2. Morionis A. Penu
3. Nilen N. Meyok
4. Regine M. E. N. Pandy
5. Risky H. Taopan
6. Semri A. Fanmey
7. Wisdom O. V. Po
FAKULTAS TEOLOGI
2020
1
1. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa. Pada masa ini, individu akan mengalami berbagai perubahan secara fisik dan
psikis. Perubahan fisik ditandai dengan berkembangnya kemampuan reproduksi, perubahan
hormon dan perubahan pada bentuk tubuh secara pesat sehingga mencapai bentuk tubuh
orang dewasa, sedangkan perubahan psikis ditandai dengan perubahan emosional dan
perkembangan cara berpikir remaja. Selain itu, perubahan yang terjadi tidak hanya
berlangsung dalam diri seorang remaja, namun berlangsung pula di luar dirinya yaitu
perubahan pada lingkungan sekitarnya, seperti cara bersikap orang-orang terdekat atau
masyarakat secara umum yang dirasakan oleh seorang remaja. Pada masa ini, individu
diharapkan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi tersebut.
Dalam Perubahan emosional Harlock menyebut masa remaja sebagai periode strom and
stress yaitu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik
dan kelenjar. Meningginya emosi pada remaja dapat terjadi sebagai dampak dari kondisi
sosial sebagai reaksi atas perubahan-perubahan yang secara langsung maupun tidak
langsung sedang terjadi pada diri remaja. Disamping itu, perubahan emosional yang terjadi
pada remaja sangat mempengaruhi pola perilakunya. Pada masa ini, individu akan
memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain.
Pada usia remaja yang berkisar antara 13-18 tahun, Harlock menyebutkan beberapa ciri
tertentu yang dimiliki seseorang pada masa ini. Selain menjadi masa peralihan, rentang usia
ini adalah rentang usia bagi seseorang untuk mencari identitas diri yang justru cenderung
membuat masa ini akan menjadi masa yang tidak realistis, masa yang menimbulkan
ketakutan-ketakutan, sehingga masa remaja sering disebut sebagai masa usia bermasalah.
Menurut Kartono kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang jahat atau gejala sosial
pada anak-anak muda yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Kartono memandang bahwa
kenakalan remaja ini berlangsung karena kurangnya perhatian dari lingkungan sekitar,
2
karena pengaruh sosial dan kultular memainkan peranan yang besar dalam membentuk atau
mengkondisikan tingkah laku kriminal anak-anak remaja.
Kenakalan remaja adalah bagian yang sulit terpisahkan dari kehidupan remaja.
Kenakalan remaja adalah suatu bentuk kegiatan yang jahat atau perilaku-perilaku yang
menyimpang dari norma dan aturan yang ada, yang dilakukan oleh anak-anak usia remaja
sebagai bentuk pengabdian sosial dan karena kurangnya perhatian dari lingkungan
sosialnya. Harlock menyatakan bahwa kenakalan remaja bersumber dari moral yang sudah
berbahaya dan beresiko, yang biasanya disebabkan oleh karena keadaan keluarga yang
terlalu sibuk, keluarga yang retak, keluarga yang single parents, atau kewibawaan sekolah
dalam mendidik siswanya yang tidak mampu menangani masalah moral.
Dalam kehidupan sosial, seringkali kita menemukan bahwa masyarakat saat ini baik
sadar maupun tidak sadar sedang memupuk kriminalitas, yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan di lingkungan sosial tersebut, tanpa
terkecuali pada kehidupan remaja. Apalagi pada masa remaja, individu cenderung mulai
memiliki hubungan pergaulan yang lebih luas dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Dalam pergaulan remaja masa kini, akan mudah didapati berlangsungnya fenomena
konformitas. Konformitas adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok (teman
sebaya,dsb) terhadap anggotanya yang memiliki pengaruh yang kuat dan dapat
menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada anggota kelompok tersebut (zebua
3
dan Nurdjayani, 2001). Konformitas terjadi pada saat seseorang melakukan pengubahan
terhadap perilaku yang ada dalam dirinya agar sesuai dengan harapan yang diimajinasikan
kelompok. Konformitas pada remaja dapat berupa postif maupun negatif. Perilaku
kenakalan remaja sangat rentan terjadi akibat konformitas teman sebayanya. Seorang
remaja merokok karena berada dalam lingkungan pergaulan yang suka merokok.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riska Timur Ninditya Sari dengan judul
“Hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja SMK
AI-ISLAM SURAKARTA”, ditemukan hasil bahwa tidak ada hubungan yang
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja akibat konformitas teman sebaya.
Berdasarkan fenomena masalah tersebut, kami tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Konformitas pada remaja dalam perilaku merokok di lingkungan RT 15, RW 05
Kelurahan Bakunase II”.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Metode Peneltian
a. Metode Peneltian
4
Metode yang digunakan adalah kualitatif yang berguna untuk memahami fenomena
konformitas terhadap perilaku merorok pada remaja di lingkungan RT 15, RW 05
Kelurahan Bakunase II.
b. Jenis Penelitian
5
Secara khusus, penelitian studi kasus memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan
dengan jenis penelitian kualitatif yang lain. Kekhususan penelitian studi kasus adalah
pada cara pandang penelitinya terhadap obyek yang diteliti. Dari cara pandang yang
berbeda ini, menimbulkan kebutuhan metode penelitian yang khusus, yang berbeda
dengan jenis penelitian kualitatif yang lain.3
3
Sry Wahyuningsih, Metode Penelitian Studi Kasus, Madura: UTM Press, 2013, hal 29.
6
Daftar Pustaka
Helaluddin. Wijaya, Hengki. 2019. Analisis Data Kualitatif. Makasar: Sekolah Tinggi
Theologya Jaffray.
Wahyuningsih, Sri. 2013. Metode Penelitian Studi Kasus. Madura: UTM Press.