Anda di halaman 1dari 13

1.1.

8 Sistem Sirkulasi

Jantung buaya terdapat pada bagian anteroventral dari toraks, terdiri dari satu sinus venosus kecil,
dua serambi dan dua bilik. Pada buaya kedua bilik terpisah dengan sempurna, tetapi tidak demikian
pada hewan Reptilia lainnya. Darah dari vena mengalir dengan arah sebagai berikut:

1) Sinus venosus

2) Serambi kanan

3) Bilik kanan

4) Arteri pulmonary ke setiap lobus paru-paru

5) Vena pulmonary dari paru-paru

6) Serambi kiri

7) Bilik kiri

Selanjutnya darah keluar dari jantung melalui sepasang pembuluh aorta yang melewati dorsal
esofagus, pembuluh bagian bawah bercabang menjadi dua arteri carotid yang menuju leher dan
kepala, sedangkan pembuluh aorta satunya berlanjut ke kiri depan. Kedua pembuluh aorta
bergabung di bagian dorsal sebagai aorta dorsal dan bercabang ke berbagai organ di dalam rongga
badan dan ke kaki belakang serta ekor.

Darah kotor mengalir dari :

1) Vena cava anterior di setiap sisi kepala

2) Vena cava posterior yang mengumpulkan darah dari ginjal dan organ reproduksi
3) Vena porta hepatica mengumpulkan darah dari saluran pencernaan yang ke kapiler di hati
dan berperan sebagai vena hepatica yang pendek

4) Vena epigastrik yang terdapat di setiap sisi rongga perut, mengumpulkan darah dari kaki
belakang, ekor dan tubuh. Keempat vena mengalirkan darah ke sinus venosus.

1.1.9 Sistem Respirasi

Udara masuk ke lubang hidung, melewati bagian atas langit-langit keras menuju rongga hidung yang
terdapat di bawah velum, melewati glottis pada faring yang terletak di belakang lidah. Glottis terdiri
dari tiga tulang katilago dan pita suara, dan selanjutnya terhubung ke trakea yang berupa cicin
kartilago. Trakea memanjang ke bagian depan toraks, selanjutnya bercabang menjadi dua bronchi
pendek, menuju lobus paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru terdiri dari kapiler pulmonary.

1.1.10 Sistem Ekskresi

Terdapat dua ginjal berbentuk bulat pipih pada buaya, yang terletak pada rongga tubuh bagian
dorsal posterior. Dari setiap ginjal terdapat ureter yang memanjang ke kloaka.

1.1.11 Sistem Saraf dan Alat Indera

Otak Reptilia contohnya buaya memiliki dua lobus olfaktori yang panjang, yang terhubung ke
cerebral hemispher yang berukuran besar. Dibelakang cerebral hemisphere terdapat lobus optikus.
Berikutnya cerbellum berbentuk buah pir dan terletak di tengah, yang ukurannya lebih besar
daripada yang terdapat pada hewan Amphibia. Medula oblongata terletak di bawah cerebellum, dan
memanjang ke sumsum tulang belakang. Di bagian ventral, terdapat saraf optic dilanjutkan
infundibilum dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf cranial dan saraf spinal berpasangan.

Di lidah terdapat saraf pengecap (laste bud), dan di setiap lubang hidung terdapat organ olfaktori.
Pada mata terdapat kelenjar lachrymal yang menjaga kornea atau permukaan bola mata tetap
lembab, ketika hewan berada dipermukaan air. Telinga buaya memiliki tipe telinga vertebrata darat.
Setiap telinga memiliki saluran auditori eksternal yang pendek, yang terdapat dibawah daun telinga.
Saluran telinga berlanjut ke membrane timpani, didalam rongga timpani atau telinga tengah
terdapat tiga saluran semisirkuler dan organ pendengar. Dari setiap rongga timpani, terdapat tabung
eustachian di bagian tengah yang terhubung ke rongga bagian atas faring di belakang rongga hidung.
1.1.12 Sistem Reproduksi

Pada buaya yang masih muda, gonad jantan dan betina tampak serupa. Pada jantan dewasa, dua
testis berbentuk bulat terdapat sebuah vasdeferens menuju kloaka, yaitu disebelah anterior dan
ureter, yang berlanjut ke penis tunggal yang terdapat pada bagia yang sama, yang melekat dekat
ventral kloaka. Pada betina dewasa terdapat dua ovarium yang sama melekat dekat dengan ginjal.
Disebelah anterior dari setiap ginjal terdapat saluran oviduct, yang merupakan tempat terjadinya
fertilisasi. Selanjutnya telur yang sudah di fertilisasi akan di selaputi albumin, membrane dan
cangkang, kemudian dikeluarkan dari tubuh betina untuk ditetaskan.

1.1.13 Habitat

Habitat dari kelas reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik seperi penyu
dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu ordo Crocodilia dan beberapa anggota ordo Chelonia,
beberapa sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan Sub-kelas Lacertilia dan Ophidia,
beberapa anggota ordo Testudinata, sub terran pada sebagian kecil anggota sub-kelas Ophidia, dan
arboreal pada sebagian kecil sub-ordo Ophidia dan Lacertilia.

Reptilia hidup di rawa atau di sungai, atau di tapi laut. Untuk tempat perlindungan, misalnya buaya
menggali lubang di tepi sungai. Makanan terdiri dari berbagai hewan. Reptilia mencakup empat ordo
besar yaitu Chelonia atau Testudines, Squamata atau Lepidosauria, Rhynchocephalia, dan Crocodilia.

Pembagian Kelas Reptilia

Berikut dipaparkan dari keempat ordo dari Kelas Reptilia, dan beberapa subordo berikut contoh
spesiesnya:

(1) Ordo Chelonia

Chelonia adalah reptilia yang memiliki cangkang. Cangkang bagian atas disebut karapaks, sedangkan
bagian bawahnya disebut plastron. Cangkang merupakan bagian dari tulang belakang dan modifikasi
tulang rusuk yang berfungsi sebagai pelindung dari pemangsanya. Chelonia yang hidup di laut adalah
penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) yang memiliki kaki
berbentuk dayung untuk berenang. Cangkang chelonia lebih tipis dibandingkan Chelonia darat.
Contoh chelonia darat adalah kura-kura paua (Chelodina novaeguineae). Chelonia termasuk hewan
berumur panjang hingga mencapai 200 tahun.

(2) Ordo Squamata

Squamata adalah reptilia yang umumnya memiliki kulit bersisik. Reptil yang termasuk golongan ini
adalah kadal dan ular. Kadal memiliki sisik yang licin dan berbentuk membulat, tubuhnya
kebanyakan berkaki empat, bertubuh kecil, dan memiliki ekor. Contoh hewan kadal bertubuh kecil
misalnya, kadal kebun (Mabuya multifasciata), cecak dinding (Cosymbotus paltyurus) dan bunglon
kebun (Bronchocela jubata), hingga kadal yang bertubuh besar seperti biawak komodo (Varanus
komodoensis).

Ular tidak memiliki kaki dan bertubuh panjang serta memiliki sisik. Tulang rahang ular bersambungan
secara longgar sehingga memungkinkan menelan mangsa yang lebih daripada tubuhnya. Gigi di
mulut ular memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan untuk memegang mangsanya agar tidak
mudah lepas. Ular berbisa memiliki sepasang gigi berlubang dan tajam untuk menyuntikkan bisa ke
mangsanya. Lidahnya dapat dijulurkan untuk mengipas bau ke arah organ penciumannya. Ular
memiliki kepekaan terhadap getaran yang berperan untuk mencari mangsanya, ular tertentu
memiliki kepekaan terhadap suhu mangsanya, dan sebagian jenis ular bersifat ovovivipar, yaitu telur
menetas di dalam tubuh induk. Contohnya adalah ular sendok (Naja sumatrana), ular kobra
(Ophiophagus hannah), dan ular sanca (Phyton sp.) dll.

Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu :

1. Subordo Lacertilia/ Sauria

2. Subordo Serpentes/ Ophidia

3. Subordo Amphisbaenia

Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat
dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting. Sebelum
mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kutikula baru di bawah lapisan yang lama.
Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo
Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai
dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal,
sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata
memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia,
dan beberapa spesies Ordo Lacertilia.

Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal.
Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika,
Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania.

V Subordo Lacertilia/ Sauria


Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan sisik yang
bervariasi. Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang sisiknya termodifikasi
membentuk tuberkulum. Dan sebagian lagi menjadi spina. Sisik-sisik ini dapat mengelupas.
Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artinya tidak semua sisik mengelupas pada saat yang
bersamaan.

Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang bersatu pada
rahang atas pada bagian yang disebut satura. Selain itu pada Lacertilia mereka memiliki kelopak
mata dan lubang telinga. Selain itu pada beberapa anggota Subordo Lacertilia, ada yang dapat
melepaskan ekornya. Contohnya pada Mabouya sp. Lidah Lacertilia panjang dan adapula yang
bercabang. Pada beberapa spesies lidah ini dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa seperti
pada Chameleon sp.

Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia, yaitu Agamidae,
Gekkonidae, Scincidae, Varanidae.

§ Agamidae

Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutupi sisik bentuk bintil atau yang tersusun seperti
genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup sisik. Lidahnya pendek, tebal, sedikit
berlekuk di ujung serta bervilli. Jari-jarinya kadang bergerigi atau berlunas tipe gigi acrodont. Pada
Draco volans memiliki pelebaran tulang rusuk dengan lipatan kulit. Habitatnya di pohon dan semak.

§ Scincidae

Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama besar, demikian pula
dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris. Lidahnya tipis dengan papilla
yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting. Tipe giginya pleurodont.
Matanya memiliki pupil yang membulat dengan kelopak mata yang jelas. Ekornya panjang dan
rapuh. Contoh spesies famili ini adalah Mabouya multifasciata.

§ Varanidae

Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian dorsalnya sedang di
bagian ventral sisik melintang dan terkadang terdapat lipatan kulit di bagian leher dan badannnya.
Lehernya panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik yang berbentuk polygonal. Lidahnya
panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont. Pupil matanya bulat dengan kelopak dan lubang
telinga yang nyata.

Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus komodoensis ) yang panjangnya dapat
lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara. Suku
varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda, yaitu marga Varanus yang besar ( lebih
dari 35 spesies di seluruh dunia) dan marga Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L.
Borneensis yang berasal dari kalimantan. Marga Lanthanous ini merupakan biawak yang bertubuh
kecil dan tanpa lubang telinga.
§ Gekkonidae

Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang berbeda dengan famili
yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan gecko yang lain. Kebanyakan gecko tidak
mempunyai kelopak mata, melainkan matanya dilapisi membrane transparan yang dibersihkan
dengan cara dijilat. Banyak spesies anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi
untuk memudahkannya memanjat permukaan vertikal maupun melewati langit-langit dengan
mudah Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang. Beberapa spesies
dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan lingkungannya ataupun dengan
temperature lingkungannya. Beberapa spesies dapat melakukan parthenogenesis dan juga beberapa
spesies betina dapat berkembang biak tanpa pembuahan

Habitat dan persebaran

Kebanyakan kadal tinggal di atas tanah (terrestrial), sementara sebagiannya hidup menyusup di
dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas atau di batang pohon.
Untuk komodo sangatlah endemik yaitu terbatas persebarannya di beberapa pulau kecil di Nusa
Tenggara, seperti pulau Komodo, Padar, Rinca dan di ujung barat pulau Flores.

Biawak umumnya menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepi danau, pantai, dan rawa-rawa. Di
perkotaan, biawak sering temukan hidup di gorong-gorong saluran air yang bermuara ke sungai.
Sedangkan cecak hidup di dinding dan atap rumah. Di alam cecak biasanya hidup pada tempat
teduh. Persebaran lacertilia sangat hampir setiap tempat dapat ditemukan kecuali di daerah Arktik,
Antartika dan Greenland.

Reproduksi

Lacertilia secara umum berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara internal. Biawak
berkembang biak dengan bertelur. Sebelum mengawini betinanya, biawak jantan biasanya berkelahi
terlebih dahulu untuk memperlihatkan penguasaannya. Telur-telur biawak disimpan di pasir atau
lumpur di tepian sungai bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting. Panas dari matahari dan
proses pembusukan sarasah akan menghangatkan telur sehingga menetas.

V Subordo Ophidia/ Serpentes

Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang seluruh anggotanya
tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk
dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggotanya tidak memiliki kelopak mata.
Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda
dengan anggota Ordo Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan
ligament elastic.

Keunikan lain yang dimiliki oleh Subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya termodifikasi
memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya vestigial atau mereduksi.
Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang disebut organ jacobson ada pula
pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan thermosensor. Ada sebagian famili yang memiliki gigi
bisa yang fungsinya utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam
aliran darah mangsa.

Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :

Ü Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.

Ü Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan). Contohnya
pada Famili Elapidae dan Colubridae.

Ü Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak dibutuhkan.
Contohnya pada Famili Viperidae.

Ü Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya. Contohnya pada
Famili Hydrophiidae

Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa,
perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu :

Ü Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara menyerang sel-sel
darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah: Colubridae dan Viperidae.

Ü Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang jantung
dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat
berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik. Dalam arti, banyak famili yang
sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.

Ü Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah sehingga tidak
dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah
contoh famili yang memiliki bisa tipe ini.

§ Typhlopidae

Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata yang vestigial.
Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya terdapat sisik yang mengalami
penandukan. Secara keseluruhan badannya pun berbentuk bulat dan panjangnya hanya mencapai
kurang lebih 30cm. Hidupnya di bawah tanah, di dalam serasah, atau meliang. Genusnya yang paling
dikenal adalah dari Genus Typhlops sedangkan yang lainnya adalah Xenotyphlops, Acutotyphlops,
dll. Terdiri dari 6 genus dengan 240 spesies. Umumya ditemukan di daeran tropis di Asia, Afrika, dan
Amerika.

§ Boidae

Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan persebaran di
Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah dan organ pernafasannya masih
primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang vestigial. Moncongnya dapat digerakkan. Tipe giginya
aglypha. Famili ini memiliki genus diantaranya: Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx,
Eunectes, Gongylophis, dan Sanzinia.

§ Hydropiidae

Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi. Tipe gigi bisa yang
dimiliki anggota famili ini kebanyakan proteroglypha dengan tipe bisa neurotoxin. Biasanya
warnanya belang-belang dan sangat mencolok. Bagian ekor termodifikasi menjadi bentuk pipih
seperti dayung yang befungsi untuk membantu pergerakan di air. Persebaran anggota famili ini di
perairan tropis yaitu kebanyakan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Untuk spesies
Pelamis platurus persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung
untuk hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke
permukaan untuk bernafas

§ Elapidae

Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang banyak ditemukan di
daerah tropis dan subtropics, terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies yang telah diketahui. Biasanya
memiliki gigi bisa tipe solenoglypha dan ketika menutup gigi bisanya akan berada pada cekungan di
dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin. Dekat kekerabatannya dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata
membulat karena kebanyakan merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat mencapai ukuran 6m
(Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang ovovivipar (Hemachatus).

§ Colubridae

Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain diantaranya sisik ventralnya
sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya
berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan
meruncing. Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies ular di dunia. Kebanyakan anggota famili
Colubidae tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia. Gigi bisanya
tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. Lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan
Elaphe.

§ Viperidae

Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili ini kebanyakan
merupakan ular terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang hidup di daerah tropis. Tersebar
hampir di seluruh dunia. Sisiknya biasanya termodifikasi menjadi lapisan tanduk tebal dengan
pergerakan menyamping. Memiliki facial pit sebagai thermosensor. Kebanyakan anggota familinya
merupakan hewan yang ovovivipar dan beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di Indonesia
adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies.

§ Pythonidae

Python merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya sebagai subfamili
dari Boidae yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae karena mereka punya gigi di bagian
premaxila, semacan tukang kecil di bagian paling depan dan tengah dari rahang atas. Kebanyakan
hidup di daerah hutan hujuan Tropis. Merupakan ular yang tercatat mampu mencapai ukuran paling
besar, 10m (Python reticulatus). Beberapa spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan tungkai
belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka. Tapi ini lebih besar pada yang jantan dan
berguna untuk merangsang pasangannya pada saat kopulasi.

§ Xenopeltidae

Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila terkena cahaya.
Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah permukaan tiap sisiknya yang
menambah terang kilauannya. Salah satu spesiesnya Xenopeltis unicolor merupakan binatang peling
yang mengahabiskan waktunya di dalam tanah. Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia
Tenggara.

Habitat dan Persebaran

Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Ular dapat diketemukan
di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan.
Sebagaimana hewan berdarah dingin, ular semakin jarang diketemukan di tempat-tempat yang
dingin seperti puncak-puncak gunung dan daerah padang salju atau kutub. Banyak jenis-jenis ular
yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tidak pernah menyentuh tanah. Ada
jenis lainnya yang hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah
atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi akuatik di sungai-
sungai, rawa, danau dan laut.

Reproduksi

Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja
hingga puluhan dan ratusan. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu
lapu, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya
hingga menetas. Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut,
melahirkan anaknya. Melahirkan disini tidak seperti pada mamalia, melainkan telurnya berkembang
dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil.

Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya
diketahui yang betinanya saja. Ular kecil yang seperti cacing ini diduga mampu bertelur dan
berkembang biak tanpa ular jantan.

V Subordo Amphisbaenia

Subordo Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak berkaki namum memiliki
kenampakan seperti cacing karena warnanya yang semu merah muda dan sisiknya yang tersusun
seperti cincin. Kelangkaannya dan kehidupannya yang malang menjadikan sedikit keterangan yang
bisa diketahui dari subordo ini. Kepalanya tidak memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari
tulang keras, memiliki gigi median di bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan matanya
tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya hampir menyerupai
kepalanya.

(3) Ordo Rhynchocephalia

Ordo ini diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara 210-220 juta tahun
yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid. Morfologinya mirip dengan
anggota lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30 cm. Anggota ordo ini semuanya karnivora
dan mencari makan di malam hari. Habitat hidupnya di air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia
bereproduksi secara ovipar dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu lubang
seperti kebanyakan anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun.
Anggota Ordo Rhynchocephalia mempunyai satu familia yaitu Sphenodontidae dan hanya satu genus
Sphenodon. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu Sphenodon punctatus dan Sphenodon guntheri
(Tuatara). Keduanya merupakan hewan endemik Selandia Baru.

(4) Ordo Crocodyllia

Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit
mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke
arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal
berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk
piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi tecodont. Mata kecil
terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata,
tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti
celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup
dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan
kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan
berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput

Crocodilia memiliki sisik tebal dari keratin dan diperkuat dengan lempengan tulang yang disebut
skuta sebagai pelindung, sisik rontok satu persatu tidak seperti ular. Contoh spesies dari ordo ini
adalah buaya. Buaya memiliki ekor tebal berotot, kaki depannya berjari lima, sedangkan kaki
belakang berjari emapat sebagian berselaput untuk berenang. Lubang hidung terletak di ujung
moncongnya yang memungkinkan untuk bernapas saat di dalam air, jantungnya beruang empat
namun memiliki pori di antara bilik kiri dan kanan. Contoh spesies buaya adalah buaya muara
(Crocodylus porosus).

Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna yang
menyebabkan terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki foramen panizza. Crocodilia
merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan berjemur di siang hari unutk menjaga
suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari, Crocodilia dewasa terutama yang dominan memiliki
teritori tersendiri, namun pada musim kering teritori tersebut dilupakan karena daerah mereka
menyempit akibat kekeringan.

V Famili Alligatoridae

Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan deretan gigi pada
rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada deretan rahang atas
sehingga pada saat moncongnya mengatup hanya deretan gigi pada rahang atasnya saja yang
terlihat. Dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun. Tahan terhadap suhu rendah.memiliki
lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang
lebar.yang berjumlah lebih dari 6 sisik.

V Famili Crocodylidae
Ciri-ciri Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang hampir segitiga dan
pada saat mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas. Kedua tulang rusuk pada ruas tulang
belakang pertama bagian leher terbuka lebar. Terdapat pula baris tunggal sisik balakang kepala yang
melintang yang tidak lebih dari 6 buah di bagian tengkuk.

V Famili Gavialidae

Famili Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat moncong tersebut
menangkup, kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan rahang bawah terlihat berseling.
Ujung moncongnya melebar dan bersegi 8, sekilas bentuknya mirip dengan Tomistoma schlegelii.

Habitat dan Persebaran

Persebaran buaya muara terluas di dunia. Buaya muara memiliki wilayah perantauan mulai dari
perairan teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji
Vanuatu) termasuk perairan Indonesia dan Australia serta negara lain di sekitar indonesia. Habitat
kesukaan mereka tentu saja perairan Indonesia dan Australia.

Sedangkan Aligator hanya terdapat di dua negara yaitu Amerika Serikat dan Cina. Alligator Cina
terancam punah dan tinggal jenis yang berada di lembah Yangtze. Alligator amerika ditemukan di
Amerika Serikat dari Carolina sampai Florida dan Sepanjang Gulf Coast. Mayoritas Alligator Amerika
tinggal di Floroda dan Lousiana. Di Floroda sendiri terdapat lebih dari 1 juta Alligator. Amerika
Serikat adalah satu-satunya negara yang memiliki Alligator dan Buaya. Alligator Amerika tinggal di Air
tawar, seperti kolam, rawa-rawa, daratan basah dan sungai.

Reproduksi

Famili Crocodylidae merupakan hewan yang berkembang biak secara musiman. Masa kawin pada
musim semi ketika air hangat. Famili ini berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara
internal. Setelah melahirkan, induk buaya melakukan parental care.

Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi. Tipe gigi bisa yang
dimiliki anggota famili ini kebanyakan Proteroglypha dengan tipe bisa neurotoxin. Biasanya
warnanya belang-belang dan sangat mencolok. Bagian ekor termodifikasi menjadi bentuk pipih
seperti dayung yang befungsi untuk membantu pergerakan di air. Persebaran anggota famili ini di
perairan tropis yaitu kebanykan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Untuk spesies
Pelamis platurus persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung
untuk hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke
permukaan untuk bernafas (Iskandar, 2000).

Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Ular dapat diketemukan
di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan.
Sebagaimana hewan berdarah dingin, ular semakin jarang diketemukan di tempat-tempat
yangdingin seperti puncak-puncak gunung dan daerah padang salju atau kutub ( Djuhanda, 1983).
Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tidak pernah
menyentuh tanah. Ada jenis lainnya yang hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-
nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yanglain hidup akuatik atau
semi akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut (Brotowidjoyo, 1989).

Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja
hingga puluhan dan ratusan. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu
lapu, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya
hingga menetas. Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut,
melahirkan anaknya. Melahirkan disini tidak seperti pada mamalia, melainkan telurnya berkembang
dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil. Sejenis ular
primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya diketahui yang
betinanya saja. Ular kecil yang seperti cacing ini diduga mampu bertelur dan berkembang biak tanpa
ular jantan ( Jafnir, 1985).

Ular memangsa berbagai jenis hewan aquatic seperti ikan, kodok, berudu. Ular besar seperti sanca
kembung atau Python reticulata dapat memangsa kambing, kijang, ruda bahkan manusia.Ular
mengunjah mangsanya bulat-bulat artinya tanpa dikunyah menjadi keeping-keping yang lebih kecil,
agar lancer mengunyah maka ular memilih menelan mangsanya dengan kepala lebih dahulu. Ular
sanca kembung atau Python reticulate membunuh mangsanya dengan cara melilitnya hingga tak
bernafas. Ular-ular berbisa membunuh mangsanya dengan bisa yang dapat melumpuhkan system
saraf, pernafasan dan jantung dalam beberapa menit saja.

Anda mungkin juga menyukai