Anda di halaman 1dari 4

Jakarta - Polemik ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) masih saja terjadi di Indonesia.

Akhir-akhir ini
muncul pro kontra mengenai kepulangan mantan pengikut ISIS ke Indonesia. Ada yang menganggapnya
sebagai ancaman sehingga menolak kedatangan mereka, ada pula yang iba atas nasib yang dialami
sehingga perlu dibantu dengan memulangkan mereka kepada keluarga di Indonesia.

Febri Ramdani, salah seorang mantan pengikut ISIS yang kini kembali di Indonesia, mengungkapkan
perjalanannya selama ditahan di Syria hingga kembali ke Indonesia. Melalui buku "300 Hari di Bumi
Syam: Catatan Perjalanan Mantan Pengikut ISIS", dia bercerita mengenai gambaran ISIS yang melakukan
propaganda agar dirinya bergabung dan menjadi pasukan mereka.

Buku tersebut dilaunching dan dibedah pada Selasa, 11 Februari 2020 di Gedung IASTH lantai 3 kampus
Universitas Indonesia, Salemba bersama Yon Machmudi, Ph.D (Ketua Prodi Kajian Timur Tengah dan
Islam SKSG UI) dan Muhammad Syauqillah, Ph.D (Pengamat Timur Tengah dan Terorisme). Dihadiri oleh
puluhan peserta yang antusias ingin mendengar cerita perjalanan dari mantan ISIS secara langsung.

Awalnya, tidak ada keinginan dari Febri untuk pergi ke Syria. Namun, faktor keluarga lah yang
mendorong nya untuk mengetahui ISIS melalui internet. Pada tahun 2015, sekitar 26 anggota
keluarganya pergi ke Syria (alasan berobat). Ia ditinggalkan sendiri di Depok, hidup dalam kesepian dan
tak ada keluarga. Dalam setahun, ia sering mendapat bujukan dari saudaranya bahwa tinggal di Syria
akan mendapatkan kenikmatan dan kenyamanan hidup.

Ia tak mudah percaya, hingga ia sendiri yang membuktikannya dengan mengakses informasi melalui
internet. Banyaknya informasi dan propaganda ISIS mengenai keindahan nuansa kota yang damai,
bersih, akhirnya ia mulai yakin. Sehingga, di tahun 2016 dia memutuskan untuk menemui keluarganya
dan pindah kesana.

Dalam buku tersebut, diceritakan juga mengenai penyesalan Febri yang tergoda bujukan untuk
mengikuti ISIS yang ternyata semua palsu. Dia tidak menemukan kedamaian dan keindahan negara yang
diharapkan.

Muhammad Syauqillah, Ph.D, pengamat Timur Tengah dan Terorisme mengatakan bahwa masalah
kepulangan mantan ISIS ini bukan hanya sekedar kemanusiaan dan ideologi, melainkan juga mengenai
kejelasan status kewarganegaraan mereka. Selain itu, kaitannya dengan aturan turunan yang harus
diperjelas dalam penentuan keputusan nantinya.

Sementara, Yon Machmudi menyampaikan bahwa dari gambaran yang diceritakan oleh Febri, dapat
diambil hikmahnya yaitu munculnya tuntutan kesadaran beragama dipicu melalui permasalahan yang
dialami. Febri misalnya, tadi menyampaikan bahwa keinginan pindah ke Syria karena faktor keluarga,
lebih tepatnya karena perceraian kedua orangtuanya.

Seseorang yang mengalami masalah, cenderung mencari alternatif penyelesaian melalui pranata sosial
yang lainnya. Sebenarnya, ada pranata sosial misalnya ormas keagamaan, ormas politik, lembaga
pendidikan yang dapat menyalurkan kegiatan positif dari dampak permasalahan tersebut. Namun, itu
semua dianggap tidak mampu menanganinya yang akhirnya terbujuk rayuan untuk ikut ISIS.
Maka, seharusnya lembaga pendidikan, ormas politik, ormas keagamaan mampu menjadi alternatif
solusi jika terjadi permasalahan hidup di masyarakat agar tidak terjerumus kepada pelarian yang salah.

Muhammad Shofi, penyuluh agama Islam Kec. Tamansari yang hadir dalam kegiatan tersebut, juga
memberikan saran kepada masyarakat agar menjadikan Kantor Urusan Agama di daerah masing-masing
sebagai salah satu pranata pembinaan dan penyelesaian persoalan hidup di masyarakat.

"Kementerian Agama telah memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan konsultasi baik
perseorangan maupun kelompok, berkaitan dengan masalah keagamaan ataupun masalah kehidupan
bermasyarakat yang sering terjadi. Melalui penyuluh agama di Kantor Urusan Agama, masyarakat bisa
mendapatkan jawaban dari setiap persoalan yang dialami," pungkasnya. (Red-ms)

ersoalan yang muncul. Ini faktor agama menjadi dampak positif atau negatif. Pranata dianggap tidak bisa
menyelesaikan masalah, ISIS memanggil orang internasional untuk datang. Karakteristik ISIS.

Invasi asing ke wilayah itu, memunculkan perlawanan yang dijustifikasi melawan orang asing. Dan bisa
dikategorikan berbeda agama. Perjuangan negara Islam melawan invasi asing dan kebetulan tidak
beragama Islam. Muhajirin ditanya "

Kesadaran beragama jika tidak ada saluran yang benar, bisa mengarah ke perlawanan.

Politik tidak berfungsi, lembaga agama tidak berfungsi. Saya lihat Febri tidak mendapat indoktrinasi
mendalam. Beda dengan kakak iparnya yang sudah mendapatkan doktrin.

Machmudi, Kita akan mendengar kesaksian langsung dari mantan ISIS.

Kasiem Aska,

Syauqi dan Yon (pembedah)

Febri Ramdani (Narasumber) sebelumnya sempat di Suriah, kira2 setahun. Alhamdulillah, terimakasih
untuk kepolisian dan milenia dpt membukukan buku saya. Apa yg saya alami disana?

Alasan kenapa ke syria? Ikut suami, ikut orang tuanya, dan paling banyak untuk berjihad perang disana.

Faktor ideologi bukan alasan saya kesana. Karena keluarga, 80-90 % adalah karena keluarga pergi sept
2016.
Agustus 2015, sekitar 26 orang pergi ke Suriah. Saat itu, memang keraguan tentang ISIS. Seolah ada
harapan baru disana, akhirnya pergi kesana. Saya shock, depresi. Masa ditinggal sendiri, saya mikir dan
akhirnya buka media pro ISIS. Abu Bakar, tidak ada kewajiban perang dan dibebaskan utk jadi apa saja.
Mereka menegakkan syariat Islam. Setelah setahun, akhirnya pergi ke Syria jalur Turki (Istanbul). Stay
sekitar 5 hari. Kerabat kontak ke pihak ISIS.

Di Istanbul, sudah ada bus besar 50 orang penuh, saya brgkt sehari perjalanan ke perbatasan turki Syria.
Semua data paspor, data Indonesia ditaruh disana.

Naik ke bukit, disuruh lari-lari. Akhirnya bisa masuk ke Syria.

Sempat tertangkap Faksi Jabal Busro, ditahan sebulan. Dibujuk masuk dan diintimidasi sebatas verbal.
Kami bilang, tujuan untuk relawan kemanusiaan.

Hama, sempat dipaksa masuk pendidikan militer. Saya ingin bertemu mereka dulu. Ke Roqoh, saya
melihat byk bendera, beda dengan yang dipropagandakan. Masuk dan di data, saya ingin ketemu
keluarga saya. Keluarga bilang, langsung marah dan mereka malah pengen pulang. Ada intimidasi.

Mencari jalan keluar, ketemu dengan penduduk lokal dan membantu keluar dr wilayah ISIS. Kita harus
menyerahkan diri SDF. Keluarga saya, dipisah masuk camp pengungsian.

Al-Hujurat ayat 6.

Syauqi, tidak memberikan foto visual. Hanya memberikan narasi yang runtut dalam perjalanan ke ISIS.

Sisi etnik, Madura dan SumBar. Maskulinitas kelihatan. Mengalami perceraian di halaman 4. Beranjak dr
masalah keluarga, teralienasi (bukan dr santri). Gerakan teror. Tangga menjadi teror, kondisi psikologis,
menjadi tidak fair, keluarga retak, alienasi, masuk ke ISIS, join, melakukan aksi teror. The staircase to
terrorism (moghadam, 2015).

Pengaruh media sosial, menjadi katalisator ikut ke ISIS. Lingkungan sosial berpengaruh, kakak ipar
memiliki jaringan ke ISIS. Ada perekrutan dan terlibat untuk keberangkatan ke ISIS. Jabhah Nusra ke arah
Taliban, klo Hatta itu ISIS. Problem bahasa Arab, semua bohong (jaminan kesehatan tapi tidak
selamanya.

Dari turki ke suriah, bukan alasan teroris. Keluarga berusaha menghubungi KBRI, tapi kurang respon.
Keimigrasian menjadi masalah di pemerintahan. Penulis tidak mampu menjelaskan high risk,

Bagian akhir, BNPT apa yg dilakukannya menyikapi itu. Buku hanya buku cerita. Setidaknya ada lembaga
pemerintah yang bekerjasama agar negara serta masyarakat bersikap.

Yon > Tuntunan kesadaran beragama dipicu dengan persoalan yang muncul. Ini faktor agama menjadi
dampak positif atau negatif. Pranata dianggap tidak bisa menyelesaikan masalah, ISIS memanggil orang
internasional untuk datang. Karakteristik ISIS.
Invasi asing ke wilayah itu, memunculkan perlawanan yang dijustifikasi melawan orang asing. Dan bisa
dikategorikan berbeda agama. Perjuangan negara Islam melawan invasi asing dan kebetulan tidak
beragama Islam. Muhajirin ditanya "

Kesadaran beragama jika tidak ada saluran yang benar, bisa mengarah ke perlawanan.

Politik tidak berfungsi, lembaga agama tidak berfungsi. Saya lihat Febri tidak mendapat indoktrinasi
mendalam. Beda dengan kakak iparnya yang sudah mendapatkan doktrin.

Masalah umat Islam, diselesaikan dengan pendidikan, politik, sosial. Dia menafikan keberadaan negara,
dan dianggap tidak valid. Fase Miss indoktrinasi. Menganggap bahwa lingkungan tidak benar, menjauhi
dan mencari kelompok lain.

Ketika masuk ke Suriah, dia menolak masuk ke Daurah Indoktrinasi Militer. Plus melakukan aksi militer.
Kemampuan dia menghindar membantunya keluar dari ancaman.

Resiko besar, Muhajirin menjadi orang yang biasa. Ekspektasi nya berjuang bersama ISIS. Fakta bahwa
ada ratusan orang Indonesia yang ada di camp, mulai ada kesadaran untuk pulang. Dalam rangka
pengamanan untuk diproses secara hukum.

Konsekuensinya, korban diharuskan deradikalisasi pada fase tertentu. Harus objektif. Fase apa saja yang
dilalui oleh partisipan ISIS. Peran itu harus bisa dilihat. KBRI agak gamang, capek diwawancarai. Tapi
harus dilakukan.

Ada pelajaran yang bisa diambil, fenomena hijrah untuk pindah ke Suriah. Ketidakpercayaan terhadap
yang ada,

Anda mungkin juga menyukai