Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN

“Konformitas pada remaja dalam perilaku merokok di lingkungan

RT 15-RW 05 Kelurahan Bakunase II”

Kelompok 3 : 1. Lidya K. Bana

2. Morionis A. Penu

3. Nilen N. Meyok

4. Regine M. E. N. Pandy

5. Risky H. Taopan

6. Semri A. Fanmey

7. Wisdom O. V. Po

Sem/ Kelas : IV/B

Dosen : Pdt. Arly De Haan, M.Si

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA KUPANG

2020

1
1. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa. Pada masa ini, individu akan mengalami berbagai perubahan secara fisik dan
psikis. Perubahan fisik ditandai dengan berkembangnya kemampuan reproduksi, perubahan
hormon dan perubahan pada bentuk tubuh secara pesat sehingga mencapai bentuk tubuh
orang dewasa, sedangkan perubahan psikis ditandai dengan perubahan emosional dan
perkembangan cara berpikir remaja. Selain itu, perubahan yang terjadi tidak hanya
berlangsung dalam diri seorang remaja, namun berlangsung pula di luar dirinya yaitu
perubahan pada lingkungan sekitarnya, seperti cara bersikap orang-orang terdekat atau
masyarakat secara umum yang dirasakan oleh seorang remaja. Pada masa ini, individu
diharapkan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi tersebut.

Dalam Perubahan emosional Harlock menyebut masa remaja sebagai periode strom and
stress yaitu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik
dan kelenjar. Meningginya emosi pada remaja dapat terjadi sebagai dampak dari kondisi
sosial sebagai reaksi atas perubahan-perubahan yang secara langsung maupun tidak
langsung sedang terjadi pada diri remaja. Disamping itu, perubahan emosional yang terjadi
pada remaja sangat mempengaruhi pola perilakunya. Pada masa ini, individu akan
memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain.

Pada usia remaja yang berkisar antara 13-18 tahun, Harlock menyebutkan beberapa ciri
tertentu yang dimiliki seseorang pada masa ini. Selain menjadi masa peralihan, rentang usia
ini adalah rentang usia bagi seseorang untuk mencari identitas diri yang justru cenderung
membuat masa ini akan menjadi masa yang tidak realistis, masa yang menimbulkan
ketakutan-ketakutan, sehingga masa remaja sering disebut sebagai masa usia bermasalah.

Menurut Kartono kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang jahat atau gejala sosial
pada anak-anak muda yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Kartono memandang bahwa
kenakalan remaja ini berlangsung karena kurangnya perhatian dari lingkungan sekitar,

2
karena pengaruh sosial dan kultular memainkan peranan yang besar dalam membentuk atau
mengkondisikan tingkah laku kriminal anak-anak remaja.

Kenakalan remaja adalah bagian yang sulit terpisahkan dari kehidupan remaja.
Kenakalan remaja adalah suatu bentuk kegiatan yang jahat atau perilaku-perilaku yang
menyimpang dari norma dan aturan yang ada, yang dilakukan oleh anak-anak usia remaja
sebagai bentuk pengabdian sosial dan karena kurangnya perhatian dari lingkungan
sosialnya. Harlock menyatakan bahwa kenakalan remaja bersumber dari moral yang sudah
berbahaya dan beresiko, yang biasanya disebabkan oleh karena keadaan keluarga yang
terlalu sibuk, keluarga yang retak, keluarga yang single parents, atau kewibawaan sekolah
dalam mendidik siswanya yang tidak mampu menangani masalah moral.

Berdasarkan teorinya, Harlock menyebutkan faktor-faktor penyebab kenakalan remaja.


Menurut teori biologis, tingkah laku kenakalan pada remaja terjadi karena munculnya
faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmaniah melalui kombinasi gen tertentu. Menurut
teori psikogenesis, kenakalan remaja merupakan bentuk penyelesaian atau kompensasi
dalam masalah psikologis dan konflik batin dalam menanggapi rangsangan eksternal atau
sosial. Menurut teori sosiogenesis, penyebab perilaku kenakalan pada remaja adalah murni
sosiologis atau psikologis sifatnya. Menurut teori subkultular, sumber kenakalan remaja
adalah sifat-sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya yang khas dari lingkungan
keluarga.

Dalam kehidupan sosial, seringkali kita menemukan bahwa masyarakat saat ini baik
sadar maupun tidak sadar sedang memupuk kriminalitas, yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan di lingkungan sosial tersebut, tanpa
terkecuali pada kehidupan remaja. Apalagi pada masa remaja, individu cenderung mulai
memiliki hubungan pergaulan yang lebih luas dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Dalam pergaulan remaja masa kini, akan mudah didapati berlangsungnya fenomena
konformitas. Konformitas adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok (teman
sebaya,dsb) terhadap anggotanya yang memiliki pengaruh yang kuat dan dapat
menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada anggota kelompok tersebut (zebua

3
dan Nurdjayani, 2001). Konformitas terjadi pada saat seseorang melakukan pengubahan
terhadap perilaku yang ada dalam dirinya agar sesuai dengan harapan yang diimajinasikan
kelompok. Konformitas pada remaja dapat berupa postif maupun negatif. Perilaku
kenakalan remaja sangat rentan terjadi akibat konformitas teman sebayanya. Seorang
remaja merokok karena berada dalam lingkungan pergaulan yang suka merokok.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riska Timur Ninditya Sari dengan judul
“Hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja SMK
AI-ISLAM SURAKARTA”, ditemukan hasil bahwa tidak ada hubungan yang
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja akibat konformitas teman sebaya.

Berdasarkan pengamatan dalam kehidupan di lingkungan sosial masyarakat RT 15, RW


05 Kelurahan Bakunase II, tidak sedikit kami menemukan anak-anak remaja yang terlibat
dalam pergaulan yang membuat mereka termasuk dalam kelompok perokok, padahal di
dalam lingkungan rumah dan sekolah mereka tidak merokok. Hal ini membuktikan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi perilaku remaja, bahkan terhadap pelajaran-
pelajaran moral yang telah mereka terima di rumah atau di sekolah.

Berdasarkan fenomena masalah tersebut, kami tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Konformitas pada remaja dalam perilaku merokok di lingkungan RT 15, RW 05
Kelurahan Bakunase II”.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana fenomena konformitas terhadap perilaku merokok pada remaja di RT 15,


RW O5 Kelurahan Bakunase II?

3. Tujuan Penelitian

Mengetahui fenomena Konformitas pada remaja lingkungan RT 15, RW 05 Kelurahan


Bakunase II terhadap perilaku merokok.

4. Metode Peneltian
a. Metode Peneltian

4
Metode yang digunakan adalah kualitatif yang berguna untuk memahami fenomena
konformitas terhadap perilaku merorok pada remaja di lingkungan RT 15, RW 05
Kelurahan Bakunase II.

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan penelitian studi kasus sebagai penelitian yang


menuntut peneliti untuk menelusuri secara mendalam sebuah program, kejadian,
aktivitas, proses, atau satu atau lebih individu. Untuk menyelidiki fenomena kehidupan
saat ini dengan menguraikan konteks dari kondisi atau kejadian individu terbatas dan
hubungan keduanya. Studi kasus merupakan jenis penelitian yang memungkinkan
peneliti untuk menguji data secara dekat dalam konteks yang spesifik. Pada mayoritas
kasus, studi kasus memilih dan menentukan area geografi yang kecil atau subjek
individu yang dibatasi sebagai subjek penelitiannya. Intinya, studi kasus pada dasarnya
bertujuan untuk mengeksplorasi dan menginvestigasi fenomena kehidupan nyata
kontemporer (saat ini) melalui analisis konteks dari kondisi atau kejadian individu
terbatas dan hubungan keduanya. Menurut Denscombe (2013) Studi kasus penelitian
kualitatif terfokus pada proses dan pengalaman yang spesifik, relasi antar-manusia, dan
perhatian pada kejadian-kejadian khusus dan cocok serta efektif untuk penelitian dengan
fokus yang terbatas. Studi ini menggali makna yang mendalam atas peristiwa atau proses
yang diteliti. Sebagai konsekuensinya, studi kasus memanfaatkan banyak sumber,
metode dan memadukan berbagai metode mulai dari wawancara, pengamatan atau
observasi, focus group discussion,dan kuesioner terkait dengan latar belakang dosen dan
mahasiswa. Peneliti juga menggunakan banyak sumber, misalnya dari dosen-dosen,
mahasiswa, dekan, petinggi kampus, sekolah, dan lain-lain.1 Studi kasus juga hendak
mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dan melibatkan pengumpulan
beraneka sumber informasi. Metode penelitian ini baik digunakan untuk mencari
jawaban atas suatu masalah atau kasus. Juga metode ini baik untuk menemukan ide-ide
baru untuk menanggapi suatu kasus tertentu yang sedang terjadi atau yang akan terjadi.2
1
Helaluddin, Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif, Makasar: Sekolah Tinggi Theologya Jaffray, 2019,
hal 38- 40
2
Dr. J.R. Raco, M.E., M.Sc, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Grasindo, 2010, hal. 49,52.

5
Secara khusus, penelitian studi kasus memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan
dengan jenis penelitian kualitatif yang lain. Kekhususan penelitian studi kasus adalah
pada cara pandang penelitinya terhadap obyek yang diteliti. Dari cara pandang yang
berbeda ini, menimbulkan kebutuhan metode penelitian yang khusus, yang berbeda
dengan jenis penelitian kualitatif yang lain.3

c. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu data primer. Data primer merupakan
data yang diperoleh langsung di lapangan.
d. Lokasi Pengumpulan Data
Kehidupan pergaulan remaja di wilayah RT 15, RW 05 Kelurahan Bakunase II.
e. Objek Penelitian
Remaja yang merokok dalam pergaulan di wilayah RT 15, RW 05 Kelurahan
Bakunase II.

3
Sry Wahyuningsih, Metode Penelitian Studi Kasus, Madura: UTM Press, 2013, hal 29.

6
Daftar Pustaka

Helaluddin. Wijaya, Hengki. 2019. Analisis Data Kualitatif. Makasar: Sekolah Tinggi
Theologya Jaffray.

Raco, J.R. 2010. Metode penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo.

Wahyuningsih, Sri. 2013. Metode Penelitian Studi Kasus. Madura: UTM Press.

Anda mungkin juga menyukai