Anda di halaman 1dari 6

Nama : Febry Amellia

NPM : 1813031054

Kelas : B

IMPLEMENTASI PRAKTEK SISTEM AKUNTANSI DI MASA PANDEMI BAGI


SEJUMLAH ENTITAS

Keadaan masyarakat Indonesia saat ini masih dalam kondisi “stay at home” merupakan
bentuk tindakan pencegahan penularan virus COVID-19. Sejak WHO mengumumkan Corona
COVID-19 sebagai pandemi pada Rabu 11 Maret 2020 oleh Direktur Jendral WHO Tedros
Adhanom Ghebreyesus secara resmi. COVID-19 sebagai Pandemi dikarenakan jumlah kasus
yang terjadi di luar Negara China telah meningkat sebanyak 13 kali lipat dan diindikasikan
mengkhawatirkan, WHO merekomendasikan negara-negara untuk mengambil tindakan
mendesak dan agresif. Hal ini akan berpengaruh terhadap semua aspek disuatu negara termasuk
keuangan yang direpresentasikan dalam laporan keuangan. Pandemi ini terjadi dan menyebar
diberbagai negara sejak Januari 2020, sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh pada laporan
keuangan terutama dalam laporan keuangan periode kuartal 1 (Q1).Hal ini tidak sejalan dengan
gambaran ekonomi yang kita dialami dimana banyaknya karyawan yang dirumahkan dan
pendapatan disebagian masyarakat menurun, salah satunya industri pariwisata dimana laba
perusahaan semakin terkoreksi negatif. Pebedaan dampak dari pendemi ini telah menyebabkan
ketidakpastian dalam menghadapi proses bisnis kedapannya dan keberlangsungan hidup
perusahaannya.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) menyadari
ketidakpastian bisnis yang dihasilkan dari pandemi ini, dikhawatirkan akan berdampak
signifikan pada relevansi laporan keuangan, berupa dasar pertimbangan. IAI telah mengeluarkan
standar yang esensinya adalah memberikan ruang kepada entitas untuk menggunakan
pertimbangannya untuk menyelesaikan permasalahan akuntansi yang timbul akibat COVID-19. 
Publikasi Standar ini juga telah dilakukan IASB (International Accounting Standards Board) dan
MASB (Malaysian Accounting Standards Board).
Menurut IAI, setidaknya ada beberapa penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) yang harus diperhatikan, di masa pendemik. Pertama, Pada PSAK 8, peristiwa setelah
periode pelaporan, perusahaan boleh melakukan penyesuaian (adjusting events) sebagai
peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi pada periode akhir pelaporan, sedangkan
peristiwa non penyesuaian (non-adjusting events) mengindikasikan konsisi yang timbul setelah
periode pelaporan. Pemerintah Indonesia mengumumkan kasus pertama pasien COVID-19 pada
tanggal 2 Maret 2020, sehingga poin dari pernyataan ini tidak bisa digunakan untuk laporan
keuangan perusahaan periode 31 Desember 2019, tetapi memungkinkan untuk laporan keuangan
periode Q1, sehingga laporan keuangan periode 31 Desember 2019 perusahaan tidak bisa
melakukan penyesuaian atas kejadian pandemi COVID-19 tetapi perusahaan dapat
mempertimbangkan asumsi keberlangsungan usaha dalam penyususnan laporan keuangan di
masa depan, dengan mempertimbangkan semua fakta dan informasi relevan apakah pandemi
COVID-19 mempengaruhi kelangsungan usaha entitas. Kedua, penerapan PSAK 71 tentang
Instrumen Keuangan paragraf 5.5.17 (c) yang mengatur tentang penghitungan Kerugian Kredit
Ekspektasian (KKE) atau Expected Credit Loss (ECL).

Menurut IAI, Covid-19 tidak bisa dijadikan dasar oleh entitas bisnis untuk mengukur
KKE.Adapun KKE merupakan metode yang digunakan dalam menghitung kerugian di
instrumen keuangan, yang melihat ke depan atau forward-looking. Metode yang diperkenalkan
PSAK 71 ini mensyaratkan setiap tanggal pelaporan, entitas menilai apakah risiko kredit atas
instrumen keuangan telah meningkat secara signifikan sejak pengakuan awal menggunakan
informasi forward-looking yang wajar dan terdukung (reasonable and supportable
information).Pedoman ketiga masih terkait dengan penerapan PSAK 71, namun khusus dalam
mengukur penyisihan KKE sepanjang umur (lifetime) untuk tahun 2020. Adapun syarat dalam
menerapkan penyisihan KKE sepanjang umur adalah jika terdapat peningkatan signifikan dalam
risiko kredit (PSRK).Namun demikian, IAI berpendapat penyebaran wabah Covid-19 yang
disikapi pemerintah dan otoritas dengan memberikan relaksasi pembayaran kredit, tidak bisa
dianggap sebagai PSRK. Meskipun pada kenyataannya telah terjadi restrukturisasi, namun bisa
saja debitur yang bisnisnya terkena dampak signifikan dari pandemi Covid-19 pulih kembali
dalam masa krisis pandemi Covid-19 berkat kebijakan-kebijakan relaksasi otoritas dan
pemerintah. (ASP)
Laporan keuangan sejatinya mengungkapkan data yang relevan dan reliable atas kondisi
yang dialami perusahaan, ketika suatu kejadian force major terjadi di suatu wilayah maka akan
berdampak pada kegiatan keuangan entitas, sebagai pelaku bisnis hendaknya dapat memetakan
strategi keberlangsungan hidup perusahaan kedepannya tanpa mengabaikan unsur relevan
dan reliable dari laporan keuangan, fakta dan keadaan suatu entitas dapat berbeda dengan entitas
lainnya. Huwaei akan berbeda dengan industri manufaktur yang ada di China. Di Indonesia
untuk industri telekomunikasi masa pandemi ini akan dapat meningkatkan pendapatan
perusahaan tersebut tetapi bertolak belakang dengan perusahaan jasa transportasi, sehingga
penerapan PSAK 8 dan PSAK 71 di Indonesia harus benar disikapi sebagai sebuah upaya
pencapaian relevansi dari sebuah laporan keuangan dan untuk entitas yang mengalami penurunan
PSAK ini dapat dipandang sebagai relaksasi di Q1 karena dapat melakukan penyesuaian
transaksi akibat COVID-19, tetap berkomunikasi dengan auditor indepeneden
agar judgement yang dibuat dapat membantu meningkatkan relevansi laporan keuangan dan
membantu mengambil keputusan ekonomi dan non-ekonomi terbaik.

Rekomendasi Manajemen Kas Untuk Entitas Bisnis Pada Masa Pandemi Covid-19

Banyak ketidakpastian kondisi keuangan yang harus diantisipasi entitas bisnis dalam
menanggulangi dampak dari pandemik Covid-19, tidak hanya untuk jangka pendek tetapi juga
dalam jangka panjang. Oleh karena itu, CAS Unpad memberikan rekomendasi mengenai hal apa
saja yang dapat dilakukan entitas bisnis dalam situasi luar biasa:

1. Lakukan penilaian untuk mengetahui tingkat kesulitan keuangan (financial distress) yang
dialami perusahaan.Berbagai pendekatan dapat digunakan antara lain pendekatan balance
sheet (seperti analisis modal kerja netto), pendekatan income statement, model analisa
kepailitan (Model Altman Z-Score dan lainnya) dan pendekatan lainnya.
2. Reviu kembali rencana capital expenditure dan operating expenditure Perusahaan dapat
melakukan reviu atas capital expenditure (capex) dan operating expenditure (opex)
dengan menggunakan skala prioritas. Dengan melakukan  reviu tersebut, Perusahaan
dapat menentukan mana saja capex dan opex yang harus dipenuhi, yang dapat ditunda
atau yang dapat dihilangkan. Selama pandemi Covid-19, Perusahaan dapat melakukan
penundaan pembelian aset dan menghilangkan biaya perjalanan dinas, biaya pelatihan
atau biaya rapat.
3. Manfaatkan peluang skema dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020
Program pemanfaatan skema dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020 yang dapat
dimanfaatkan oleh entitas bisnis diantaranya relaksasi pajak, pembebasan atau keringanan
bea masuk, pemberian stimulus kredit usaha, dan repo Surat Utang Negara atau Surat
Berharga Syariah Negara. Dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, pemerintah pun
memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN), penempatan dana dan/atau investasi
Pemerintah, dan/atau kegiatan penjaminan.
4. Lakukan Refocusing Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Hasil reviu
prioritas capex opex menjadi dasar dalam refocusing RKAP.Dalam melakukan
refocusing RKAP perusahaan memformat ulang rencana kerja dan anggaran perusahaan
yang lebih sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan pada masa sulit, namun tetap
berorientasi pada pertahanan agar tidak terjadi collapse.
5. Tetapkan Business Continuity Plan (BCP)
Yang penting untuk dilakukan oleh entitas swasta di masa pandemik Covid-19 ini
bukanlah tentang bagaimana agar memperoleh laba (how to earn profit), tetapi bagaimana
agar bisnis tetap berjalan. Setelah melakukan koreksi RKAP, yang harus dilakukan oleh
perusahaan adalah menetapkan rencana atas keberlangsungan bisnis perusahaan. BCP
dapat diimplementasikan dengan melakukan hal-hal berikut ini:
 Menetapkan ruang lingkup BCP
Penetapan ruang lingkup ini harus memprioritaskan area-area kritis yang perlu
dilindungi dan perlu tetap berjalan saat terjadi bencana dan        pasca terjadinya
bencana
 Menetapkan Business Impact Assessment (BIA)
Perusahaan harus membuat diagram atas dampak yang akan terjadi pada
perusahaan saat terjadinya bencana dan pasca terjadinya bencana. Bencana tentu
akan berdampak pada dua hal, yaitu dampak kuantitatif yang dapat didenominasi
dalam bentuk uang dan dampak kualitatif yang berhubungan dengan operasional.
6. Lakukan Creative Cash Management
Apabila rekomendasi pertama hingga kelima telah dilakukan, namun kondisi keuangan
perusahaan tetap bermasalah, maka perusahaan harus memikirkan hal-hal lain yang lebih
kreatif untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan. Kas adalah raja dalam kondisi
binis yang sulit. Jika solusi yang ditawarkan tidak dapat direalisasikan perusahaan dapat
melakukan beberapa alternatif berikut:
 Menjual persediaan yang cepat kadaluarsa dengan diskon besar
 Mengoptimalkan e-commerce, jalur pemasaran dan penjualan online
 Memanfaatkan skema penjualan tunai kepada perusahaan yang memiliki
likuiditas baik
 Menagih piutang pada perusahaan yang kuat secara tepat waktu
 Melepas aset investasi jangka pendek
 Menjual aset-aset yang tidak produktif
 Menunda distribusi dividen tunai
 Menjadwalkan ulang pembagian bonus
 Mengajukan restrukturisasi hutang
 Mengajukan penangguhan pembayaran leasing/sewa
 Penambahan setoran modal oleh pemegang saham
 Meminjam dana dari pemegang saham
 Meminjam dana dari sumber internal
 Mencari hutang jangka pendek yang bersifat soft loan untuk kekurangan dana
membayar gaji dan membayar hutang kepada perusahaan kecil
 Melakukan fund raising melalui aktivitas filantropi.
Referensi:

Anonim.2010. Dampak Pandemi Corona Terhadap Laporan Keuangan dan Praktek Bisnis
Indonesia.http://www.feb.unpad.ac.id/dampak-pandemi-corona-terhadap-laporan
keuangan-dan-praktik-bisnis-di-indonesia/. Di akses pada tanggal 14 Mei Pukul 23.54
WIB.

Anonim.2010. Pandemi Covid-19 Relevansi atau Relaksasi PSAK 8 Peristiwa Setelah Periode
Pelaporan dan PSAK 71 Instrumen Keuangan
http://lppm.unpam.ac.id/2020/04/24/pandemi-covid-19-relevansi-atau-relaksasi-psak-8
peristiwa-setelah-periode-pelaporan-dan-psak-71-instrumen-keuangan/. Diakses pada
tanggal 15 Mei 2020,pukul 00.01 WIB.

Anonim.2010. Rekomendasi Manajemen Kas Pada Entitas Bisnis Akibat Pandemi Covid-19.
http://www.feb.unpad.ac.id/rekomendasi-manajemen-kas-pada-entitas-bisnis-akibat
pandemi-covid-19/. Di akses pada tanggal 15 Mei, pukul 00.04 WIB.

Anonim.2010.Catatan IAI Terkait Dampak Covid-19 Terhadap Penyususnan Laporan


Keuangan.https://mucglobal.com/id/news/2016/ini-catatan-iai-terkait-dampak-covid-19
terhadap-penyusunan-laporan-keuangan. Diakses pada tanggal 15 Mei,pukul 00.06 WIB.

Anda mungkin juga menyukai