang bilang jika
dibandingkandengan kasus SARS dan MERS pemerintah cina cukup gercep dan
cukup transparan.
Virus secara general tidak termasuk dalam living organism. karena virus
akan aktiv jika berada dalam HOST CELL, jadi seperti parasit di berbagai macam
makhluk hidup. Virus tersendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu Dna virus dan RNA
Virus, perbedaan nya yaitu di dalam host cell metabolisme sell itu banyak
bergantung dari protein biosintesis dimana DNA di transkip menjadi RNA terus di
translasi menjadi protein.
DNA virus fokus nya menyerang pada transkipsi sedangkan RNA virus
berfokus untuk menyerang translasi. corona virus termaksud ke dalam jenis RNA
Virus sementara itu RNA virus termasuk ke dalam positiv sense corona virus yaitu
bisa langsung aktiv saat masuk host cell. Jadi struktur virion (virus particle) nya itu
seperti gambar dibawah ini:
Genome atau genetik materialnya adalah linear RNA dilindungi oleh protein
yang namanya capsid, yang dilakukanvirus setelah masuk ke sel adalah :
Karena corona ini merupakan Enveloped virus jadi dibagian luar helical capsid
dilindungi lagi olehlipid bilayer dan protein, gara gara membran ini tubuh kita dan
sistem imun kita tidak bisa mengenali virus sebagai forent objek. karena lapisan
nya di ambil dari Retikulum endoplasma yang di ambil dan package through golgi
apparat dari host cell proses nya terjadi saat virus ini mau keluar dari host cell
tersebut.
CORONAVIRIDAE
Corona virus yang ada di manusia biasanya menyebabkan sakit yang ringan
sampai sedang di upper respiratory tract itu dari hidung, laring sampai faring dan
biasanya sakitnya itu tidak berlangsung lama. Synthom nya itu:
1. Runny nose
2. Headache
3. cough
4. fever
5. Sore throat
6. General feeling of being
Selain itu corona virus juga menyebabkan sakit di lower resporatory treact
dari trakea sampai alveolus contohnya pnemonia dan brongkitis.
Hasil analisis dari 41 pasien pertama menunjukkan bahwa cara kerja virus corina
ini sama dengan SARS dan MERS, hanya saja n-CoV ini jarang menyebabkan
hidung meler atau Runny nose.
ScienceNews : An analysis of the illnes in the first 41patients diagnosed
with 2019-nCoV from wuhan, China suggest that the virus acts similarly to SARS
and MERS. Like the other two, 2019-nCoV casues pneumonia. But unlike those
viruses, the new one rarely produces runny noses or intestinal symptoms,
researchea report January 24 in the Lancet. Most of the people affected in that first
group were healthy, with fewer than a third having choronic medical conditions
that could make them more vulnerable to infection.
Jadi setelah negara cina terjangkit virus ini, pemerintah cina akhirnya
membuat pernyataan resmi bahwa virus ini merupakan virus yang serius, dimana
bisa menyebar antara manusia dengan manusia.
Sebelum statement ini keluar para tenaga medis yang menangani pasien
pasien yang awalnya dikira pneumonia tidak memakai alat perlindungan
akhirnyamenyebabkan15 dokter dan suster disatu rumah sakit wuhan juga terkena
virus ini
South China Morning Post : "Definitely more than 15 medical workers are
infected," the doctor said, declining to give his name bacause he was not authorised
to speak publicly about the issue.
Manny were not initially informed about the potential for people-to-person
transmission and even now we don't have enough protective gear, test kits and other
supplies.
BUSINES INSIDER : As the Wuhan virus spreads, doctors in the city say
they face a, flooding' of patients and not enough protective gear.
Selama hal itu terjadi banyak video yang bertebaran video pasien virus ini
bertebaran di pelataran RS sehingga pemerintah cina membuat gedung khusus virus
ini yang di buat selama 6 hari dan tempat tidur untuk pasien cukup.
THE WASHINTON POST: China hopes to build a temporary hospital in
wuhan in six day.
Setelah berita ini banyak negara yang memberi kebijakan contohnya korea
utara melarang warga cina untuk datang ke negaranya.
Walaupun Indonesia saat itu belum terkena virus 2019-nCoV ini, Tapi
diseluruh negara sudah memberikan warning kemada pemerintahannya. Beda
dengan di negara Indonesia malah menyambut kedatangan turis china sebanyak 150
orang.
Kasus 06 pasien merupakan laki laki berusia 36 tahun yang tidak ada
kaitannya dengan tressing awal yangmerupakan ABK dari kapal pesiar diamond
princess.
Kegunaan: Melindungi pengguna dari partikel yang dibawa melalui udara (airborne
particle), droplet, cairan, virus atau bakteri. Material: Non woven spunbond
meltblown spunbond (sms) dan spunbond meltblown meltblown spunbond (smms).
2. Respirator N95
Material: Terbuat dari 4-5 lapisan (lapisan luar polypropilen, lapisan tengah
electrete (charged polypropylene).
Respirator yang dapat digunakan: N95 atau Filtering Face Piece (FFP2).
Memiliki efisiensi filtrasi yang baik dan mampu menyaring sedikitnya 95% partikel
kecil (0,3 micron).
Dengan masker ini pengguna dapat bernafas dengan baik saat memakainya
(Differential Pressure/∆P < 5.0 mmH2O/ cm2).
Lulus uji Bacteria Filtration Efficiency in vitro (BFE), Particle Filtration Efficiency,
Breathing Resistance, Splash Resistance, dan Flammability.
Kegunaan: Melindungi mata dan area di sekitar mata pengguna atau tenaga medis
dari percikan cairan atau darah atau droplet.
Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use) atau dapat dipergunakan kembali
setelah dilakukan desinfeksi/dekontaminasi.
bersifat fleksibel untuk menyesuaikan dengan kontur wajah tanpa tekanan yang
berlebihan.
dapat disesuaikan dengan kuat sehingga tidak longgar saat melakukan aktivitas
klinis.
Tersedia celah angin/ udara yang berfungsi untuk mengurangi uap air.
tidak diperbolehkan untuk dipergunakan kembali jika ada bagian yang rusak.
Material: Plastik bening yang dapat memberikan visibilitas yang baik bagi
pemakainya maupun pasien.
Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use) atau dapat dipergunakan kembali
setelah dilakukan desinfeksi/dekontaminasi.
Face shield tahan terhadap uap air (disarankan).Ikatan face shield dapat disesuaikan
untuk melekat dengan kuat di sekeliling kepala dan pas pada dahi.
Face shield tidak diperbolehkan untuk dipergunakan kembali jika ada bagian yang
rusak.
Kegunaan: Melindungi tangan pengguna atau tenaga medis dari penyebaran infeksi
atau penyakit selama pelaksanaan pemeriksaan atau prosedur medis.
Non steril
Memiliki cuff yang panjang melewati pergelangan tangan (minimum 230 mm,
ukuran S, M, L).
Desain bagian pergelangan tangan harus dapat menutup rapat tanpa kerutan.
Steril.
Memiliki cuff yang panjang, melewati pergelangan tangan, dengan ukuran antara
5-9.
Desain bagian pergelangan tangan harus dapat menutup rapat tanpa kerutan.
Tahan terhadap penetrasi cairan darah dan cairan tubuh lainnya, virus.
Panjang gaun setengah betis untuk menutupi bagian atas sepatu boots.
Lulus uji fluid penetration resistant atau blood borne pathogens penetration resistant
dan partial body protection.
8. Coverall Medis
Kegunaan: Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dari penyebaran infeksi
atau penyakit secara menyeluruh dimana seluruh tubuh termasuk kepala, punggung,
dan tungkai bawah tertutup.
Berwarna terang/ cerah agar jika terdapat kontaminan dapat terdeteksi/ terlihat
dengan mudah.
Material: 100% polyester dengan lapisan PVC, atau 100% PVC, atau 100% karet,
atau bahan tahan air lainnya.
Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use) atau dapat dipergunakan kembali
setelah dilakukan desinfeksi atau dekontaminasi.
Kain: tahan air, dengan jahitan tali pengikat leher dan punggung.
Memiliki tinggi selutut supaya lebih tinggi daripada bagian bawah gaun.
Sepatu boot tidak boleh dipergunakan kembali jika ada bagian yang rusak.
Material: Non Woven Spun Bond. Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single
Use).
c. Strategi 3 Penemuan atau deteksi kasus sedini mungkin dengan rapid test
pada orang dengan suhu lebih atau sama dengan 38 derajat celsius, OTG, ODP, dan
PDP serta perluasan pemeriksaan diagnostik. Pembiayaan tidak boleh menjadi
hambatan.
Hal ini mengingatkan kita pada pandemi SARS 2020 lalu. Seluruh daerah
di Indonesia siap siaga, beberapa telah berkoordinasi dengan Gugus Tugas Nasional
Percepatan Penanganan COVID-19 dan menetapkan status tanggap darurat. Situasi
ini jelas bukan situasi normal, sistem kesehatan sudah terganggu fungsinya
sehingga penanganan bencana dan krisis kesehatan (pandemi: salah satu bencana
non alam) harus dilakukan.
2. ketertiban umum
3. kebutuhan pangan
6. perekonomian
7. keuangan
8. komunikasi
9. industri
"Dan masyarakat yang sedang di karantina di rumah sakit, tentu tidak boleh
keluar. Ini yang membedakannya dengan PSBB," kata Oscar melanjutkan.
"PSBB kita harapkan lebih ketat daripada social distancing. Sifatnya bukan
imbauan, tapi penguatan pengaturan kegiatan penduduk dan penegakan hukum,
tentunya dengan instansi berwenang sesuai UU yang berlaku," kata dia.
PSBB itu sendiri merupakan singkatan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar yang
dianggap mampu mempercepat penanggulangan sekaligus mencegah penyebaran
corona yang semakin meluas di Indonesia.
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto juga turut
menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 9 Tahun 2020, yang
mengatur sekaligus merincikan PP Nomor 21 Tahun 2020. PMK tersebut telah
ditetapkan oleh Menkes pada Jumat, 3 April 2020.
Sedangkan untuk penerapan dari PSBB itu sendiri, di Kota Jakarta rencananya akan
dimulai efektif pada hari Jumat, 10 April 2020. Lantas sebenarnya apa itu PSBB
dan apa fungsinya? Bagi yang belum tahu, yuk disimak saja penjelasannya berikut
ini.
Apa itu PSBB?
PSBB itu sendiri merupakan salah satu strategi pemerintah dalam mencegah
kemungkinan penyebaran virus corona, yang mana juga telah tertuang di dalam
aturan PMK Nomor 9 Tahun 2020.
Tertulis pula di dalam aturan PMK Nomor 9 Tahun 2020 pasal 2, bahwa untuk
dapat ditetapkan sebagai PSBB, maka suatu wilayah provinsi/kabupaten/kota harus
memenuhi dua kriteria. Pertama, yaitu jumlah kasus atau kematian akibat penyakit
meningkat dan menyebar secara signifikan secara cepat ke beberapa wilayah.
Sementara kriteria kedua adalah bahwa wilayah yang terdapat penyakit juga
memiliki kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa yang terdapat di wilayah
atau negara lain. Dari kedua kriteria itulah pada nantinya Menkes dapat menentukan
apakah wilayah atau daerah tersebut layak untuk diterapkan PSBB atau tidak.
Namun, para kepala daerah juga memiliki hak untuk mengajukan permohonan
PSBB yang didasari oleh data kasus Covid-19 yang terjadi di daerahnya masing-
masing. Apabila suatu wilayah telah disetujui oleh Menkes, maka PSBB akan
diberlakukan selama masa inkubasi terpanjang, yaitu 14 hari.
Namun, apabila setelah 14 hari tersebut masih terlihat adanya penyebaran, seperti
ditemukannya kasus baru, maka masa PSBB akan diperpanjang selama 14 hari
kedepan hingga kasus terakhir ditemukan.
Dengan diterapkannya PSBB, khususnya di Ibu Kota Jakarta, diharapkan hal ini
dapat mencegah sekaligus memperlambat penyebaran virus corona di seluruh
wilayah di Indonesia. Berbeda dengan himbauan social distancing, PSBB dapat
dikatakan menerapkan peraturan yang jauh lebih ketat untuk masyarakatnya.
Nah, bagi yang belum tahu, terdapat beberapa hal yang dibatasi selama PSBB ini
berlangsung, diantaranya adalah:
Membatasi aktivitas sekolah dan tempat kerja masuk ke dalam hal yang harus
diperhatikan selama PSBB berlangsung, kecuali kantor atau instansi strategi yang
memberikan pelayanan ketahanan atau keamanan, ketertiban umum, kebutuhan
pangan, bahan bakar minyak atau gas, kesehatan, perekonomian, keuangan, dan
kebutuhan dasar lainnya.
2. Kegiatan Keagamaan
Namun, pembatasan ini tidak berlaku untuk supermarket, minimarket, pasar, toko,
atau tempat penjualan obat dan peralatan medis, kebutuhan pangan, barang
kebutuhan pokok, bahan bakar minyak dan gas serta energi.
Selain itu, fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat kegiatan olahraga juga masuk
ke dalam daftar yang dikecualikan.
Sama halnya dengan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan
sosial dan budaya juga harus diadakan dalam bentuk pelarangan kerumunan orang.
Larangan ini juga berpedoman pada pandangan lembaga adat resmi yang diakui
pemerintah dan peraturan perundang-undangan.
5. Operasional Transportasi Umum
Selama masa PSBB, transportasi umum masih beroperasi seperti biasa. Hanya saja,
pembatasan dilakukan dengan memperhatikan jumlah penumpang yang naik serta
menjaga jarak antar penumpang.
Tidak hanya itu, moda transportasi barang yang beroperasi untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat juga dikecualikan.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi virus corona
Covid-19 di Indonesia, maka terhitung mulai dari hari Jumat, 10 April 2020,
pemerintah mulai memberlakukan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar.
Kebijakan ini tentu tak dibuat tanpa adanya alasan yang jelas. Dilansir dari
detik.com, nyatanya terdapat fungsi PSBB yang diperkirakan mampu memberikan
dampak yang cukup signifikan terhadap penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Dengan adanya PSBB, diharapkan hal ini mampu melindungi orang-orang dari
penularan Covid-19 hingga kasus terakhir. Namun, tentu saja tidak ada kebijakan
yang berhasil tanpa adanya kerjasama dari masyarakatnya itu sendiri.
https://www.cekaja.com/info/mulai-diterapkan-di-indonesia-apa-itu-psbb-dan-
apa-fungsinya/
PSBB atau bisa diartikan sebagai lockdown parsial merupakan salah satu intervensi
yang dilakukan pemerintah setelah sebelumnya mengimbau masyarakat untuk
menjaga jarak (physical distancing). Kebijakan ini membatasi mobilitas
masyarakat, salah satunya dengan menutup sekolah-sekolah dan kantor-kantor,
guna memutus rantai penyebaran virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19.
Selain itu, banyak daerah yang menunjukkan penerapan yang tidak efektif.
Beberapa ruas jalan di Jakarta masih macet meski penerapan PSBB sudah
memasuki minggu kedua.
Akibatnya beberapa daerah seperti Fakfak dan Sorong di Papua Barat, Mimika di
Papua, Tegal di Jawa Timur, Palangkaraya di Kalimantan Tengah, dan Rote Ndao
di Nusa Tenggara Timur telah mendapatkan penolakan atas permohonan mereka
untuk menerapkan PSBB di daerah mereka.
Penduduk pemukiman kumuh di
Jakarta sedang mengantre untuk mendapatkan bantuan makan siang gratis di masa
pandemi. Mast Irham/EPA
Pemerintah pusat berargumen bahwa persetujuan dari pusat penting agar tindakan
yang dilakukan oleh pusat dan daerah dalam menangani penularan COVID-19
selaras dan efektif.
Namun dengan proses birokrasi yang cukup memakan waktu, saya ragu niat baik
tersebut akan terwujud.
Hal tersebut sudah secara terbukti secara efektif di Australia. Pemerintah Australia
telah menerapkan pembatasan sosial secara serentak di seluruh negara bagian.
Namun penerapan di tiap negara bagian berbeda tergantung pada tingkat besaran
kasus dan kesiapan daerah tersebut dalam memberikan dukungan kepada
masyarakat. Misalnya, penerapan lockdown di negara bagian New South Wales
lebih ketat karena daerah tersebut memiliki jumlah kasus terbanyak di Australia,
mencapai sekitar 44% dari total kasus COVID-19 di Australia. Orang yang
melanggar harus membayar denda A$11.000 atau Rp107 juta atau menghadapi
tuntutan penjara selama enam bulan.
Belajar dari beberapa negara yang sampai saat ini cukup sukses dalam menghambat
laju penyebaran COVID-19, mereka selalu menggunakan basis data dan riset dalam
melakukan pembatasan mobilitas masyarakat.
Sampai saat ini, pemerintah belum memiliki perhitungan seperti ini. Untuk itu,
pemerintah harus lebih melibatkan peneliti dan ilmuwan untuk memastikan bahwa
kebijakan PSBB yang diterapkan benar-benar efektif.
Taiwan adalah contoh sukses yang lain. Walaupun hanya berjarak 150 kilometer
dari asal virus berasal yaitu Cina, Taiwan hanya membukukan 426 kasus dan 6
kematian. Salah satu pilar kesuksesan Taiwan dalam penanganan COVID-19
adalah kemampuan mereka untuk menghasilkan kebijakan yang berbasis data dan
informasi.
3. Bahasa yang rumit
Cara pemerintah dalam mengkomunikasikan pandemi COVID-19 ke masyarakat
banyak menuai kritik. Beberapa ahli menilai bahasa yang digunakan
pemerintah terlalu rumit dan tidak mudah dipahami oleh kebanyakan masyarakat.
Banyaknya pelanggaran yang terjadi selama PSBB ini kemungkinan besar berasal
dari ketidakpahaman masyarakat selain juga pengawasan yang kurang efektif.
Masyarakat perlu dilibatkan secara aktif dalam pelaksanaan PSBB termasuk dalam
aspek pengawasannya.
"Penyangga ini kan baru PSBB seminggu setelah Jakarta. Jadi Jakarta bergerak
sendiri," kata Hermawan saat dihubungi merdeka.com, Rabu (22/4).
"Belum lagi hubungan dengan pemerintah pusat terutama dengan Menhub yang
tak kunjung menyetop alat transportasi dan lain-lain. Nah itu semua menyebabkan
efektivitas PSBB itu belum terbukti karena intervensinya sangat longgar sekali,"
sambungnya.
1 dari 2 halaman
"Karena itu, transportasi masih berjubel-jubel, masih padat. KRL itu baik yang
berasal dari Bogor, Depok, Cikarang, masih. Terus KRL yang dari Serang apalagi
karena di sana belum PSBB juga. Jadi pada akhirnya apa yang diharapkan kita
sosial distancing, physical distancing, itu tidak banyak berpengaruh, tidak berjalan
dengan baik," ujarnya.
2 dari 2 halaman
Selain tidak adanya sanksi tegas, ego sektoral kementerian dan lembaga
pemerintah menjadi penyebab PSBB tak berjalan semestinya. Misalnya,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan dan Kementerian
Perindustrian. Ketiga lembaga tersebut masing-masing mengeluarkan aturan yang
saling bertentangan.
"Antar kementerian sendiri di pusat enggak satu suara, enggak kompak, enggak
solid, mereka ego sektoral masing-masing," ucapnya.
Pemerintah juga tidak memberikan sanksi kepada warga yang nekat mudik di
tengah wabah Covid-19. Padahal, mudik membuka peluang besar bagi penularan
virus asal Wuhan, China itu.
Bila serius ingin memutus mata rantai penyebaran Covid-19, Trubus menyarankan
pemerintah melakukan lockdown terbatas di wilayah yang sudah tercatat sebagai
zona merah. Misalnya DKI Jakarta.
Meskipun pemerintah pusat menutup ruang lockdown, Gubernur DKI Jakarta bisa
mengambil kebijakan sendiri.
"Dengan kewenangan yang dimiliki Pemprov dalam hal ini Gubernur DKI itu bisa.
Dia lockdown wilayah, lockdown wilayah terbatas khusus DKI Jakarta. Saya kira
itu yang paling efektif," tutup Trubus. (mdk/fik)
Melihat Efektivitas Penerapan PSBB untuk Cegah Corona
Suasana di dalam gerbong KRL Bekasi Arah Jakarta. Foto: Dok. Vivi Anggraini
Selama PSBB, Pemda akan meliburkan sekolah, tempat kerja, dan beribadah di
rumah hingga mencapai operasional moda transportasi. Semua orang akan
menginap di rumah, dikirim ke luar kota.
Dalam survei yang dirilis SMRC pada Jumat (17/4), sebanyak 87,6 persen
masyarakat (1.200 responden) setuju PSBB diterapkan. Pertanyaannya,
berhasilkahkah PSBB di Indonesia? Apakah semua orang berhak mendapat hak
istimewa untuk tetap di rumah yang bisa mematuhinya?
Namun, berbagai perusahaan itu membuat protokol kesehatan dengan benar. Felix,
nama disamarkan-red, harus tetap masuk kantor sementara PSBB sudah berlaku.
Belum lagi yang dialami Marlia. Hingga saat ini, kantornya berfungsi seperti biasa,
bekerja di ruangan sempit berisi 13 orang sehingga tidak memungkinkan
untuk jarak fisik .
“Dengan jumlah karyawan 13 orang, luas ruangan kantor yang dibuat hanya sekitar
20-30 meter persegi, di mana karyawan satu dengan yang lain tidak dapat mencapai
jarak sesuai anjuran untuk jarak sosial ,” kata Marlia.
Masjid
di Bekasi meniadakan salat Jumat saat PSBB. Foto: Istimewa
SMRC dikeluarkan agar pemerintah pusat tidak ragu untuk menambahkan mudik
lebaran. Sampai saat ini, Presiden Jokowi mengambil alih faktor ekonomi, sambil
tetap mengimbau untuk tidak mudik.
Padahal, memindahkan orang dari daerah ke daerah sangat berbahaya. Orang itu
bisa saja menjadi pembawa virus dan menulari kelompok rentan di kampung
halaman seperti orang tua dan orang yang mendukung penyerta.
"Maka harus ada usaha yang lebih baik untuk mencegah warga pulang kampung,
khusus warga di DKI," ujar Direktur SMRC, Sirojudin Abbas.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama empat kepala daerah di Jabar dihadiri
agar operasional KRL disetop 14 hari untuk menggantikan penyebaran
corona. Sebab, percuma saja jika Pemda melakukan PSBB belum lengkap stasiun
penghubung Jakarta masih padat dan rawan penularan.
Meski Emil juga sempat ditolak, kemungkinan penyetopan KRL akan dilakukan
pada 18 April, sembari menanti PSBB diberlakukan di Tangerang Raya.
Namun, keinginan itu tidak dikabulkan. Kemenhub yang hadir sementara di bawah
komando Luhut Binsar memutuskan Budi Karya, memutuskan untuk tidak
membatalkan total KRL.
Peraturan tersebut mengatur tiga hal, yaitu mengatur transportasi untuk seluruh
wilayah, mengendalikan transportasi pada wilayah yang berstatus PSBB, dan
mengendalikan transportasi untuk kegiatan mudik tahun 2020.
Namun, Amin enggan menyalahkan warga Jakarta yang mau keluar karena harus
bekerja. Agar PSBB di Jakarta berjalan maksimal, Gugus Tugas COVID-19 harus
langsung masuk ke lapangan dan mendata perusahaan yang tidak menerima aturan
PSBB.
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, meragukan kebutuhan PSBB. Orang-
orang masih keluar-masuk Jabodetabek, banyak pula yang ke luar Jabodetabek dan
luar Pulau Jawa jadi semakin populer.
Menurut Refly, PSBB lemahnya terlihat dari akses keluar-masuk Jabodetabek yang
tak bisa ditutup. Karena menurut UU Kekarantinaan Kesehatan, PSBB hanya
membahas meliburkan sekolah dan tempat kerja, bukan menutup akses.
"Saya sejak awal meragukan efektifitas PSBB. Mengapa? Kan masyarakat di rumah
saja, tetapi butuh keluar cari makan, penghidupan, termasuk belanja ke pasar," ujar
Refly.
Refly
Harun pada acara Diskusi Kelompok Fokus (FGD) Konstitusi di Hotel Ashley,
Jakarta, Rabu (13/2). Foto: Jamal Ramadhan / kumparan
Untuk itu, Refly minta pemerintah segera menerapkan karantina wilayah atau
kuncian. Dengan kuncian, kebutuhan rakyat wajib pemerintah, seperti termaktub
dalam UU Kekarantinaan Kesehatan. Meminta tak ada lagi alasan bagi rakyat untuk
keluar rumah.
"Jika (menurut) saya (segera) terkunci, karena saya tidak hitung ekonomi dan
politiknya, yang saya hitung korban jiwa. Jika hitung politik dan ekonomi enggak
selesai-selesai, karena PSBB tidak tahu lama, lalu , dari tanggung sekalian
[kuncian], tapi tadi terima kasih makan, "ucapnya.
"Jadi, jika pemerintah tidak memenuhi kebutuhan pokok, mungkin kurung orang.
Jika penuh, kebutuhan pokok paling tidak (orang) di rumah masing-masing.
Masyarakat enggak akan marah (pengaduan di rumah) kalau dikasih makan,"
lanjutnya.
https://kumparan.com/kumparannews/melihat-efektivitas-penerapan-psbb-untuk-
cegah-corona-1tF9fTxlVsH
4. EFEKTIFITAS KARANTINA WILAYAH
Sejatinya, dalam kajian hukum dan kebijakan di Indonesia, istilah lockdown tidak
ditemukan. Ketentuan yang paling mendekati dengan istilah ini dan telah eksis
adalah karantina. Ketentuan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan (UU Kekarantinaan Kesehatan).
Karantina Wilayah
Anggota masyarakat yang dikarantina tidak boleh keluar masuk wilayah karantina.
Jika selama masa karantina wilayah ternyata salah satu atau beberapa anggota di
wilayah tersebut ada yang menderita penyakit Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
yang sedang terjadi, maka dilakukan tindakan isolasi dan segera dirujuk ke rumah
sakit.
Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020
tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang dikepalai oleh Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, langkah kebijakan
tersebut belum cukup. Mengenai hal ini, Pasal 60 UU Kekarantinaan Kesehatan
menyatakan, karantina wilayah diatur dengan Peraturan Pemerintah, namun sampai
saat ini, 30 Maret, belum ada peraturan pelaksana dari UU Kekarantinaan
Kesehatan ini.
Padahal, setidaknya telah ada 1285 orang telah terinfeksi dan 114 orang meninggal.
Sehingga Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksana karantina wilayah
sangat mendesak untuk ditetapkan. Terlebih, salah salah satu spirit yang
ditanamkan dalam menghadapi wabah ini adalah alinea keempat UUD 1945 yang
menegaskan, tujuan didirikannya negara ini adalah untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Muhammad Addi Fauzani peneliti Pusat Studi Hukum Konstitusi (PSHK) Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia
Analis kebijakan publik dari Universitas Trisakti Jakarta, Trubus Rahadiansyah,
mengatakan setiap daerah yang ingin menerapkan karantina wilayah atau lockdown
guna mencegah penyebaran COVID-19 perlu mempertimbangkan ketersediaan
anggaran dan logistik bagi masyarakat.
"Yang pertama adalah ketersediaan bahan dasar, kebutuhan dasar seperti sembako
itu logistiknya memang harus tersedia," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, logistik menjadi hal penting untuk disiapkan oleh pemerintah kepada
masyarakat. Hal itu terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Ketersediaan logistik dinilainya menjadi krusial mengingat kondisi saat ini bisa saja
orang panik sehingga memborong barang-barang atau kebutuhan pangan dan
sebagainya.
Oleh sebab itu, kebijakan pemerintah atau pemangku kepentingan dalam hal ini
sangat penting guna mencegah kepanikan masyarakat saat situasi pandemi COVID-
19 belum reda.
"Anggarannya cukup tidak? Itu masalahnya. Karena masalah yang paling krusial
ini mereka yang masyarakat berpenghasilan rendah," ujarnya.
Secara umum, kata dia, karantina wilayah atau lockdown itu diperbolehkan
sepanjang pemerintah atau pengambil kebijakan melakukan kajian mengenai
dampak.
"Jadi dampaknya itu dampak sosial ekonomi yang paling diutamakan. Di situ
pemerintah daerah harus melihat sejauh mana dampak daripada karantina wilayah,"
katanya.
5. KESALAHAN MANAJEMEN PENANGANAN COVID-19
2. Menutupi data
Ketidakpedulian pemerintah yang mendalam terhadap data
menciptakan pilihan yang keliru: alih-alih mempersiapkan hal yang tak
terhindarkan, para pejabat mencari cara untuk menghindari tanggapan
wabah. Sementara para pejabat senior melontarkan teori-teori yang tidak
berdasar tentang dampak ringan dari virus dalam cuaca tropis, para dokter
memohon kepada Jokowi untuk mengabaikan saran yang salah dan para
ilmuwan mengeluh karena tidak diikutsertakan dalam proses tanggapan
pandemi pemerintah.
Jokowi telah membela tanggapan pemerintahannya dengan
mencatat ketidakmampuan para ilmuwan untuk memberikan prediksi pasti
tentang COVID-19. Namun, upaya pemerintah menahan data tentang
tingkat infeksi hanya menambah ketidakpastian ini, dengan konsekuensi
yang mematikan.
Dalam mengumpulkan data resmi, Departemen Kesehatan awalnya
bersikeras menghitung hanya tes reaksi berantai polimerase yang dilakukan
di satu fasilitas di Jakarta, mengabaikan lonjakan terduga kasus dan hasil
positif dari tes rapid antibodi yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Tidak
yakin dengan angka resmi, para jurnalis mengumpulkan data dari
pemakaman, catatan medis, dan penghitungan para gubernur untuk
mengungkapkan lebih dari 2.200 pasien dalam pengawasan (PDP) telah
meninggal saat menunggu tes corona.
Jokowi mengakui pemerintahannya telah menyembunyikan data
untuk mencegah kepanikan massal. Lebih parah lagi, pemerintahannya
menggunakan data cacat ini untuk menunda intervensi kritis. Penundaan
waktu penerapan langkah-langkah untuk meningkatkan deteksi dengan
mendistribusikan peralatan pengujian baru ke laboratorium daerah telah
mengurangi efektivitasnya. Di tengah tingkat infeksi yang sudah tinggi,
pengujian mungkin tidak dapat membendung penularan, kecuali jika
dilengkapi dengan fasilitas isolasi massal untuk orang yang terinfeksi di
kota-kota padat penduduk, di mana masyarakat tinggal di satu hunian penuh
sesak dengan sejumlah besar anggota keluarga.
Upaya penahanan juga datang terlambat. Satuan tugas nasional
untuk mengoordinasikan respons pemerintah hanya dibentuk pada
pertengahan Maret setelah seruan langsung dari Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO). Deklarasi darurat kesehatan, yang memberikan dasar hukum
untuk tindakan menjaga jarak, butuh dua minggu tambahan. Relatif lemah
menurut standar global, pembatasan itu tidak melarang perjalanan domestik
masuk dan keluar dari daerah yang terkena dampak, meskipun ada
ketakutan yang luas akan penularan.
Para menteri bersikeras perkiraan resmi kematian yang rendah tidak
menjamin tindakan yang lebih keras bagi 270 juta orang penduduk.
Pemerintah akhirnya melarang sebagian besar perjalanan komersial pada 24
April dalam upaya untuk mencegah perjalanan mudik tahunan yang dilakoni
rata-rata 20 juta orang menjelang Idul Fitri, tetapi diperkirakan 1,6 juta telah
pulang kampung terlebih dahulu.
Selain keterlambatan, serangkaian tindakan penahanan yang
dikandung dengan buruk telah mempercepat krisis kesehatan dan dampak
ekonominya. Sejak awal, Jokowi ingin menghindari penguncian daerah
karena dampak ekonominya pada sektor informal, yang mencakup hampir
60 persen tenaga kerja Indonesia.
Namun, sarannya untuk bekerja dari rumah diadopsi di daerah
perkotaan oleh pekerja kerah putih, yang dilayani oleh tenaga kerja informal.
Tanpa sumber pendapatan utama atau bantuan pemerintah, para penjaja
makanan, tukang cukur, dan pengendara ojek motor online terpaksa kembali
ke kota asal mereka dan memaparkan potensi penularan virus terhadap
masyarakat di daerah.
3. Dominasi militer
Ketiga, dominasi militer dalam pengelolaan krisis kesehatan telah
menghasilkan kombinasi yang tidak dapat dipertahankan dari penegakan
hukum yang kacau dan kejam. Semua personel yang bertugas
mengoordinasi respon krisis adalah pensiunan perwira militer, termasuk
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo,
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Achmad
Yurianto, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Agama
Fachrul Razi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Kepala
Staf Kepresidenan Moeldoko. Pemerintahan Jokowi peiode kedua memiliki
konsentrasi personel militer tertinggi dari kabinet mana pun sejak jatuhnya
kediktatoran militer Suharto pada 1998.
Krisis dalam skala ini di belahan dunia manapun akan membutuhkan
dukungan logistik dari militer. Namun, dominasi personel militer di pos-pos
sipil terkemuka telah mengamankan respons Indonesia terhadap COVID-19.
Awalnya Jokowi mempertimbangkan untuk menanggapi krisis kesehatan
dengan menyatakan darurat sipil, yang secara legal menjadi rencana
cadangan untuk memerangi pemberontakan dan perang saudara.
Penolakan dari kelompok masyarakat sipil mencegah langkah ini,
tetapi tak lama kemudian Kapolri Idham Aziz mengeluarkan instruksi untuk
menangkap orang-orang yang dituduh memicu penghinaan kepada presiden
dan para pejabat lainnya. Setidaknya 76 kritikus telah ditahan, termasuk
seorang peneliti yang menerbitkan artikel tentang kemungkinan kesalahan
dalam data COVID-19 pemerintah.
Fokus keamanan pemerintah juga mencegahnya memobilisasi
sumber-sumber otoritas sipil secara efektif. Seperti negara-negara Asia
lainnya, Indonesia memiliki struktur yang luas dari asosiasi lingkungan
yang mengumpulkan data kesehatan dan memastikan kepatuhan publik
terhadap upaya vaksinasi pemerintah dan program keluarga berencana. Para
pemimpin asosiasi itu juga berfungsi sebagai titik kontak pertama dalam
mengoordinasikan respons bencana pemerintah.
Alih-alih menyusun strategi nasional untuk menegakkan langkah-
langkah penahanan melalui kelompik-kelompok akar rumput tersebut,
pemerintah memerintahkan para pemimpin lokal untuk menggunakan
kebijaksanaan mereka dalam menanggapi krisis. Dengan tidak adanya
instruksi atau sumber daya yang jelas, intervensi di tingkat masyarakat pun
berantakan. Beberapa pemimpin daerah telah mengoordinasikan
pengiriman bantuan, sementara yang lain telah memberlakukan penguncian
lokal. Namun, semakin banyak yang menanggapi dengan mengusir staf
medis yang terpapar bersama dengan PDP sekaligus menolak pemakaman
korban COVID-19.
4. Politisasi krisis
Akhirnya, politisasi administrasi krisis kesehatan telah merusak
kemampuan untuk mengoordinasikan respons yang efektif dengan para
pemimpin daerah dan kelompok masyarakat sipil. Hal ini paling terlihat
dalam pertikaian yang sedang berlangsung antara pemerintah pusat dan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, yang menjadi saingan sengit
Jokowi pada Pilkada Jakarta 2017 setelah mengalahkan sekutunya mantan
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkait isu penistaan agama.
Terlepas dari kenyataan sekutu Anies para kelompok Islam telah
mendesak jamaah untuk membatalkan pertemuan keagamaan dan menunda
perjalanan, para pendukung Jokowi menuduh Anies bermain politik.
Faktanya, pemerintah pusat secara sistematis merusak upaya Anies untuk
mengelola krisis. Meskipun Jakarta menjadi pusat pandemi di Tanah Air,
permintaan anies untuk memaksakan pembatasan pergerakan berulang kali
ditolak. Setelah deklarasi darurat kesehatan nasional, permintaannya
ditunda lebih lanjut oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan
hanya disetujui setelah berhari-hari tawar-menawar tentang data.
Hubungan pemerintah dengan kelompok masyarakat sipil juga terus
memburuk meskipun dukungan mereka tetap penting untuk mengelola
krisis. Di tengah pandemi, parlemen mengumumkan rencana untuk
pengesahan dua RUU yang sangat tidak populer. Salah satunya adalah
RKUHP yang memicu demonstrasi mematikan tahun lalu dan lainnya
adalah RUU Cipta Lapangan Kerja yang ditolak oleh serikat pekerja. Sidang
parlemen akhirnya ditangguhkan minggu ini untuk menghindari bentrokan
yang berpotensi kekerasan setelah serikat pekerja mengeluarkan seruan
untuk protes yang menentang ketentuan pembatasan pergerakan.
6. STAKEHOLDER YANG TERLIBAT DALAM PENANGANAN
COVID
SASARAN KHALAYAK/STAKEHOLDERS
Sasaran khalayak dibagi menjadi 2 klaster utama seperti dibawah ini. Pemerintah
pusat dan pemerintah daerah bersama-sama menyusun dan menyebarkan produk
komunikasi yang sesuai untuk kedua klaster tersebut secara nasional dan spesifik
sesuai dengan daerah masing-masing.
a. Para pelaksana harus mengerti rencana aksi yang dilakukan pemerintah pusat
dan daerah dalam penanganan dan komunikasi. Pastikanjalur
informasi dua arah berlaku dan disepakati oleh seluruh pihak.
3. Media
6. Organisasi agama/pemuda/masyarakat
7. Swasta
KANAL KOMUNIKASI
● Televisi
● Media Cetak
● Media Online
● Radio
● SMS gateaway
● Media Sosial
● Jaringan sekolah
“Dewan Pers meminta agar media massa terus mengajak para pemangku
kepentingan dan masyarakat untuk ikut bahu membahu bersama pemerintah
menanggulangi pandemi COVID-19. Sehingga penanggulangan pandemi ini
menjadi upaya bersama yang melibatkan seluruh kekuatan bangsa baik unsur
pemerintah, dunia usaha, kelompok masyarakat dan pers,” ujar Mohammad Nuh
Ketua Dewan Pers berdasarkan rilis di Jakarta, Kamis (26/3/2020).
Dewan Pers juga mengucapkan terima kasih untuk segenap unsur Pers Nasional
yang tanpa kenal lelah terus meliput dan memberitakan perkembangan pandemi
COVID-19 di tanah air. Sehingga masyarakat Indonesia, pada umumnya, bisa
mengetahui dan mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
Dewan Pers ingin mengingatkan kepada semua pihak bahwa yang dibutuhkan saat
ini tidak hanya sebatas pada penanganan medis terhadap masyarakat yang terpapar
atau diduga terpapar virus corona, tetapi juga dampak turunan pandemi COVID-19,
khususnya di bidang sosial dan ekonomi.
Dewan pers menyambut baik berbagai paket kebijakan yang telah diluncurkan
Pemerintah untuk menangani dampak sosial-ekonomi tersebut, meskipun harus
dikawal realisasinya di lapangan.
Dewan Pers ingin, insan Pers mengajak semua pihak memperkuat solidaritas sosial
dengan memberi perhatian khusus untuk meringankan beban ekonomi masyarakat
yang kehilangan mata pencaharian sehari-hari atau yang mengalami penurunan
penghasilan karena masih banyak warga masyarakat yang bekerja di sektor
informal dan menggantungkan diri pada pendapatan harian.
Dewan Pers mengingatkan kembali kepada insan pers agar tetap mematuhi protokol
kesehatan dan Standar Operasional Prosedur COVID-19, demi menjaga kesehatan
dan keselamatan para insan pers.
“Jangan sampai ketika meliput COVID-19, justru ada insan pers yang terpapar
COVID-19,” pungkasnya. (ant/ang/rst)
Mardiaz mengatakan jika koordinasi berjalan dengan baik, maka seluruh kegiatan
dalam upaya penanganan Covid-19 akan berjalan terukur, terarah dan efektif.
“Seperti saat penyemprotan disinfektan di tempat umum, jika ada koordinasi antara
instansi, penyemprotan bisa dilakukan secara serentak,” ungkap Mardiaz.
“Kami harapkan komunikasi dan sinergi, begitu juga dengan kabupaten/kota dan
diharapkan RT-RW dapat juga mengedukasi,” kata Mardiaz.
Senada dengan Wakapolda, Wakil Gubernur (Wagub) Sumut Musa Rajekshah juga
menyampaikan pentingnya koordinasi dan sinergi sangat dibutuhkan dalam upaya
percepatan penanganan pandemi Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut).
Selain untuk memudahkan pelaksanaan tugas, sinergi seluruh pihak yang terkait
juga akan membuat semuanya menjadi efektif dan efisien.
“Terpenting saya ingin menegaskan bagi kita semua, bahwa sangat diperlukan
kebersamaan dan kekompakan. Jangan saling menyalahkan atau melemparkan
tanggung jawab kepada yang lain. Dengan komunikasi yang baik dan transparan
agar tidak timbul permasalahan yang tidak kita inginkan,” kata Wagub.
Selain itu, data terkait Covid-19 juga harus tersinkronisasi dengan baik. Mulai dari
kabupaten/kota hingga provinsi. Data yang dimaksud dimulai dari orang yang
terjangkit, pasien dalam pengawasan (PDP) hingga donasi-donasi yang masuk ke
Tim Gugus Tugas.
“Untuk hal ini, kita perlu kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari kabupaten/kota
hingga ke provinsi,” kata Wagub.
Diharapkan juga, setiap donasi yang masuk dari masyarakat agar didistribusikan
dengan tepat sasaran agar bantuan tersebut sampai di wilayah yang benar-benar
membutuhkan, serta tidak menumpuk di satu wilayah saja.
Pandemi virus corona penyebab COVID-19 di Indonesia masih belum mereda. Per
Minggu sore (29/3/2020), jumlah kasus positif di Indonesia mencapai 1.285 atau
bertambah 130 kasus, dan kematian ada di angka 114 kasus.
Tenaga medis, yang dianggap sebagai garda terdepan dalam penanganan pandemi
virus corona, sudah disiagakan dan terus menjalankan tugasnya di berbagai rumah
sakit, khususnya rumah sakit rujukan.
Namun, jumlah tenaga medis yang ada dianggap masih kurang. Dilansir dari
Liputan6, Indonesia masih banyak membutuhkan banyak tenaga medis.
Meski begitu, tetap ada beberapa kriteria yang ditetapkan sebelum seseorang bisa
menjadi relawan. Termasuk, apa pula peran yang akan dijalani para relawan
nantinya.
Berikut Bola.com rangkum dari Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan
Masyarakat COVID-19 di Indonesia, Senin (30/3/2020):
Tenaga medis, yang dianggap sebagai garda terdepan dalam penanganan pandemi
virus corona, sudah disiagakan dan terus menjalankan tugasnya di berbagai rumah
sakit, khususnya rumah sakit rujukan.
Namun, jumlah tenaga medis yang ada dianggap masih kurang. Dilansir dari
Liputan6, Indonesia masih banyak membutuhkan banyak tenaga medis.
Meski begitu, tetap ada beberapa kriteria yang ditetapkan sebelum seseorang bisa
menjadi relawan. Termasuk, apa pula peran yang akan dijalani para relawan
nantinya.
Peran Relawan
PSBB yang dilaksanakan di beberapa daerah, seperti Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok,
dan Bandung juga kurang mendapatkan atensi dan ketaatan dari masyarakat.
Bahkan data terakhir dari Jakarta menunjukkan dengan pemberlakuan PSBB
selama 14 hari dari 10-23 April 2020, justrun terjadi kenaikan kasus positif Covid-
19. Sebagai stakeholder utama yang memiliki kekuasaan, pemerintah tidak tegas
dalam menggunakan kekuasaannya tersebut.
Atribut legitimasi sendiri dapat berlaku untuk banyak tingkat analisis, yang paling
umum adalah individu, organisasi dan masyarakat. Sehingga legitimasi dapat
dibangun secara sosial dan normatif. Suatu kebaikan sosial yang memang
diinginkan yang mana merupakan sesuatu yang lebih banyak dimiliki daripada
sekedar persepsi diri belaka.
Kedua organisasi profesi ini bahkan lebih didengarkan dan dipatuhi oleh
masyarakat daripada apa yang disampaikan oleh pemerintah. Ketika MUI
mengeluarkan fatwa mengenai penyelenggaraan ibadah dalam situasi terjadi wabah
Covid-19, sebagian besar umat Muslim di Indonesia mematuhinya.
Media tidak hanya cepat dalam mendapatkan perhatian masyarakat, tetapi bahkan
telah sampai pada tahap menebarkan “ketakutan” di dalam masyarakat. Dengan
berbagai alasan dan kepentingan, media menjadikan pihak yang menebarkan
informasi secara cepat, baik informasi yang benar maupun informasi yang salah,
sehingga informasi apapun mengenai Covid-19 mendapatkan perhatian yang
sesegera mungkin dari publik.
Sayangnya dalam hal ini, secara pelaksanaan teknis dilapangan terjadi tumpang
tindih informasi yang mengakibatkan masyarakat masih menganggap pemerintah
kurang tegas dalam memberikan penyelesaian atau problem solving yang bahkan
terkesan tidak memiliki legitimasi yang kuat serta urgensi. Kebijakan yang dibuat
oleh para pemangku kepentingan menjadi tidak sama dan tidak merata di setiap
daerah terdampak Covid-19.
"Kita hindari tanggap darurat. Jadi kembali hasil rapat tadi mengimbau kepada
masyarakat berpartisipasi untuk menjaga Indonesia agar terbebas dari virus ini
dalam kondisi siaga darurat dan tidak meningkat pada tanggap dadurat," kata
Wiranto di Kantor Watimpres, Jakarta Pusat, Senin (17/2).
Dari sisi politik anggaran, tampak nyata keberpihakan pemerintah untuk mengatasi
penyebaran covid-19 beserta dampak ikutannya. Namun, bantuan yang disalurkan
belum sepenuhnya tepat sasaran karena data yang digunakan tidak akurat.
Pemerintah daerah juga melakukan refocusing dan relokasi APBD. Sejauh ini, per
16 April, terkumpul dana daerah Rp56,57 triliun. Sebanyak 31% atau Rp17,5 triliun
dialokasikan untuk belanja hibah/bansos mengatasi dampak covid-19 di daerah.
Lebih dari cukup dana yang dipakai untuk bansos. Eloknya, pusat dan daerah
berkolaborasi menentukan sasaran bansos sehingga tidak terjadi tumpang tindih.
Satu orang mendapatkan bantuan berlimpah, orang lain malah gigit jari karena tidak
mendapatkan bansos. Kondisi seperti ini, jika terjadi, hanya memicu kecemburuan
sosial.
Pencairan anggaran untuk bansos sudah tepat waktu. Bantuan diberikan kepada
masyarakat yang sangat membutuhkan, jauh hari sebelum pemerintah melarang
mudik.
Pemberian bansos khusus untuk pekerja sektor informal yang masih bertahan di
kota bisa dianggap sebagai insentif atas kepatuhan mereka mengikuti kebijakan
pelarangan mudik.
Harus tegas dikatakan bahwa penyaluran bansos masih perlu diperbaiki. Pada
awalnya bansos mendapat sentimen positif publik, tapi sekarang muncul penilaian
negatif. Implementasi penyaluran bansos yang tidak terarah dan tumpang tindih
dianggap menjadi penyebab masyarakat tidak lagi memandang program bansos
secara positif.
Ambil contoh di DKI Jakarta. Sejauh yang terekam dalam pemberitaan media
massa, ada orang-orang kaya mendapatkan bansos, meski kemudian dikembalikan.
Nama orang meninggal juga tertera dalam daftar penerima bansos. Sebaliknya,
mereka yang membutuhkan bansos malah tidak menerima bantuan.
Mestinya, data penerima bansos harus sesuai nama dan alamat, serta berbasis nomor
induk kependudukan. Di sinilah letak persoalannya. Negara ini tak kunjung naik
kelas dalam hal memperbaiki data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS).
Tidak kalah pentingnya ialah memastikan bansos tidak terkait kepentingan politik
elektoral kepala daerah yang akan maju dalam pilkada. Di beberapa daerah
ditemukan foto diri kepala daerah di bungkusan bansos.
Patut diapresiasi gerakan rakyat yang turut membantu sesama yang terpapar
dampak covid-19. Ada gerakan mengumpulkan dan menyalurkan bantuan, ada pula
kelompok masyarakat yang membagi-bagikan nasi bungkus. Tidak sedikit warga-
warga di perumahan yang tergerak dan bergotong-royong membantu tetangga yang
paling terdampak covid-19.
Kemiskinan akibat dampak covid-19 bukan angka statistik belaka. Satu orang saja
tidak bisa makan, negara harus hadir memberikan bantuan. Akan tetapi, tanpa
perbaikan data, bansos hanya menimbulkan kecemburuan sosial.
NEGARA sudah semestinya hadir dalam setiap kesulitan hidup rakyatnya akibat
pandemi covid-19. Kehadiran negara tidak hanya dalam bentuk politik anggaran,
tapi memastikan penyaluran bantuan sosial (bansos) tepat waktu dan tepat sasaran.
Dari sisi politik anggaran, tampak nyata keberpihakan pemerintah untuk mengatasi
penyebaran covid-19 beserta dampak ikutannya. Namun, bantuan yang disalurkan
belum sepenuhnya tepat sasaran karena data yang digunakan tidak akurat.
Pemerintah daerah juga melakukan refocusing dan relokasi APBD. Sejauh ini, per
16 April, terkumpul dana daerah Rp56,57 triliun. Sebanyak 31% atau Rp17,5 triliun
dialokasikan untuk belanja hibah/bansos mengatasi dampak covid-19 di daerah.
Lebih dari cukup dana yang dipakai untuk bansos. Eloknya, pusat dan daerah
berkolaborasi menentukan sasaran bansos sehingga tidak terjadi tumpang tindih.
Satu orang mendapatkan bantuan berlimpah, orang lain malah gigit jari karena tidak
mendapatkan bansos. Kondisi seperti ini, jika terjadi, hanya memicu kecemburuan
sosial.
Pencairan anggaran untuk bansos sudah tepat waktu. Bantuan diberikan kepada
masyarakat yang sangat membutuhkan, jauh hari sebelum pemerintah melarang
mudik.
Pemberian bansos khusus untuk pekerja sektor informal yang masih bertahan di
kota bisa dianggap sebagai insentif atas kepatuhan mereka mengikuti kebijakan
pelarangan mudik.
Harus tegas dikatakan bahwa penyaluran bansos masih perlu diperbaiki. Pada
awalnya bansos mendapat sentimen positif publik, tapi sekarang muncul penilaian
negatif. Implementasi penyaluran bansos yang tidak terarah dan tumpang tindih
dianggap menjadi penyebab masyarakat tidak lagi memandang program bansos
secara positif.
Ambil contoh di DKI Jakarta. Sejauh yang terekam dalam pemberitaan media
massa, ada orang-orang kaya mendapatkan bansos, meski kemudian dikembalikan.
Nama orang meninggal juga tertera dalam daftar penerima bansos. Sebaliknya,
mereka yang membutuhkan bansos malah tidak menerima bantuan.
Mestinya, data penerima bansos harus sesuai nama dan alamat, serta berbasis nomor
induk kependudukan. Di sinilah letak persoalannya. Negara ini tak kunjung naik
kelas dalam hal memperbaiki data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS).
DTKS dipergunakan Kementerian Sosial sebagai basis data pemberian bansos
kepada masyarakat secara nasional. Data awal disodorkan pemerintah kabupaten
dan kota. Jika terdapat kekeliruan DTKS di Kementerian Sosial, bisa dipastikan ada
kesalahan input data dari kabupaten dan kota.
Tidak ada kata terlambat untuk terus-menerus memperbarui data oleh pemerintah
daerah. Sebaiknya pembaruan itu melibatkan RT/RW karena pihaknya yang paling
mengetahui kondisi riil di lapangan.
Tidak kalah pentingnya ialah memastikan bansos tidak terkait kepentingan politik
elektoral kepala daerah yang akan maju dalam pilkada. Di beberapa daerah
ditemukan foto diri kepala daerah di bungkusan bansos.
Patut diapresiasi gerakan rakyat yang turut membantu sesama yang terpapar
dampak covid-19. Ada gerakan mengumpulkan dan menyalurkan bantuan, ada pula
kelompok masyarakat yang membagi-bagikan nasi bungkus. Tidak sedikit warga-
warga di perumahan yang tergerak dan bergotong-royong membantu tetangga yang
paling terdampak covid-19.
Kemiskinan akibat dampak covid-19 bukan angka statistik belaka. Satu orang saja
tidak bisa makan, negara harus hadir memberikan bantuan. Akan tetapi, tanpa
perbaikan data, bansos hanya menimbulkan kecemburuan sosial.
7. KECEPATAN DAN KETEPATAN TES SWAB DAN PCR
1. TEST PCR
Sebelum kita melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR), kita wajib terlebih
dulu melakukan pemeriksaan swab.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil spesimen lendir menggunakan swab
pada hidung atau tenggorokan pasien.
Pemeriksaan ini dinilai lebih akurat sebagai patokan diagnosis, sebab virus corona
akan menempel di hidung atau tenggorokan bagian dalam saat ia masuk ke tubuh.
2. RAPID TEST
Rapid test corona hanya bisa digunakan sebagai screening atau penyaringan
awal.
Bisanya tes ini membutuhkan waktu kira-kira 15 sampai 30 menit.
Cara Tes
Pemeriksaan ini menggunakan sampel darah pasien untuk mendapatkan IgG dan
IgM dalam darah, sejenis antibodi yang terbentuk dalam tubuh saat kita mengalami
infeksi virus.
Saat terinfeksi, jumlah antibodi ini akan bertambah dan pembentukannya terdeteksi
melalui rapid test ini.
Hasil
Jika ditemukan ada antibodi, maka pasien dinyatakan positif memiliki infeksi, maka
itu, pasien yang positif saat rapid test harus menjalani pemeriksaan lanjutan dengan
pemeriksaan swab.
Sementara itu, pasien yang mendapatkan hasil negatif, ada baiknya mengulang
rapid test di hari ketujuh hingga kesepuluh setelah tes pertama.
Pemeriksaan lanjutan dan pemeriksaan ulang ini untuk menghindari hasil false
negative dan juga false positive dalam tes.
Pasalnya, bisa jadi antibodi belum terbentuk meski sudah terinfeksi virus sehingga
hasilnya negatif, atau sudah terinfeksi namun bukan karena Covid-19.
Sebab, antibodi yang terbentuk dan ditangkap dalam rapid test bukan hanya akibat
Covid-19 saja, namun bisa juga karena virus yang lain.
Jadi, tes ini hanya menunjukkan apakah kita terinfeksi suatu virus atau tidak.
Presiden Joko Widodo telah menyerukan agar dilakukannya rapid test sejak Jumat
(20/3/2020) lalu di Jakarta Selatan melalui live streaming di akun Youtube
Sekretariat Presiden. Hal ini dilakukan untuk melakukan deteksi dini terkait infeksi
virus Corona baru, COVID-19 di masyarakat. Di sisi lain, ada metode Polymerase
Chain Reaction (PCR) yang diklaim lebih akurat untuk melakukan pemeriksaan
Coronavirus atau COVID-19 tersebut. Lantas, apa beda rapid test dan metode PCR?
Juru Bicara Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan praktis tes
massal atau rapid test yang dilaksanakan berbasis data menggunakan darah. "Untuk
tes massal kita gunakan darah. Pakai alat kit, kurang dari 2 menit, maka akan bisa
tahu hasilnya. Kalau screening [pemeriksaan] positif, akan diperiksa lagi dengan
PCR untuk tahu [positif] yang sesungguhnya," ungkapnya. Dengan menggunakan
sampel darah tersebut, rapid test akan mengukur antibodi pasien dan tidak dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya virus COVID-19 seperti melansir ABS News.
Departemen Kesehatan Filipina berulangkali mengingatkan bahwa kit tersebut
rentan terhadap negatif palsu. Pasalnya, alat tersebut mungkin tidak dapat
mendeteksi antibodi pada tahap awal infeksi. Sementara itu, metode PCR yang
sering disebut dengan swab test yang menggunakan sampel cairan dari saluran
pernapasan bawah sebagai bahan pemeriksaan. Tes ini dilakukan oleh para petugas
kesehatan dengan menyeka bagian belakang tenggorokan. Dari segi waktu
pemeriksaan, hasil pemeriksaan dengan rapid test hanya membutuhkan waktu 10
menit hingga 2 jam melansir Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sementara itu,
CDC menyebutkan pemeriksaan dengan metode PCR paling cepat membutuhkan
waktu sekitar 20 hingga 30 menit. Metode PCR tersebut diklaim memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi terhadap virus COVID-19. Pada metode PCR, ketika
sampel cairan dari saluran pernapasan bawah tiba di lab, para peneliti mengesktrak
asam nukleat di dalamnya. Asam nukleat tersebut mengandung genom virus yang
dapat menentukan adanya infeksi atau tidak dalam tubuh. Kemudian, peneliti dapat
memperkuat daerah genom tertentu dengan menggunakan teknik yang dikenal
sebagai reaksi berantai transkripsi polimerase terbalik. Pada dasarnya, hal ini
memberi para peneliti sampel besar yang kemudian dapat mereka bandingkan
dengan virus Corona baru, yang dikenal sebagai SARS-CoV-2. Virus SARS-CoV-
2 memiliki hampir 30.000 nukleotida, blok bangunan yang membentuk DNA dan
RNA. Sementara itu, tidak semua orang dapat melakukan tes PCR ini. Hanya
mereka yang berisiko saja yang akan diuji. Sedangkan rapid test dimulai dengan
pengambilan sampel darah mereka yang dikategorikan berisiko terjangkit. Jika
hasil rapid test negatif maka yang bersangkutan akan diminta mengisolasikan diri
sementara waktu dan mengulang tes tersebut 7-10 hari kemudian. Namun jika hasil
rapid test positif maka harus dikonfirmasi dengan metode Real Time Polymerase
Chain Reaction (RT-PCR) atau metode PCR. Jika tes PCR pun menunjukkan hasil
positif, maka orang tersebut akan dirawat di rumah sakit. Melansir laman resmi
Pemprov DKI Jakarta alur rapid tes, terdapat tiga kriteria atau ruang lingkup yang
dapat mengikuti tes massal deteksi infeksi COVID-19 ini, yaitu: 1. Kontak erat
risiko rendah atau orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus pasien dalam
pengawasan. 2. Kontak erat resiko tinggi atau orang yang memiliki riwayat kontak
dengan kasus pasien terkonfirmasi/ probabel COVID-19. 3. Orang Dalam
Pemantauan (ODP) yang telah mengalami gejala COVID-19 yang meyakinkan
berupa demam, batuk, hingga sesak napas. Di samping itu ODP juga hendaknya
memenuhi salah satu kriteria berikut: - Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
luar negeri yang melaporkan transmisi lokal, - Memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di area transmisi lokal Indonesia. Berdasarkan data yang diperbarui oleh
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada pukul 15.40 WIB, Kamis
(2/4/2020) kemarin, terdapat penambahan kasus positif baru sebanyak 113 pasien.
Penambahan ini membuat total jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia
menjadi 1.790 pasien dan setidaknya 1.508 pasien positif COVID-19 sedang
menjalani perawatan. Sementara itu, jumlah pasien COVID-19 yang berhasil
sembuh bertambah menjadi 112 orang. Namun, angka kasus kematian pasien positif
COVID-19 di Indonesia juga meningkat menjadi 170 jiwa. Hingga hari ini, jumlah
provinsi yang tercatat memiliki kasus positif COVID-19 masih sama dengan Rabu
kemarin, yakni 32 daerah.
9. Strategi Yang Efektif Untuk Mengatasi COVID 19 ( Corona Virus )
Eropa kini menjadi pusat penyebaran. Asia berangsur pulih sebagian, tapi
sebagian lagi sedang bersiap menghadapi gelombang besar. Namun di tengah
berita-berita ini sekelompok negara berhasil mengendalikan penyebaran virus -
yang sudah menginfeksi lebih dari 200 ribu orang dan menewaskan lebih dari 8.000
orang lainnya.
"Di China kasus sudah berkurang, tapi langkah sangat agresif yang mereka lakukan
tak mudah ditiru oleh negara-negara demokratis. Di beberapa negara lain telah
melakukan langkah berbeda yang sama agresifnya, dan mereka berhasil,"
tambahnya.
Taiwan, misalnya, dengan jumlah penduduk 23,6 juta dan bertetangga dengan
China, hingga hari Senin (16/03), melaporkan 67 kasus dan satu kematian selama
lebih dari dua bulan mereka melawan virus corona. Sementara itu Hong Kong
(dihuni 7,5 juta penduduk dan berbatasan langsung dengan China) mencatat adanya
155 infeksi dan empat kematian selama dua bulan. Jepang yang populasinya 120
juta, kasusnya tak melebihi 800, sedangkan Korea Selatan melaporkan 8.000 kasus,
tetapi mereka berhasil menekan infeksi baru dan jumlah kematian turun drastis
dalam minggu-minggu terakhir. Menurut Prof Nyenswah, hasil-hasil di negara-
negara ini tidak hanya tergantung dari lokasi geografis atau jumlah penduduk
(sekalipun itu memainkan faktor besar dan bisa sangat berpengaruh), tetapi lebih
banyak dari kebijakan yang inovatif, kesiapan dan respons yang cepat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli yang ditanya oleh BBC
Mundo sepakat bahwa deteksi cepat merupakan faktor utama dalam menahan
penyebaran pandemi. "Kita tak bisa mengambil langkah atau tahu dampak
sesungguhnya dari virus ini jika kita tak tahu berapa orang yang telah terinfeksi,"
kata Nyenswah.
Pengetesan memperlihatkan hasil yang lebih baik, sementara di tempat lain kasus
meningkat dengan pesat. "Korea Selatan mengetes lebih dari 10.000 orang sehari
yang berarti orang yang mereka tes dalam dua hari lebih banyak daripada orang
yang dites di Amerika dalam sebulan," katanya.
Dalam jumpa pers hari Senin (16/03), Direktur WHO Tedros Adhanom
Ghebreyesus mengatakan bahwa tes bagi siapapun yang punya gejala merupakan
"tulang punggung" bagi penghentian penyebaran pandemi ini.
Korea Selatan dan China telah melakukan kerja luar biasa dalam melacak,
mengetes, dan mengendalikan warga mereka," katanya. Menurutnya, China sangat
waspada dalam mendeteksi kasus-kasus potensial yang bisa jadi merupakan salah
satu penyebab turun drastisnya infeksi baru yang dilaporkan.
"Orang demam dikirim ke 'klinik demam' dan dites untuk flu dan covid-19.
Ketika hasilnya positif covid-19, mereka diisolasi di tempat yang disebut 'hotel
karantina' untuk mencegah penularan ke anggota keluarga," kata Johnson.
Tak seperti China, di Taiwan, Singapura dan Hong Kong, sekalipun tak ada situs
karantina, aturan yang ditegakkan adalan mengatur agar orang tetap berada di
rumah dengan menerapkan denda yang kadang besarnya bisa mencapai Rp47 juta.
Namun menurut Nyenswah, melacak potensi infeksi merupakan landasan utama
dari strategi ini.
"Contohnya, pada tanggal 12 Maret, di Hong Kong diduga ada 445 kasus dan
dilakukan 14.900 tes di antara orang yang kontak untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi. Hasilnya, diketahui 19 orang positif," katanya.
3. Persiapan dan reaksi cepat
Menurut Nyenswah, yang pernah melawan Ebola di Afrika Barat, salah satu
elemen dasar untuk pengendalian virus adalah bertindak cepat sebelum penularan
meluas di komunitas. "Negara seperti Taiwan dan Singapura memperlihatkan
langkah cepat untuk mendeteksi dan mengisolasi kasus baru. Ini bisa jadi faktor
penentu dalam mengendalikan penyebaran,"
Dalam artikel yag diterbitkan di Journal of the American Medical
Association, respons di Taiwan memperlihatkan bahwa pengendalian mereka
berasal dari cara yang telah mereka kembangkan untuk peristiwa sejenis. Tahun
2003 mereka membuat komando terpusat untuk mengendalikan epidemi. Badan ini,
yang mencakup beberapa agensi penyelidikan dan pemerintahan, dibentuk sesudah
krisis yang disebabkan oleh SARS. Sejak itu mereka melakukan berbagai langkah
persiapan dan peyelitikan untuk menanggapi kemungkinan epidemi.
"Persiapan dan langkah cepat sangat penting dalam tahap awal wabah. Di
Eropa dan Amerika Serikat, kita menyaksikan kurangnya persiapan dan lambatnya
tanggapan," Sebelum dipastikan terjadinya penularan antara manusia di
pertengahan Januari, Taiwan telah mulai memeriksa semua penumpang dari
Wuhan, tempat pertamakali wabah terjadi. Hong Kong mulai menerapkan deteksi
temperatur mulai tanggal 3 Januari dan menerapkan karantina 14 hari bagi turis
yang masuk wilayah mereka.
Setiap dokter diinstruksikan melaporkan semua pasien yang demam atau punya
masalah pernapasan akut serta sejarah bepergian ke Wuhan.
4. Jaga jarak
, ketika penularan pertama dilaporkan di sebuah komunitas, langkah
pencegahan sudah sulit diterapkan. Maka langkah berikutnya, seperti menjaga jarak
(social distancing), lebih efektif untuk mencegah pihak yang paling rentan terhadap
penularan. "Sekali ada penyakit ini di satu negara, langkah pencegahan tidak lagi
tepat. Anda harus mulai mengambil langkah yang tepat atau kehilangan
kemungkinan penghentian yang efektif terhadap wabah ini," kecepatan penerapan
instruksi untuk jaga jarak seperti di Hong Kong dan Taiwan adalah kunci untuk
mengurangi penularan. Hong Kong telah meminta orang dewasa untuk bekerja dari
rumah sejak akhir Januari serta menutup sekolah dan kumpul-kumpul.
Langkah ini ditiru di banyak negara, tapi menurut Johnson, kuncinya adalah
seberapa cepat keputusan itu dibuat. Singapura misalnya tak pernah menutup
sekolah karena adanya dampak ekonomi bagi keluarga yang punya anak kecil.
Strategi yang dilakukan, menurut koran The Straits Times adalah mengetes dan
mengawasi murid dan pengajar setiap harinya.
5. Mempromosikan gaya hidup higienis
Sejak wabah virus corona mulai dilaporkan terjadi di luar China, WHO
berkeras menyarankan untuk jaga jarak, mencuci tangan secara rutin dan gaya
hidup higienis guna mencegah penyebaran virus.
"Banyak negara di Asia yang belajar dari pengalaman SARS di tahun 2003.
Di sana juga ada kesadaran menjalankan hidup higienis tak hanya untuk
menghindar penyakit, tapi juga agar tak menulari orang lain. Sangat penting dalam
kasus ini," .
Di Taiwan, Singapura dan Hong Kong, banyak tersedia cairan anti bakter di
jalan. Pemakaian masker juga biasa dilakukan, bahkan sebelum wabah virus
corona. Pemerintah Taiwan mempromosikan cuci tangan lewat internet sembari
memperkuat mekanisme pembersihan jalan dan tempat-tempat umum.
"Ini satu faktor yang kadang terlupa di tengah langkah-langkah drastis yang
sedang diambil. Menurut saya langkah-langkah yang dilakukan oleh warga seperti
cuci tangan terbukti merupakan salah satu yang paling efektif
Meskipun hal ini terlihat mudah, dalam kenyataannya tidaklah sederhana. Sejauh
tidak ada kebijakan edukasi sosial yang tepat, keresahan dan kepanikan masyarakat
menengah ke bawah akan tetap berlangsung. Informasi tak terkendali tentang
covid-19 dan kegagalan persuasi memutus rantai persebaran, menjadi cermin tidak
adanya perubahan sikap dan perilaku. Bila hal ini berlanjut, dampak fungsional juga
tidak akan berjalan untuk edukasi bahaya covid-19. Selain itu, sifat komunal dan
pola mata pencarian kerap menegasi langkah terapan edukasi sosial.
Kebijakan edukasi sosial bahaya covid-19 harus disusun secara sistematis tanpa
menimbulkan keresahan dan kepanikan masyarakat. Tujuannya, menyiapkan
masyarakat menghadapi bahaya covid-19 secara cerdas dan bijak, selayaknya
edukasi tentang cara menghadapi bencana alam. Hanya dengan kebijakan edukasi
sosial inilah pengendalian covid-19 dapat dilakukan, mengingat proporsi potential
carrier terbesar ada pada masyarakat menengah ke bawah.
Perlu stimulus
Alih usaha sementara untuk memproduksi barang dan bahan makanan tentu
bukan hal yang sulit, jika industri nasional mengedepankan kepekaan terhadap
kebutuhan nyata masyarakat. Konsekuensinya, kebijakan meminta partisipasi dunia
industri ini perlu diiringi kebijakan lain yang mengarah pada stimulus ekonomi.
Artinya, stimulus ini harus dapat mengaktifkan kesegeraan dalam membantu
menghadapi covid-19, memberikan apresiasi untuk bantuan yang diberikan, dan
menjadi cara pemerintah melakukan payback terhadap pengorbanan dunia industri.
Kala berita tentang merebaknya sebuah virus baru dari Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Tiongkok, dilaporkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) pada 31 Desember 2019, hampir bisa dipastikan tidak seorang pun
mengira realitas dunia akan berubah total menjadi seperti ini. Bahkan saat WHO
mencatat kematian pertama akibat virus ini pada 11 Januari 2020, dunia
bergeming. Sebagian barangkali mengira kejadian ini hanya akan terjadi di
Wuhan, tidak di belahan lain dunia.
Dalam Keppres ini ada lima tugas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-
19.
Beberapa negara yang terkena dampak parah dari kasus Covid-19 telah
memberlakukan kebijakan lockdown (parsial maupun total) guna menurunkan
penularan virus ini. Sebut saja Inggris, Italia, China, Malaysia, Belgia, Belanda,
Argentina dan sebagainya. Lockdown –menurut kamus Bahasa Inggris- berarti
kuncian. Dalam konteks ini dapat pula kita artikan sebagai usaha untuk
mengunci penyebaran Covid-19 agar tidak menular kepada warga lain.
Kebijakan lockdown ini adalah sebuah kebijakan dalam keadaan darurat dan
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki otoritas tinggi dalam sebuah negara.
Dengan kata lain tidak bisa sembarangan dalam menetapkannya.
Upaya pemerintah.
Dalam Keppres ini ada lima tugas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-
19.
Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap
sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang
berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap
aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan
siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas.
Sama halnya dengan penanganan covid-19 ini maka Presiden Joko widodo
menunjuk kepala badan nasional penanggulangan bencana Doni Monardo sebagai
ketua pelaksana gugus tugas percepatan penanganan 2019-nCoV dengan tujuan
pembentukan ini agar mempercepat tugas penanganan 2019-nCoV melalui sinergi
antara kementrian Lembaga dan pemerintah daerah.
Gugus tugas akan langsung bertanggung jawab kepada presiden, dengan struktur :
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti
dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan
kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk
mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan
dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus
sehingga perlu dilakukan penyesuian.
Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan
kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi yang telah ditetapkan.
Menerbitkan surat edaran kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota,
Rumah Sakit Rujukan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dan Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan (BTKL), untuk meningkatkan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan dalam menghadapi kemungkinan masuknya penyakit ini.
Memberikan health alert card dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pada
penumpang.
Menunjuk sedikitnya 100 Rumah Sakit Rujukan yang sebelumnya dipakai pada
kasus flu burung dan menyiapkan 21 kapsul evakuasi (meja dorong isolasi pasien)
sebagai langkah pencegahan.
Penundaan seluruh penerbangan dari dan ke RRT yang berlaku mulai 5 Februari
2020 pukul 00.00 WIB. Pelarangan seluruh orang masuk dan transit ke Indonesia
apabila selama 14 hari terakhir berada di RRT. Pencabutan sementara bebas visa
dan visa on arrival untuk warga negara RRT. Penghentian sementara impor live
animal dari RRT.
Melakukan penjemputan sukarela: 237 WNI dan 1 WNA yang berada di Provinsi
Hubei pada tanggal 1 – 2 Februari 2020.
Sejak tanggal 2 Februari 2020, seluruh WNI bersama 5 tim aju dari KBRI Beijing
serta 42 anggota tim evakuasi menjalani observasi kesehatan selama 14 hari (masa
inkubasi virus) di Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad di Pulau Natuna.
Pada 15 Februari 2020, seluruh WNI beserta tim evakuasi telah menyelesaikan
masa karantina observasi kesehatan dan dinyatakan sehat, bebas dari virus corona.
dalam kata lain Langkah yang diambil oleh pemerintah saat ini adalah dengan
melakukan social distancing kepada masyarakat dimana kebijakan ini diharapkan
akan meminimalisir penyebaran virus ini.
Banyak sekali pihak yang menilai bahwa social distancing tidak begitu efektif untuk
mengatasi masalah saat ini. Akhirnya banyak sekali pihak yang menuntut
pemerintah untuk melakukan lockdown di Indonesia.
Kebijakan lain yang akhirnya diambil pemerintah yaitu dengan melakukan tes
massal atau rapid test untuk mencegah penyebaran virus covid-19 di Indonesia ,
dalam siaran langsung pada akun Youtube Sekretariat Presiden. Hal ini mendapat
sambutan baik dari masyarakat.
Selain itu Pak Joko Widodo juga siap untuk memesan 2 juta obat untuk covid-19
yang telah berhasil menyembuhkan beberapa pasien covid-19 dibeberapa negara.
Dalam keterangan pers di Istana Negara, Jum'at (20/03/2020), Jokowi menerangkan
bahwa obat yang dipesan merupakan dua jenis obat yang segera didistribusikan.
Dikutip dalam CNBC Indonesia, saat ini, ujar Iwantono, ada keluhan dari
masyarakat soal rumah sakit dan tenaga medis yang belum siap dalam menghadapi
penyebaran virus corona. Dia mengatakan, banyak orang ingin tes Covid-19, tetapi
tidak terlayani dengan baik, banyak rumah sakit yang tidak dapat melakukan.
4. CONTROLING
Kasus positif virus corona atau covid-19 di Indonesia terus meningkat hari demi
hari. Tercatat, hingga Senin (30/3/2020), terdapat 1.414 kasus dengan korban
meninggal sebanyka 122 orang.
1 . Penegertian Evaluasi
evaluasi adalah suatu proses identifikasi untuk mengukur/ menilai apakah suatu
kegiatan atau program yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau tujuan
yang ingin dicapai.
pada bagian ini kami telah menegevaluasi tentang penangan covid 19 oleh
pemerintah. Jadi menurut evaluasi yang kami ddapat kan mulai dari media masa artikel
maupun jurnal, Bahwa pemerintah sudah sangat berusaha untunk menangani kasus
pandemi virus corona ini. ). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan
pemerintah Indonesia terus melakukan evaluasi kebijakan penanganan virus korona
(covid-19) setiap harinya. Langkah ini dinilai dapat memberikan dampak maksimal
untuk melawan wabah virus tersebut. Menurutnya, kebijakan yang diambil
pemerintah sesuai dengan keunikan negara itu sendiri, termasuk kondisi demografi,
kebudayaan, dan ekonomi.
Sejak diumumkan kasus positif virus Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret
2020 lalu, pemerintah meningkatkan langkah-langkah dalam menangani pandemi
global dari Covid-19. Sebelum itu, pemerintah juga telah meningkatkan kesiagaan
banyak rumah sakit dan peralatan yang sesuai dengan standar internasional,
termasuk pada anggaran yang secara khusus dialokasikan bagi segala upaya
pencegahan dan penanganan. Dan Sejak awal Maret 2020, berbagai kebijakan telah
dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah. Mulai dari membatasi hubungan
sosial (social distancing), menghimbau untuk bekerja di rumah (work from
home) bagi sebagian besar Aparatur Sipil Negara (ASN), meniadakan kegiatan
ibadah, dan meminta masyarakat untuk tetap di rumah serta mengurangi aktivitas
ekonomi di luar rumah. Kebijakan tersebut bermaksud baik, namun dampak dari
kebijakan tersebut memiliki resiko tinggi, hingga akhir Maret 2020 kebijakan
pemerintah bukan hanya social distancing tapi dilanjutkan dengan Physical
Distancing, dan juga pemerintah telah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB).
"Kami telah kaji dan kombinasikan semua prediksi dan kami percaya
puncak dari pandemi di Indonesia ini akan mulai terjadi di antara awal Mei 2020
hingga sekitar awal Juni 2020. Kasus selama masa puncak ini kumulatif 95 ribu
kasus," kata Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19,
Wiku Adisasmito dalam konferensi pers secara virtual bersama Ketua Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo dan Menteri Luar Negeri Retno
Marsudi di Jakarta, Kamis (16/4). Wiku mengatakan prediksi itu datang dari
berbagai kajian yang dilakukan para ahli, dan lembaga ilmiah. Setelah masa puncak
di awal Juni, kenaikan jumlah kasus positif akan mulai melandai.
Periode Juni hingga Juli 2020, kata Wiku, jumlah kasus positif Covid-19 di
Indonesia mencapai 106 ribu kasus. Wiku mengemukakan pemerintah akan terus
berupaya untuk memutus rantai penularan virus Corona baru agar jumlah kasus
positif tidak mencapai angka yang diprediksikan.
"Bagaimanapun kita percaya angka ini bukan angka yang sudah rigid. Kami terus
menerapkan berbagai kebijakan agar jumlah kasus positif bisa lebih rendah dari
yang diproyeksikan,
Dalam keadaan darurat dan mendesak saat ini yang dikarenakan penyebaran
virus Covid-19 yang sangat cepat ini, masyarakat mungkin tidak dilibatkan dalam
penyusunan standar pelayanan terkait pembatasan pelayanan publik. Akan tetapi,
masyarakat masih mempunyai peran yang lain yaitu sebagaimana diatur dalam
Pasal 35 ayat (3) bahwa masyarakat adalah sebagai pengawas eksternal.
Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik itu dapat dilakukan oleh
pengawas internal dan eksternal, masyarakat yang merupakan pengawas eksternal
dapat melakukan tugas pengawasannya dengan melalui laporan atau pengaduan,
akan tetapi masyarakat tidak bisa menilai atau melakukan pengawasan secara penuh
terkait standar layanan, dikarenakan kondisi sekarang masih tidak normal.
Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat ini dilakukan dengan memastikan
apakah pembatasan pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara ini masih
memenuhi komponen-komponen dalam standar pelayanan, sesuai dengan yang
diatur dalam Pasal 21, serta masyarakat masih mendapatkan haknya sebagaimana
diatur juga dalam Pasal 18.
DAFTAR PUSTAKA
Afiah, S., Farida, A. S., & Muslim, J. Inovasi kebijakan publik tentang pencegahan
dan penanggulangan corona virus disease 19 (Covid-19) di Jawa
Barat. Digital Library UIN Sunan Gunung Djati.
Debataraja, C. L. B., & Krisnadi, I. Perancangan Prototype Sistem Monitoring
Komparasi Jarak Jauh Sensor Suhu Menggunakan Iot Selama Masa
Pandemik Covid-19 Di Indonesia.
Khaeruman, B., Nur, S., Mujiyo, M., & Rodliyana, D. (2020). Pandemi Covid-19
dan kondisi darurat: Kajian hadis tematik. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Nurhayati, T., & Aji, R. H. S. (2020). Emansipasi Melawan Pandemi Global: Bukti
Dari Indonesia. 'ADALAH, 4(1).
Purwanto, A. (2020). Studi Eksplorasi Dampak Work From Home (WFH)
Terhadap Kinerja Guru Selama Pandemi Covid-19. EduPsyCouns: Journal
of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 92-100.
Setiawan, Y. I. S. (2020). Penetapan Karantina Wilayah Menurut Pandangan Legal
Positivisme Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Pandemi
Coronavirus Disease (Covid)-19.
Susanto, A. R. I., Indradi, A. H., Arsyah, A. M., Mulyani, C. K., Athilla, K. D., Al
Faruq, M. H., ... & Aldebarant, N. R. R. Kajian Politik Hukum Pemerintah
dalam Penanganan Pandemi Covid-19.
WHO. 2020. Rational use of personal protective equipment for coronavirus disease
2019 (COVID-19).
WHO.int. (2020, 29 Maret). Modes of transmission of virus causing COVID-19:
implications for IPC precaution recommendations. Diakses pada 8 April 2020,
dari https://www.who.int/emergencies/diseases/novel- coronavirus-
2019/technical-guidance
WHO.int. (2020, 6 April). Rational use of personal protective equipment for
coronavirus disease (COVID-19) and considerations during severe shortages.
Diakses pada 8 April 2020, dari https://www.who.int/
emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-guidance.
Link :
https://amp-suara
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.suara.com/news/2020/03/31/100430/peneli
ti-ungkap-3-skenario-pengendalian-covid-19-apa-
saja?amp_js_v=a3&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=
15896990586142&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=
Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fwww.suara.com%2Fne
ws%2F2020%2F03%2F31%2F100430%2Fpeneliti-ungkap-3-skenario-
pengendalian-covid-19-apa-saja
https://www.suarasurabayanet.cdn.ampproject.org/v/s/www.suarasurabaya.net/kel
anakota/2020/dewan-pers-minta-insan-pers-ajak-stakeholders-tangani-covid-19
https://publika-co-
id.cdn.ampproject.org/v/s/publika.co.id/2020/04/13/wakapolda-sumut-
seluruh-stakeholder-harus-bersinergi-dalam-penanganan-covid-19
https://m.liputan6.com/bola/read/4214904/peran-relawan-dalam
penanganan-virus-corona-covid-19-di-indonesia
https://www.biem.co/read/2020/04/25/57863/astri-wulandari-stakeholder-
communication/
https://m.mediaindonesia.com/read/detail/290582-siaga-darurat-covid-19-
wiranto-panggil-stakeholder-terkait
https://mantaranewscom.cdn.ampproject.org/v/s/m.antaranews.com/amp/ber
ita/1390618/analisis-karantina-wilayah-perlu-pertimbangkan-anggaran-dan-
logistik?amp_js_v=a3&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#ao
h=15896719228601&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com
&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fwww.antaran
ews.com%2Fberita%2F1390618%2Fanalisis-karantina-wilayah-perlu-
pertimbangkan-anggaran-dan-logistik
https://kumparan.com/kumparannews/melihat-efektivitas-penerapan-psbb-
untuk-cegah-corona-1tF9fTxlVsH
https://amp.kompas.com/regional/read/2020/01/27/07024531/duduk-
perkara-gubernur-sumbar-sambut-kedatangan-150-turis-china-diprotes
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200122133429-269-
467622/takut-virus-korona-korea-utara-larang-turis-berkunjung
https://www.washingtonpost.com/newssearch/?query=china%20hopes%20t
o%20build%20a%20twmporaru%20hospital%20in%20wuhan%20in%20six
%20day&sort=Relevance&datefilter=All%20Since%202005
https://www.businessinsider.sg/?r=US&IR=T
https://www.scmp.com/topics/asia-
tech?gclid=CjwKCAjwwYP2BRBGEiwAkoBpAnrFb9Pha-
88K88_Yh97N2LCuUpaCYiezLTTRicw1-
AjKe4Hac7aaxoCsOoQAvD_BwE
https://www.sciencenews.org/
https://tirto.id/arti-psbb-yang-dibuat-untuk-cegah-penyebaran-corona-di-
indonesia-eMXT
https://bencana-kesehatan.net/index.php/72-full-page/3906-update-
manajemen-covid-19
https://www.nu.or.id/post/read/118863/strategi-penanggulangan-covid-19-
di-indonesia