STROKE HEMORAGIK
Pembimbing:
dr. Hastari S, Sp.S
Disusun oleh:
Tommy Wibowo
1110103000058
Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Presentasi Kasus Langsung (PKL) ini yang berjudul
“Stroke Hemoragik”.
Penulis
2
BAB I
ILUSTRASI KASUS
No. RM : 01303998
Nama : Ny. SM
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 72 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Perkawinan : Bercerai
Alamat : Jl. Lenteng Agung Rt 006/004, Jagakarsa, Jaksel
Pendidikan : Tamat SD
Masuk Rumah Sakit : 10 Februari 2018
1.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Kejang
3
RS tersebut selama 4 hari. Saat di RS tersebut pasien mengalami kejang kaku
selama 3 menit.selama 4 hari tidak ada perbaikan, kemudian pasien di rujuk ke
RSUP Fatmawati. Saat di ruangan HCU pasien mengalami kejang kurang
lebih sekitar 3 menit. keluhan mual, muntah, demam, nyeri kepala sebelumnya
tidak ada
Pasien terdapat riwayat stroke pada tahun 2014, pasien mengalami kelemahan
pada sisi sebelah kanan dan dirawat di RSUP Fatmawati selama 10 hari dan
setelah perbaikan pasien menjalani terapi dan pasien bisa berjalan kembali.
Pasien mempunyai riwayat darah tinggi dan tidak rutin minum obat darah
tinggi dan mempunyai riwayat DM dan tidak rutin kontrol gula darah dan
minum obat DM.
4
1.3. PEMERIKSAAN FISIK
- Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : sopor
- Tanda Vital
Tekanan darah : 170/100 mmHg (kanan=kiri)
Nadi : 84x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup, pulsus
defisit (-)
Napas : 18x/menit, regular
Suhu : 36.4oC (aksila)
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 170 cm
BMI : 24.2 kg/m2 Normoweight
- Mata
- Inspeksi : Konjungtiva Anemis (-)/(-), Sklera Ikterik (-)/(-),enoftalmu
(-)/(-), eksoftalmus (-)/(-), ptosis (-)/(-), edema palpebra (-)/(-), sekret
(-)/(-), pupil bulat, isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, RCL (+)/(+),
RCTL (+)/(+),
- Telinga, Hidung, Tenggorokan
Hidung :
Frontalis (-)/(-)
5
Telinga :
- Inspeksi :
- Preaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-), scar (-)/(-)
- Aurikuler : normotia +/+, hiperemis (-)/(-), nyeri tekan (-)/(-)
- Postaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-), scar (-)/(-)
- Liang telinga : lapang, serumen (-)/(-), ottorhea (-)/(-)
- Leher
- Inspeksi : bentuk simetris, penonjolan vena jugularis (-), tidak
tampak pembesaran KGB
- Palpasi : pulsasi arteri karotis normal, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, posisi trakea ditengah, KGB tidak teraba
membesar
- Tekanan vena jugularis tidak meningkat
- Thoraks
- Inspeksi : Penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), Retraksi sela iga (-/-),
bentuk dada normal, pelebaran sela iga (-)/(-), tumor (-)/(-), scar (-),
emfisema subkutis (-)/(-), pergerakan kedua paru simetris statis dan
dinamis, pola pernapasan normal.
- Palpasi : massa (-)/(-), emfisema subkutis (-)/(-), ekspansi dada
simetris, vocal fremitus simetris, pelebaran sela iga (-)/(-)
- Perkusi : sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
6
- Jantung
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terihat
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternal dextra ,
batas jantung kiri pada ICS V midclavicula sinistra 1 jari
lateral, pinggang jantung ICS III line parasternal sinistra
- Auskultasi : S1 dan S2 reguler normal, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
- Inspeksi : perut datar, massa (-), striae (-)
- Auskultasi : BU (+) normal
- Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), massa (-), hepar dan
lien tidak teraba
- Perkusi : timpani
- Ekstremitas
- Atas : Akral teraba hangat, sianosis (-)/(-), CRT < 3 detik, edema
- Bawah : Akral teraba hangat, sianosis (-)/(-), CRT < 3 detik, edema
(-)/(-), deformitas (-)/(-).
7
1.4. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
GCS E1M4V1,
N. I :
N.II
N. III, IV, VI
Exopthalmus :-/-
Nistagmu :-/-
N. V (Trigeminus)
8
Cabang Motorik : Tidak Valid Dinilai
Cabang Sensorik :
N. VII (Facialis )
Motorik
N. VIII (Vestibulcochlearis )
- Vestibular : Vertigo –
Nistagmus –
N. IX, X
- Uvula : ditengah
N. XI
9
N. XII
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Tremor : (-)
C. Sistem Motorik :
D. Gerakan Involunter
Tremor : (-)/(+)
Chorea : (-)/(-)
Atetose : (-)/(-)
Mioklonik : (-)/(-)
Tics : (-)/(-)
Trofik : eutrofi/eutrofi
G. Fungsi Otonom
10
Miksi : BAK on DC
Hematokrit 45 % 33 – 45
11
VER/HER/KHER/RDW
SGOT 78 U/l 0 – 34
SGPT 49 U/l 0 – 40
FUNGSI GINJAL
ELEKTROLIT DARAH
BP 760.0
Pemeriksaan Radiologi
1. CT Scan Kepala Axial dan Coronal tanpa kontras (07 Februari 2018)
12
Kesan :
- Perdarahan dilobus temporo-parietal kanan dengan edema perifokal disekitar
lesi dengan estimasi volume 16,3 cc.
- Leukoensefalopati periventrikuler
- Infark akut di basal ganglia kanan dan thalamus kanan.
- Brain atrofi Senilis
13
Kesan :
- Kardiomegali dengan Kalsifikasi aorta
- Bronchopneuomonia
14
1.6. RESUME
15
(+/+), TRM (-), Kesan parese N.VII Dextra Tipe Central, kesan Hemiparese
Duplex kanan > kiri.
Hasil CT Scan Kepala Axial dan Coronal tanpa kontras kesan Perdarahan
dilobus temporo-parietal kanan dengan edema perifokal disekitar lesi dengan
estimasi volume 16,3 cc, Leukoensefalopati periventrikuler, Infark akut di basal
ganglia kanan dan thalamus kanan, Brain atrofi Senilis, Foto torax PA didapatkan
Kardiomegali dengan Kalsifikasi aorta , Bronchopneuomonia
1.7. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Hemiparese duplex dextra > sinistra, parese n. VII dan
XII dextra sentral, cephalgia
Diagnosis Topis : Lesi subkorteks
Diagnosis Etiologis: Perdarahan intraserebral
Diagnosis Kerja : CVD Stroke Hemoragik
Hipertensi Grade II Tidak terkontrol
DM Tipe II tidak terkontrol
1.8. TATALAKSANA
Medikamentosa
IVFD NaCl 0,9% 500 cc/ 12 jam
Manitol 4x125 cc IV
Citicholin 2x500 mg IV
As. Tranexamat 3 x 500 mg IV
Vit K 3 x 1 amp IV
Cotrimoxazole 1 x 2gr iv
Ondansentron 3 x 4mg iv
Ketorolac 3 x30 mg
Levofloxacin 1 x 500 mg
Non-medikamentosa
- Tirah baring
16
- Elevasi kepala 30˚
- Pemantauan hemodinamik
(tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan)
- Pemantauan tanda-tanda peningkatan TIK lebih lanjut
(sakit kepala memberat, muntah, kejang, penurunan kesadaran)
- Diet makanan lunak nasi bubur, lauk cincang rendah garam
- konsul dokter Spesialis Paru, Kardiologi dan dokter Spesialis Rehab Medik
1.9. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad malam
Ad Functionam : ad malam
Ad Sanationam : ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua
orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi
koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak
membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi
mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam
darah arterial.
Otak diselimuti oleh selaput otak yang disebut selaput meninges.
Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan :
- Duramater
- Arakhnoid
- Piamater
17
Gambar 2.1 Lapisan selaput meningens
Dalam keadaan normal dan sehat, rata-rata aliran darah otak adalah
50.9cc/100gram otak/menit. Jumlah aliran darah otak atau cerebral blood
flow (CBF) dinyatakan dalam cc/menit/100 gram otak. Nilai CBF
tergantung pada tekanan perfusi otak atau cerebral perfusion pressure
(CPP) dan resistensi serebrovaskuler atau cerebrovascular resistance
(CVR). Sedangkan CPP ditentukan olek tekanan darah sistemik atau mean
arterial blood pressure (MABP) dikurangi tekanan intrakranial atau
intracranial pressure (ICP).
CPP MABP−ICP
CBF= =
CVR CVR
18
Adapun pembuluh darah yang memperdarahi otak diantaranya adalah :
1. Arteri Karotis;
Arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna bercabang dari arteri
karotis komunis setinggi tulang rawan carotid. Arteri karotis kiri langsung
bercabang dari arkus aorta, tetapi arteri karotis komunis kanan berasal dari
arteri brakiosefalika. Arteri karotis eksterna memperdarahi wajah, tiroid,
lidah dan taring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu arteri meningea
media, memperdarahi struktur-struktur di daerah wajah dan mengirimkan
satu cabang yang besar ke daerah duramater. Arteri karotis interna sedikit
berdilatasi tepat setelah percabangannya yang dinamakan sinus karotikus.
Dalam sinus karotikus terdapat ujung-ujung saraf khususnya berespon
terhadap perubahan tekanan darah arteri, yang secara reflex
mempertahankan suplai darah ke otak dan tubuh.
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subclavia sisi yang
sama. Arteri subclavia kanan merupakan cabang dari arteri inomata,
sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta.
Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi
perbatasan pons dan medulla oblongata. Kedua arteri tersebut bersatu
19
membentuk arteri basilaris. Tugasnya mendarahi sebagian diensfalon,
sebaian lobus oksipitalis dan temporalis, apparatus koklearis dan organ-
organ vestibular.
3. Sirkulus Arteriosus Willisi
2.3.2. EPIDEMIOLOGI
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama
kecacatan. Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap
tahunnya yang sepertiganya akan meninggal pada tahun berikutnya
dan sepertiganya bertahan hidup dengan kekacauan, dan sepertiga
sisanya dapat sembuh kembali seperti semula. Dari keseluruhan data di
dunia, ternyata stroke sebagai penyebab kematian mencapai 9%
(sekitar 4 juta) dari total kematian per tahunnya.
20
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000
pertahunnya dimana 10-15% merupakan stroke hemoragik khususnya
perdarahan intraserebral. Mortalitas dan morbiditas pada stroke
hemoragik lebih berat dari pada stroke iskemik. Dilaporkan hanya
sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali kemandirian
fungsionalnya. Selain itu ada sekitar 40-80% akhirnya meninggal pada
30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal pada 48
jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada
47% wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78%)
berumur lebih dari 60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun
dan berjenis kelamin laki-laki menunjukkan outcome yang lebih
buruk.
2.3.3. KLASIFIKASI
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut.
I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
1. Stroke hemoragik
o Berdasarkan anatomi
a. Perdarahan intraserebral (primer / sekunder)
b. Perdarahan subarachnoid
2. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
II. Berdasarkan stadium
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Stroke in evolution
c. Completed Stroke
III. Berdasarkan sistem pembuluh darah.
21
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler
Berdasarkan gambaran klinis pada stroke hemoragik dan stroke non-
hemoragik adalah:
Stroke Hemoragik Stroke non-hemogarik
Onset Sedang atau setelah Istirahat
beraktivitas
Tekanan Darah Hampir selalu tinggi Normal atau tinggi
Kesadaran Menurun Baik
Nyeri Kepala +++ +
Muntah + -
Kejang + -
Kaku Kuduk + -
Babinsi + -
22
2.3.5. PATOFISIOLOGI
Pecahnya pembuluh darah di otak dibedakan menurut anatominya
atas perdarahan intraserebral dan perdarahan subarachnoid. Pada
perdarahan intraserebral pembuluh yang pecah terdapat di dalam otak
atau pada massa otak, sedangkan pada perdarahan subarachnoid,
pembuluh yang pecah terdapat di ruang subarachnoid, disekitar
sirkulus arteriosus Willisi.
23
Gambar 2.4. Sirkulus Willisi
24
fungsi-fungsi neuron dapat kembali pulih. Pada perdarahan masif,
akumulasi darah yang mengandung zat-zat proteolitik menimbulkan
kerusakan sel parenkim otak. Selain itu karena volume intrakranial
bersifat konstan (hukum Monro-Kellie), akumulasi darah akan
meningkatkan tekanan intrakranial bahkan hingga herniasi. Tekanan
intrakranial yang meningkat akan memicu penurunan perfusi ke otak.
25
a. Pada sumbatan kecil akan terjadi iskemi, tetapi dalam waktu singkat dapat
dikompensasi oleh kolateral dan vasodilatasi lokal TIA hemiparesis
sepintas <24 jam.
b. Pada sumbatan agak besar akan terjadi iskemi lebih luas sehingga
mekanisme kompensasi memerlukan waktu yang lebih lama, yaitu
beberapa hari sampai 2 minggu reversible ischemic neurologic deficit
(RIND).
c. Pada sumbatan yang lebih besar lagi akan terjadi iskemi luas dan tidak
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi complete stroke
Pada daerah iskemik luas tampak daerah yang tidak homogen akibat
perbedaan tingkat iskemik:
a. Lapisan inti yang sangat iskemik (ischemic core) akan terlihat sangat
pucat dan menjadi nekrosis. Pada daerah tersebut ditemukan degenerasi
neuron dan pelebaran pembuluh darah tanpa adanya aliran darah.
b. Daerah sekitar ischemic core atau disebut iskemik penumbra. Pada
daerah tersebut sel-sel neuron tidak sampai mati, tetapi fungsi neuron
terhenti sehingga menimbulkan paralisis fungsional. Namun, dengan
reperfusi yang cepat, cermat, dan akurat maka kematian neuron dapat
dicegah. Pada daerah iskemik penumbra juga terdapat kerusakan neuron
dalam berbagai tingkat dan edema jaringan akibat dilatasi pembuluh
darah.
c. Daerah di sekeliling penumbra (luxury perfusion). Pada daerah ini akan
tampak kemerahan, edema, dilatasi maksimal pembuluh darah, serta
kolateral maksimal.
26
3. Pembuluh darah kecil jalinan vaskuler
Pembuluh darah besar sirkulasi anterior yang terganggu dapat disebabkan oleh
kelainan pembuluh darah (aterosklerosis) atau emboli. Pembuluh darah besar
anterior yang terkena terdiri dari:
Aterom pada petrous inlet, siphon, atau proksimal dari arteri serebri
anterior dan media dapat menyebabkan emboli. Keadaan iskemi dapat
dihasilkan dari rusaknya kolateral lentikulostriata atau sklerosis dari
pembuluh darah kortikal.
Pembuluh darah besar sirkulasi posterior terdiri dari dua arteri vertebralis
kiri dan kanan yang bergabung menjadi satu pada bagian pontomeduler menjadi
27
arteri basilaris. Arteri basilaris bercabang menjadi arteri serebri posterior yang
selanjutnya memberikan cabang sirkumferensial panjang dan cabang kecil yang
dalam yang memperdarahi serebelum, medula, pons, midbrain, talamus,
subtalamus, hipokampus, temporal medial dan lobus oksipital. Pembuluh darah
besar posterior terdiri dari :
Segmen prekomunal atau P1, segmen dari arteri serebri posterior dapat
atresia. Aterom dan emboli pada bagian atas arteri basilar atau pada
segmen P1 dapat menimbulkan gejala-gejala sesuai area yang
diperdarahinya.
3. Arteri basilar
28
cabang kecil dari sirkulus Willisi, arteri serebri media, atau arteri
vertebralis dan basilaris.
Trombosis
29
Stary V lesion: sel otot polos dan fibroblas berpindah membentuk
fibroateroma dengan di dalamnya terdapat inti lipid dan lapisan luarnya
tertutupi suatu fibrosa (fibrous cap)
Stary VI lesion: ruptur fibrous cap menyebabkan timbulnya trombosis.
Stary VII and VIII lesions: lesi stabil, berubah menjadi fibrokalsifikasi
(Stary VII lesion) dan akhir terjadi lesi fibrosis dengan banyak kolagen
didalamnya (Stary VIII lesion).
30
2.3.6. DIAGNOSIS
a. Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan temuan klinis.
b. CT Scan kepala tanpa kontras merupakan pemeriksaan baku emas
untuk perdarahan di otak. Bila tidak memungkinkan, dapat
dilakukan CT Scan maka dapat digunakan :
• Algoritme Stroke Gajah Mada
31
Gambar 2.6. Algoritme Stroke Gajah Mada
Kesadaran:
Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2
Muntah: tidak = 0 ; ya = 1
Sakit kepala dalam 2 jam: tidak = 0 ; ya = 1
Tanda-tanda ateroma: tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1
(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)
Pembacaan:
Skor > 1 : Perdarahan otak
< -1: Infark otak
Sensivitas : Untuk perdarahan: 89.3%.
Untuk infark: 93.2%.
Ketepatan diagnostic : 90.3%.
32
2.3.7. TATALAKSANA
Penanganan fase akut dilakukan dengan menurunkan tekanan
darah sistemik yang tinggi dengan obat-obat antihipertensi, diturunkan
sekitar 20% dari tekanan awal masuk rumah sakit. Penanganan awal:
- Stabilisasi hemodinamik dan pernapasan
- Memperbaiki perfusi serebral dengan mengendalikan tekanan
darah arterial secara hati-hati serta pemberian neuroproteksi
(citicholin, pirasetam, nimodipin)
- Faktor-faktor penentu prognosis :
Derajat kesadaran menurun, usia, volume darah
Pada perdarahan infratentorial, hilangnya reflex-refleks batang
otak disertai respon motorik yang hilang
CT Scan ulang perlu dilakukan jika klinis memburuk
- Pemberian manitol 20-25% dipakai 0.75-1mg/kgBB bolus diikuti
0.25-0.5 mg/kgBB tiap 3 – 5 jam tergantung pada respon klinis.
2.3.8. PROGNOSIS
Prognosis dipengaruhi oleh jumlah perdarahan dan letak akumulasi
darah. Perdarahan dengan volume darah > 60 cc berisiko
mengakibatkan kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan
71% pada perdarahan lobar. Akan tetapi perdarahan hanya 5 cc pun
dapat berakibat fatal jika terdapat di pons.
33
pembuluh darah otak primer. Gejala neurologic timbul karena
ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis.
Awalnya hanya akan mendesak jaringan otak tanpa merusaknya, karena
saat itu difusi darah ke jaringan belum terjadi Pada keadaan ini harus
dipertimbangkan untuk tindakan pembedahan mengeluarkan darah agar
dapat dicegah gejala sisa yang lebih parah. Absorpsi darah terjadi waktu
3-4 minngu.
DAFTAR PUSTAKA
2. Adams and Victor’s. Principles of Neurology. 8th ed. Ropper AH, Brown
RH
34
6. Baehr, M and Frotscher,M. DUUS Topical Diagnosisin Neurology. 4th
edition.USA :Thieme;2005.
35