Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KULTUR JARINGAN PADA TANAMAN OBAT


SAMBILOTO (Andrographis paniculata)

Khalisha Azis
191 051 301 228

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul Kultur Jaringan Pada Tanaman
Obat Sambiloto (Andrographis paniculata) ini tepat pada waktunya. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pengampu pada mata kuliah Kultur Jaringan serta juga untuk menambah
wawasan tentang bagaimana proses kultur jaringan yang baik dan benar khususnya
pada tanaman obat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dr. Alimuddin Ali, M.Si selaku dosen pada mata kuliah Kultur Jaringan yang
telah membimbing dalam mata kuliah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar,30 Maret 2020


Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 4
A. Pengertian dari kultur jaringan ....................................................................... 4
B. Alat yang digunakan dala kultur jaringan ....................................................... 4
C. Komponen media kultur jaringan ................................................................... 10
D. Tahapan kultur jaringan ................................................................................. 14
E. Jenis-jenis dari kultur jaringan ....................................................................... 16
F. Sistematika dari Tapak dara .......................................................................... 24
G. Kandungan zat aktif dari Tapak dara ............................................................. 27
H. Tahapan kultur jaringan pada Tapak dara ..................................................... 28
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 31
A. Simpulan ..................................................................................................... 31
B. Saran .......................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 32
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman memiliki daya regenerasi yang kuat, hal ini telah lama disadari
dan ini adalah merupakan titik tolak berkembangnya industri kultur jaringan
tanaman. Beberapa peneliti mengembangkan hasil penelitian sebelumnya bahwa
sel/jaringan dapat ditanam secara terpisah dalam suatu kultur/media tertentu. Usaha
pengembangan tanaman dengan metode kultur jaringan tanaman merupakan usaha
perbanyakan varietas tanaman/spesies tanaman secara vegetatif. Spesies tanaman
yang sering dikembangkan adalah tanaman hias, bunga, tanaman pertanian seperti
sayur dan buah-buahan namun masih kurang pada tanaman obat.
Pada kenyataannya, masyarakat Indonesia dewasa ini telah banyak
memanfaatkan bahan obat herbal atau yang berasal dari tumbuhan/tanaman. Bangsa
Indonesia sendiri terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki keanekaragaman
obat tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alami bumi Indonesia, termasuk
tanaman obat. Di Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tanaman dan 7000
diantaranya memiliki khasiat obat. Keanekaragaman sumberdaya hayati Indonesia
diperkirakan menempati urutan kedua setelah Brasil (Fellows, L., 1992). Di dunia
internasional, obat herbal telah diterima secara luas di negara berkembang dan
negara maju.
Banyak jenis tumbuhan/tanaman yang berkhasiat obat antara lain sambiloto.
Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata) merupakan salah satu tanaman yang
digunakan sebagai obat tradisional. Bagian tanaman yang berkhasiat sebagai
antiradang, antiinflamasi, dan antipiretik adalah daun sambiloto. Sambiloto sebagian
besar diambil dari hutan atau tempat lain sebagai tumbuhan liar dalam arti belum
dibudidayakan. Kalau ini dibiarkan terus-menerus akan mengancam pelestarian
plasmanutfah karena dapat terjadi sambiloto langka bahkan bisa hilang dari bumi
pertiwi. Menjadi tugas kita bersama bagaimana memanfaatkan tumbuhan sambiloto,
tetapi sekaligus membudidayakan.
Kultur jaringan merupakan salah satu tehnik membudidayakan jaringan
tanaman menjadi tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan induknya.
Tehnik ini adalah metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman, seperti sel,
sekelompok sel, jaringan, dan organ, serta menumbuhkan dalam kondisi aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi
tanaman yang lengkap.
Berdasarkan pemaparan di atas, untuk mencegah kepunahan tanaman dengan
segudang manfaat tersebut, penulis mengulas salah satu cara membudidayakan
tanaman secara vegetatif yaitu dengan kultur in vitro.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penyusun mencakup beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari kultur jaringan?
2. Apa saja manfaat kultur jaringan?
3. Bagaimana tahapan kultur jaringan?
4. Bagaimana sistematika tanaman Sambiloto ?
5. Apa saja kandungan dan manfaat tanaman Sambiloto ?
6. Bagaimana tahapan kultur jaringan pada tanaman Sambiloto?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ada maka tujuan dari makalah ini
sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pengertian dari kultur jaringan
2. Menjelaskan manfaat kultur jaringan
3. Menjelaskan tahapan kultur jaringan
4. Mendeskripsikan sistematika tanaman Sambiloto
5. Memaparkan kandungan dan manfaat tanaman Sambiloto
6. Menjelaskan tahapan kultur jaringan pada tanaman Sambiloto
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan sel, jaringan atau organ
tanaman dengan pada medium buatan (in vitro) secara aseptik. Sejarah
perkembangan kultur jaringan, urutannya mungkin saja berbeda pada setiap buku
tergantung sumber literatur yang digunakan. Teknologi kultur in vitro dimulai
dengan spekulasi ilmuwan dari Jerman bernama Haberlandt pada awal abad ke 20
tentang teori totipotensi. Haberlandt menyatakan bahwa setiap sel mampu tumbuh
dan berkembang menjadi tanaman normal jika dikulturkan pada nutrisi dan
lingkungan yang tepat (Silalahi, 2014).
Kultur jaringan menjadi salah satu teknik dalam perbanyakan tanaman secara
klonal untuk perbanyakan massal. Keuntungan pengadaan bibit melalui kultur
jaringan antara lain dapat diperoleh bahan tanaman yang unggul dalam jumlah
banyak dan seragam, selain itu dapat diperoleh biakan steril (mother stock) sehingga
dapat digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan selanjutnya (Lestari, 2008).
Untuk mendapatkan hasil yang optimum maka penggunaan media dasar dan zat
pengatur tumbuh yang tepat merupakan faktor yang penting (Purnamaningsih dan
Lestari, 1998).
Dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan dapat ditempuh melalui
dua jalur, yaitu organogenesis dan embriogenesis somatik. Jalur embriogenesis
somatik di masa mendatang lebih mendapat perhatian karena bibit dapat berasal dari
satu sel somatik sehingga bibit yang dihasilkan dapat lebih banyak dibandingkan
melalui jalur organogenesis. Di samping itu, sifat perakarannya sama dengan bibit
asal biji (Lestari, 2011).
1. Media Kultur Jaringan
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur
jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada
kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur
jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak.
Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama
penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia
yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap
persenyawaan. Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri
dari hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di
dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil yang
lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media tersebut, ditambahkan
vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar), glukosa dalam
bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan bahan organik tambahan.
2. Komponen Media Kultur Jaringan
a. Zat anorganik
Penumbuhan tanaman secara In vitro membutuhkan zat-zat yang sama
dengan tumbuhan yang ditanama secara in vivo. Makronutrient merupakan
kelompok zat yang dibutuhkan dalam konsentrasi besar hingga lebih dari 0.5 mM/l.
Makronutrien 18 antara lain nitrogen, potassium, phosphorus, calcium, magnesium
and sulphur.
b. Sumber karbon
Gula merupakan sumber enargi utama dalam kultur jarinagn. Secara alami
tumbuhan dapat mengahsilkan gula melalui fotosintesis, namun dalam kultur in vitro
tumbuhan tidak dapat berfotosintesis sehingga gula dibutuhkan sebagai sumber
energi untuk dapat pertumbuhan, dan pembelahan sel.
c.Suplemen organik
Suplemen organik merupakan zat organik yang ditambahlan ke dalam
medium. Suplemen organik seperti vitamin, amino acids dan organik kompleks.
d.Arang aktif
Arang aktif berfungsi untuk merangsang atau menghambat pertumbuhan
tergantung jenis tanaman yang dikultur. Arang aktif terbukti merangsang
pertumbuhan dan diffrensiasi Anggek (orchids), wortel dan tomat sebaliknya
menghambat pertumbuhan tembakau dan kedelai.
e.Zat pengtur tumbuh
Zat pengatur tumbuh berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan
mengatur pertumbuhan dan diffrensiasi akar dan taruk (shoot) pada eksplan. Zat
pengatur tumbuh yang banyak digunakan dalam kultur jaringan yaitu auxins,
cytokinin, gibberellins dan abscissic acid.
f. Zat pemadat (Solidifying agents)
Zat pemadat digunakan untuk membuat medium kultur jaringan semi padat
atau medium padat. Medium padat memungkinkan eksplan kontak dengan zat
nutrien yang terdapat pada media (hanya salah satu sisi yang kontak dengan media)
sedangkan permukaan yang lain kontak dengan udara.
g.pH
pH mempengaruhi absopsi ion-ion dan juga kepadatan medium. pH optimum
untuk kultur sebelum disterilisasi adalah 5,8. Jika pH kurang dari 4.5 atau lebih 25
tinggi dari 7.0 maka akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kultur in
itro.

B. Manfaat Kultur Jaringan


Menurut Taji (2006), ada beberapa manfaat kultur jaringan dalam kehidupan,
sebagai berikut.
1.Perbanyakan klon dengan cepat.
Dengan kultur jaringan atau kultur sel kemungkinan terdapat ribuan sel di
dalam satu kultur yang masing-masing mampu menghasilkan tanaman lengkap, dan
tanaman-tanaman ini secara genetik akan identik satu sama lain. Bahkan dengan
mikropropagasi atau kultur organ, sejumlah eksplan dari masing-masing pucuk dapat
disubkulturkan untuk menghasilkan penggandaan lebih lanjut sehingga dalam waktu
yang singkat akan dihasilkan individu tanaman dalam jumlah besar. Suatu laju
perbanyakan dengan kecepatan yang sedang (moderat) sebesar 5 akan menghasilkan
kira-kira dua juta plantlet dalam sembilan generasi dalam waktu 9 – 12 bulan.
2.Keseragaman genetik.
Oleh karena prosedur kultur jaringan bersifat vegetatif, maka rekombinasi
acak dari karakter genetik yang berkaitan dengan perbanyakan seksual
(menggunakan biji) dapat dihindarkan. Oleh karenanya, akan dihasilkan
tanamantanaman yang identik dengan induknya. Hal ini penting bila diperlukan
keseragaman tanaman untuk meyakini dipertahankannya suatu sifat tertentu yang
dapat diwariskan. Secara tradisional, perbanyakan dengan setek ataupun
penyambungan diterapkan karena bibit dari berbagai spesies tanaman secara genetik
sangat bervariasi. Namun demikian, konsistensi genetik jangan terlalu diyakini di
dalam kultur jaringan, karena mutasi dapat saja terjadi begitu sel-sel memperbanyak
diri, terutama di dalam kondisi lingkungan kultur buatan dengan kadar hormon dan
hara yang tinggi. Mutasi genetik selama perbanyakan vegetatif ini disebut
“keragaman somaklon”.
3.Kondisi aseptik.
Proses kultur in vitro menghendaki kondisi aseptik. Pada gilirannya,
pemeliharaan kultur tanaman di dalam keadaan aseptik dapat menyediakan bahan
tanaman bebas patogen dalam jumlah besar yang tidak hanya menyediakan stok
tanaman sehat tetapi juga mendukung peredaran tanaman melalui karantina. Perlu
diingat, bahwa kultur tidak dapat dianggap sebagai aksenik. Organisme patogen
dapat saja bersemayam di dalam jaringan tanpa memperlihatkan gejala apapun di
dalam kultur yang sehat, dan hanya muncul pada tahap-tahap lanjut. Virus terutama
sekali tidak dapat dieliminasi dengan prosedur desinfestasi biasa. Namun tanaman-
tanaman yang telah teruji virus dapat diperoleh melalui kultur jaringan, misalnya
melalui kultur meristem.
4.Seleksi tanaman.
Adalah mungkin untuk mendapatkan tanaman atau paling tidak titik tumbuh
dalam jumlah besar di dalam suatu wadah kultur. Sebagaimana dikemukakan di atas,
seringkali terdapat sejumlah keragaman genetik di dalam kultur normal. Di samping
itu, dimungkinkan untuk memperlakukan kultur sedemikian rupa sehingga dapat
meningkatkan laju mutasi. Untuk tujuan ini dapat diterapkan perlakuan kimiawi
Teknik Kultur Jaringan Tanaman 18 (misalnya dengan senyawa-senyawa mutagenik
atau hormon) ataupun fisika (misalnya dengan radiasi). Begitu diperoleh populasi
yang beragam secara genetik, maka terdapat peluang untuk menseleksi genotipe-
genotipe superior. Selain itu, dikarenakan lingkungan kultur yang terkendali, maka
ada peluang untuk memanipulasi keadaan guna menseleksi karakteristik tertentu.
Misalnya, kultur dapat dihadapkan pada suatu patogen tanaman atau pada kadar
garam yang tinggi sampai hanya beberapa individu saja yang bertahan. Individu-
individu yang bertahan kemungkinan memilki tingkat toleransi yang lebih tinggi
terhadap kondisi yang diberikan tersebut. Individu tanaman ini selanjutnya dapat
diperbanyak sebagai stok baru yang diperbaiki mutu genetiknya. Namun demikian,
perlu diingat bahwa pengujian lapangan masih tetap diperlukan tetapi jumlah
tanaman yang diuji dapat dikurangi. Hal ini dikarenakan tanaman yang ditumbuhkan
pada kondisi alami kemungkinan tidak memperlihatkan tingkat toleransi yang sama.
5.Tanaman stok mikro.
Telah semakin dimaklumi bahwa kualitas dan kondisi tanaman atau sumber
bahan perbanyakan tanaman dapat memiliki pengaruh yang dramatis terhadap
keberhasilan perbanyakan tanaman, termasuk melalui kultur jaringan. Faktorfaktor
seperti nutrisi, suplai air, patogen, cahaya dan suhu dapat saja mempengaruhinya.
Pemeliharaan tanaman induk yang ekstensif di bawah kondisi ideal pada umumnya
tidak praktis namun kondisi seperti itu dapat dengan mudah diciptakan untuk kultur
in vitro. Stok tanaman induk dapat dipelihara secara in vitro dan sejumlah setek
mikro dapat diperoleh untuk kemudian diperakarkan dalam kondisi in vitro maupun
dalam sistem perbanyakan konvensional.
6. Lingkungan terkendali.

Bilamana diinginkan untuk memelihara kultur di bawah kondisi lingkungan


terkendali baik untuk kebutuhan kultur, misalnya sebagai tanaman induk
sebagaimana dikemukakan di atas, atau barangkali sebagai stok tanaman untuk
tujuan lain, misalnya untuk menginduksi perakaran pada spesies yang sulit berakar,
maka kultur in vitro memiliki keung.

Menurut Silalahi (2014), adapun manfaat kultur jaringan dalam berbagai lini
kehidupan manusia adalah sebagai berikut.
1. Kultur Jaringan Dalam Berbagai Bidang
a. Kultur Jaringan Dalam Bidang Pertanian (Agricultural)
Kultur jaringan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian seperti
penyediaan bibit dalam jumlah besar, menghasilkan bibit unggul, mengasilkan
bibit yang bebas hama dan penyakit, dan memperbaiki sifat-sifat tanaman.
Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan fusi protoplas.
Fusi protoplas merupakan pengabungan protoplast tanaman untuk menghasilkan
sifat-sifat yang diinginkan. Dengan fusi protoplast juga dimungkinkan
menghasilkan tanaman yang berukuran besar (poliploidi). Selain menghasilkan
tumbuhan beukuran besar melalui kultur jaringan juga dapat dihasilkan
tumbuhan berukuran (haploid). Tumbuhan haploid dapat dihasilkan melalui
kultur antera maupun kultur ovul.
b. Kultur Jaringan Untuk Tujuan Pengobatan (Medicine)
Kultur jaringan merupakan salah satu cara yang efisien untuk
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berkhasiat obat. Kultur jaringan
dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk memperoleh metabolit
sekunder, karena dapat 5 dilakukan modifikasi media, zat pengatur tumbuh,
sumber karbon untuk menghasilkan metabolit yang diinginkan. Keuntungan lain
penggunaan kultur jaringan ini untuk produksi alkaloid adalah produksinya
dapat diatur, kualitas dan hasil produksi lebih konsisten, biaya produksi lebih
kecil, dan mengurangi penggunaan lahan. Beberapa tanaman yang penting dalam
pengobatan dan telah dilakukan dalam skala industri antara lain: Lithospermum
erythrorhizon, Catharanthus roseus, Dioscorea deltoidea, Digitalis lanata, Panax
notoginseng, Taxus wallichiana dan Podophyllum hexandrum. Untuk
menghasilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat obat dalam skala besar dengan
kultur sel dan kultur rambut akar (hairy root).
c. Kultur Jaringan Untuk Tujuan Konservasi
Pada tahun 2004 telah dikembangkan kultur jaringan untuk
meningkatkan hasil tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat terutama tanaman
yang bersatus endangered (terancam punah) atau tanaman yang lambat
pertumbuhannya atau sulit berkembang. Kultur jaringan dapat meningkatkan
produksi senyawa metabolit sekunder yang bekhasiat obat seperti obat kanker.
Kultur jaringan juga dapat membantu konservasi secara ex-situ dari berbagai
tanaman yang terancam punah. Beberapa diantaranya: Plumbago zeylanica L.,
Nicotiana tabacum L., Artemisia absinthium L., Rosa damascena Mill., Althea
rosea L., Stevia rebaudiana Bertoni., Jatropha curcas L., Phalaenopsis, Piper
nigrum L., Solanum tuberosum L., Araucaria heterophylla Salisb. Franco.,
Taxus wallichiana Zucc., dan Taxus wallichiana. Penerapan konservasi in-vitro
dapat dilakukan melalui penyimpanan dalam keadaan tumbuh (jangka pendek),
penyimpanan pertumbuhan minimal (jangka pendek dan menengah) dan
penyimpanan dengan pembekuan (jangka panjang). Melalui teknik in-vitro
pertumbuhan minimal, bahan tanaman dapat disimpan dalam waktu hingga 20
tahun.
Fellows, L (1992).The Lancet, 339, 130.Katno dan Pramono S. 2010.Tingkat
Manfaat dan Keamanan Tumbuhan Obat dan Obat Tradisional.
(Online).Jurnal.Tersedia di:http://cintaialam.tripod.co sutarjo, R, M.1999.
Pengelolaan Tanaman. Semarang
Lestari, E. G. (2011). Peranan zat pengatur tumbuh dalam perbanyakan tanaman
melalui kultur jaringan. Jurnal AgroBiogen, 7(1), 63-68.
Lestari, E.G. 2008. Kultur Jaringan. AkaDemia. 60 hlm.
Purnamaningsih, R. dan E.G. Lestari. 1998. Multiplikasi tunas temu giring melalui
kultur in vitro. Buletin Plasma Nutfah 1(5):24-27.
Silalahi, Marina. 2014. Bahan Ajar Kultur Jaringan. Jakarta: Universitas Kristen
Indonesia.
Taji, A., Dodd, W., & Williams, R. TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN
(diterjemahkan dari Plant Tissue Culture Practice oleh Acram M. Taji,
William A. Dodd dan Richard R. Williams).

Anda mungkin juga menyukai