Anda di halaman 1dari 143

BAB I

KONSEP KEPERAWATAN DAN KONSEP TERKAIT DAN


PENERAPANNYA PADA ASKEP KELUARGA

1.1 Konsep Keluarga

1.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yangtergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya

masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,

2010).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan

RI, 2014).

Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari

tiap anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil

dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan

kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi

antara individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).

Keperawatan Keluarga Page 1


Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah

tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. (Helvie,

dalam Harmoko 2012).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan

sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan

tinggal dalam satu rumah.

1.1.2 Fungsi Keluarga

Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:

1. Fungsi Afektif

Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan

psikologis anggota keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak

sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada

anggota keluarga.

3. Fungsi Reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan

untuk keberlangsungan hidup masyarakat,

4. Fungsi Ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.

Keperawatan Keluarga Page 2


5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan

kesehatan. (Marilyn M. Friedman, hal 86; 2010)

Berdasarkan UU No.10 tahun 1992 PP No.21 tahun 1994 tertulis fungsi

keluarga dalam delapan bentuk yaitu :

1. Fungsi Keagamaan

a. Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup

seluruh anggota keluarga.

b. Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada

seluruh anggota keluarga.

c. Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan

dari ajaran agama.

d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang

keagamaan yang kurang diperolehnya diseko lah atau masyarakat.

e. Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai

pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

2. Fungsi Budaya

a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan

norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin

dipertahankan.

b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma

dan budaya asing yang tidak sesuai.

Keperawatan Keluarga Page 3


c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya

mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi

dunia.

d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat

berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa

Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan

budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma

keluarga kecil bahagia sejahtera.

3. Fungsi Cinta Kasih

a. Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar

anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus-

menerus.

b. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara

kuantitatif dan kualitatif.

c. Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi

dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.

d. Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju

keluarga kecil bahagia sejahtera.

4. Fungsi Perlindungan

a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak

aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.

Keperawatan Keluarga Page 4


b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai

bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.

c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai

modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

5. Fungsi Reproduksi

a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi

sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.

b. Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga

dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.

c. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan

dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak

yang diinginkan dalam keluarga.

d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang

kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

6. Fungsi Sosialisasi

a. Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai

wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama.

b. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai

pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai onflik dan

permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan seko lah maupun

masyarakat.

c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang

diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan

Keperawatan Keluarga Page 5


mental), yang kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun

masyarakat.

d. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga

sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang

tua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju

keluarga kecil bahagia sejahtera.

7. Fungsi Ekonomi

a. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan

keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan

kehidupan keluarga.

b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan

keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.

c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan

seimbang.

d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

8. Fungsi Pelestarian Lingkungan

a. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan internal

keluarga.

b. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan eksternal

keluarga.

Keperawatan Keluarga Page 6


c. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang

serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan

lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

d. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup

sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

(UU No.10 tahun 1992 PP No.21 tahun 1994, dalam Setiadi 2008)

1.1.3 Tipe dan Bentuk Keluarga

Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :

1. Nuclear Family

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu

rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu/ keduanya dapat bekerja di laur rumah.

2. Extended Family

Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.

3. Reconstitud Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya,

baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.

Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

Keperawatan Keluarga Page 7


4. Middle Age/ Aging Couple

Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/

perkawinan/meniti karier.

5. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah

satu bekerja di rumah.

6. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-

anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.

7. Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

8. Commuter Married

Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,

keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

9. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.

10. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

11. Institutional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.

Keperawatan Keluarga Page 8


12. Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-

anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

13. Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu

kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan

semua adalah orang tua dari anak-anak.

14. Unmarried paret and child

Ibu dan anak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi.

15. Cohibing Cauple

Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

(Harmoko, hal 23; 2012).

1.1.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut :

1. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan

secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki

kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan

pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan

balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik,

dan valid.

Keperawatan Keluarga Page 9


Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila

tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal,

dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga

bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas,

judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan

gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi

miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.

a. Karakteristik pemberi pesan :

1) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.

2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.

3) Selalu menerima dan meminta timbal balik.

b. Karakteristik pendengar

1) Siap mendengarkan

2) Memberikan umpan balik

3) Melakukan validasi

2. Struktur Peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal

atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal

status sebagai istri/suami.

3. Struktur Kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak

Keperawatan Keluarga Page 10


(legimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power),

hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.

4. Struktur Nilai dan Norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola

perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan

keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

a. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat

mempersatukan anggota keluarga.

b. Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem

nilai dalam keluarga.

c. Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan

ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Friedman, dalam

Harmoko hal 19; 2012)

1.1.5 Tahap dan Perkembangan Keluarga

1. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu

suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan

keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk

keluarga baru.

Suami istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu

mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan

Keperawatan Keluarga Page 11


penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan

menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina

hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-

masing. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan

kebiasaan sendiri dan pasangannya.

Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan

sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat

untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.

b. Menetapkan tujuan bersama;

c. Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok sosial;

d. Merencanakan anak (KB)

e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk

menjadi orang tua.

2. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (Child Bearing

Family)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai

kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan

(2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan

suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.

Keperawatan Keluarga Page 12


Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam

keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran

bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua

pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau

sebaliknya.

Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :

a. Persiapan menjadi orang tua

b. Membagi peran dan tanggung jawab

c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang

menyenangan

d. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing

e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga

f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita

g. Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with

preschool)

Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir

saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap

kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningatkan

pertumbuhannya.

Keperawatan Keluarga Page 13


Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat

bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya

sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan ekerjaan (punya

waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi.

Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan

mengarahkan perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan

perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng

dengan cara menguatkan kerja sama antara suami istri. Orang tua

mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak,

khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini

tercapai.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tinggal,

privasi, dan rasa aman

b. Membantu anak untuk bersosialisasi

c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang

lain juga harus terpenuhi

d. Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar

keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar)

e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling repot)

f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

Keperawatan Keluarga Page 14


4. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with

children)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada

usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga

mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehngga keluarga sangat

sibuk.

Selain aktifitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas dan

minat sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda

dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas

perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah

dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik

aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan keluarga

pada tahap ini sebagai berikut:

a. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan

semangat belajar

b. Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan

c. Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual

d. Menyediakan aktifitas untuk anak

e. Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.

5. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya

berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah

orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi

Keperawatan Keluarga Page 15


tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri

menjadi lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara

lain sebagai berikut :

a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab

mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.

b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

c. Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari

perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

6. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching

center families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.

Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau

jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.

Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk

tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga

empersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan

tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri.

Saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang

dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan

merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena

anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini

Keperawatan Keluarga Page 16


orang tua perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai

pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki

masa tua

d. Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak

e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga

f. Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek

g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-

anaknya.

7. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)

Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini

semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk

mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini antara lain adalah:

a. Mempertahankan kesehatan

b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah

minat sosial dan waktu santai

c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua

Keperawatan Keluarga Page 17


d. Keakraban dengan pasangan

e. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga

f. Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban

pasangan.

8. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu

pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia

lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena

berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stresor

tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan

sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan

fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan

merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih

dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama

anaknnya. Tugas perkembangan tahap ini adalah :

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,

dan pendapatan

c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

d. Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat

e. Melakukan life review

Keperawatan Keluarga Page 18


f. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian

(Harmoko, 2012).

1.1.6 Struktur Peran Keluarga

Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara

ralatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang yang

menempati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan

atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh

individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi harapan diri atau orang lain

terhadap mereka. Posisi atau status didefinisikan sebagi letak seseorang dalam

suatu sistem sosial.

Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasikan menjadi

dua yaitu:

1. Peran Formal Keluarga

Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur

peran keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait dengan masing – masing

posisi keluarga formal adalah peran terkait atau sekelompok perilaku yang

kurang lebih homogen. Keluarga membagi peran kepada anggota

keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara masyarakat membagi

perannya: berdasarkan pada seberapa pentingnya performa peran terhadap

berfungsinya sistem tersebut.

Keperawatan Keluarga Page 19


2. Peran Informal Keluarga

Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada

permukaannya, dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota

keluarga dan/atau memelihara keseimbangan keluarga. Keberadaan peran

informal diperlukan untuk memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi dari

kelompok keluarga.

1.1.7 Proses dan Strategi koping Keluarga

Menurut Friedman (2010) Proses dan strategi koping keluarga berfungsi

sebagi proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi keluarga. Tanpa

koping keluarga yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, dan

perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat. Oleh karena itu, proses

dan strategi koping keluarga mengandung proses yang mendasari yang

menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi keluarga yang diperlukan.

1.1.8 Keluarga sebagai Klien

Menurut Haarmoko (2010) keluarga dijadikan unit pelayanan karena

masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling berhubungan

masyarakat secara keseluruhan.

1. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan

a. Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan sebagai

gambaran manusia

Keperawatan Keluarga Page 20


b. Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi dapat

pula mencegah masalah kesehatan dan menjadi sumber daya pemecah

masalah kesehatan.

c. Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi terhadap

individu dalam keluarga

d. Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan

potensi tiap individu dalam keluarga

e. Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah

f. Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan

mengembangan kesehatan kepada masyarakat.

2. Siklus Penyakit dan Kemiskinan dalam Masyarakat

Pemberian asuhan keperawatan keluarga harus lebih ditekankan pada

keluarga-keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah. Alasannya

adalah keluarga dengan ekonomi yang rendah umumnya berkaitan dengan

ketidakmampuan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang mereka

hadapi.

Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi,

perumahan dan lingkungan yang sehat, dan kebutuhan-kebutuhan laninnya.

Semua ini akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan. (Harmoko,

2012).

Keperawatan Keluarga Page 21


1.1.9 Macam-macam Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam, di antaranya adalah:

(Mubarok, 2010, hal. 68)

1.     Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ayah.

2.     Matrilineal

Matrrilineal adalah keluarga sederah yang terdiri atas sanak saudara dalam

beberapa generasi di mana hubungan itu disusn melalui jalur garis ibu.

3.     Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sederah istri.

4.     Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sederah suami.

5.     Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan suami istri.

Keperawatan Keluarga Page 22


1.2 Konsep Keluarga Sejahtera

1.2.1 Definisi Keluarga Sejahtera

Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :”

1. “Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan

tentram”.

2. “Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan

yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang

layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang

selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan

masyarakat dan lingkungan”.

Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja,

melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang

berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman

hidup.

Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga pada unit atau

kesatuan yag dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui pegobatan sebagai

saran atau penyalur (Bailon dan Maglaya, 1978).

1.2.2 Tujuan Keluarga Sejahtera

1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi

2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menganalisis potensi dan

peluang yang dimiliki

Keperawatan Keluarga Page 23


3. Meningkatnya kemauan masyarakat dalam memecahkan masalah secara

mandiri

4. Meningkatnya gotong royong dan kesetiakawanan sosial dalam membantu

keluarga khususnya keluarga prasejahtera untuk meningkatkan

kesejahteraannya.

1.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan

1.  Faktor Intern Keluarga

a. Jumlah anggota keluarga

Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat

tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan,

pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti

hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan lingkungan

yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi

jika jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.

b. Tempat tinggal

Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga.

Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan

penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan

mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang

tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati.

Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang

Keperawatan Keluarga Page 24


disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman dan

tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal.

c. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga alasan yang paling kuat

adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga

dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik

dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara

anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar

didasari ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan

adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan

saling mempercayai.

d. Keadaan ekonomi keluarga

Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang

dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula

cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin

banyak sumber-sumber keuangan/ pendapatan yang diterima, maka akan

meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/

pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar

berdagang, dsb.

2.      Faktor Ekstern

Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan

terjadinya kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga

Keperawatan Keluarga Page 25


perlu di hindarkan, karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan

kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.

Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan

ketentraman batin anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan

keluarga antara lain:

a. Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.

b. Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus

penyakit.

c. Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income

perkapita rendah, inflasi (BKKBN, 1994 : 18-21)

1.2.4 Tahapan-Tahapan Kesejahteraan

1.  Keluarga Pra Sejahtera

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic

need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang,

papan, kesehatan dan KB.

a. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota

keluarga

b. Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam

sehari.

c. Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja,

sekolah atau berpergian.

d. Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.

Keperawatan Keluarga Page 26


e. Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke

sasaran kesehatan.

2.      Keluarga Sejahtera I

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial

psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan

tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a

s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi

yaitu:

a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

b. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan daging, ikan

atau telur.

c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian

baru pertahun

d. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna

rumah

e. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat

f. Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.

g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis

huruf latin.

h. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini

i. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur

memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

Keperawatan Keluarga Page 27


3.      Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan

dasasrnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya

seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah

terpenuhi (a s/d n telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum

yaitu:

a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.

b. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.

c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan

ini dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.

e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali

perbulan.

f. Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.

g. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai

kondisi daerah.

4.      Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,

kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum

dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti

sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

Keperawatan Keluarga Page 28


Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan

pengembangan telah terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian

belum yaitu:

a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan

sumbangan bagi kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.

b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus

perkumpulan atau yayasan atau instansi masyarakat.

(BKKBN,1994:21-23).

c. Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan

(pangan, sandang, dan papan) yang harus dipenuhi dengan kekayaan

atau pendapatan yang dimiliki barulah dikatakan makmur dan

sejahtera.

1.2.5 Peran Perawat dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera

Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan

sejahtera tahap I. Di dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat

mempunyai beberapa peran antara lain :

1. Pemberi informasi

Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala

sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.

2. Penyuluh

Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang

kesehatan dan tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus memberikan

Keperawatan Keluarga Page 29


penyuluhan baik kepada perorangan dalam keluarga ataupun kelompok

dalam masyarakat.

3. Pendidik

Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu,

keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan

tersebut perawat harus mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan selalu

memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.

4. Motivator

Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku

positif dalam kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih

berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan sebagai motivator.

5. Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib bagi

setiap perawat untuk memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan kepada

keluarga khususnya untuk yang belum pernah menggunakan sarana

pelayanan kesehatan dan pada keadaan salah satu/lebih anggota keluarga

perlu dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.

6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait. Adakalanya masalah kesehatan

yang ditemukan bukanlah disebabkan oleh faktor penyebab yang murni dari

kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor lain. Dalam hal ini perawat harus

menghubungi sektor terkait.

7. Pemberi pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi

Asuhan Keperawatan yang profesional kepada individu, keluarga dan

Keperawatan Keluarga Page 30


masyarakat. Pelayanan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan

mental, keterbataan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju

kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan

yang dilakukan bersifat "promotif', `preventif', "curatif' serta "rehabilitatif'

melalui proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan

masalah secara ilmiah dan terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses.

Kegiatan tersebut dilaksanakan secara profesional, artinya tindakan,

pelayanan, tingkah laku serta penampilan dilakukan secara sungguh-sungguh

dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan, bekerja keras dalam

penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS ".

8. Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan

kekuatan mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya

9. Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data yang

akurat dan dapat dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-peran tersebut

di atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau bersama-sama tergantung

situasi dan kondisi yang dihadapi.

1.2.6 Masalah Tindah Lanjut

Kenyataan, dalam melaksanakan perannya sebagai pembina keluarga

sejahtera masih banyak ditemukan hambatan/masalah antara lain :

1. Faktor Keluarga :

a. Keluarga menolak kehadiran perawat

b. Ketidak-percayaan masyarakat terhadap perawat

Keperawatan Keluarga Page 31


c. Adat istiadat

d. Ekonomi

2. Faktor Perawat

a. Secara kuantitas jumlah perawat masih kurang

b. Secara kualitas, belum optimal Hal ini terjadi karena "basic" pendidikan

perawat yang berbeda-beda, kemauan menambah ilmu pengetahuan

masih kurang, kepercayaan diri yang kurang.

c. Terlalu muda khususnya bagi perawat yang ada di desa (PKD) sehingga

sering diabaikan oleh masyaakat

d. Kompensasi yang berlebihan dengan rasa sesama Corps ("ESPRIT DE

CORPS") yang kurang.

e. Masih ada perawat yang bekerja di luar wewenangnya sebagai perawat

Untuk menanggulangi masalah/hambatan di atas, khususnya ditujukan

kepada diri sendiri (perawat) antara lain :

1. Interospeksi, yaitu menilai, mengevaluasi diri sendiri, kelemahan dan

kekuatan yang dimiliki, kesempatan apa yang bisa diraih/diperoleh dan

tantangan apa yang akan dihadapi.

2. Perubahan perilaku untuk maju dan berkembang dengan kemauan yang

keras untuk menambah ilmu pengetahuan

3. Menunjukkan "eksistensi" perawat sebagai "mitra dokter" Menyadari dan

mencari upaya-upaya koordinasi dan kolaborasi Meningkatkan rasa sesama

Corps

Keperawatan Keluarga Page 32


4. Dan yang terpenting adalah "menghargai diri sendiri"

5. Perubahan pendidikan keperawatan

6. Mentaati kode etik keperawatan.

1.3 Konsep Keperawatan Keluarga

1.3.1 Pengertian

Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi

Keperawatan Konsep dan Praktik, proses keperawatan adalah metode dimana

suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Proses keperawatan terdiri

dari lima tahap yang berhubungan dan berurutan yaitu penkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.3.2 Tingkatan Keperawatan Keluarga

Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:

1.    Level 1

Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus

pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan

diintervensi.

2.    Level 2

Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah

kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan

diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang

terpisah.

Keperawatan Keluarga Page 33


3.    Level 3

Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam

keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang

berinteraksi, fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan

perkawinan; dll.

4.    Level 4

Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama

dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai

latar belakang, keluarga dipandang sebagai interaksional system, fokus

intervensi: dinamika internal keluarga; struktur dan fungsi keluarga;

hubungan sub-sistem keluarga dengan lingkungan luar.

1.3.3 Peran Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Kesehatan

Keluarga

1. Pendidikan Kesehatan

Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan satu dari

pendekatan intervensi keperawatan keluarga yang utama. Pendidikan dapat

mencakup berbagai bidang, isi dan fokus, termasuk promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit, masalah kesakitan/disabilitas dan dampaknya, serta

dinamika keluarga. (Friedman, 2010) Watson (1985) menekankan bahwa

pendidikan memberikan informasi kepada klien, dengan demikian,

membantu mereka untuk dapat mengatasi secara lebih efektif terhadap

perubahan kehidupan dan peristiwa yang menimbulkan stres. Mendapatkan

Keperawatan Keluarga Page 34


informasi yang berarti, membantu anggota keluarga lebih merasa memegang

kendali dan mengurangi stres. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk

mengartikan lebih jelas pilihan mereka dan lebih berhasil menyelesaikan

masalah mereka. (Friedman, 2010)

2. Konseling

Konseling adalah suatu proses bantuan interaktif antara konselor dan

klien yang ditandai oleh elemen inti penerimaan, empati, ketulusan, dan

keselarasan. Hubungan ini terdiri dari serangkaian interaksi sepanjang waktu

berupa konselor yang melalui berbagai teknik aktif dan pasif, berfokus pada

kebutuhan, masalah atau perasaan klien yang telah memengaruhi perilaku

adaptif klien. (Bank, 1992 dalam Friedman 2010)

Elemen inti konseling adalah empati atau menyelami atau merasakan

perasaan dan perilaku orang lain; penerimaan positif terhadap klien; dan

selaras atau tulus, tidak berpura-pura dan jujur dalam hubungan klien-

perawat. ( Friedman, 2010)

3. Membuat Kontrak

Suatu cara efektif bagi perawat yang berpusat pada keluarga agar dapat

dengan realistik membantu individu dan keluarga membuat perubahan

perilaku adalah dengan cara membuat kontrak.

Kontrak adalah persetujuan kerjasama yang dibuat antara dua pihak

atau lebih, misalnya antara orang tua dan anak. Agar tepat waktu dan

relefan, kontrak waktu dapat dinegosiasi secara terus menerus dan harus

mencakup area sebagai berikut: tujuan, lama kontrak, tanggung jawab klien,

Keperawatan Keluarga Page 35


langkah untuk mencapai tujuan, dan penghargaan terhadap pencapaian

tujuan (Sloan dan Schommer, 1975; Steiger dan Lipson, 1985 dalam

Friedman 2010). Biasanya kontrak dibuat dalam bentuk tertulis, singkat,

sederhana dan tanpa paksaan (Goldenbergh & Goldenbergh, 2000 dalam

Friedman 2010).

4. Manajemen Kasus

Manajemen kasus memiliki riwayat perkembangan sebagai bagian dari

peran perawat kesehatan masyarakat; terakhir dugunakan di tatanan layanan

kesehatan yang bersifat akut. (Carry 1996 dalam Friedman 2010).

Pertumbuhan perawatan terkelola telah menjadi kekuatan utama munculnya

menejemen kasus. Perawatan terkelola yang menekankan pada pengendalian

biaya dan peningkatan efisiensi perawatan, sementara memelihara kualitas

perawatan dan kepuasan klien, benar-benar membentuk cara menejemen

kasus berfungsi (Jones, 1994; MacPhee & Hoffenbergh, 1996 dalam

Friedman 2010).

5. Advokasi Klien

Komponen utama dari menejemen kasus adalah advokasi klien (Smith,

1993 dalam Friedman 2010). Advokasi adalah seseorang yang berbicara atas

nama orang atau kelompok lain. Peran sebagai advokat klien melibatkan

pemberian informasi kepada klien dan kemudian mendukung mereka apapun

keputusan yang mereka buat (Bramlett, Gueldener, dan Sowell, 1992;

Kohnke, 1982 dalam Friedman 2010)

Keperawatan Keluarga Page 36


Perawat keluarga dapat menjadi advokat klien dengan sedikitnya

empat cara, yaitu :

a. Dengan membantu klien memperoleh layanan yang mereka butuhkan dan

menjadi hak mereka

b. Dengan melakukan tindakan yang menciptakan sistem layanan kesehatan

yang lebih responsif terhadap kebutuhan klien

c. Dengan memberikan advokasi untuk memasukan pelayanan yang lebih

sesuai dengan sosial-budaya.

d. Dengan memberikan advokasi untuk kebijakan sosial yang lebih

responsive (Canino dan Spurlock, 1994 dalam Friedman, 2010).

6. Koordinasi

Salah satu peran advokasi klien yang diterima secara luas adalah

koordinator. Karena inti dari menejemen kasus adalah juga koordinasi,

pengertian advokasi dan koordinasi pada pokonya saling tumpang tindih.

Pada kenyataannya menejemen kasus sering kali diartikan sebagai

koordinasi (khususnya di bidang kerja sosial), dan dirancang untuk

memberikan berbagai pelayanan kepada klien dengan kebutuhan yang

kompleks di dalam suatu pengendali tunggal. (Sletzer, Litchfield, Lowy &

Levin, 1989 dalam Friedman, 2010)

7. Kolaborasi

Kolaborasi Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama

dengan pelayan rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang

lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi

Keperawatan Keluarga Page 37


tidak hanya dialukakan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga dikeluarga

dan komunitaspun dapat dilakukan. Kolaborasi menurut Lamb dan

Napadano (1984) dalam Friedman (2010) adalah proses berbagi perencanaan

dan tindakan secara berkelanjutan disertai tanggng jawab bersama terhadap

hasil dan kemampuan bekerjasama untuk tujuan sama menggunakan teknik

penyelesaian masalah.

8. Konseling

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat maka

hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus

bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada

Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.

Konsultasi termasuk sebagai intervensi keperawatan keluarga karena

perawat keluarga sering berperan sebagai konsultan bagi perawat, tenaga

profesional, dan para profesional lainnya ketika informasi klien dan keluarga

serta bantuan diperlukan (Friedman, 2010).

1.3.4 Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga terdiri pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang selalu

terdokumentasi. Secara terperinci, proses keperawatan yaitu :

Keperawatan Keluarga Page 38


1.      Pengkajian

Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi

Keperawatan Konsep dan Praktik dinyatakan, pengkajian adalah tahap

awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis

dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan

dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat,

lengkap dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan

suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai dari American Nursing Assosiation (ANA).

Menurut Suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan

Keluarga, menyatakan beberapa hal yang perlu dilakukan pada pengkajian,

yaitu::

b. Membina hubungan yang baik antara perawat dan klien (keluarga)

merupakan modal utama untuk melaksanakan asuhan keperawatan.

Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan strategi perawat

untuk memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan

kesehatannya.

1) Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan

ramah.

2) Menjelaskan tujuan kunjungan.

Keperawatan Keluarga Page 39


3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk

membantu keluarga menyelsaikan masalah kesehatan yang ada.

4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat

dilakukan, dan menjelaskan kepada keluarga tentang tim kesehatan

lainnya yang menjadi jaringan perawat.

c. Pengkajian ini berfokus sesuai data yang diperoleh dari unit layanan

kesehatan.

d. Pengkajian lanjutan, yaitu : tahap pengkajian untuk memperoleh data

yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi

pada pengkajian awal. Disini perawat mengungkapkan keadaan keluarga

hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.

Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi

Keperawatan Konsep dan Praktik, ada tiga metode yang digunakan dalam

pengumpulan data pada tahap pengkajian, yaitu :

a. Komunikasi

Interaksi perawat dengan klien harus berdasarkan komunikasi. Istilah

komunikasi terapeutik adalah suatu tehnik dimana usaha mengajak klien dan

keluarga untuk menukar pikiran dan perasaan.

b. Observasi

Tahap kedua pengumpulan data adalah dengan observasi.Observasi adalah

mengamati perilaku, keadaan klien dan lingkungan.

c. Pemeriksaan fisik

Empat tehnik dalam pemeriksaan fisik, yaitu :

Keperawatan Keluarga Page 40


1) Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematik. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indra

penglihatan, dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data.

2) Palpasi adalah suatu tehnik menggunakan indra peraba. Tangan dan jari

adalah suatu instrument yang sensitif yang digunakan untuk

mengumpulkan data tentang : temperatur, tugor, bentuk, kelembaban,

vibrasi, dan ukuran.

3) Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk

membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan

menghasilkan suara.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang

dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan singkat, jelas dan pasti

tentang masalah klien yang nyata/potensial serta penyebabnya dapat

dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan. Tujuan dirumuskan

diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi masalah keperawatan

dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit, faktor-

faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah/etiologi,

kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.

(Handayaningsih, 2007)

Keperawatan Keluarga Page 41


Diagnosa keperawatan mempunyai 4 komponen diantaranya label

merupakan sebuah nama untuk sebuah diagnosa yang mencakup, minimal,

fokus diagnosa dan penilalian keperawatan. Definisi adalah deskripsi yang

jelas dan tepat; mengambarkan makna dan membantu membedakannya dari

diagnosa yang serupa. Batasan karakteristik adalah isyarat/kesimpulan yang

dapat diobservasi dan berkelompok sebagai manifestasi diagnosa aktual atau

promosi kesehatan. Faktor yang berhubungan adalah faktor yang

menunjukkan beberapa jenis pola berhubungan dengan diagnosa

keperawatan. (Carpenito, 2000)

Cara menegakkan diagnosa keperawatan aktual (actual nursing

diagnosis) dengan menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan

melalui batasan karakteristik yang diidentifikasi minimal 3 batasan

karakteristik. Rumus dalam menegakkan diagnosa keperawatan aktual

adalah ada problem/masalah, etiologi/penyebab, symptom/tanda dan gejala.

Diagnosa keperawatan keluarga adalah pernyataan tentang masalah

kesehatan serta penyebab atau faktor-faktor yang menunjang atau

menyebabkan suatu masalah sehingga keluarga mampu untuk mencegah

atau menyelesaikan masalah dalam konteks keluarga. Tipe dan komponen

diagnosa keperawatan, antara lain:

a. Diagnosa Keperawatan Aktual

Diagnosis keperawatan aktual mewakili masalah yang telah divalidasi

dengan adanya batasan karakteristik mayor. Jenis diagnosis keperawatan

Keperawatan Keluarga Page 42


ini mempunyai empat komponen: label, definisi, batasan karakteristik,

dan faktor yang berhubungan.

b. Diagnosa Keperawatan Risiko dan Risiko Tinggi

Sesuai dengan definisi NANDA, diagnosis keperawatan risiko adalah

“penilaian klinis bahwa suatu individu, keluarga, atau komunitas lebih

rentan mengalami masalah tersebut daripada yang lainnya dalam situasi

yang sama atau hampir sama”.  Diagnosis risiko tinggi harus tetap ada

dalam daftar masalah atau catatan perkembangan. Perawat tidak perlu

memasukkan diagnosis risiko ke dalam rencana atau catatan keperawatan

individu.

c. Diagnosa Keperawatan Kemungkinan

Diagnosa keperawatan kemungkinan adalah pernyataan yang menjelaskan

tentang masalah yang dicurigai muncul, tetapi masih memerlukan data

tambahan. Dengan diagnosis keperawatan kemungkinan, perawat

mempunyai beberapa data untuk mendukung penegasan diagnosis, tetapi

tidak mencukupi.

d. Diagnosa Keperawatan Sejahtera

Diagnosa keperawatan sejahtera adalah “penilaian klinis tentang individu,

kelompok atau komunitas yang mengalami transisi dari tingkat sejahtera

tertentu menjadi tingkat sejahtera yang lebih tinggi.

Keperawatan Keluarga Page 43


e. Diagnosa Keperawatan Sindrom

Diagnosa keperawatan sindrom terdiri atas sekelompok diagnosa

keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul

akibat peristiwa atau situasi tertentu.

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkan pada pengkajian. Tipologi dari Diagnosa Keperawatan :

1.  Aktual ( Terjadi Defisit / Gangguan Kesehatan ).

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari

gangguan kesehatan.

Contoh :

a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (anak

N), keluarga Tn Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

b. Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ny Y) keluarga Tn A

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan keterbatasan gerak (rematik)

c. Perubahan peran dalam keluarga (Tn A) berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran sebagai suami.

2. Resiko (Ancaman Kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namum belum terjadi gangguan, misal :

lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat,

stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.

Keperawatan Keluarga Page 44


Contoh ;

a. Resiko terjadi konflik pada keluarga Tn K berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi.

b. Resiko gangguan perkembangan pada balita (An N) keluarga Tn Y

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi

terhadap balita.

c. Resiko gangguan pergerakan pada lansia (Ny Y) keluarga Tn A

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan keterbatasan gerak.

3.  Potensial (Keadaan Sejahtera / ” Wellness”)

Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga

kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.

Contoh :

a. Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ny M)

keluarga Tn K.

b. Potensial peningkatan status kesehatanpada bayi keluarga Tn X.

c. Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru meniklah

keluarga   Tn. L.

3. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya

(1978) sebagai berikut :

Keperawatan Keluarga Page 45


N Kriteria Skor Bobot
O
1 Sifat Masalah   1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
-Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah   2
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah   1
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolkan masalah   1
Masalah berat, harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak segera 1
ditangani  
Masalah tidak dirasakan 0
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:

1)   Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.

2)   Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

3)   Jumlahkan skor untuk semua criteriaskor tertinggi adalah 5.

Cara penghitungan Scoring :


1.      Tentukan skor untuk tiap krtieria.
2.      Skor  dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
         Skor X Bobot
         Angka tertinggi   
3.      Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah yaitu:

1. Sifat masalah

Keperawatan Keluarga Page 46


Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang

sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan

tindakan yang segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh

keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan bobot yang paling sedikit

atau rendah karena faktor–faktor kebudayaan biasanya dapat memberikan

dukungan bagi keluarga untuk mengatasi masalahnya dengan baik.

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika

ada tindakan (intervensi). Faktor–faktor yang perlu diperhatikan dalam

menentukan skore kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah:

a. Pengetahuan dan tehnologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk

menangani masalah.

b. Sumber–sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik,

keuangan atau tenaga.

c. Sumber–sumber dari keperawatan misalnya: dalam bentuk pengetahuan,

ketrampilan dan waktu.

d. Sumber–sumber di masyarakat misalnya: dalam bentuk fasilitas

kesehatan, organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat.

3. Potensi masalah bila dicegah

Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi

atau dicegah. Faktor–faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan

skore kriteria potensi masalah bisa dicegah adalah:

a. Kepelikan dari masalah

Keperawatan Keluarga Page 47


Yaitu berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosa

penyakit atau kemungkinan merubah masalah. Pada umumnya makin

berat masalah tersebut makin sedikit kemungkinan untuk merubah atau

mencegah sehingga makin kecil potensi masalah yang akan timbul.

b. Lamanya masalah

Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut.

Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan

potensi masalah bila dicegah.

c. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka/rawan

Adanya kelompok tersebut pada keluarga akan menambah potensi

masalah bila dicegah.

4. Menonjolnya masalah

Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang

beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu

diperhatikan dalam memberikan skore pada kriteria ini, perawat perlu

menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut menilai masalah. Dalam

hal ini jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani

segera maka harus di beri skore yang tinggi.

4. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Tahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai

intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau

mengurangi masalah-maslah klien dan keluarga.

Keperawatan Keluarga Page 48


Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam sebuah proses

keperawatan keluarga. Dalam menentukan tahap perencanaan  perawat

memerlukan berbagai pengetahuan dan ketrampilan, diantaranya

pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan

klien, batasan praktek keperawatan, peran dari tenaga akesehatan lainnya,

kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan

serta kemampuan dalam melakukuan kerjasama dengan tingkat kesehatan

lain. 

Jadi perencanaan keperawatan merupakan suatu proses di dalam

pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang suatu apa yang

akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang

melakukan dari semua tindakan keperawatan (Hidayat, 2008).

Kualitas rencana keperawatan dapat menjamin sukses dan keberhasilan

rencana keperawatan, yaitu :

a. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan

kepada analisa yang menyeluruh tentang masalah.

b. Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat

menghasilkan apa yang diharapkan.

d. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan.

e. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam:

1) Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga.

2) Menentukan prioritas masalah.

3) Memilih tindakan yang tepat.

Keperawatan Keluarga Page 49


4) Pelaksanaan tindakan.

5) Penilaian hasil tindakan.

e.        Dibuat secara tertulis.

5. Pelaksanaan

Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya

Asuhan Keperawatn Keluarga, menyebutkan tindakan keperawatan keluarga

mencakup hal-hal berikut, yaitu :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan

tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan

mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat

dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan

perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan yang

menjadi sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat

Keperawatan Keluarga Page 50


digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga

seoptimal mungklin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan

cara mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga

dan membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.

6. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana

tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi

memungkinkan perawat untuk memonitor “kealfaan” yang terjadi selama

tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan Nursalam

(2008).

Dalam Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi

Keperawatan Konsep dan Praktik, dinyatakan evaluasi sebagai sesuatu yang

direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien.

Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka

perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi kualitas

asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan :.

a. Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari proses

keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi

proses harus segera dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan

diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas interfrensi tersebut.

Keperawatan Keluarga Page 51


b. Evaluasi hasil, fokus efaluasi hasil adalah prubahan prilaku atau status

kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif, feksibel,

dan efesiensi.

1.4 Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga

1.4.1 Definisi Keperawatan Keluarga

Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) mengatakan

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat

yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga pada unit atau kesatuan yag

dirawat, denngan sehat sebagai tujuan melalui pegobatan sebagai saran atau

penyalur.

1.4.2 Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Perawatan Keluarga

Dalam memberikan asuhan perawatan keluarga, ada beberapa peranan yang

dapat dilakukan oleh perawat antara lain:

1. Pemberian asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

2. Pengenal atau pengamat masalah kebutuhan kesehatan keluarga

3. Coordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga

4. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan

perawat mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan

membantu mencarikan jalan pemecahannya

5. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk

merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku yang

sehat

Keperawatan Keluarga Page 52


1.4.3 Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga

Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan


asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah:
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai
tujuan utama.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat melibatkan
peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan
kebutuhan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan
prefentif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan prefentif.
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan
keluarga.
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga keseluruhan.
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dalam menggunakan
proses keperawatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan
dasar/perawatan dirumah.
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

Keperawatan Keluarga Page 53


BAB II
TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA

2.1 Trend dan Issue Keperawatan Keluarga

2.1.1 Pengertian

Trend adalah sesuatu yang sedang booming, aktual, dan sedang hangat

diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang

dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut

ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana

alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.

Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang

booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam

ruang lingkup keperawatan keluarga.

Adapun trend dan isu dalam keperawatan keluarga, diantaranya:

1. Global

a. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku

keluarga.

b. Kemajuan dan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

global sehingga penyebarannya semakin meluas.

c. Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi

penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran

yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah.

Keperawatan Keluarga Page 54


d. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan

yang ketak serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang

mengutamakan kualitas pendidikan.

e. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta

pelayanan kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang

tinggi.

f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system

yang belum berkembang.

g. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi kementrian

kesehatan sudah menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga

dan model keperwatan keluarga di rumah yang perlu disosialisasikan.

h. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.

i. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.

j. Kerjasama lintas program dan lintas sektor belum memadai.

k. Model pelayanan  belum mendukung peranan aktif semua profesi.

2. Pelayanan

a. Sumber daya manusia belum dapat menjawab tantangan global dan belum

ada perawat keluarga.

b. Penghargaan / reward rendah.

c. Bersikap pasif.

d. Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.

e. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.

Keperawatan Keluarga Page 55


3. Pendidikan

a. Lahan untuk praktik klinik terbatas, namun institusi pendirian pendidikan

keperawatan cenderung mudah

b. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.

c. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.

d. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.

e. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.

4. Profesi

a. Standar kompetensi belum disosialisasikan.

b. Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.

c. Kompetensi  berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.

d. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.

e. Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.

f. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.

1.2.2 Permasalahan Mengenai Trend dan Isu Keperawatan Keluarga

Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang

muncul di Indonesia :

1. Sumber daya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global

serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita.

2. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga

kesehatan.

3. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.

Keperawatan Keluarga Page 56


4. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana pelayanan

kesehatan yang memiliki kualitas baik.

5. Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.

6. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system

yang belum berkembang.

7. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah

disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara

umum.

8. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan

fasilitas transportasi yang cukup.

9. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.

10. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.

11. Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga

terbatas.

12. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.

13. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.

Trend dan Isu Nasional :

1. Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan.

2. Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan.

3. Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan.

Keperawatan Keluarga Page 57


1.2.3 Isu Terbaru Dalam Keperawatan Keluarga

Menurut Friedman dkk (2013,hal. 41-42), berdasarkan kajian kami

terhadap literatur dan diskusi profesional dengan kolega di bidang keperawatan

keluarga, 8 isu penting dalam keperawatan keluarga saat ini:

1. Isu Praktik:

a. Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik

klinis.

Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan penerapan

pengetahuan ini jelas merupakan masalah di semua bidang dan

spesialisasi di keperawatan, meskipun kesenjangan ini lebih tinggi di

keperawatan keluarga.

Keperawatan yang berpusat pada keluarga juga masih dinyatakan

ideal dibanding praktik yang umum dilakukan. Wright dan Leahey

mengatakan bahwa faktor terpenting yang menciptakan kesenjangan ini

adalah “ cara perawat menjabarkan konsep masalah sehat dan sakit. Hal

ini merupakan kemampuan “berfikir saling mempengaruhi”: dari tingkat

individu menjadi tingkat keluarga (saling mempengaruhi)”.

b. Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih

mudah untuk di integrasikan dalam praktik.

Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan kesehatan

besar-besaran, yang mencakup perkembangan pesat sistem pengelolaan

perawatan berupa sistem pemberian layanan kesehatan yang kompleks,

multi unit, dan multi level sedang dibentuk. Sebagian dari restruturisasi

Keperawatan Keluarga Page 58


ini juga termasuk kecenderungan pasien dipulangkan dalam “keadaan

kurang sehat dan lebih cepat” dan pengurangan jumlah rumah sakit,

pelayanan dan staf, serta pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas.

Perubahan ini menyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan

beban kerja dalam profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan

klien individu dan klien keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu,

mengembangkan cara yang bijak dan efektif untuk mengintegrasikan

keluarga ke dalam asuhan keperawatan merupakan kewajiban perawat

keluarga. Menurut Wright dan Leahey, mengatasi kebutuhan ini dengan

menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang. Pencetusan

gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik guna

mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu utama praktik dewasa ini.

c. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan

kepada keluarga.

Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang disusun

oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa peralihan

kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke pasien atau

keluarga perlu dilakukan. Kami percaya hal ini masih menjadi sebuah isu

penting pada pelayanan kesehatan saat ini. Menurut Wright dan Leahey

dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa terdapat kebutuhan akan

kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan antara perawat dan keluarg,

hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik

akan keahlian keluarga.

Keperawatan Keluarga Page 59


Perkembangan penggunaan Internet dan email telah memberikan

banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai

masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen telah

memengaruhi pasien dan keluarga untuk melihat diri mereka sebagai

konsumen, yang membeli dan mendaptkan layanan kesehatan seperti

layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari kecenderungan ini, anggota

keluarga sebaiknya diberikan kebebasan untuk memutuskan apa yang 

baik bagi mereka dan apa yang mereka lakukan demi kepentingan mereka

sendiri.

d. Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang

kebudayaannya beragam.

Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian

dikalangan penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat,

dibandingkan isu lainnya pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat yang

beragam, yang memiliki banyak cara untuk menerima dan merasakan

dunia, khusunya keadaan sehat dan sakit.

Dalam pengertian yang lebuh luas, budaya (termasuk etnisitas, latar

belakang agama, kelas sosial, afiliasi regional dan politis, orientasi

seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi) membentuk persepsi kita,

nilai, kepercayaan, dan praktik. Faktor lainnya, seperti pengalaman sehat

dan sakit, membentuk cara kita memandang sesuatu. Meskipun terdapat

semua upaya tersebut guna dapat bekerja lebih efektif dengan keluarga

Keperawatan Keluarga Page 60


yang beragam, memberikan perawatan yang kompeten secara budaya

tetap menjadi tantangan yang terus dihadapi.

e. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru

yang menarik bagi perawat keluarga.

Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai

globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan

menarik utnuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah

diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan yang lebih baik

bagi keluarga. Globalisasi adalah proses bersatunya individu dan keluarga

karena ikatan ekonomi, politis, dan profesional.

Globalisasi mempunyai dampak negatif yang bermakna bagi

kesehatan yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti HIV/AIDS

menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya, pembelajaran yang

diperoleh perawat amerika dari perawat diseluruh dunia melalui

konferensi internasional, perjalanan, dan membaca literatur kesehatan

internasional memberikan pemahaman yang bermanfaat.

Sebagai contoh, di Jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga

sangat mengesankan. Disana, perawat telah mengembangkan kurikulum

keperawatan keluarga disekolah keperawatan dan telah menghasilkan

teori keperawatan yang berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai

dan konteks Jepang. Menurut Sugishita Keperawatan keluarga mengalami

pertumbuhan yang pesat di Jepang, yang ditandai dengan publikasi dan

upaya penelitian yang dilakukan di Jepang. Negara lain, seperti Denmark,

Keperawatan Keluarga Page 61


Swedia, Israel, Korea, Chili, Meksiko, Skotlandia, dan Inggris juga

mengalami kemajuan bermakna di bidang kesehatan keluarga dan

keperawatan keluarga. Kita harus banyak berbagi dan belajar dari perawat

dibeberapa negara ini.

2.    Isu Pendidikan:

Menurut Hanson dan Heims, yang melaporkan sebuah survei pada

sekolah keperawatan di Amerika Serikat yang mereka lakukan terkait

cakupan keperawatan keluarga di sekolah tersebut, terdapat

perkembangan pemaduan muatan keperawatan keluarga dan ketrampilan

klinis kedalam program keperawatan pascasarjana dan sarjana.

Masih belum jelas muatan apa yang tepat diberikan untuk program

sarjana dan pascasarjana dan bagaimana cara mengajarkan ketrampilan

klinis. Tidak kesepakatan mengenai fokus program sarjana dan

pascasarjana terkait dengan keperawatan keluarga. Akan tetapi, terdapat

beberapa konsensus bahwa praktik keperawatan tingkat lanjut pada

keperawatan keluarga melibatkan pembelajaran muatan dan ketrampilan

yang dibutuhkan untuk bekerja dengan seluruh keluarga dan individu

anggota keluarga secara bersamaan.

Perawat keluarga dengan praktik tingkat lanjut dapat bekerja sebagai

terapis keluarga pada keluarga yang bermasalah. Akan tetapi, masih

belum jelas muatan dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dalam

keperawatan keluarga untuk para perawat yang dipersiapkan di program

praktik tingkat lanjut lainnya (program perawat spesialis klinis dan

Keperawatan Keluarga Page 62


praktisi). Bahasa lebih lanjut mengenai cakupan dan level muatan dan

ketrampilan klinis perlu dilakukan.

3. Isu Penelitian:

Kebutuhan untuk meningkatkan penelitian terkait intervensi

keperawatan keluarga. Dibidang keperawatan keluarga, perawat peneliti

telah membahas hasil kesehatan dan peralihan keluarga yang terkait dengan

kesehatan. Teori perkembangan, teori stres, koping, dan adaptasi, teori terapi

keluarga, dan teori sistem telah banyak memandu penilitian para perawat

penilti keluarga. Penelitian dilakukan lintas disiplin, yang menunjukkan

bahwa “tidak ada satupun disiplin yang memiliki keluarga” menurut Gillis

dan Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42).

Kelangkaan penelitian keperawatan yang nyata terletak dibidang studi

interveni. Menurut Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42) kurangnya

studi intervensi dalam keperawatan keluarga “mengejutkan.” Menurut Janice

Bell dalam editor journal of family nursing, dalam editorial “Wanted:

Family Nursing Intervention,” mengeluhkan mengenai kurangnya naskah

penelitian intervensi keperawatan yang ia terima untu dikaji. Dengan tidak

memadainya jumlah studi intervensi,kita mengalami kekurangan bukti

ilmiah yang dibutuhkan untuk mendukung evikasi strategi dan program

keperawatan keluarga. Selain itu,dibutuhkan penelitian keperawatan

keluarga yang sebenarnya: sebagian besar penelitian keperawatan keluarga

sebenarnya merupakan penelitian yang terkait dengan keluarga ( yang

Keperawatan Keluarga Page 63


berfokus pada anggota keluarga),bukan penelitian keluarga (yang berfokus

pada seluruh keluarga sebagai sebuah unit).

4.  Isu kebijakan:

Kebutuhan akan lebih terlibatnya perawat keluarga dalam membentuk

kebijakan yang memengaruhi keluarga. Hanson, dalam bahasanya mengenai

reformasi pelayanan kesehatan, mendesak perawat keluarga lebih terlibat di

tiap level sistem politis guna menyokong isu keluarga. Kami setuju dengan

beliau.

Praktisnya, semua legislasi domestik yang dikeluarkan ditingkat lokal,

negara bagian atau nasional mempunyai dampak pada keluarga. Sebagai

advokat keluarga, kita perlu baik secara sendiri-sendiri maupun bersama

menganalisis isu dan kebijakan yang tengah diusulkan dan membantu

merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan dan regulasi yang positif.

Mendukung calon dewan yang mendukung calon keluarga dan menjadi

relawan untuk melayani komisi kesehatan dan komisi yang terkait dengan

kesehatan dan dewan organisasi adalah jalan penting lain untuk “ membuat

suatu perbedaan” kita perlu mendukung keluarga agar mempunyai hak

mendapatkan informasi, memahami hak dan pilihan mereka, serta lebih

cakap dalam membela kepentingan mereka sendiri.

1.2.4 Trend dan Isu Teknologi Kesehatan

Teknologi komunikasi sekarang ini telah mengubah pola pikir kebanyakan

orang di seluruh dunia, terutama di negara-negara maju. Hal ini tidak menutup

Keperawatan Keluarga Page 64


kemungkinan terjadi juga di negara Indonesia yang pada saat ini sedang

berkembang. Seiring dengan era cyber-net, dunia kesehatan juga tidak mau

ketinggalan dengan kemajuan tersebut. Di dunia kesehatan telah dikembangkan

telehealth atau telemedicine sebagai sarana layanan kesehatan jarak jauh.

“telehealth diartikan sebagai integrasi sistem  komunikasi untuk tujuan

promotif dan preventif sedangkan telemedicine mengintegrasikan sistem

komunikasi dengan tujuan kuratif.” (WHO, 1997 dalam Maheu et al, 2001).

Telehealth adalah pengiriman layanan terkait kesehatan dan informasi

melalui teknologi telekomunikasi. Telehealth dapat mempermudah profesional

kesehatan dalam membahas kasus melalui telepon. Teknologi telehealth

umumnya dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan, antara lain:

1. mengirim pelayan kesehatan ke pasien yang berjarak jauh;

2. mendidik provider, admisnistrator, pasien, dan keluarganya

3. untuk mengakumulasi data atau memonitor insidensi penyakit sebagai

bagian dari kesehatan masyarakat, epidemiologik, atau biodefense network.

Teknologi telehealth memiliki potensi untuk memperbaiki akses pelayanan

kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi kesalahan medis,

mengurangi biaya kesehatan, dan lebih mendistribusikan informasi kesehatan.

Pelayanan kesehatan akan sangat berkembang seiring perkembangan tekhnologi

dan informasi.

Keperawatan Keluarga Page 65


1.2.5 Peran Perawat dalam Menyikapi Trend dan Isu

Dalam kemajuan teknologi ini seorang perawat mempunyai peran yang

besar, baik di masyarakat maupun di rumah sakit. Peran perawat sebagai

educator seperti memberikan informasi kepada klien mengenai tindakan yang

akan diberikan. Juga sebagai care giver dalam memberikan layanan kesehatan

menggunakan  dan memanfaatkan teknologi telehealth guna mempermudah dan

meningkatlkan hasil kerja dalam memberikan layanan asuhan keperawatan.

sebagai change agent teknologi sebelumnya perawat merupakan tenaga yang

paling sering berhubungan dengan pasien oleh karena itu setiap sistem

teknologi yang baru maka perawat harus mempu mengusai dan

menerapkannya. Perawat saat ini harus mampu mencari informasi terbaru

mengenai dunia teknologi kesehatan agar tidak ketinggalan zaman. Dengan

mempelajarinya maka kita akan mengetahui bagaimana cara mengoperasikan

teknologi baru dan mampu memanfaatkannya didunia kesehatan.

1.2.6 Peluang Keperawatan Memanfaatkan Trend dan Isu tersebut untuk

Meningkatkan Pelayanan Keperawatan

Perawat perlu menyadari bahwa kesulitan dan beban keperawatan sangat

banyak sehingga diperlukan secepat mungkin dalam merawat pasien khususnya

pasien stroke. Telehealth merupakan salah satu sarana yang memungkinkan

para profesional keperawatan/kesehatan mempuyai kemampuan untuk

menawarkan layanan ini kepada keluarga dari kejauhan. Home telehealth bisa

efektif dalam tidak hanya menilai kebutuhan perawatan kesehatan korban

Keperawatan Keluarga Page 66


stroke dan keperawatan, tetapi juga dalam memberikan dukungan informasi dan

emosional kepada mereka. Kesiapan terhadap telehealth tampaknya tergantung

pada:

1. Keperawatan dan keamanan rumah;

2. Waktu yang tepat layanan yang ditawarkan;

3. Kebutuhan yang dirasakan untuk keperawatan;

4. Tingkat beban keperawatan.

Contoh trend dan issue dalam pelayanan keperawatan yaitu Home Care.

Home Care merupakan bentuk pelayanan prima yang merupakan kelanjutan

dari pelayanan kesehatan kepada klien di rumah untuk mempertahankan atau

meningkatkan kesehatan fisik, mental dan emosi pasca perawatan di rumah

sakit (Allender,1996). Pelaksanaan home care membutuhkan koordinasi antar

profesi dimana pelaksana minimal pendidikan D III keperawatan yang telah

diregulasi.

Di dalam home care juga melaksanakan askep. Dalam melaksanakan home

care perawat berkewajiban menghormati hak pasien, merujuk kasus yang tidak

bisa ditangani, menyimpan rahasia, memberikan informasi, meminta

persetujuan tindakan yang akan dilakukan dan melakukan pencatatan perawatan

dengan baik. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan home health

care:

1. Image masyarakat tentang praktik keperawatan masih berorientasi pada

pelayanan medis.

Keperawatan Keluarga Page 67


2. Praktik keperawatan yang sesungguhnya belum tersosialisasi pada seluruh

tenaga keperawatan.

3. Peraturan tentang praktik keperawatan yaitu kepmenkes 1239 tahun 2001

lebih bersifat administratif tidak menjamin kompetensi perawat dalam

melakukan praktik keperawatan.

4. Kebijakan PPNI dan pemerintah untuk home health care dilaksanakan

minimal oleh D III Keperawatan dengan sertifikat home health care oleh

PPNI dengan manajer kasus oleh Ners.

5. Perangkat-perangkat pelaksana praktik belum optimal seperti :

a. Standar praktik keperawatan

b. Standar kompetensi

c. Kode etik profesi keperawatan dan implementasinya

Keperawatan Keluarga Page 68


BAB III
PROSES KEPERAWATAN KELUARGA

3.1 Proses keperawatan keluarga

3.1.1 Pengertian

Proses keperawatan keluarga akan relatif berbeda pada siapa yang menjadi

focus perawatan. Perbedaan focus tersebut tergantung pada keonseptualisasi

keluarga dari perawat tersebut dalam prakteknya. Jika ia melihat keluarga

sebagai latar belakang atau konteks dari pasien keperawtan yang berorientasi

secara individu, seperti pada tradisional.

Dalam prakteknya, kebanyakan perawat bekerja sekaligus dengan keluarga

dan anggota keluarga secara individu. Ini berarti bahwa perawat keluarga akan

menggunakan proses keperawatan pada dua lingkaran yaitu tingkat individu

dan keluarga. Dalam hali ini, pengakjian diagnosa, perencanaan, intervensi, dan

evaluasi akan menjadi lebih luas dan rumit.

Pelayanan perawatan keluarga amat khusus dan hanya bekerja pada

keluarga sebagai system. Dan dilain pihak, suatu pemahaman dari setiap

anggota keluarga yang tidak adekuat tidak dapat dicapai tanpa memandang

anggota tersebut dalam konteks kelompok primer-keluarga.

Pendekatan kedua tingkatan ini, yang digunakan untuk mengakji dan

melaksanakan keperawatan keluarga digambarkan pada gambar berikut ini

yang menggambarkan langkah-langkah dalam proses keperawatan keluarga.

Keperawatan Keluarga Page 69


3.1.2 Pengkajian Keluarga

1. Analisa Tingkat Interaksi

Untuk dapat bekerja secara efektif dengan klien, maka dalam

melakukan pengkajian dan memberikan perawatan, perawat keluarga harus

berfiikir secara interaksi. Wright dan Leahey (1984) menerangkan bahwa

variabel paling penting meningkatkan atau merintangi perawatan yang

berpusat keluarga adalah bagaimana perawat mengkonseptualisasikan

masalah. Pengetahuan tentang teori keluarga dan penelitian serta suatu

kerangka kerja sistematis untuk mengkaji dan bekerja dengan keluarga,

benar-benar membantu perawat dalam membuat transisi dari persfektif

familistis.

2. Proses Pengkajian

Proses pengkajian keperawatan diwarnai dengan pengumpulan

informasi secara terus menerus terhadap arti yang melekat pada informasi

yang sedang dikumpulkan tersebut. Dengan kata lain, data dikumpulkan

secara sistematis, diklasifikasikan dan dianalisa artinya. Pengumpulan data

merupakan syarat utama untuk mengidentifikasi masalah. Pengumpulan data

tentang keluarga didapat dari berbagai sumber, yaitu :

a. Wawancara dengan klien dalam hubungannya dengan kejadian-kejadian

pada waktu lalu dan sekarang.

b. Temuan-temuan yang objektif, missal : observasi terhadap rumah dan

fasiliats-fasilitas yang ada didalamnya .

Keperawatan Keluarga Page 70


c. Informasi-informasi yang tertulis maupun lisan dan rujukan, berbagi

lembaga yang menangani keluarga dan anggota tim lainnya.

3. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Pengkajian terhadap keluarga mencapai puncaknya dengan

pengidentifikasian masalah-masalah keluarga. Banyak sekali masalah-

masalah keluarga yang berbeda dalam lingkup praktek dari perawat, yang

dinamakan diagnosa keperawatan keluarga.

Masalah-masalah keluarga perlu diidentifikasikan dan didiskusikan

dengan keluarga, untuk memeriksa kepentingan bahwa masalah atau

kebutuhan tersebut dilihat secara timbal balik.

Diagnosa-diagnosa keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosa-

diagnosa keperawatan terhadap system keluarga dan merupakan hasil dari

pengkajian terhadap perawatan. Diagnosa keperawatan keluarga didalamnya

termasuk masalah-masalah kesehatan yang actual dan potensial.

Pada tingkat keluarga, diagnosa keperawatan dapat diturunkan dari

pemakaian salah satu teori tentang keluarga atau keperawatan atau dari

diagnosa North American Diagnosis Association (NANDA). Ataupun

klasifikasi NANDA adalah :

a. Diagnosa-diagnosa tersebut tidak bersifat teoritis, yang mana bisa jadi

merupakan kakuatan dan kelemahan, tergantung pada sudut pandang

seseorang.

b. Sebagian besar keperawatan yang berorientasi pada keluarga bersifat

sangat luas dan tidak cukup untuk mengarahkan intervensi.

Keperawatan Keluarga Page 71


c. Diagnosa-diagnosa tersebut lebih berorientasi pada penyakit.

d. Daftar yang ada sekarang tidak lengkap dan tidak mencakup sebagian

besar masalah/diagnosa yang potensial dan actual dari keperawatan

keluarga yang dilihat praktis.

4. Perencanaan

a. Penyusunan Tujuan

Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada klien.

Penyusunan bersama tujuan tersebut terdiri atas kemungkinan sumber

sumber, menggambarkan pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan,

menyeleksi intervensi keperawatan yang spesipik, memobilisasi sumber –

sumber dan mengoperasionalisasikan perencanaan. Penyusunan tujuan

bersama dengan keluarga menjadi penentu perencanaan yang efektif.

Salah satu tujuan utama keperawatan keluarga adalah bahwa klien

mempunyai tanggung jawab akhir dalam mengatur hidup mereka sendiri.

Pemutusan tujuan bersama anggota keluarga secara konsisten telah

unggul dari pada penyusunan tujuan unilateral karena alasan :

1) Proses penyusunan tujuan bersama memiliki efek positip terhadap

interaksi keluarga

2) Orang nampaknya lebih menentang bila diberi tahu apa yang harus

dilakukan

3) Orang yang membuat keputusan cenderung merasa bertanggung jawab

terhadap mereka.

Keperawatan Keluarga Page 72


Penyusunan tujuan semakin dikenali dengan suatu komponen yang

amat penting dalam perencanaan. Ada beberapa tingkatan tujuan yaitu ,

tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur , langsung dan spesifik.

Ditengah kontinum adalah tujuan tingkat menengah dan tujuan jangka

panjang adalah tujuan akhir yang menyatakan maksud secara luas yang

diharapkan oleh perawat dan keluarga agar dapat dicapai.

b. Membuat pendekatan alternatif dan mengidentifikasi sumber –

sumber

Sebagaimana digambarkan bahwa sumber- sumber yang dapat

dipakai untuk menangani kebutuhan-kabutuhan perlu diidentifikasi.

Sumber-sumber itu meliputi kekuatan-kekuatan yang paling dalam,

termasuk sumber-sumber perawatan diri dari mereka, system pendukung

dari mereka dan sumber-sumber bantuan fisik serta komunitas.

Tindakan atau pendekatan yang spesifik yang dimudahkan oleh

perawat, dipilih dari alternatif dan sumber yang ada.

c. Penyusunan prioritas

Penyusunan prioritas intervensi dalam suatu perencanan yang

bertahap dan terkoordinasi akan membawa intervensi tersebut kepada

pengimplementasiannya.

Pengurutan prioritas yang dibuat oleh keluarga merupakan paling

penting dalam penyusunan prioritas secara bersama. Sejumlah perawat

menetapkan intervensi - intervensi terencana dengan urutan prioritas

Keperawatan Keluarga Page 73


rendah, menengah dan utama, dengan yang termasuk prioritas utama

perlu dilaksanakan segera.

5. Pelaksanaan

Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya

Asuhan Keperawatn Keluarga, menyebutkan tindakan keperawatan keluarga

mencakup hal-hal berikut, yaitu :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan

tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan

mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat

dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan

perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan yang

menjadi sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat

digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga

seoptimal mungklin.

Keperawatan Keluarga Page 74


e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan

cara mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga

dan membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.

Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya

Asuhan Keperawatn Keluarga, menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan

pada saat melakukan tindakan keperawatan keluarga antara lain :

a. Partisipasi keluarga, mengikutsertakan anggota keluarga dalam sesi-sesi

konseling, suportif, dan pendidikan kesehatan.

b. Penyuluhan, upaya-upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau

terciptanya suatu kondisi bagi perorangan, kelompok atau masyarakat

untuk menerapkan cara-cara hidup sehat.

c. Konseling, yaitu pembimbingan dalam proses memberikan dukungan

bagi anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

d. Kontrak, persetujuan kerja antara kedua belah pihak yaitu kesepakatan

antara keluarga dan perawat dalam kesepakan dalam asuhan

keperawatan.

e. Managment kasus yaitu strategi dan proses pengambilan keputusan

melalui langkah pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (rujukan,

koordinasi dan advokasi)

f. Kolaburasi, kerjasama perawat bersama tim kesehatan yang lain dan

merencanakan perawatan yang berpusat pada keluarga.

g. Konsultasi, merupakan kegiatan untuk memberikan pendidikan

kesehatan.

Keperawatan Keluarga Page 75


Menurut Nursalam (2008) asuhan keperawatan dibedakan berdasarkan

kewenangan dan tanggung jawab perawat secara prefesional sebagaimana

terdapat dalam standar praktik keperawatan, yaitu :

a. Independen. Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan interaksi dari dokter atau

profesi lain.

b. Interdependen. Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan

kegiatatan yang memperlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lain,

seperti ahli gizi, fisioterapi, atau dokter.

c. Dependen. Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan

pelaksanaan secara tindakan medis. Cara tersebut menandakan suatu cara

dimana tindakan medis dilakukan.

6. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,

rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi

memungkinkan perawat untuk memonitor “kealfaan” yang terjadi selama

tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan Nursalam

(2008). Evaluasi kualitas asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan :.

a. Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari proses

keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi

proses harus segera dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan

Keperawatan Keluarga Page 76


diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas interfrensi

tersebut.

b. Evaluasi hasil, fokus efaluasi hasil adalah prubahan prilaku atau status

kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif,

feksibel, dan efesiensi.

7. Dokumentasi

Menurut Nursalam 2008 dalam bukunya Proses dan Dokumentasi

Keperawatan Konsep dan Praktik, perawat mendokumentasikan hasil yang

telah atau belum dicapai pada “medical record“. Penggunaan istilah yang

tepat perlu ditekankan pada penulisannya, untuk menghindari salah persepsi

dan kejelasan dalam menyusun tindakan keperawatan lebih lanjut.

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang

dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk

kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis

dengan tanggung jawab perawat. Kegunaan dokumentasi adalah :

a. Sebagai alat komunikasi antar anggota keperawatan dan antar anggota tim

kesehatan lainnya.

b. Sebagai dokumentasi resmi dalam system pelayanan kesehatan.

c. Dapat digunakan alat bahan penelitian dalam bidang keperawatan.

d. Sebagai alat yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan

keperawatan.

Keperawatan Keluarga Page 77


e. Sebagai alat pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan asuhan

keperawatan yang diberikan terhadap pasien.

Keterampilan standar dokumentasi merupakan ketrampilan untuk

dapat memenuhi dan melaksanakan standar dokumentasi yang telah

ditetapkan dengan tepat. Keterampilan tersebut antara lain keterampilan

dalam memenuhi standar dokumentasi pengkajian, diagnosis, rencana,

pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.

a. Dokumentasi pengkajian

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian

yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari klien, membuat

data dasar tentang klien,dan membuat catatan tentang respon kesehatan

klien. Jenis dokumentasi pengkajian :

1) Pengkajian awal (Initial Assesment)

Pengkajian awal dilakukan ketika pasien masuk ke rumah sakit.

2) Pengkajian kontinue (Ongoing Assesment)

Pengkajian kontinue merupakan pengembangan data dasar. Informasi

yang diperoleh dari pasien selama pengkajian awal dan informasi

tambahan (berupa tes diagnostic dan sumber lain) diperlukan untuk

menegakan diagnosis.

3) Pengkajian ulang

Data pengkajian ulang merupakan pengkajian yang didapat dari

informasi selama evaluasi.

Keperawatan Keluarga Page 78


b. Dokumentasi diagnosis keperawatan

Dalam melakukan pencatatan diagnosis keperawatan digunakan pedoman

yaitu :

1) Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk

masalah risiko.

2) Catat diagnosis keperawatan risiko dan risiko tinggi ke dalam masalah

atau format diagnosis keperawatan.

3) Gunakan istilah diagnosis keperawatan yang dibuat dari sumber-

sumber diagnosis keperawatan.

4) Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian,

perencanaan, intervensi, dan evaluasi.

c. Dokumentasi rencana keperawatan

Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan keperawatan

tentang penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

Secara umum pedoman untuk rencana keperawatan yang efektif adalah

sebagai berikut :

1) Sebelum menulis, cek sumber informasi data.

2) Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti.

3) Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur, dan kriteria hasil sesuai

dengan identifikasi masalah.

4) Memulai instruksikan perawatan harus menggunakan kata kerja seperti

catat, informasikan dan lain- lain.

Keperawatan Keluarga Page 79


5) Gunakan pena tinta dalam menulis untuk mencegah penghapusan

tulisan atau tidak jelasnya tulisan.

d. Dokumentasi implementasi

Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang

diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan

rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan

mandiri dan tindakan kolaboratif. Beberapa pedoman yang dipakai dalam

pencatatan intervensi keperawatan adalah:

1) Gunakan deskripsi tindakan untuk menentukan apa yang telah

dikerjakan.

2) Berikan keamanan, kenyamanan, dan perhatikan faktor lingkungan

pasien dalam memberikan intervensi keperawatan.

3) Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab dalam memberikan

intervensi.

4) Catat prosedur yang tepat.

e.   Dokumentasi evaluasi

Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan

pasien terhadap tujuan yang dicapai.Evaluasi bertujuan untuk menilai

keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari

hasil tindakan keperawatan.

1) Pendokumentasian dengan menggunakan DAR

Semua masalah klien diidentifikasi dalam catatan keperawatan dan

terlihat pada rencana keperawatan. Kolom focus dapat berisi :

Keperawatan Keluarga Page 80


D : (data) masalah klien

A : (action)tindakan

R : respon klien

Merupakan system dokumentasi dengan konstruksi data tindakan dan

evaluasi dimana setiap diagnose keperawatan diidentifikasi dalam catatan

perawatan, terkait pada rencana keprawatan atau setiap daftar masalah

dari setiap catatan perawat dengan suau diagnose keperawatan.

2) Pendokumentasian dengan menggunakan SOAPIE :

S : Subjektif adalah informasi yang didapat dipasien

O : Objektif adalah informasi yang didapat dari pengamatan

A : Assement adalah analisa masaklah klien

P : Planning of action adalah rencana tindakan

I : Implementasi adalah pelaksanaan tindakan

E : Evaluasi adalah penilaian dari pelaksanaan tindakan

3.2 Asuhan Keperawatan Keluarga sesuai Kebutuhan Tumbuh Kembang

3.2.1 Tahapan Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu

yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan

keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers (Friedman, 1998, hal. 111),

meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun

secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tiap tahap

Keperawatan Keluarga Page 81


perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui

tahap tersebut dengan sukses.

1. Tahap Pasangan Baru (Keluarga Baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami)

dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah

dan meninggalkan keluarga masing-masing. Karena masih banyak kita temui

keluarga baru yang tinggal dengan orang tua, maka yang dimaksud dengan

meninggalkan keluarga di sini bukanlah secara fisik.

Namun secara psikologis, keluarga tersebut sudah memiliki pasangan

baru. Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan

yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi

sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama-sama serta beradaptasi

dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya:

Kebiasaan makan, tidur, bangun pagi. Dan sebagainya. Adapun tugas

tahap perkembangan keluarga pasangan baru yaitu:

a. Membina hubungan intim yang memuaskan

b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial

c. Mendiskusikan rencana anak

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yaitu

keluarga suami, istri serta keluarga sendiri. Masing-masing pasangan

menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina

hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-

Keperawatan Keluarga Page 82


masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah kapan waktu

yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah anak yang diharapkan.

2. Tahap II Keluarga“Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai

kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan.

Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri

melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.

Tahap perkembangan Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak

Pertama) :

a. Persiapan menjadi orang tua.

b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan

seksual, dan kegiatan.

c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam

keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan

merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.

Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana

orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi berespon.

Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan

hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat

tercapai.

Keperawatan Keluarga Page 83


3. Tahap III Keluarga dengan Anak Prasekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertam berusia 2,5 tahun dan

berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tahap perkembangan keluarga dengan

anak prasekolah, yaitu:

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal ,

privasi dan rasa aman.

b. Membantu anak untuk bersosialisasi

c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang

lain juga harus terpenuhi.

d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar

keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).

e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot).

f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak).

Kehidupan keluarga pada tahap ini sibuk dan anak sangat tergantung

pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa

sehingga kebutuhan anak, suami, istri, dan pekerjaan (purna waktu/paruh

waktu) dapat terpenuhi.

Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan

mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh

dan langgeng denga cara menguatkan hubungan kerja sama antar suami istri.

Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual

Keperawatan Keluarga Page 84


anak khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase

ini tercapai.

4. Tahap IV Keluarga dengan Anak Sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan

berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai

jumlah naggota keluarga maksimal, sehinga keluarga sangat sibuk. Selain

aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat

sendiri. Tahap perkembangan keluarga dengan anak sekolah, yaitu:

a. Membantu soisalisasi anak, tetangga, sekolah, dan lingkungan

b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,

termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi

kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas di sekolah maupun

luar sekolah.

5. Tahap Lima Keluarga dengan Anak Remaja

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan

biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak

meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak

remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk

mempersipkan diri menjadi lebih dewasa. Seperti pada tahap-tahap

sebelumnya, pada tahap ini keluarga memilki tugas perkembanganya Tahap

perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja, yaitu:

Keperawatan Keluarga Page 85


a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab

mengingat remaja yang sudah bertambah dewasadan meningkatkan

otonominya

b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari

perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas

otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai

otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan

fungsinya).

Seringkali muncul konflik antara orang tua dan remaja karena anak

menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara orang tua

mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak. Dalam hal ini orang tua

perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan dan

permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis.

6. Tahap VI Keluarga dengan Anak Dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terkhir meninggalkan rumah

dan berakhir pada saat terkhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini

tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang belum

berkeluarga dan tetap tinggal bersam orang tua. Tujuan utama pada tahap ini

adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam

Keperawatan Keluarga Page 86


melepas anak untuk hidup sendiri. Tahap perkembangan. Keluarga dengan

Anak Dewasa, yaitu:

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa

tua

d. Membantu anak untuk mandrir di masyarakat

e. Pemantauan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk

keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Pada

saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan

membina hubungan suami istri seperti pada fase awal.

Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan

merasa ‘kosong’ karena nak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk

mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan aktivitas kerja,

meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara hubungan

dengan anak.

7. Tahap VII Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah

dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada

beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia,

perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Untuk

mengatasi hal tersebut keluarga perlu melakukan tugas-tugas perkembangan.

Keperawatan Keluarga Page 87


Tahap perkembangan keluarga usia remaja, yaitu:

a. Mempertahankan kesehatan

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan

anak-anak

c. Meningkatkan keakraban pasangan

Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus

untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas: pola hidup

yang sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup dan pekerjaan,

dan sebagainya. Pasangan juga mempertahankan hubungan dengan teman

sebaya dan keluarga anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga

antar generasi (anak dan cucu) sehingga pasangan dapat merasakan

kebahagian sebagai kakek-nenek. Hubungan antar pasangan perlu semakin

dieratkan dengan memperhatikan ketergantungan dan kemandirian masing-

masing pasangan.

8. Tahap VIII Keluarga Usia Lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu

pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai

keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas yang

tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus

dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan,

kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, serta perasaan

menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan.

Keperawatan Keluarga Page 88


Dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase ini diharapkan

orang tua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut. Tahap

perkembangan keluarga usia lanjut, yaitu:

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,

dan pendapatan

c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

e. Melakukan ‘live review’.

Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan

tugas utama keluarga pada tahap ini. Lanjut usia umumnya; lebih dapat

beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya.

Wanita yang tinggal dengan pasangannya memperlihatkan adaptasi yang

lebih positif dalam memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang

tinggal dengan sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan ‘life review’

dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu. Hal ini

berguna agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.

3.2.2 Peran Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Kesehatan

Keluarga

Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga

Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa

peran yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah :

Keperawatan Keluarga Page 89


a. Pemberian asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.

b. Pengenal atau pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga .

c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga

d. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan

perawat dengan mudah menampung permasalahan yang dihadapi keluarga

dan menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan memantau

mencarikan jalan palan pemecahannya.

e. Pendidik kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah

perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat

f. Penyuluh dan konsultan, perawat dapat berperan dalam memberikan

petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga disamping

menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan keluarga

Keperawatan Keluarga Page 90


BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH
KESEHATAN YANG LAZIM DI INDONESIA

4.1 Landasan Teori

4.1.1 Pengertian

Menurut Prof. Dr. A.E. Sinolungan (199) bahwa Perkembangan keluarga

dewasa merupakan masa yang sering disebut adult, masa dewasa, masa dimana

usia sudah berkisar ke angka di atas 21 tahun. masa dewasa merupakan periode

yang penuh tantangan, penghargaan, dan krisis. Selain itu masa dimana

mempersiapkan masa depan, penentu karir dan masa usia memasuki dunia

pekerjaan, masa mempersiapkan keturuanan, dan merasa kuat dalam hal fisik,

masa energik, masa kebal, masa jaya, dan masa merasakan hasil perjuangan.

Masa dewasa ditandai kemampuan produktif dan kemandirian.

4.1.2 Ciri-Ciri Kelurga Indonesia

1. Suami sebagai pengambil keputusan

2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh

3. Berbentuk monogram

4. Bertanggung jawab

5. Pengambil keputusan

6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa

7. Ikatan kekeluargaan sangat erat

8. Mempunyai semangat gotong royong

Keperawatan Keluarga Page 91


4.1.3 Masalah-Masalah Kesehatan yang lazim terjadi di Indonesia

Lebih dari 1,8 juta orang muda berusia 15 sampai 24 meninggal dunia

setiap tahun. sebuah jumlah yang lebih besar dari orang-orang muda menderita

penyakit yang menghalangi kemampuan mereka untuk tumbuh

mengembangkan potensi mereka sepenuhnya. Hampir dua pertiga kematian

dini dan sepertiga dari total beban penyakit pada orang dewasa yang

berhubungan dengan kondisi atau perilaku yang dimulai di masa muda mereka

termasuk; penggunaan tembakau, kurangnya aktivitas fisik, hubungan seks

tanpa kondom atau terkena kekerasan.

1. Lebih dari 1,8 juta orang muda berusia 15-24 meninggal setiap tahun,

terutama karena menyebabkan dicegah

2. Sekitar 16 juta anak perempuan usia 15-19 melahirkan setiap tahun

3. Orang muda 15-24 tahun, menyumbang 40% dari semua infeksi HIV baru di

kalangan orang dewasa tahun 2008

4. Alam setiap tahun tertentu, sekitar 20% dari usia dewasa akan mengalami

masalah kesehatan mental, yang paling sering depresi atau kecemasan

5. Sekitar 150 juta orang muda menggunakan tembakau

6. Sekitar 565 orang muda berusia 10-29 mati setiap hari melalui kekerasan

interpersonal

7. Luka lalu lintas jalan menyebabkan 1000 orang diperkirakan muda untuk

setiap harinya.

Keperawatan Keluarga Page 92


Dibawah ini adalah masalah kesehatan yang sering terjadi di keluarga yaitu:

1. HIV

2. Kekerasan Mental

3. Penggunaan tembakau dan rokok

4. Penggunaan Alkohol

5. Kekerasan fisik

6. Trauma

Keperawatan Keluarga Page 93


BAB V
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

5.1 Konsep Pengkajian Keluarga

5.1.1 Pengertian

Pengkajian Keluarga merupakan suatu tahapan dimana perawat dimana

suatu perawat mengambil informasi dari keluarga dengan pendekatan sistematis

untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat di ketahui

kebutuhan keluarga yang di binanya. Metode dalam pengkajian bisa melalui

wawancara, observasi vasilitas dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari

anggota keluarga dan measurement dari data sekunder (hasil lab, papsmear,

dll). (Susanto, 2012)

Pengkajian keluarga merupakan proses Penjajakan keluarga yang perlu

dilakukan untuk membina hubungan baik dengan keluarga. Dalam penjajakan

ini perawat perlu mengadakan kontak dengan RW/RT dan keluarga yang

bersamhkutan guna menyampaikan maksud dan tujuan serta mengatasi masalah

kesehatan mereka. Setelah mendapat tanggapan positif dari keluarga tersebut,

pengkajian diteruskan pada langkah berikutnya (Zaidin Ali, 2010)

Pengkajian keluarga (Mubarok, 2010), terdiri dari:

1. Mengidentifikasi data sosial – budaya

2. Data lingkungan

3. Struktur

4. Fungsi Stress dan strategi koping keluarga

Keperawatan Keluarga Page 94


Pengkajian individu anggota keluarga:

1. Mental

2. Fisik

3. Emosi

4. Sosial

5. Spiritual

5.1.2 Proses Pengkajian

Penjajahan keluarga. Penjajahan keluarga perlu dilakukan untuk membina

hubungan baik dengan keluarga. Dalam penjajahan ini perawat perlu

mengadakan kontak dengan RW/RT dan keluarga yang bersangkutan guna

menyampaikan maksud dan tujuan serta mengatasi maslah kesehatan mereka.

Setelah mendapatkan tanggapan positif dari keluarga tersebut, pengkajian di

teruskan pada langkah berikutnya (Zaidin Ali, 2010)

1. Pengumpulan data. Pengumpulan data adalah upaya pengumpulan semua

data, fakta, dan informasi yang mendukung pemecahan maslah klien. Jenis

data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan sehari-hari

1) Kebiasaan tidur (apakah terdapat waktu tertentu untuk tidur/istirahat

dan bangun sesuai kemampuan setiap anggota? Apakah terdapat waktu

setiap siang untuk istirahat sebentar? Apakah anggota keluarga tidur

bersama-sama?)

2) Kebiasaan makan (berapa kali makan setiap hari? Siapa yang terlihat

terlalu gemuk, terlalu kurus?)

Keperawatan Keluarga Page 95


3) Waktu senggang/libur (bagaimana setiap anggota keluarga memakai

waktu senggang? Apakah penggunaan waktu senggang cocok dengan

jenis kelamin dan usia individu? Apakah ada anggota keluarga yang

hiburannya sangat memakan waktunya? Bila ada, apa dampaknya

terhadap keluarga? Apakah keluarga mempunyai hiburan bersama?)

b. Faktor sosial-budaya-ekonomi

1) Penghasilan dan pengeluaran

2) Pekerjaan, tempat tinggal, dan penghasilan setiap anggota yang sudah

bekerja.

3) Sumber penghasilan.

4) Berapa jumlah yang dihasilkan oleh setiap anggota keluarga yang

bekerja.

5) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer seperti makan,

pakaian, dan perumahan.

6) Apakah ada tabungan untuk keperluan mendadak.

7) Jam kerja ayah dan ibu

8) Siapa pembuat keputusan mengenai keuangan dan bagaimana uang

digunakan.

c. Faktor lingkungan

1. Perumahan

1) Luas rumah (apakah luasnya memadai?)

2) Pengaturan kamar tidur

3) Kelengkapan perabotan rumah tangga

Keperawatan Keluarga Page 96


4) Serangga dan binatang pengerat

5) Adanya bahaya kecelakaan

6) Tempat penyimpanan makanan dan alat masak

7) Persediaan air (sumber, kepemilikan, apakah air dapat diminum?)

8) Pembuangan kotoran (jenis, kepemilikan, apakah memenuhi

syarat?)

9) Pembuangan sampah (jenis, apakah memenuhi syarat?)

10) Pembuangan air kotor (jenis, apakah memenuhi syarat?)

11) Kondisi lingkungan tempat tinggal: apakah komplek rumahan,

daerah kumuh, dll

12) Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan

13) Fasilitas transportasi dan komunikasi

14) (Zaidin Ali, 2010, hal. 43)

e. Riwayat kesehatan/riwayat medis:

1) Riwayat kesehatan setiap anggota

2) Penyakit yang pernah diderita

3) Keadaan sakit yang sekarang (telah didiagnosis atau belum)

4) Nilai yang diberikan terhadap penjegahan penyakit

5) Status imunisasi anak

6) Pemanfaatan fasilitas lain untuk pencegahan penyakit

7) Sumber pelayanan kesehatan: apakah pelayanan kesehatan sama atau

berbeda untuk setiap anggota keluarga?

8) Saat kondisi sakit atau kritis, anggota keluarga pergi ke siapa?

Keperawatan Keluarga Page 97


9) Bagaimana keluarga melihat peranan petugas kesehatan dan

pelayanan yang mereka berikan serta harapan mereka terhadap

pelayanan petugas kesehatan?

10) Pengalaman mengenai petugas kesehatan profesional: memuaskan

atau tidak?

Setiap keluarga mempunyai cara sendiri untuk menghadapi dan

mengatasi situasi merreka. Tipe data lain yang dikumpulkan pada tahap

penjajahan kedua menggambarkan sampai mana keluarga dapat

melaksanakan tugas kesehatan yang berhubungan dengan ancaman

kesehatan, kurang/tidak sehat, atau krisis yang dialami oleh keluarga itu

pada waktu tahap penjajahan pertama.data ini menggambarkan

ketidakmampuan keluarga untuk melaksanakan tugas kesehatan.

Perhatian utama perawat pada tahap penjajahan kedua adalah

penentuan kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan

untuk menghadapi masalah kesehatan (Zaidin Ali, 2010)

Data pengkajian didapat dengan menggunakan beberapa cara. Berikut ini

adalah metode pengumpulan data yang digunakan: (Zaidin Ali, 2010)

a. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui data subjektif dalam aspek fisik,

mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, adat istirahat, agama,

lingkungan, dan sebagainya.

Keperawatan Keluarga Page 98


b. Pengamatan/observasi

Pengamatan/observasi dilakukan untuk mengetahui hal yang secara langsung

bersifat fisik (ventilasi, kebersihan, penerangan, dll) atau benda lain (data

objektif).

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai

masalah keluarga dan keperawatan yang berkaitan dengan keadaan fisik,

misalnya kehamilan, mata, telinga, tenggorokan, dll. (data objektif)

d. Studi dokumentsi

Studi dilakukan dengan jalan menelusuri dokumen yang ada, misalnya

catatan kesehatan, kartu keluarga, kartu menuju sehat, literatur, catatan

pasien, dll. (data subjektif). Data yang perlu dikumpulkan dapat dilihat pada

lampiran 1.

Tabulasi data. Data yang ada disusun dalam tabel, grafik, genogram,

gambar, dan lain-lain untuk memudahkan proses analisis.

2. Analisis data. Setelah ditabulasi data langsung dapat dianalisis sengingga

menghasilkan satu kesimpulan tentang permasalahan yang ada. Hsil analisis

data juga memperlihatkan penyebab, tanda-tanda, dan pengaruh masalah

pada masa yang akan datang, dll.

3. Perumusan masalah. Dari analisis data ditemukan beberapa informasi yang

berguna untuk merumuskan maslah klien tersebut. Masalah adalah

Keperawatan Keluarga Page 99


kesenjangan yang terjadi dari apa yang “seharusnya” terjadi dan apa yang

“nyata” terjadi. Kesenjangan tersebut.

5.1.3 Tahap Pengkajian

Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara

terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar

data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah. (Mubarak,

2012)

1. Struktur dan karakteristik keluarga.

2. Sosial, ekonomi, dan budaya.

3. Faktor lingkungan.

4. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.

5. Psikososial keluarga.

5.1.4 Konsep Pengkajian

1. Data Umum

a. Identitas

Pada  data ini yang perlu dikaji adalah  tentang nama, usia, pendidi kan,

pekerjaan, alamat, dan genogram.

b. Komposisi keluarga

Dikaji tentang daftar anggota keluarga dan genogram.

Keperawatan Keluarga Page 100


c. Tipe keluarga

Pada  tipe keluarga ini yang dikaji yaitu tentang jenis keluarga beserta

kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe tersebut.

d. Suku bangsa

Kaji identifikasi budaya suku bangsa terebut.

e. Agama

Pada pengkajian ini yang perlu dikaji yaitu panutan keluarga tersebut dan

bagaimana keluarga tersebut menjalankan ibadahnya.

f. Status sosial ekonomi keluarga

Pada status sosial ekonomi yang dikaji yaitu tentang pekerjaan , tempat

kerja, dan penghasilan setiap anggota yang sudah bekerja, sumber

penghasilan, berapa jumlah yang dihasilkan oleh setiap anggota keluarga

yang bekerja.

g. Aktivitas rekreasi keluarga

Dimana pengkajian ini berisi tentang kegiatan keluarga dalam mengisi

waktu luang dan kapan keluarga pergi bersama ketempat rekreasi.

2. Riwayat dan perkembangan keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga saat ini, dan

komunikasi antar keluarga tersebut, apaka ada pertengkaran , perdebatan dan

sebagainya antar keluarga.

Keperawatan Keluarga Page 101


b. Tahap perkembangan keluarga yg berlaku yg belum terpenuhi:

Pada tahap ini yang dikaji adalah tugas perkembangan keluarga saat ini yg

belum belum dilaksanakan secara optimal oleh keluarga.

c. Riwayat keluarga inti

Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga inti, dan apa latar

belakang sebelum menjalani sebuah keluarga.

d. Riwayat keluarga sebelumnya

Pada tahap ini yang dikaji adalah bagaimana keaadan keluarga sebelumnya,

sampai keadaan sekarang.

3. Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Pada tahap ini yg dikaji adalah letak posisi rumah pada denah perkampungan

yg ditinggali keluarga dengan jelas.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas

Pada tahap ini yg dikaji adalah gambaran tentang rumah keluarga dan apa yg

dilakukan keluarga setiap harinya, misalnya berbaur dengan tetangga.

c. Mobilitas geografis keluarga

Pada tahap ini yg dikaji adalah letak daerah rumah keluarga

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga

Keperawatan Keluarga Page 102


Pada tahap ini yg dikaji adalah tentang interaksi dengan tetangga, misalnya

apakah keluarga mengikuti pengajian atau perkumpulan ibu-ibu rumah

tangga lainnya ataupun kegiatan lainya (susanto, 2012)

e. Sistem pendukung keluarga

Pada tahap ini dikaji adalah tentang kesulitan keungan yang keluarga dapat

diatasi dengan dukungan keluarga

4. Struktur Keluarga

a. Pola-pola komunikasi keluarga menjelaskan komunikasi antar anggota

keluarga, termasuk pesan yang disampaikan, bhsa yang digunakan,

komunikasi secara langsung atau tidak, pesan emosional(positif/negatif),

frekuensi kualitas komunikasi yg berlangsung.adakah hal – hal yang tertutup

dalam keluarga dan untuk  didiskusikan.

b. Struktur kekuatan keluarga. Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat

yang memutuskan dalam penggunaan keuangan, pengambilan keputusan

dalam pekerjaan tempat tinggal, serta siapa yang memutuskan kegiatan dan

kedisiplinan anak – anak. Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan

adalah membuat keputusan.

c. Struktur peran. Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga

baik secara formal maupun informal

d. struktur nilai atau norma keluarga menjelaskan mengenai nilai norma yang

dianut keluarga dengan kelompok atau komunitas

Keperawatan Keluarga Page 103


5. Fungsi keluarga

Menurut Harnilawati (2013) fungsi keluarga sebagai berikut:

a. Fungsi afektif

b. Mengkaji diri keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan kepada keluarga

dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai

c. Fungsi sosialisasi. Mengkaji tentang otonomi setiap anggota dalam keluarga,

saling ketergantungan keluarga, yang bertanggung jawab dalam

membesarkan anak (Mubarok, 2012: 99). Fungsi mengembangkan dan

tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah

d. Fungsi perawatan kesehatan. Mengkaji tentang sejauh mana keluarga

menyediakan makanan, pakaian , dan perlindungan terhadap anggota yang

sakit

e. Fungsi reproduksi. Mengkaji tentang beberapa jumlah anak , merencanakan

jumlah anggota keluarga serta metode yang digunakan keluarga dalam

mengendalikan jumlah anggota keluarga

f. Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan

sandang pangan dan papan

6. Stres dan koping keluarga

Keperawatan Keluarga Page 104


a. Stresor  jangka pendek. Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaikan dalam waktu lebih dari 6 bulanStrategi koping yang

digunakan.

b. Mengkaji tentang strategi koping apa yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan

c. Kemampuan keluarga berespons terhadap    situasi atau stresor, Mengkaji

sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor.

d. Strategi adaptasi disfungsional menjelaskan adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

7. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga metode ini sama

dengan pemerikasaan fisik di klinik.

8. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada.

Keperawatan Keluarga Page 105


Contoh ASKEP:
 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S
DENGAN MASALAH UTAMA HIPERTENSI PADA Ny. S
DI DESA.....

A. Pengkajian Keluarga
I. Data Umum
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S
2. Usia : 43 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Buruh
5. Alamat : RT. 01/VIII Srondol Kulon
Banyumanik Semarang
6. Komposisi keluarga :
Status Imunisasi
N Campa Ket
Nama JK Hub Umur Pend Polio DPT Hepatitis
o BCG k
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Ny. S P Ibu 69 th -
2 Ny. R P Istri 40 th SD
3 An. L Ana 22 th SMA             Lengkap
M k
4 An. L Ana 20 th SMA             Lengkap
A k
5 An. P Ana 15 th SLTP             Lengkap
A k

Keperawatan Keluarga Page 106


Genogram

S R

M A A

Keterangan :

= laki-laki = klien

= perempuan = hubungan dengan keluarga

= meninggal

= tinggal satu rumah

6. Tipe keluarga
Keluarga Tn. S termasuk tipe keluarga besar (extended family) yaitu didalam
suatu rumah terdapat satu keluarga terdapat inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah Tn. S ( ayah ), Ny. R (istri), An. M,
An. A, An .A dan Ny.S (nenek)
7. Suku dan Bangsa
Bahasa yang digunakan Tn. S bahasa Jawa karena berasal dari Jawa. Dalam
keluarga tidak ada pantangan makanan apapun,
8. Agama
Keluarga Tn. S beragama Islam dan taat menjalankan ibadah sholat 5 waktu,
biasanya dilakukan bersama-sama di rumah karena jauh dari mushola .

9. Status sosial ekonomi keluarga

Keperawatan Keluarga Page 107


Kebutuhan sehari-hari keluarga semua dipenuhi oleh Tn. S dengan
pendapatan sehari + Rp 20.000, Tn. S bekerja sebagai buruh bangunan.
Barang-barang yang dimiliki Tn. S yaitu TV, Almari, mesin jahit, meja kursi
dan Tn. S merasa saat ini saya merasa kurang
10. Aktifitas rekrasi keluarga
Keluarga sering melakukan rekreasi cuma nonton TV karena Tn. S sibuk
mencari nafkah dan terkadang silaturahmi ke tempat saudara.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


11. Tahap perkembangan saat ini
Keluarga dengan anak remaja,keluarga telah berusaha memberikan kebebasan
dan tanggung jawab kepada ketiga anaknya, keluarga selalu mencoba
mempertahankan hubungan yang intim dengan anggota keluarga, selalu
mempertahankan komunikasi yang terbuka dengan anggota keluarganya.
12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Berdasar hasil wawancara maka didapat bahwa pada usia remaja mulai
merasa tekanan yang cukup berat karena semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan,Tn. S sering berfikir apakah
dia sanggup menuntaskan anak-anaknya dengan penghasilannya itu.
13. Riwayat keluarga inti
Dalam keluarga Tn. S tidak ada yang memiliki penyakit keturunan dan semua
sehat-sehat. Apabila dalam keluarga Tn. S ada yang sakit dia selalu
mengunakan fasilitas kesehatan
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Ibu Tn. S memiliki penyakit darah tinggi sampai sekarang tapi anak-anaknya
tidak ada yang memiliki penyakit hipertensi.

Keperawatan Keluarga Page 108


III. Lingkungan

15. Karakteristik rumah

Kamar
tidur
Dapur

Kamar / WC
tidur

Batas tetangga
Tetangga
Kamar Ruang keluarga
tidur

12m
Ruang tamu

Teras

5M 1M

Rumah Tn. S terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, tiga kamar tidur, dapur,
kamar mandi. Cara pengaturan perabot kurang rapi, kebiasaan merawat rumah
disapu sehari sekali.
Ukuran rumah 12x 5 m tipe rumah permanen, atap terbuat dari seng, lantai
berubin dan terdapat fentilasi tapi jarang dibuka dan kondisi ruangan sangat
pengap, dan keluarga kalau mandi DAP, minum air DAP.
16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Lingkungan tetangga umumnya penduduk asli srondol, hubungan antar
tetangga cukup baik, lingkungan sekitar adalah keluarga karena warisan
keluarga. Ny. R mengikuti kegiatan arisan dilingkungan sekitar sedangkan
Ny. S tidak dapat mengikuti kegiatan karena kondisinya kurang sehat.
17. Mobilitas geografis keluarga
Rumah merupakan daerah perkotaan tidak jauh dari jalan raya, mudah
dijangkau oleh sepeda motor/kendaraan roda 4. Ny. R dan Ny. S kalau

Keperawatan Keluarga Page 109


membeli bumbu/belanja cukup di sekitar rumahnya tepatnya di tetangganya
dan itu cukup dengan jalan kaki.

18. Perkumpulan keluarga+interaksi denga masyarakat


Didalam Masyarakat Tn. S mengikuti arisan dan perkumpulan bersama
masyarakat, Tn. S juga mengikuti yasinan di komplek sekitar begitu juga
dengan Ny. R disamping bersosialisasi dia juga melakukan pekerjaan
rumah , anak anak Tn. S juga aktif dalam karang taruna di lingkungannya
Sedangkan kegiatan Ny. S yaitu hanya di rumah saja karena Ny. S
kondisinya kurang sehat.
19. Sistem pendukung keluarga
Anggota keluarga Tn. S sehat hanya Ny. S saja yang sakit dan keluarga selalu
mengunakan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas. Keluarga Tn. S sering
tolong menolong begitu juga dengan lingkungan sekitarnya

IV. Struktur keluarga


20. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan komunikasi terbuka, tiap keluarga Brebes
mengungkapkan pendapatnya masing masing hal ini dapat dilihat pada waktu
perawat melakukan pengkajian
21. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah sedang Ny. S
hanya mengikuti saja apa hasil musyawarah, semua anggota keluarga
berperan sesuai perannya masing-masing, dan apabila masalah tidak teratasi
maka keputusan ada di tangan Tn. S
22. Struktur peran (formal & informal)
Formal
Tn. S sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah untuk memenuhi
kebt keluarganya dismping itu Tn. S sebagai pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman pada keluarga
Ny. S sebagai nenek dari anak Tn. S disamping itu sebagai mertua Ny. R

Keperawatan Keluarga Page 110


Ny. R berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, Ny. R sebagai
ibu rumah tangga memiliki peran untuk mengurusi rumah dan pendidik
anak-anaknya
An.M, An. A, An. A berperan sebagai anak sekolah yang harus belajar
dan patuh pada kedua ortunya.
Informal
Setiap anggota keluarga selalu memiliki peran sebagai pendorong bagi
yang lain
23. Nilai & norma keluarga
Dalam budaya Jawa anak laki-laki harus mempunyai tanggung jawab kepada
keluarga, keluarga Tn. S selalu mematuhi aturan-aturan dan norma yang
berhubungan dengan agama dan masyarakat

V. Fungsi keluarga
24. Keluarga afektif
Keluarga Tn. S saling mendukung kebutuhan sehingga dapat terpenuhi
kehidupan sederhana, dapat menyelesaikan masyalah dengan musyawarah dan
keputusan keluarga yang terakhir ditentukan oleh Tn. S sebagai kepala
keluarga.
25. Fungsi sosial
Tn. S dan Ny. R dibantu Ny. S dapat membina sosialisasi pada anak-anaknya
sehingga dapat membentuk norma dan aturan-aturan sesuai dengan
perkembangan anak-anaknya, serta dapat meneruskan budaya.
26. Fungsi perawatan keluarga
Kemampuan kel mengenal masalah
Keluarga Tn. S mengatakan bahwa Ny. S terkena darah tinggi dengan TD
150/100mmhg dan tidak boleh makan terlalu banyak garam, keluarga
juga mengetahui penyebab dan makanan pantanggan. Ny. S mengatakan
tanggan dan kaki jimpe-jimpe.
Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Keperawatan Keluarga Page 111


Tn. S selalu mengambil keputusan secara tepat seperti halnya kalau Ny.
S sakit ia segera membawa ke Puskesmas.
Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit
Tn. S dengan keluarga akan merawat anggota yang sakit sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya
Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang sehat
Tn. S tidak mengerti cara memelihara rumah sehat dan pengaruhnya pada
keluarga
Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdekat dari rumahnya adalah Puskesmas dan
bidan, keuntungan mengunakan fasilitas kesehatan adalah kesehatan kami
dapat teratasi dan kami kepuskesmas kaerena terjangkau oleh kami
27. Fungsi reproduksi
Jumlah anak Tn. S adalah 3 orang, Ny. R dalam hal ini mengunakan alat
kontrasepsi suntik.
28. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. S sudah tercukupi masalah kebutuhan pokok, tapi masalah
sandang keluarga hanya membeli sebulan sekali/ tidak pasti

VI. Stres dan Koping Keluarga


29. Stresor jangka pendek dan panjang
Pendek : Stresor jangka pendek yang dipikir keluarga saat ini yaitu
memikirkan agar penyakit Ny. S dapat sembuh
Panjang : Saat ini keluarga Tn. S memikirkan agar anaknya dapat
menerusksn k ejenjang yang lebih tinggi dibanding ayah dan ibunya yang
lulusan SD
30. Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stresor
Keluarga Tn. S selalu melakukan musyawarah dalam menyelesaikan masalah
baik dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.

Keperawatan Keluarga Page 112


31. Strategi koping yang digunakan
Keluarga Tn. S apabila ada masalah baik dalam keluarga atau masyarakat
selalu menyelesaikan nya .

32. Strategi adaptasi disfungsional


Dalam menghadapi masalah selalu berusaha dan berdoa tapi pada akhirnya
Tuhan yang menentukan.

VII. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaa
Tn. S Ny. R Ny. S An. M An. A An. A
n fisik
Tekanan 120/80 120/80 160/90 120/80 120/80 120/80
darah mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
Nadi 86x/mnt 75x/mnt 86x/mnt 86x/mnt 80x/mnt 80/mnt
Suhu 360C 360C 360C 360C 360C 360C
RR 22x/mnt 24x/mnt 24x/mnt 22x/mnt 24x/mnt 24x/mnt
BB 58 kg 62 kg 55 kg 58 kg 50 kg 46 kg

Kepala Mesochepal Mesochepal Mesochepal Mesochepal Mesochepal Mesochepal


Rambut Hitam bersih Hitam bersih Hitam bersih Hitam bersih Hitam bersih Hitam bersih
Kulit Sawo Sawo Sawo Sawo Sawo Sawo
matang, matang, matang, matang, matang, matang,
turgor baik turgor baik turgor baik turgor baik turgor baik turgor baik
Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis
dan sklera dan sklera dan sklera dan sklera dan sklera dan sklera
tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik,
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
baik baik kurang baik baik baik baik
(kabur pada
malam hari)
Hidung Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,
fungsi fungsi fungsi fungsi fungsi fungsi
penghidu penghidu penghidu penghidu penghidu penghidu
baik baik baik baik baik baik

Keperawatan Keluarga Page 113


Mulut & Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
tenggorokan berbau, gigi berbau, gigi berbau, gigi berbau, gigi berbau, gigi berbau, gigi
bersih, tidak bersih, tidak tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ada nyeri ada nyeri lengkap, ada nyeri ada nyeri ada nyeri
telan telan tidak telan telan telan
menggunaka
n gigi palsu
Telinga Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik, tidak baik, tidak baik, tidak baik, tidak baik, tidak baik, tidak
menggunaka menggunaka menggunaka menggunaka menggunaka menggunaka
n alat bantu n alat bantu n alat bantu n alat bantu n alat bantu n alat bantu
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
tiroid tiroid tiroid tiroid tiroid tiroid
Dada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
wheezing wheezing wheezing wheezing wheezing wheezing
Perut Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
kembung, kembung, kembung, kembung, kembung, kembung,
tidak nyeri tidak nyeri tidak nyeri tidak nyeri tidak nyeri tidak nyeri
tekan tekan tekan tekan tekan tekan

Pemeriksaan
Tn. S Ny. R Ny. S An. M An. A An. A
fisik
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tangan kiri & Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kaki kiri kelainan kelainan kelainan bentuk
bentuk bentuk pegel-pegel bentuk bentuk
kadang kaki
kiri tidak bisa
buat jalan,
dengkul
kanan dan kiri
kemeng, kaki
terasa dingin
Eliminasi BAB 1x/hr BAB 1x/hr BAB 1x/hr BAB 1x/hr BAB 1x/hr BAB 1x/hr
BAK 4-5x/hr BAK 4-5x/hr BAK 5-6x/hr BAK 9-6x/hr BAK 6-8x/hr BAK 6-8x/hr

VIII. Harapan Keluarga


Harapan yang diinginkan keluarga Tn. S yaitu menginginkan agar anggota
keluarganya tidak ada yang sakit-sakitan dan keluarga berharap kedatangan

Keperawatan Keluarga Page 114


mahasiswa Akperissa dapat memberikan informasi kesehatan sehingga
anggota keluarga dapat memelihara kesehatan.

B. Analisa Data

No Data Fokus Masalah Penyebab


1 DS : - Ny.S mengatakan kaki dan tranggan Nyeri Ketidakmampuan
jimpe-jimpe(pegal)khususnya pada keluarga merawat
sebelah kanan gringgingen, lemas, kaki anggota keluarga
sebelah kanan terkadang tidak bisa yang sakit
digerakkan,
DO : - Ny. S tampak lemah
- TD : 150/100mmHg
- S : 360C
- N : 86 x/mnt
- RR : 24 x/mnt

Keperawatan Keluarga Page 115


2 DS : - Ny. S mengatakan “tangan” kaki saya Risiko tinggi Ketidakmampuan
sebelah kiri sering jimpe-jimpe, lemes, komplikasi keluarga merawat
dengkul kaki saya terasa pegel dan anggota keluarga
cekot-cekot, kaki saya yang sebelah yang sakit
kiri terkadang sulit untuk bergerak, Ny.
S tidak pernah beli obat di warung,
mata saya kalau untuk melihat orang
itu kabur tapi kalau hari sudah gelap.
Ny. S mengatakan tidak tahu tentang
penyakitnya.
- Tn. S menantu Ny. S mengatakan
bahwa mertuanya memiliki tekanan
darah tinggi, tapi Tn. S tidak/kurang
begitu mengerti tentang hipertensi.
Yang saya tahu tekanan darah tinggi
yang tekanan darah 130 dan tidak boleh
makan daging, kopi. Cuma niku sing
kulo ngertos. Sedang penyebab
hipertensi/tekanan darah tinggin,
penanggulangan dan pengertian yang
sesungguhnya saya tidak tahu paling
nak Mak S pegel-pegel kulo beto ting
bu bidan, kula nggeh kurang ngertos
tanda-tanda hipertensi yang saya tahu
nggeh sing dirasakake mbahe.
DO : - Tn. S sering menanyakan masalah
mertuanya.
- kaki kanan Ny. S terasa kaku
- BB Ny. S = 55 kg
- TD Ny. S 150/100 mmHg
- N : 86 x/mnt
- Suhu : 360C
- RR : 24 x/mnt
No Data Fokus Masalah Penyebab
3 DS : . Tn. S mengatakan: Kerusakan Ketidakmampuan
Saya menggunakan air sumur DAP penatalaksanaan keluarga dalam
pompa utk mandi dan minum.. pemeliharaan mengenal
Tempat pembuangan sampah saya rumah masalah
di belakang rumah. Saya belum
punya tempat pembuangan sampah
sampah tapi sampah saya
kumpulkan di belakang kemudian
saya bakar kalau sudah banyak. Tn.
S mengatakan kamar Ny. M
berantakan.

Keperawatan Keluarga Page 116


DO : - Keluarga Tn. S memiliki WC
untuk keluarga.
- Keluarga memiliki kamar mandi
keluarga.
- Keluarga belum memiliki tempat
pembuangan sampah sendiri
- Ventilasi jendela tidak/jarang
dibuka
- Atap terbuat dr seng
- Rumah kotor
- Kamar Ny. S tampak berantakan
dan pengap .

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit.

2. Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

3. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

Prioritas Masalah

Skoring Data

1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit.

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

Keperawatan Keluarga Page 117


1. Sifat masalah. Skala : 3 1 3/3 x1=1
aktual 3
Resiko 2
Potensial 1

2. Kemungkinan 1 2
masalah dapat diubah. ½ x2=1
Skala :Mudah 2
Sebagian 1
Tdk dapat 0
3. Potensial masalah
untuk dicegah
Skala : Tinggi 3 2 1 2/3x1=2/3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya
masalah.
Skala : masalah berat
harus segera di 2 1 2/2x1=1
tangani 2
Ada masalah tp tdk
perlu ditangani 1
Masalah tidak
dirasakan 0

Jumlah skor = 3 2/3

2. Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang sakit.

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

Keperawatan Keluarga Page 118


1. Sifat masalah. 3 1 3/3x1=1
Skala : aktual

2. Kemungkinan 1 2
masalah dapat ½ x 2=1
diubah.
Skala : sebagian
2 1
3. Potensial masalah
untuk dicegah
Skala : cukup 2/3x1=2/3
2 1
4. Menonjolnya
masalah.
Skala : masalah
berat harus segera
di tangani 2/2x1=1

Jumlah skor = 3 2/3

3. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

Keperawatan Keluarga Page 119


1. Sifat masalah. 3 1 3/3x1=1
Skala : aktual

2. Kemungkinan 1 2
masalah dapat ½ x 2=1
diubah.
Skala : sebagian
2 1
3. Potensial masalah
untuk dicegah
Skala : cukup 2/3x1=2/3
2 1
4. Menonjolnya
masalah.
Skala : masalah
berat harus segera
di tangani 2/2x1=1

Jumlah skor = 3 2/3

Diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah :


1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit.
2. Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

Keperawatan Keluarga Page 120


D. Rencana Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil/Evaluasi


Diagnosa Tujuan Khusus/jangka
No Umum/jangka Intervensi
Keperawatan pendek Kriteria Standart
panjang
1 Ketidakefektifan Setelah Setelah dilakukan
pemeliharaan dilakukan pertemuan 1 x 60 menit
kesehatan BD tindakan diharap keluarga :
ketidakcukupan keperawatan 1. Mempunyai Kognitif/Afektif 1. Pelayanan kesehatan Menjelaskan
sumber daya. keluarga motivasi untuk 2. Macam pelayanan tentang manajemen
selama 1 mendapatkan kesehatan rumah sehat
minggu/2 pelayanan 3. Manfaat pelayanan :pengertian,ciri,cara
minggu/3.... kesehatan. kesehatan Mendorong
keluarga 4. Mengungkapkan keluarga melakukan
mampu motivasi untuk penataan rumah
memelihara menggunakan yan kes yang sehat
kesehatn
secara efektif 2. Menggunakan Psikomotor
dan
memanfaatkan rumah yang sehat
fasilitas Keluarga akan
kesehatan Afektif/ mengungkapkan kesiapan
psikomotor terhadap rencana
pemeliharaan rumah

3. Mengatur
program
Verbal Menurunkan hipertensi: 1.1.1 Gali
- Turunkan BB pengetahuan
- Kontrol tekanan darah keluarga
- Olah raga untuk

Modul Keperawatan Keluarga Page 121


- Menghindari stres menyebutkan
cara
tradisional
menurunkan
hipertensi
1.1.2 Jelaskan cara
menurunkan
hipertensi
secara alami
1.1.3 Beri
reinforcement
keluarga
untuk
mengulang
1.1.4 Beri
reinforcement
positif pada
keluarga

Modul Keperawatan Keluarga Page 122


Diagnosa Evaluasi
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
Keperawatan Kriteria Standart
1.2 Keluarga Verbal Yaitu: 1.2.1 Gali pengetahuan
mengenal - Bawa ke tempat keluarga untuk
pengobatan pelayanan mengenal cara
hipertensi kesehatan pengobatan
(puskesmas) hipertensi
- Bawa ke bidan 1.2.2 Jelaskan cara
(tempat pengobatan
pelayanan hipertensi
kesehatan lain) 1.2.3 Beri motivasi pada
keluarga untuk
mengulang
1.2.4 Beri
reinforcement
positif pada
keluarga
Risiko tinggi Setelah dilakukan Setelah dilakuka
2 komplikasi tindakan keperawatan n pertemuan 1 x 30
berhubungan dengan selama 3 kali pengkajian menit keluarga dapat:
ketidakmampuan keluarga diharap dapat 2. Mengenal masalah
keluarga dalam merawat anggota tentang hipertensi
merawat anggota keluarga yang sakit
keluarga yang sakit

Modul Keperawatan Keluarga Page 123


Diagnosa
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Evaluasi Intervensi
Keperawatan
2.1 Keluarga mampu Respon Hipertensi adalah 2.1.1. Gali pengetahuan
menyebutkan verbal tekanan darah keluarga tentang
pengertian dimana sistol > pengertian hipertensi.
hipertensi 140 mmHg dan
diastol > 90
mmHg
2.1.2. Diskusikan tentang
hipertensi dengan
keluarga mengenai
pengertian (poster)
2.1.3. Motivasi kembali
keluarga untuk
menjelaskan kembali
tentang pengertian
hipertensi
2.1.4. Beri reinforcement positif
pada keluarga.
2.2. Keluarga Respon Penyebab: 2.2.1. Gali pengetahuan
mampu verbal - Keturunan keluarga penyebab
menyebutkan - kegemukan hipertensi
penyebab dari - konsumsi 2.2.2. Beri penyuluhan pada
hipertensi garam keluarga tentang
berlebih penyebab hipertensi
- merokok dan 2.2.3. Motivasi keluarga untuk
alkohol menyebutkan kembali
- stres penyebab hipertensi.

Modul Keperawatan Keluarga Page 124


Diagnosa Evaluasi
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
Keperawatan Kriteria Standart
2.2.4. Beri reinforcement
positif pada
keluarga.
2.3 Keluarga mampu Respon Tanda dan gejala 2.3.1 Gali pengetahuan
menyebutkan tanda verbal dari hipertensi keluarga tentang
gejala dari hipertensi -) Pusing tanda-tanda dan
- Penglihatan gejala hipertensi
kabur 2.3.2. Beri penyuluhan
- Sukar tidur pada keluarga
- Pegel tentang tanda dan
- Cepat marah gejala hipertensi
- Nyeri pada 2.3.3 Motivasi keluarga
tengkuk untuk mengulang
- Telinga kembali apa yang
berdengung telah dijelaskan.
- Mudah capek 2.3.4 Beri reinforcement
- Kelumpuhan atas jawaban yang
anggota badan telah disimpulkan
terutama sebelah oleh keluarga.
(sebagian

Modul Keperawatan Keluarga Page 125


Diagnosa Evaluasi
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
Keperawatan Kriteria Standart
2. Mengambil Verbal Keluarga bersedia 2.1.1 Beri motivasi
2.1 Keluarga afektif memeriksakan keluarga untuk
bersikap positif kepelayanan sering
terhadap kesehatan yaitu 1 mengontrolkan
pemeriksaan minggu 2x kesehatan
anggota keluarga
yang sakit ke
pelayanan
kesehatan
2.1.2 Beri
reinforcement
positif
3. Merawat anggota
keluarga yang sakit
3.1 Keluarga mampu Verbal Diit/makanan yang 3.1.1 Gali pengetahuan
menyebutkan diit dianjurkan: keluarga tentang
bagi anggota - Pace diit dan makanan
keluarga yang - Mentimun yang harus
sakit dalam hal - Seledri dihindari
ini hipertensi - Blimbing 3.1.2 Jelaskan tentang
keris diit makanan yang
Makanan yang dianjurkan yang
harus dihindari: dihindari.
- Durian
- Alkohol
- Kopi
- Rokok

Modul Keperawatan Keluarga Page 126


Diagnosa Evaluasi
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
Keperawatan Kriteria Standart
- Garam beryodium 3.1.3 Beri motivasi
- Daging kambing keluarga untuk
mengulang apa
yang sudah
dijelaskan
3.1.4. Beri reinforcement
pada keluarga
3.2 Keluarga Psiko-motor Cara membuat jus: 3.2.1 Ajarkan keluarga
mampu - Mengkudu ditumbuk untuk membuat
membuat jus - Mentimun diparut jus mengkudu
mengkudu + - Mengkudu dan (demonstrasi)
mentimun mentimun dicampur 3.2.2 Motivasi
kemudian diperas lalu keluarga untuk
ditambah gula + air membuat jus
secukupnya mengkudu
- Siap untuk disajikan 3.2.3 Beri
reinforcement (+)
pada keluarga
3.3. Keluarga Psiko-motor Cara menensi : 3.3.1 Ajarkan keluarkan
mampu - Tensi (pembalut) untuk melakukan
mengukur dipasang pengukuran nadi
tekanan darah 3.3.2 Motivasi keluarga
sendiri mengulang sendiri

Modul Keperawatan Keluarga Page 127


Diagnosa Evaluasi
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
Keperawatan Kriteria Standart
- Stetoskop dipakai di 3.3.3 Beri reinforcement
telinga dan ditempelkan (+) pada keluarga
di arteri (lengan) atas demonstrasi
- Sampai terdengar suara, yang dilakukan
dengan sampai suara
hilang baru diturunkan
pelan-pelan
- Duk pertama itu yang
biasa disebut tekanan
darah
- Duk terakhir itu biasanya
dipakai untuk
mengetahui diastol.
- Manset dilepas dan
stetoskop dilepas.
Diagnosa Evaluasi
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
Keperawatan Kriteria Standart
4. Modifikasi Psiko- * Cara menciptakan:
lingkungan motor Lingkungan tenang
4.1 Keluarga - Tidak berisik 4.1.1 Motivasi keluarga
mampu - Setting lingkungan untuk
menciptakan kamar Ny. M menciptakan
lingkungan - Hindarkan/ kurangi lingkungan yang
yang nyaman volume televisi atau nyaman
tape 4.1.2 Beri reinforcement
positif pada
keluarga

Modul Keperawatan Keluarga Page 128


5. Menggunakan
fasilitas
kesehatan
5.1 Keluarga Respon Keluarga tetap 5.1.1 Motivasi keluarga
mampu psiko- menggunakan fasilitas untuk tetap
menggunakan motor kesehatan menggunakan
fasilita kesehatan fasilitas kesehatan
5.1.2 Beri reinforcement
(+) pada keluarga

Modul Keperawatan Keluarga Page 129


Diagnosa Evaluasi
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
Keperawatan Kriteria Standart
3 Kerusakan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
penatalaksanaan tindakan keperawatan pertemuan 1 x 30 menit
pemeliharaan rumah selama 3 kali pengkajian keluarga dapat :
(lingkungan keluarga diharapkan 3. Mengenal masalah
berhubungan dengan mampu mengenal
ketidakmampuan masalah pemeliharaan
keluarga mengenal lingkungan rumah sehat
masalah
3.1 Mampu Respon Lingkungan rumah 3.1.1 Gali pengetahun
menyebutkan verbal sehat adalah rumah keluarga tentang
pengertian yang selalu bersih lingkungan
ringkasan rumah baik dari kotoran, rumah sehat
sehat debu, sampah, 3.1.2 Beri penjelasan
perabotan rumah pada keluarga
tangga yang tentang
berserakan pengertian
pemeliharaan
lingkunan rumah
sehat
3.1.3 Beri motivasi
keluarga untuk
mengulang
kembali
pengertian

Modul Keperawatan Keluarga Page 130


Diagnosa Tujuan Evaluasi
No Tujuan Khusus Intervensi
Keperawatan Umum Kriteria Standart
3.1.4 Beri reinforcement pada
keluarga
3.2 Mampu Respon verbal Syarat rumah 3.2.1 Gali pengetahuan tentang
menyebutkan sehat: syarat rumah sehat.
syarat rumah - Ruang 3.2.2 Jelaskan syarat rumah sehat
sehat makan 3.2.3 Motivasi keluarga untuk
- Dapur menjelaskan kembali
- Kamar 3.2.4 Beri reinforcement (+) pada
mandi keluarga
- WC
- Tempat
mencuci
pakaian
3.3 Keluarga Respon verbal Rumah bersih: 3.3.1 Gali pengetahuan keluarga
mampu - Terdapat tentang perbedaan rumah
menyebutkan ventilasi bersih dan kotor
perbedaan - Terdapat 3.3.2 Jelaskan mengenai perbedaan
rumah bersih pengap rumah bersih dan kotor
dan kotor - Terdapat 3.3.3 Motivasi keluarga untuk
air bersih menyebutkan perbedaan
- Terdapat rumah bersih dan kotor.
tempat
pembuang
an sampah

Modul Keperawatan Keluarga Page 131


Diagnosa Evaluasi
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
Keperawatan Kriteria Standart
Rumah kotor : 3.3.4 Beri reinforcement
- Berdebu (+) pada keluarga
- Atap seng/
ventilasi
- Pengap
- Tidak ada air
bersih

Modul Keperawatan Keluarga Page 132


E. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi Respons Keluarga


1 Nyeri berhubungan dengan ketidak- - Mengucap salam S : - Menjawab salam
mampuan keluarga dalam merawat - Gali pengetahuan keluarga untuk - Ny. M mengatakan bahwa Ny. M
anggota yang sakit menyebutkan penatalaksanaan kalau sakit dibawa ke bidan
penurunan tensi secara alami
- Menjelaskan cara menurunkan O : Keluarga kooperatif
hipertensi secara alami
- Memberi motivasi keluarga untuk S : Keluarga mengatakan, yaitu:
mengulang - Turunkan BB
- Hindari stres
- Olah raga
- Memberi reinforcement (+) pada O : Tersenyum
keluarga
- Menggali pengetahuan keluarga S : Keluarga mengatakan tidak tahu
untuk menyebutkan penatalaksanaan
hipertensi apabila sudah tidak
tertahankan
- Menjelaskan pengobatan hipertensi O : Mendengar
apabila sudah tidak tertahankan
- Beri motivasi pada keluarga untuk S : Keluarga mengatakan kalau sudah tidak
mengulang tertahankan saya bawa ke puskesmas/bu
bidan.
- Reinforcement (+) pada keluarga O : Tersenyum
2 Keluarga mampu melakukan perawatan - Menggali pengetahuan keluarga S : Keluarga mengatakan bahwa yang
pada anggota yang sakit tentang diit makanan yang dilarang yaitu daging dan kopi
dianjurkan dan yang dihindari
- Jelaskan tentang makanan yang
dianjurkan + dilarang
1. Dianjurkan

Modul Keperawatan Keluarga Page 133


- pace - blimbing
- sledri - mentimun
2. Makanan yang dilarang
- kopi - daging kambing
- alkohol - emping
- garam (+) - rokok
- Beri motivasi keluarga untuk S : - Keluarga mengatakan makanan yang
mengulang yang sudah dijelaskan dianjurkan: pace, blimbing dan sledri.
- Makanan yang dilarang: kopi, alkohol
dan daging kambing
- Beri reinforcement positif pada O : Tersenyum, bagus?
keluarga
- Mengajarkan keluarga untuk O : Keluarga memperhatikan
membuat jus mengkudu
- Memotivasi keluarga untuk membuat O : - Keluarga mampu membuat jus seperti
jus yang telah diajarkan yaitu mencampur
pace + timun lalu ditumbuk terus
ditambah air + gula

Modul Keperawatan Keluarga Page 134


- Beri reinforcement positif pada O : keluarga tersenyum
keluarga
- Mengajarkan mengontrol tekanan
darah :
- Pembalut dibaluntukan ke lengan
- Pakai stetoskop  letakkan pada
arteri di lengan
- Skrup pompa distel
- Pompa sampai terdengar duk dan
sampai duk menghilang
- Lalu turunkan duk 1 disebut sistol
dan duk II diastol
- Memotivasi keluarga untuk mencoba O : Keluarga mau melakukan
melakukan
- Memberi reinforcement kepada O : keluarga tersenyum
keluarga

3 Menggunakan fasilitas kesehatan Gali pengetahuan keluarga tentang S : Keluarga mengatakan manfaat
manfaat fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan yaitu “memberi
pengobatan”

Modul Keperawatan Keluarga Page 135


- Menjelaskan tentang manfaat O : Mendengarkan (kooperatif )
fasilitas kesehatan yaitu:
- Memberi penyuluhan
- Tentang kesehatan
- Memberi pengobatan
- Memotivasi keluarga untuk S : Keluarga mengatakan manfaat
menjelasan kembali fasilitas :
- Memberi penyuluhan
- Pemberi pengobatan
3 Kerusakan penatalaksanaan - Gali pengetahuan keluarga tentang S : Keluarga mengatakan tidak tahu
pemeliharaan lingkungan rumah sehat pengertian pemeliharaan lingkungan O : - Keluarga menggelengkan kepala
berhubungan dengan ketidakmampuan rumah sehat.
keluarga mengenal masalah
- Menjelaskan tentang pengertian S : Keluarga mengatakan rumah sehat
rumah sehat secara sederhana yaitu adalah rumah yang bersih dan
rumah yang sesuai dengan standar tidak berantaan serta ada tempat
kesehatan yaitu bersih, jauh dari pembuangan sampah
kotoran/sampah, ada pencahayaan O : Keluarga kooperatif. Bagus Bu!!!
dan ventilasi yang cukup
- Menjelaskan syarat-syarat rumah S : Keluarga mengatakan syarat
sehat, yaitu: rumah sehat, yaitu:
1. Mempunyai ruang terpisah 1. Ada jendela (jendela selalu
2. Setiap ruangan diatur dengan rapi dibuka)
3. Sinar matahari dapat masuk 2. Ada tempat sampah
4. Ada ventilasi 3. Ada WC
5. Ada sarana air bersih 4. Ada air bersih
6. Ada tempat pembuangan sampah
7. Mempunyai sarana MCK
8. Bangunan kuat
- Beri pujian pada keluarga atas O : Keluarga kooperatif

Modul Keperawatan Keluarga Page 136


jawaban yang tepat Bagus, Bu.
- Menjelaskan pada keluarga tentang S : Keluarga mengatakan manfaat
manfaat rumah sehat, yaitu: rumah sehat, yaitu:
1. Dapat mencegah penyebaran 1. Dapat mencegah penyakit
penyakit menular 2. Rumah tampak bersih dan rapi
2. dapat melindungi dari bahaya 3. Melindungi dari bahaya
kebisingan dan pencemaran pencemaran
3. rumah dan lingkungan tampak 4. Enak ditempati
rapi 5. Hidup sehat dan bahagia
4. Rumah nyaman ditempati serta
menjamin hidup yang sehat
- Beri reinforcement pada keluarga O : Keluarga kooperatif
atas jawaban Bagus, Bu.
- Menjelaskan pada keluarga tentang S : Keluarga mengatakan perbedaan
perbedaan rumah sehat dan kotor rumah sehat dan kotor
1. Rumah sehat: 1. Rumah sehat
- Bersih, tidak kotor - ada WC dan kamar mandi
- Ada ventilasi - ada jendela
- Ada sarana air bersih - ada tempat pembuangan
- Ada tempat pembuangan sampah
sampah 2. Rumah kotor
- Ada tempat MCK - berdebu
2. Rumah kotor - lembab
- Berdebu - tidak punya WC dan kamar
- Ventilasi kurang mandi
- Tidak memiliki WC & kamar cahaya yang masuk kurang
mandi
- Lembab
- Pencahayaan kurang
- Beri reinforcement kepada keluarga O : keluarga tersenyum

Modul Keperawatan Keluarga Page 137


F. EVALUASI

No Tgl/ Jam Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan


1 Sabtu Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan S : - Klien mengatakan masih pegel- pegel
11/12/04 keluarga merawat anggota keluarga yang - Keluarga mengatakan cara penatalaksanaan
(12.00) sakit penurunan tekanan darah di rumah :
menurunkan BB
hindari rokok
kuranggi konsumsi garam
- Keluarga mengatakan kalau keluarga sakit di
bawa ke puskesmas, bidan
O : - Keadaan umum lemah
- Keluarga dapat menyebutkan cara
penatalaksanaan penurunan hiprrtensi secara
alami
- Keluarga mampu menyebutkan apa yang harus
dilakukan apabila nyeri bertambah
A : - Masalah belum teratasi
P : - Lanjuntukan intervensi

Modul Keperawatan Keluarga Page 138


2 Sabtu Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan S : - Keluarga mengatakan tekanan darah tinggi
11/12/04 ketidakmampuan keluarga dalam merawat adalah tekanan darah > 140/90 mmHg
(12.00) anggota keluarga yang sakit - Keluarga mengatakan penyebab hipertensi:
merokok, alkohol
- Keluarga mengatakan tanda dan gejala
hipertensi:Pusing, penglihatan kabur,pegel-
pegel, telingga berdenggeng
- Keluarga mengatakan makanan pantangan,
yaitu: durian, emping dan kopi
- Keluarga mengatakan makanan yang
dianjurkan: pace, timun, seledri

O : - Keluarga mampu membuat jus mengkudu


- Keluarga dapat menyebutkan pengertian
hipertensi
- Keluarga dapat menyebutkan penyebab
hipertensi
- Keluarga dapat menyebutkan pantangan dan
makanan yang dianjurkan

A : - Masalah teratasi
P : - Pertahankan intervensi

Modul Keperawatan Keluarga Page 139


3 Sabtu Kerusakan penatalaksanaan rumah S : - Keluarga mengatakan rumah sehat adalah rumah
11/12/04 berhubungan dengan ketidakmampuan yang bersih dan tidak berantakan serta tidak ada
(12.00) keluarga dalam mengenal masalah sampah.
- Keluarga mengatakan syarat-syarat rumah sehat,
yaitu:
1. Ada jendela
2. Ada tempat sampah
3. Ada WC
4. Ada air bersih
- Keluarga mengatakan manfaat rumah sehat
yaitu:
1. dapat mencegah penyakit
2. rumah tampak bersih
3. melindungi dari bahaya pencemaran
4. enak ditempati
- Keluarga mampu menyebutkan perbedaan
rumah sehat dan kotor.
Rumah sehat
1. Terdapat ventilasi
2. tidak pengap
3. bersih
4. terdapat WC dan kamar mandi
Rumah kotor
1. berbau
2. banyak sampah
3. tidak terdapat ventilasi
4. tidak
5. tf
6. tidak ada WC Keluarga mengatakan
makanan yang dianjurkan: pace, timun,
seledri
O : - Keluarga mampu membuat jus mengkudu

Modul Keperawatan Keluarga Page 140


O : - Keluarga dapat menjelaskan pengertian rumah
sehat
- Keluarga dapat menyebutkan syarat rumah sehat
- Keluarga dapat menyebutkan manfaat
- Keluarga mampu menyebutkan perbedaan
rumah sehat dan kotor
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi

Modul Keperawatan Keluarga Page 141


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mubarak. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara.

Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Anonimous, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 Tentang


Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Sejahtera,
Jakarta: BKKBN.

Bailon, S.G. & Maglaya, A. (1978). Perawatan Kesehatan Keluarga: Suatu Pendekatan
Proses (Terjemahan). Jakarta: Pusdiknakes.

Carpenito, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8. Jakarta:


EGC.

Departemen Kesehatan RI.2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 5. Jakarta: Depkes RI, p441-448.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi
ke-5. Jakarta: EGC.

Friedman,dkk. 2013. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Jakarta:
EGC.

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Maheu. 2001. Etiology and treatment of internet-related problems. Pioneer


Depelovement Resource, Inc.

Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Setyowati, Sri; Murwani, Arita. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:


Mitra Cendikia Press.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik. Jakarta : EGC.

Susanto, T. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.

Keperawatan Keluarga Page 142


Wahid Iqbal Mubarak, N. C. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.

Zaidin Ali, S. M. 2010. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Keperawatan Keluarga Page 143

Anda mungkin juga menyukai