Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Sindrom cushing adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis akibat peningkatan kadar

glukokortikoid dalam darah.1 Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia termasuk bayi dan

anak, namun sangat jarang muncul kasus pada bayi dan anak. Ditemukan insiden dari

sindrom cushing sebanyak 1/250.000 kasus dengan penyebaran tempat kejadian yang tidak

spesifik.2

Penyebab terbanyak sindrom Cushing pada anak adalah disebabkan oleh iatrogenik.

Hal ini terjadi karena pemberian preparat glukokortikoid yang digunakan dalam pengobatan

nonendokrin termasuk paru, autoimun, dermatologi, hematologi dan penyakit keganasan.

Insidens sindrom Cushing sekitar 2 sampai 5 kasus per satu juta per tahun. Penyebab

paling umum sindrom cushing adalah adenoma hipofise dan penyebab tersering sindrom

cushing pada bayi dan balita adalah tumor adrenal.3

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Sindrom Cushing adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis akibat peningkatan kadar

glukokortikoid (kortikoid) dalam darah.1 Sindrom cushing ditemukan pada tahun 1912 oleh

Dr Harvey Williams Cushing.2 Sindrom cushing dapat disebabkan oleh adenoma hipofisis,

tumor adrenokortikal, hiperplasia adrenal nodular dan iatrogenik. Sindrom cushing dapat

terjadi pada semua usia termasuk anak dan bayi walaupun tidak sering ditemukan.1

II. 2 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Adrenal

Terdapat dua kelenjar adrenal. Masing-masing kelenjar adrenal mempunyai berat

sekitar 4 gram. Terletak pada superior ginjal. Tiap kelenjar terdiri dari dua bagian yang

berbeda yaitu medulla adrenal dan korteks adrenal. Medulla adrenal memiliki fungsi yang

berkaitan dengan hormon epinefrin dan norepinefrin sebagai respons terhadap rangsangan

simpatis. Korteks adrenal mensekresi kelompok hormon yang berbeda yaitu kortikosteroid.

Hormon ini seluruhnya disinteis dari kolesterol steroid.3

Terdapat dua jenis hormon adrenokortikosteroid yang utama yaitu mineralkortikoid

dan glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal. Selain itu, korteks adrenal juga

mensekresi hormon androgen. Pada keadaan normal hormon-hormon tersebut hanya sedikit

bermakna.

2
Gambar 1. Anatomi Kelenjar Adrenal

II.3 Klasifikasi dan Etiologi

Sindrom cushing dibagi menjadi dua berdasarkan pengaruh hormon

adrenokortikotropin, yaitu dependen ACTH (ACTH-dependent) dan independen ACTH

(ACTH-independent).2

Pada sindrom cushing dependen ACTH, hipersekresi glukokortikoid dibabkan oleh

terjadinya hipersekresi ACTH. Hipersekresi ACTH dapat menimbulkan hiperplasia zona

fasikulata dan zona retikularis korteks adrenal, sehingga terjadi hipersekresi glukokortikoid

dan androgen yang mengakibatkan terjadi peningkatan kadar hormon adrenokortikotropin

dan kadar glukokortikoid dalam darah.1,3 Dependen ACTH terdiri dari Adenoma hipofisis

dan sindrom ACTH ektopik.

Pada sindrom cushing independen ACTH, penyebab dari sindrom cushing bukan

akibat dari hipersekresi gukokortikoid. Namun pada independen ACTH ditemukan

peningkatan kadar glukokortikoid dan penurunan kadar ACTH akibat adanya penekanan.

Yang termasuk dalam independen ACTH adalah tumor adrenokortikal, hiperplasia adrenal

nodular, dan iatrogenik.

3
Dependen ACTH Independen ACTH
Adenoma Hipofisis Tumor Adrenokortikal
Hiperplasia Adrenal Nobular
Sindrom ACTH Ektopik Iatrogenik

II.4 Patofisiologi

Tabel 1. Klasifikasi Sindrom Cushing

Keadaan hiperglukokortikoid di dalam hati dapat meningkatkan enzim

glukoneogenesis dan aminotransferase. Asam amino yang dihasilkan dari katabolisme

protein diubah menjadi glukosa dan menyebabkan hiperglikemia serta penurunan

pemakaian glukosa perifer yang akhirnya akan menyebabkan diabetes resisten terhadap

insulin. Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap sel-sel lemak adalah meningkatkan enzim

lipolysis sehingga terjadi hyperlipidemia dan hiperkolesterolemia.1

Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap tulang menyebabkan peningkatan resopsi

matriks protein, penurunan adsorpsi kalsium dari usus dan peningkatan ekskresi kalsium

dari ginjal. Akibat yang terjadi adalah hipokalsemia, osteomalasia, dan retardasi

pertumbuhan. Peningkatan ekskresi kalsium dari ginjal bisa menyebabkan urolitiasis.1

Hiperglukokortikoid juga dapat menimbulkan gangguan emosi, insomnia, dan

euphoria. Pada sindrom cushing, hipersekresi glukokortikoid sering disertai peningkatan

sekresi androgen adrenal sehingga dapat ditemukan gejala dan tanda klinis berupa

hipersekresi androgen seperti hirsutisme, pubertas prekoks, dan timbul jerawat.1

II.5 Gambaran Klinis

4
Gambaran klinis pada pasien sindrom cushing dapat muncul secara tiba-tiba dan

perlahan-lahan, sering kali gejala muncul 1 – 2 tahun sebelum diagnosis ditegakkan. 1,5

Gejala yang muncul pada bayi biasanya tampak lebih berat dibandingkan dengan anak.

Gambaran yang sering muncul pada pasien berupa kulit yang tipis, kemerahan, dan atrofi

otot proksimal serta muncul garis-garis berwarna ungu atau striae pada abdomen, paha,

bokong dan lengan atas.1,5 Namun pada pasien dengan sindrom cushing juga dapat

ditemukan obesitas dan distribusi lemak sentripetal yang ditandai dengan bentuk wajah

yang bulat, dagu ganda dan terdapat penumpukan lemak di area sekitar leher dan bahu

(buffalo hump).

Selain itu dapat juga ditemukan hirsutisme, tumbuh jerawat, virilisasi pada anak

perempuan, dan pseudopubertas pada anak laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh sekresi

androgen adrenal yang berlebihan. Pada anak dengan sindrom cushing yang disebabkan

oleh tumor adrenokortikal dapat muncul tanda berupa pertumbuhan tinggi badan yang lebih

cepat.

Tabel 2. Tanda dan Gejala Sindrom Cushing


Sumber: Journal of the American Academy of Pediatrics

5
Gambar 3. (A) Gambaran wajah bulat dan dagu ganda, (B&C) Gambaran striae pada lengan
atas dan abdomen, (D) Buffalo hump

II.6 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis dan menentukan penyebab sindrom cushing diperlukan

anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Terdapat tiga macam

pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan, yaitu:

1. Pemeriksaan tes supresi adrenal (tes supresi deksametason dosis rendah)

Terdapat dua tes yang digunakan, yaitu:

 Pertama, diberikan deksametason 1mg untuk semalam. Diberikan pada

pukul 11 pagi dan dihitung kadar serum pada pukul 9 pagi keesokan

harinya.2

 Kedua, diberikan deksametason 0,5mg pada pukul 09:00, pukul 15:00,

pukul 21:00, dan pukul 03:00, lalu kadar serum kortisol diukur pada pukul

09:00 pagi.2

2. Pemeriksaan kadar kortisol plasma

6
Dalam keadaan normal kadar kortisol plasma sesuai dengan irama sirkardian

yaitu pada pagi hari kadar kortisol plasma mencapai 5-25 Uq/dL (140-160mmol/L)

dan pada malam hari turun menjadi kurang dari 50%. Bila pada malam hari

kadarnya tidak menurun atau tetap berarti irama sirkardian sudah tidak ada sehingga

diagnosa sindrom cushing dapat ditegakkan. Kelemahan pada pemeriksaan ini

adalah pemeriksaan kadar kortisol plasma tidak dapat dilakukan pada anak dengan

usia dibawah 3 tahun, karena pada usia tersebut irama sirkardian belum dapat

ditentukan.1

3. Pemeriksaan kadar koertisol bebas urin 24 jam

Pada sindrom cushing kadar kortisol bebas dan 17-hidroksikortikosteroid

dalam urin 24 jam meningkat.1

Selanjutnya untuk mengetahui penyebab dari sindrom cushing dapat dilakukan

pengukuran plasma ACTH. Untuk menghindari hasil yang salah, sampel harus di

sentrifugasi. Apabila didapatkan plasma ACTH <5 pg/ml, digolongkan menjadi independen

ACTH. Selanjutnya harus dilakukan pemeriksaan radiologi berupa CT-scan atau Magnetic

Resonance Imaging (MRI). Apabila kada plasma ACTH >15pg/ml, digolongkan menjadi

sindrom cushing dependen ACTH.2,5

7
Gambar 4. Diagnosis Sindrom Cushing
Sumber: Journal Diagnosis and Clinical Genetics of Cushing Syndrome in Pediatrics

II.7 Tatalaksana

Tujuan tatalaksana sindrom cushing adalah mengendalikan hipersekresi hormon

adrenokortikotropik (ACTH). Tatalaksana yang dapat dilakukan berupa tindakan bedah,

radiasi, dan pemberian obat-obatan. Tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah reseksi

8
tumor transsphenoid. Namun pembedahan memiliki resiko yang tinggi terhadap pasien. 4

Tatalaksana berikutnya berupa radiasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan seperti

radiasi konvensional, gamma knife radiosurgery, dan implantasi radioaktif dalam sela

tursika.1 Tetapi terdapat kerugian dalam tatalaksana dengan radioterapi yaitu kerusakan sel-

sel yang mensekresi hormon pertumbuhan. Tatalaksana selanjutnya berupa obat-obatan

yang digunakan untuk mengendalikan sekresi ACTH seperti siproheptadin, obat-obatan

yang digunakan untuk menghambat sekresi glukokortikoid adrenal seperti ketokonazol,

metirapon, dan aminoglutetimid.1

9
BAB III

PENUTUP

Sindrom Cushing adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis akibat peningkatan kadar

glukokortikoid (kortikoid) dalam darah. Sindrom cushing dibagi menjadi dua berdasarkan

pengaruh hormon adrenokortikotropin, yaitu dependen ACTH (ACTH-dependent) dan

independen ACTH (ACTH-independent).

Pada sindrom cushing dependen ACTH, hipersekresi glukokortikoid dibabkan oleh

terjadinya hipersekresi ACTH. Hipersekresi ACTH dapat menimbulkan hiperplasia zona

fasikulata dan zona retikularis korteks adrenal, sehingga terjadi hipersekresi glukokortikoid

dan androgen yang mengakibatkan terjadi peningkatan kadar hormon adrenokortikotropin

dan kadar glukokortikoid dalam darah. Pada sindrom cushing independen ACTH, penyebab

dari sindrom cushing bukan akibat dari hipersekresi gukokortikoid. Namun pada

independen ACTH ditemukan peningkatan kadar glukokortikoid dan penurunan kadar

ACTH akibat adanya penekanan.

Gambaran klinis pada pasien sindrom cushing dapat muncul secara tiba-tiba dan

perlahan-lahan, sering kali gejala muncul 1 – 2 tahun sebelum diagnosis ditegakkan.

Gambaran yang sering muncul pada pasien berupa kulit yang tipis, kemerahan, dan atrofi

otot proksimal serta muncul garis-garis berwarna ungu atau striae pada abdomen, paha,

bokong dan lengan atas. dapat ditemukan obesitas dan distribusi lemak sentripetal yang

ditandai dengan bentuk wajah yang bulat, dagu ganda dan terdapat penumpukan lemak di

area sekitar leher dan bahu (buffalo hump).

Terdapat tiga macam pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk

mendiagnosis pasien. Tujuan tatalaksana sindrom cushing adalah mengendalikan

10
hipersekresi hormon adrenokortikotropik (ACTH). Tatalaksana yang dapat dilakukan

berupa tindakan bedah, radiasi, dan pemberian obat-obatan.

BAB III

PENUTUP

Sindrom Cushing adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis akibat peningkatan kadar

glukokortikoid (kortikoid) dalam darah. Sindrom cushing dibagi menjadi dua berdasarkan

pengaruh hormon adrenokortikotropin, yaitu dependen ACTH (ACTH-dependent) dan

independen ACTH (ACTH-independent).

Pada sindrom cushing dependen ACTH, hipersekresi glukokortikoid dibabkan oleh

terjadinya hipersekresi ACTH. Hipersekresi ACTH dapat menimbulkan hiperplasia zona

fasikulata dan zona retikularis korteks adrenal, sehingga terjadi hipersekresi glukokortikoid

dan androgen yang mengakibatkan terjadi peningkatan kadar hormon adrenokortikotropin

dan kadar glukokortikoid dalam darah. Pada sindrom cushing independen ACTH, penyebab

dari sindrom cushing bukan akibat dari hipersekresi gukokortikoid. Namun pada

independen ACTH ditemukan peningkatan kadar glukokortikoid dan penurunan kadar

ACTH akibat adanya penekanan.

Gambaran klinis pada pasien sindrom cushing dapat muncul secara tiba-tiba dan

perlahan-lahan, sering kali gejala muncul 1 – 2 tahun sebelum diagnosis ditegakkan.

Gambaran yang sering muncul pada pasien berupa kulit yang tipis, kemerahan, dan atrofi

otot proksimal serta muncul garis-garis berwarna ungu atau striae pada abdomen, paha,

bokong dan lengan atas. dapat ditemukan obesitas dan distribusi lemak sentripetal yang

ditandai dengan bentuk wajah yang bulat, dagu ganda dan terdapat penumpukan lemak di

area sekitar leher dan bahu (buffalo hump).

Terdapat tiga macam pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk

mendiagnosis pasien. Tujuan tatalaksana sindrom cushing adalah mengendalikan

11
hipersekresi hormon adrenokortikotropik (ACTH). Tatalaksana yang dapat dilakukan

berupa tindakan bedah, radiasi, dan pemberian obat-obatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Batubara,Jose RL, Tridjaja,Bambang, Pulungan,Aman B. Buku Ajar Endokrinologi

Anak Edisi I. Cetakan Kedua. 2010. Jakarta:Badan Penerbit IDAI. Hal.278-284

2. Guyton,Arthur C., Hall,John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. 2007.

Jakarta:EGC. Hal.992-993.

3. Klein,Jason et al. Cushing Syndrome. American Academy of Pediatrics Vol.35

No.9. 2014. Hal.405-407 (diunduh pada tanggal 11 Agustus 2017)

4. Daniel,Eleni, Newell-Price,John, Pituitary Disorders: Cushing’s Syndrome, Journal

Medicine Vol.45(8). 2017:Elsevier Ltd. Hal.475-479 (diunduh pada tanggal 11

Agustus 2017).

5. Stratakis,Constatine A. Diagnosis and Clinical Genetics of Cushing Syndrome in

Pediatrics. Endocrinol Metab Clin N. 2016. Elsevier Inc. Hal 312-328 (diunduh pada

tanggal 11 Agustus 2017).

6. Lacroix,Andre et al. Cushing’s Syndrome. Lanset Vol.386. 2015. Lanset. Hal. 913-

923 (diunduh pada tanggal 11 Agustus 2017).

12

Anda mungkin juga menyukai