STROKE HEMORARGIK
Pembimbing:
dr. Yuniarti, Sp.S
Disusun oleh:
Annisa Luthfi Hapsari
1114103000092
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah Presentasi Kasus Langsung mengenai trauma.
Makalah Diskusi Topik ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik di stase Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Penyusun
2
BAB I
STATUS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 55 tahun
Agama : Islam
Alamat : Tangerang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Menikah : Menikah
No. RM : 01578005
1.2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan kelemahan pada anggota gerak kanan sejak 5
hari sebelum masuk rumah sakit (1 Februari 2017)
3
Kemudian pasien dibawa ke RS Yadika untuk dilakukan pemeriksaan CT
scan. Setelah dilakukan pemeriksaan CT scan pasien dibawa kembali ke RS
Aminah dan dirawat di ICU selama 5 hari. Pada tanggal 6 Februari pasien
dirujuk ke RSUP Fatmawati. Keluhan sakit kepala bicara cadel, kejang,
demam, penglihatan ganda, penglihatan buram, gangguan pendengaran, dan
sulit menelan disangkal. Pasien memiliki riwayat jatuh dari motor pada 1
bulan yang lalu, namun tidak ada luka maupun penurunan kesadaran.
Pasien memiliki riwayat darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu, namun
pasien tidak rutin kontrol dan tidak rutin meminum obat. Pasien pernah
masuk rumah sakit 2 tahun yang lalu dikarenakan mimisan dan dirawat
selama 4 hari. Pasien juga memiliki riwayat kolesterol. Riwayat kencing
manis, stroke, dan sakit jantung disangkal.
4
Status Generalis
Tanda Vital
Kepala : Normosefali
THT :
5
Leher : bentuk simetris, warna normal, penonjolan vena jugularis retraksi
suprasternal (-), tidak terdapat perbesaran KGB, posisi trakea di tengah,
perbesaran kelenjar tiroid (-)
Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan Paru
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Ekstremitas
akral hangat +/+, edema -/-, sianosis -/-, clubbing fingers -/-
1. GCS : E2M4V2
6
2. Pupil bulat, isokor, diameter 3 mm/3 mm, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+)
3. Rangsang Selaput Otak
Kaku kuduk : +
Lasegue : >70o / >70o
Kernig : >135o / >135o
Brudzinsky I :+
Brudzinsky II : -/-
4. Saraf-Saraf Kranialis:
N.I (olfaktorius) : Tidak dilakukan pemeriksaan
N.II (optikus) :
Acies Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
Lapang pandang : tidak dilakukan pemeriksaan
Funduskopi : tidak dilakukan pemeriksaan
N.III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducen)
- Kedudukkan bola mata : ortoposisi +/+
- Pergerakkan bola mata : doll’s eyes -/-
- Eksoftalmus : -/-
- Nistagmus : -/-
- Pupil : bulat, isokor, diameter 3mm/3mm,
RCL +/+, RCTL +/+
N.V (Trigeminus) : tidak dilakukan pemeriksaan
N.VII (Fasialis) : kesan parese N VII dextra sentral
N.VIII (Vestibulocochlearis) : nistagmus (-), Tes Rinne, Tes
Weber, dan Tes Schwabach tidak dilakukan.
N.IX, X (Glossopharyngeus, Vagus): arkus faring simetris, uvula di
tengah.
N.XI (Accesorius) : motorik mengangkat bahu dan menoleh
tidak dilakukan pemeriksaan
N.XII (Hypoglossus) : lidah deviasi ke kiri dalam keadaan statis
7
5. Sistem Motorik : kesan hemiparese dextra
6. Gerakkan Involunter
Tremor :-/-
Chorea :-/-
Miokloni :-/-
Tonus : normotonus / normotonus
Miksi : on DC
Biceps : +2/+2
Triceps : +2/+2
Patella : +2/+2
Achilles : +2/+2
8
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
Hematokrit 37 % 33-45
VER/HER/KHER/RWD
FUNGSI GINJAL
9
HCO3 17,6 21,0 – 28,0
O2 Saturasi 99,4 95,0 – 99,0
BE (Base Excess) -4,1 -2,5 – 2,5
Total CO2 18,3 19,0 – 24,0
ELEKTROLIT DARAH
Natrium 150 135 -147
Kalium 3,09 3,1 – 5,1
Klorida 108 95 – 108
Pemeriksaan Radiologi
1. Foto toraks AP (05/02/2018)
10
11
Kesan:
Perdarahan intraparenkim disertai perifokal edema di periventrikel lateral
kiri hingga thalamus kiri (estimasi volume 17,4 cc)
Perdarahan di subkortikal lobus parietal bilateral
Perdarahan intraventrikel lateral kanan-kiri dan III
Infark di periventrikel lateralis kanan kornu anterior
Penebalan mukosa sinus makilaris kiri
12
1.6. RESUME
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, GCS
E2M4V2, TD kanan 150/98 mmHg, kesan parese n. VII dextra sentral, kesan parese
n. XII dextra sentral, kekuatan motorik kesan hemiparese dextra, kaku kuduk (+),
brudzinsky I (+), tidak ada reflex patologis, sensoris tidak valid dinilai, dan otonom
miksi on DC.
1.7 DIAGNOSIS
13
Diagnosis Topis : Periventrikel kiri, thalamus, subkortikal lobus
parietal, dan intraventrikel lateral
Diagnosis Kerja : CVD Stroke Hemorargik OH X
CVD Stroke Iskemik OH X
Hipertensi Grade II
Obesitas Grade II
1.9. PROGNOSIS
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam keadaan normal dan sehat, rata-rata aliran darah otak adalah
50.9cc/100gram otak/menit. Jumlah aliran darah otak atau cerebral blood
flow (CBF) dinyatakan dalam cc/menit/100 gram otak. Nilai CBF
tergantung pada tekanan perfusi otak atau cerebral perfusion pressure
(CPP) dan resistensi serebrovaskuler atau cerebrovascular resistance
(CVR). Sedangkan CPP ditentukan olek tekanan darah sistemik atau mean
arterial blood pressure (MABP) dikurangi tekanan intrakranial atau
intracranial pressure (ICP).
Arteri karotis
Arteri karotis komunis bercabang menjadi arteri karotis interna dan arteri
karotis eksterna kira-kira setinggi tulang rawan carotid. Arteri karotis kiri langsung
bercabang dari arkus aorta, namun arteri karotis komunis kanan berasal dari arteri
brakiosefalika. . Arteri karotis eksterna akan memperdarahi wajah, tiroid, lidah dan
taring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu arteri meningea media, yang
memperdarahi struktur-struktur di daerah wajah dan mengirimkan satu cabang yang
besar ke daerah duramater. Arteri karotis interna sedikit berdilatasi tepat setelah
percabangannya yang dinamakan sinus karotikus. Dalam sinus karotikus terdapat
15
ujung-ujung saraf khususnya berespon terhadap perubahan tekanan darah arteri,
yang secara reflex mempertahankan suplai darah ke otak dan tubuh. Arteri karotis
interna masuk ke otak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi
arteria serebri anterior dan media. Arteri Serebri media adalah lanjutan langsung
dari arteri karotis interna. Segera setelah masuk ke Ruang subaraknoid dan sebelum
bercabang-cabang, arteri karotis interna mempercabangkan Arteri oftalmika yang
masuk kedalam orbita dan mendarahi mata dan isi orbita lainnya. Arteri Serebri
anterior member suplai darah pada struktur-struktur seperti nucleus kaudatus,
putamen, bagian-bagian kapsula interna dan korpus kalosum dan bagian-bagian
lobus Frontalis dan parietalis serebri. Arteri serebri media menyuplai darah untuk
bagian lobus temporalis,parietalis,dan frontalis korteks serebri dan membentuk
penyebaran pada permukaan lateral yang menyerupai kipas. Arteri ini merupakan
sumber darah utama girus prasentralis dan postsentralis
Arteri Vertebrobasilaris
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subclavia sisi yang sama.
Arteri subclavia kanan merupakan cabang dari arteri inomata, sedangkan arteri
subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki
tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medulla
oblongata. Kedua arteri tersebut bersatu membentuk arteri basilaris. Tugasnya
mendarahi sebagian diensfalon, sebaian lobus oksipitalis dan temporalis, apparatus
koklearis dan organ-organ vestibular.
16
2.2. Stroke
2.2.1. Definisi Stroke
Berdasarkan WHO stroke merupakan keadaan defisit neurologis baik
secara fokal maupun global yang terjadi secara > 24 jam atau hingga
menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskular.
Stroke iskemik merupakan kumpulan gejala defisit neurologis akibat
gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun global yang mendadak,
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada parenkim otak,
retina atau medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah arteri maupun vena.
Stroke hemorarfik adalah gangguan organik otak yang disebabkan adanya
darah di parenkim otak atau ventrikel.
17
2.2.2. Epidemiologi Stroke
18
2. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
II. Berdasarkan stadium
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Stroke in evolution
c. Completed Stroke
III. Berdasarkan sistem pembuluh darah.
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler
19
darah di otak. Sedangkan perdarahan sekunder bukan hipertensif) terjadi
antara lain akibat anomali vaskuler kongenital, koagulopati, tumor otak,
vaskulopati nonhipertensif (amiloid serebral) vaskulitis, post stroke
iskemik, obat antikoagulan (fibrinolitik atau simpatomimetik). Pada
perdarahan intraserebral, pembuluh darah yang pecah terdapat di dalam otak
atau pada massa otak, sedangkan pada perdarahan subarakhnoid, pembuluh
darah yang pecah terdapat di ruang subarakhnoid, di sekitar sirkulus
arteriosus willisi. Pecahnya pembuluh darah disebabkan oleh kerusakan
dinding arteri (arteriosklerosis), atau karena kelainan kongenital misalnya
malformasi arteri-vena, infeksi (sifilis), dan trauma.
Hipertensi kronik dapat merusak pembuluh darah. Perubahan patologis
yang dapat ditimbulkan yaitu hipohialinosis, nekrorsis fibroid, serta
aneurisma tipe Bouchard. Hilangnya autoregulasi pembuluh darah otak
disertai perubahan patologis dinding pembuluh darah dapat menimbulkan
rupture pembuluh darah saat terjadi kenaikan tekanan darah tinggi secara
mendadak.
Terjadi akumulasi darah akibat ekstravasasi darah di dalam parenkim
otak awalnya akan mrnimbulkan efek massa. Kemudian, akumulasi darah
tersebut akan menyebabkan kerusakan otak sekunder melalui berbagai
mekanisme yaitu kerusakan sel neuron akibat zat-zat proteolitik di dalam
darah, hipermetabolisme, stres oksidatif dan inflamasi. Jika perdarahan
minimal, massa darah hanya dapat merasuk dan menyela di antara selaput
akson massa putih “dissecan splitting” tanpa merusaknya. Absorpsi darah
akan terjadi dengan sendirinya dan fungsi-fungsi neuron dapat kembali
pulih. Pada perdarahan masif, akumulasi darah yang mengandung zat-zat
proteolitik menimbulkan kerusakan sel parenkim otak. Selain itu karena
volume intrakranial bersifat konstan (hukum Monro-Kellie), akumulasi
darah akan meningkatkan tekanan intrakranial bahkan hingga herniasi.
Tekanan intrakranial yang meningkat akan memicu penurunan perfusi ke
otak.
Disrupsi suplai vaskular serta penurunan perfusi otak menginduksi
kaskade iskemik. Pada tingkat selular, deplesi oksigen atau glukosa
20
mengakibatkan kegagalan produksi ATP. Deplesi ATP mengakibatkan
kagagalan fungsi pompa ion dan memicu apopotosis. Kegagalan pompa ion
mengakibatkan hilangnya gradient konsentrasi pertukaran sodium
potasium, chloride dan ion kalsium. Menginduksi influks cairan di
interstisial ke intraseluler. Maka timbul edema sitotoksik.
Kerusakan akibat iskemik meicu ekspresi gen Bcl-2 dan p53 diikuti
pelepasan molekul proapoptotis seperti cytochrome c. Hal ini mengaktivasi
caspase dan gen lainnya yang berperan dalam menimbulkan kematian sel.
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya
mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling
sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, pons dan batang otak.
Perdarahan di daerah korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain
misalnya tumor otak yang berdarah (stroke like syndrome), malformasi
pembuluh darah otak yang pecah, atau penyakit pada dinding pembuluh
darah otak primer misalnya Congophilic angiopathy, tetapi dapat juga
akibat hipertensi maligna dengan frekuensi lebih kecil daripada perdarahan
subkortikal. Gejala neurologis biasanya timbul karena ekstravasasi darah ke
jaringan otak yang akan menyebabkan terjadinya nekrosis. Pada awalnya
hanya akan mendesak jaringan otak tanpa merusaknya, karena saat itu difusi
darah ke jaringan belum terjadi. Namun pada keadaan ini harus
dipertimbangkan untuk tindakan pembedahan untuk mengeluarkan darah
agar fapat dicehaj gejala sisa yang lebih parah. Absorpsi darah terjadi sekitar
3-4 minggu.
Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan subarachnoid terjadi akibat pecahnya aneurisme sakuler
pada 80% kasus non traumatik. Aneurisma sakuler ini merupakan proses
degenerasi vaskuler yang didapat (acquired) akibat proses hemodinamika
pada bifurkasio pembuluh arteri otak. Terutama di daerah sirkulus willisi,
yang sering terjadi di arteri komunikans anterior, arteri serebri media, arteri
21
serebri anterior, dan arteri komunikans posterior. Gejala perdarahan ini
sangat khas yaitu nyeri kepala hebat dan mendadak pada saat onset penyakit
dan muntah. Darah yang masuk ke ruang subarachnoid dapat menyebabkan
terjadinya hidrosefalus karena gangguan absorpsi cairan di granulation
pacchioni.
22
Gambar Algoritme Stroke Gajah Mada
Kesadaran:
Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2
Muntah: tidak = 0 ; ya = 1
Sakit kepala dalam 2 jam: tidak = 0 ; ya = 1
Tanda-tanda ateroma: tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1
(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)
Pembacaan:
Skor > 1 : Perdarahan otak
< -1: Infark otak
Sensivitas : Untuk perdarahan: 89.3%.
Untuk infark: 93.2%.
Ketepatan diagnostic : 90.3%.
23
2.2.7. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium: hematologi rutin, GDS, fungsi ginjal (ureum, kreatinin),
Activated Partial Thrombin Time (APTT), PT, GD2PP, HbA1C, profil
lipid, CRP, laju endap darah, elektrolit
- Urinalisa
- Rontgen thorax
- EKG
24
Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
Analgetik dan antipiretik, jika diperlukan
Gastroprotektor, jika diperlukan
Manajemen nutrisi
Pencegahan DVT dan emboli paru: heparin atau LMWH
Tata laksana spesifik
Koreksi koagulopati (prothrombine complex concentrate, jika
diperlukan)
Manajemen hipertensi (nicardipin, ARB, ACE-inhibitor, CCB, Beta
blocker, diuretic)
Manajemen gula darah (insulin, antidiabetic oral)
Pencegahan stroke hemorargik (manajemen factor risiko)
Neuroprotektor
Perawatan di Unit Stroke
Neurorestorasi/neurorehabilitasi
Tata laksana operatif
Kraniotomi evakuasi hematom, sesuai indikasi
Kraniotomi dekompresi, sesuai indikasi
VP Shunt/eksternal drainage, sesuai indikasi
2.2.9. Prognosis
Ad vitam : dubia adbonam
Ad sanationam : dubia adbonam
Ad fungsionam : dubia adbonam
Namun pada perdarahan otak yang luas dan disertai adanya gejala
peningkatan tekanan intrakranial, prognosis dubia ad malam.
25
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
26