Mata Kuliah :
Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar
Disusun Oleh :
Jul Amin Iman Sahrir Zega
Dosen Pengampu :
ENVILWAN BERKAT HAREFA. S.Si.,M.Pd
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini berisikan tentang Manusia dan Harapan, mudah-mudahan dengan makalah ini
dapat memberikan informasi yang berguna kepada kita semua. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu Penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga apa yang kami susun ini bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi
kita semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia………………………………………………………………….. 2
B. Pengertian harapan……………………………………………………………………2
C. Manusia dan Harapan………………………………………………………………... 3
D. Sebab Manusia Memiliki Harapan………………………………………………….. 4
E. Harapan dan Kepercayaan…………………………………………………………… 5
F. Macam-macam Kepercayaan…………………………………………………………5
G. Persamaan Harapan dan Cita-cita……………………………………………………. 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan
berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun
mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan
bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan
masing-masing.
Harapan juga harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri
sendiri, maupun kepercayaan kepada Allah SWT. Agar harapan bisa terwujud, maka
manusia harus berusaha dengan sungguh-sungguh dan diikuti dengan berdo’a kepada
Allah SWT. Hal ini disebabkan karena harapan dan kepercayaan tidak dapat
dipisahkan. Harapan dan kepercayaan merupakan bagian dari hidup manusia selama
di dunia karena setiap manusia mempunyai harapan dan kepercayaan kepada Allah
SWT.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembahasan materi ini adalah untuk menjelaskan pengertian dari
manusia, menjelaskan pengertian harapan, menjelaskan hubungan antara manusia dan
harapan, menjelaskan penyebab memiliki harapan, dan menjelaskan hubungan antara
harapan dan kepercayaan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki
keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa
yang rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan
makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan
sebagainya.
Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal
dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan
sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata
dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
B. Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap. Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang
belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang
terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah SWT
yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu
hati. Putus harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan
kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada
Allah Swt.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan
akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang.
Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan
terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan
tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan
harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a.
Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau
keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh
norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya, misalnya :
2
faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat,
kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua itu dapat berakibat
buruk pada diri sendiri.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir positif
yang merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk menangkal pikiran
negatif atau berpikir pesimis.
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat
juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut
bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat,
dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini. Namun kita sebagai
manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan dan terwujud.
3
D. Sebab Manusia Memiliki Harapan
Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke dunia
ini langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau
anggota masyarakat lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah seseorang dapat hidup
dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.
Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu :
dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1. Dorongan Kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri
manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya : menangis, bergembira,
berpikir, bercinta, berjalan, berkata, dan mempunyai keturunan. Setiap diri manusia
mempunyai kemampuan untuk itu semua dan dorongan kodrat menyebabkan manusia
mempunyai keinginan dan harapan.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan
kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan
manusia lain. Dengan kodrat ini manusia dapat mempunyai harapan.
4
E. Harapan dan Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan
kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau
keyakinan akan kebenaran. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap
sebagai wahyu dari Allah Swt. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang
paling besar. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati
kepercayaan orang yang beragama itu, dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Harapan dan kepercayaan saling melengkapi. Karena dalam memenuhi atau
mewujudkan harapan, manusia harus berusaha dan berdo’a. Dengan berusaha dan
berdo’a sungguh-sungguh kepada Allah Swt serta mempercayai adanya Allah Swt,
harapan akan terwujud dan terpenuhi.
F. Macam-macam Kepercayaan
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia.
Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
1. Kepercayaan pada diri sendiri.
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada
diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri
sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu
mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
5
sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan,
terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh
Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan).
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat,
(kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada
negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak
berarti orang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, Negara. Hanya negara
sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara
demikian itu disebut negara totaliter, satu-satunya yang mempunyai hak ialah
negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban
(negara diktator). Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun
demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber
kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada
negara/pemerintah.
6
Usaha-usaha Meningkatkan Percaya pada Tuhan
Usaha itu antara lain:
a) Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
b) Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
c) Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong
d) Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
e) Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang
diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang
akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini
bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya
harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba
menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a.
B. Saran
Dalam setiap kehidupan manusia yang pastinya mempunyai harapan, kita tidak
boleh menyerah untuk mewujudkan harapan tersebut. Karena harapan dan keinginan
itu lah yang membuat hidup kita menjadi berarti di dunia ini, yang terus memberikan
dorongan agar kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaik dalam setiap
pekerjaan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma
Suyadi M.P. Drs., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, Depdikbud U.T.
1984-1985.