Anda di halaman 1dari 3

Mati serebral atau mati kortikal adalah kondisi kerusakan berat pada serebrum (otak

besar), namun batang otak tidak mengalami gangguan. Pasien masih dapat bernapas dengan
spontan, dan fungsi-fungsi vegetatif lainnya masih baik; karena itu mati serebral ini
menyebabkan seseorang berada dalam vegetative state. Fungsi biologisnya sebagai manusia
masih baik, namun otaknya secara umum tidak berfungsi lagi. Vegetative state yang
berlangsung selama 3 bulan atau lebih dianggap persisten (persistent vegetative state).
Seseorang dengan persistent vegetative state sangat mungkin untuk sadar apabila sebelumnya
ia mengalami koma, namun peluang pemulihan fungsi otaknya seperti sediakala sangat kecil.

brain death (menurut American Academy of Neurology) adalah hilangnya seluruh


fungsi otak dan batang otak secara ireversibel, tanpa diikuti dengan hilangnya fungsi sirkulasi
jantung. Dengan kata lain fungsi jantungnya dan paru-parunya masih baik-baik saja. Kondisi
ini sama dengan mati batang otak; di mana  masalah utamanya adalah pusat pernapasan di
batang otak ikut mengalami kerusakan. Orang seperti ini dapat terus hidup dengan mesin
ventilator, untuk menggantikan fungsi pernapasannya. Jika mesin ventilator dicabut, otomatis
paru gagal bernapas dan jantung perlahan-lahan akan gagal berfungsi, sehingga orang itu
akan meninggal. Di Indonesia, mati batang otak sudah cukup membuat seseorang dapat
dikatakan meninggal.
Adapun refleks batang otak ada tujuh macam. Jika ketujuh-tujuhnya tidak ada, berarti
seseorang telah mengalami mati batang otak. Pemeriksaan refleks ini menilai berbagai hal,
mulai dari fungsi saraf yang berpusat di batang otak, refleks pernapasan spontan, sampai
refleks terhadap rangsang nyeri.
Refleks cahaya, pupil tidak mengecil dengan penyinaran (midriasis dan
menetap)
Refleks nyeri pada kornea, tidak ada kedipan
Refleks okulosefalik tidak ada. Dengan gerakan kepala, bola mata bergerak ke
arah yang sama dengan arah gerakan.
Refleks kalorik. Aliran air dingin ke dalam telinga tidak diikuti deviasi atau
pergeseran bola mata.
Refleks mandibula negatif. Penekanan kuat pada sudut rahang mulut tidak
diikuti respons nyeri.
Refleks sentuhan pada faring negatif.
Refleks batuk pada perangsangan bronkus negatif.

Anda mungkin juga menyukai