UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh :
RESSA SANOVER
No. BP. 1311212053
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1
2.1 Rokok..................................................................................................................6
2.1.1 Defenisi........................................................................................................6
i
2.2.3 Jenis-Jenis Kebijakan Publik.....................................................................16
2.4.1 Defenisi......................................................................................................19
2.4.3 Tujuan........................................................................................................20
2.4.4 Sasaran.......................................................................................................21
2.4.5 Manfaat......................................................................................................22
ii
3.5.3 Alat Pengumpulan Data.............................................................................28
3.7.1 Komunikasi................................................................................................30
3.7.3 Disposisi....................................................................................................31
iii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1
2
(2013). Jadi perilaku merokok masyarakat di Indonesia tidak banyak berubah selama
5 tahun tersebut.
Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan
masyarakat, terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa.
Kecenderungan merokok terus meningkat dari tahun ke tahun baik pada laki-laki dan
perempua, hal ini mengkhawatirkan kita semua. Data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) dan Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi merokok untuk
semua kelompok umur mengalami lonjakan.
Berdasarkan data susenas tahun 1995,2001,2004 dan riskesdas tahun 2007 dan 2010
bahwa prevalensi perokok 16 kai lebih tinggi pada laki-laki (65,8%) dibandingkan
perempuan (4,2%). Kemudian, hampir 80% perokok mulai merokok ketika usianya
belum mencapai 19 tahun.
Berdasarkan riskesdas tahun 2013, bahwa di Indonesia proporsi tertinggi
perokok setiap hari terdapat pada provinsi kepulauan riau (27,2%) dan terendah pada
provinsi papus (16,2%). Lima provinsi tertinggi proporsinya adalah Kepulauan Riau,
Jawa Barat, Bengkulu, Gorontalo, Dan Nusa Tenggara Barat.
Menurut Survei Kesehatan Nasional pada tahun 2011, bahwa pengeluaran
untuk rokok di rumah tangga termiskin jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
pengeluaran penting seperti pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, telur, susu,
dan daging. Pengeluaran untuk roko 5 kali lebih banyak dari pengeluaran untuk telur
dan susu, 6,5 kali lebih besar dari biaya pendidikan, 6,5 kali lebih besar dari biaya
kesehatan, dan 9 kali lebih banyak dari pengeluaran untuk daging.
Salah satu upaya untuk menanggulangi masalah rokok terutama dalam hal
pengendalian konsumsi rokok adalah dengan menerapkan 6 Paket Intervensi
Kebijakan “Cost-Effective” MPOWER, salah satunya berupa perlindungan terhadap
paparan asap rokok di lingkungan (Protect People from Tobacco Smoke).
Kemudian lahirlah kebijakan berupa Undang-Undang Kawasan Tanpa Rokok (UU
KTR) di beberapa negara dan kota di dunia diantaranya Irlandia, Uruguay, New
York, California, dan New Zealand.
Indonesia termasuk negara yang sedang berupaya menanggulangi dampak
bahaya rokok dengan menetapkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No.36/2009 pasal 115 ayat 2 bahwa
pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok didaerahnya.9 Selain itu,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 81/1999 tentang Pengamanan Rokok
3
Bagi Kesehatan bagian keenam tentang Kawasan Tanpa Rokok pasal 23 ayat 1
menjelaskan bahwa tempat umum dan atau tempat kerja yang secara spesifik sebagai
tempat menyelenggarakan upaya kesehatan, proses belajar mengajar, arena kegiatan
anak, kegiatan ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok.
Pemerintah telah merumuskan MoU (Memorandum of Understanding) antara
Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian Kesehatan yang menekankan
pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan bersama antara Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Kesehatan tertuang dalam surat bernomor
188/MENKES/PB/I/2001 dan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan bersama ini sebenarnya sudah menyebitkan
adanya sanksi bagi pihak pelanggar, namun masih perlu diperkuat dengan petunjuk
operasional dan konsistensi implementasinya di lapangan.
Saat ini kebijakan larangan merokok di tempat umum di Indonesia menjadi
kebijakan daerah, meskipun belum semua daerah sudah membuat kebijakan ini.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2012 bahwa provinsi yang
kabupaten/kotanya memiliki atau melaksanakan Peraturan tentang KTR terbanyak
adalah DI Yogyakarta (80%) dan Sumatera Barat (73,68%).Salah satu kota di
sumatera barat yang sudah melaksanakan peraturan tentang KTR adalah Kota
Padang Panjang.
8.1 Rokok
8.1.1 Defenisi
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat
mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Berdasarkan PP No.
19 tahun 2003, diketahui bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau dibungkus
termasuk cerutu ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok merupakan silinder dari
kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara)
dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.
Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung lain.
Rokok mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia dimana 60 diantaranya
bersifat karsinogenik. Sampai sekarang belum ada batas jumlah yang pasti dengan
terpaparnya asap rokok untuk menimbulkan penyakit. Tetapi dari bukti yang ada,
terpaparnya dengan asap rokok dalam waktu yang lama akan meningkatkan resiko
yang fatal untuk kesehatan. Lebih dari 85% penderita kanker paru adalah perokok,
berikut juga adanya hubungan dengan penderita kanker mulut, faring, laring,
esofagus, pankreas, serviks, ginjal, ureter, kandung kemih dan kolon. Leukimia juga
merupakan salah satu penyakit yang dapat timbul akibat asap rokok.
Rokok dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler termasuk stroke,
kematian mendadak, gagal jantung, penyakit vaskular perifer dan pembengkakan
pembuluh aorta. Banyak komponen yang terkandung di dalam rokok yang bersifat
ciliotoxic dimana sifatnya mengiritasi dinding dari sistem pernafasan yang
menyebabkan meningkatnya sekresi mucus di bronkus, penyakit pulmonal kronik
dan fungsi dari mucosilia.
Menurut Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
(IAKMI) mengatakan, sebanyak 25 persen zat bebahaya yang terkandung dalam
rokok masuk ke tubuh perokok (perokok aktif) sedangkan 75 persennya beredar di
udara bebas yang beresiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya (perokok pasif) (4).
Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun
yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter sedangkan racun rokok
6
7
dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. Namun
konsentrasi racun yang perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali
menghirup asap rokok yang ia hembuskan. Racun rokok terbesar dihasilkan oleh
asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap sebab asap yang
dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.
8.1.2 Bahaya Rokok
BAB 9 : Terhadap Susunan Saraf Pusat
Nikotin yang diabsorbsi dapat menimbulkan tumor tangan dan kenaikan
berbagai hormon dan neurohormon dopamin di dalam plasma. Berdasarkan
rangsangannya terhadap chemoreceptors trigger zone dari sumsum tulang belakang
dan stimulasinya dari refleks vagal, nikotin menyebabkan mual dan muntah.
Namun, nikotin itu diterima oleh reseptor asetilkolin nikotin yang kemudian
membaginya ke jalur imbalan dan jalur andrenergil. Pada jalur imbalan, perokok
akan merasakan rasa yang nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya, perokok
akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang dan mampu menekan
rasa lapar. Sementara di jalur adenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adenergik
pada bagian otak lokus serules yang mengeluarkan serotonin, meningkatnya
serotonin menimbbulkan rangsangan senang sekaligus mencari tembakau lagi. Efek
dari tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam
perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.
1. Terhadap Penyakit Kardiovaskuler
Asap tembakau akan merusak dinding pembuluh darah pada seseorang yang
merokok. Kemudian, nikotin yang terkandung dalam asap tembakau akan
merangsang hormon adrenalin yang akibatnya akan mengubah metabolisme lemak
dimana kadar HDL akan menurun. Adrenlin juga akan menyebabkan perangsangan
kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah.
Faktor stress pun akhirnya melalui jalur hormon adrenalin, menyebabkan
proses penyakit jantung koroner terjadi sebagaimana asap tembakau tadi. Seseorang
yang stress yang kemudian mengambil pelarian dengan jalan merokok sebenarnya
sama saja dengan menambah risiko terkena jantung koroner. Sekitar 90% penderita
arteritis obliteran pada tingkat III dan IV umumnya akan terkena penyakit jantung.
Proses penyempitan arteri koroner yang mendarahi otot jantung menyebabkan
ketidakcukupan antara kebutuhan dengan suplai menimbulkan kekurangan darah
(ischemia). Bila melakukan aktifitas fisik atau stress, kekurangan aliran meningkat
8
sehingga menimbulkan sakit dada. Penyempitan yang berat atau penyumbatan dari
satu atau lebih arteri koroner berakhir dengan kematian jaringan / komplikasi dari
infark termasuk irama jantung tidak teratur dan jantung berhenti mendadak. Iskemia
yang berat dapat menyebabkan otot jantung kehilangan kemampuannya untuk
memompa sehingga terjadi penggumpalan cairan di jaringan tepi maupun
penimbunan cairan di paru – paru.
Orang yang merokok lebih dari 20 batang tembakau / hari memiliki risiko 6
kali lebih besar terkena infark miokard di bandingkan dengan bukan perokok.
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama dari kemattian di negara –
negara
2. Terhadap Arteriosklerosis
Merokok merupakan penyebab utama timbulnya penyakit ini, yaitu menebal
dan mengerasnya pembuluh darah kehilangan elastisitas serta pembuluh darah
menyempit. Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan
oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah.
Wanita yang merokok dan menggunakan pil kontrasepsi mempunyai
kemungkinan untuk menderita penggumpalan pembuluh darah sekitar 10%. 99
pasien dari 100 pasien yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah
(Arteriosklerosis Obliteran), diantaranya adalah perokok.
Ada 4 tingkat gangguan Arteriosklerosis Obliteran, yaitu:
a. Tingkat I : Tanpa gejala
b. Tingkat II : Kaki sakit saat latihan, misalnya berjalan lebih dari 200 m dan
kurang dari 200 m dan keluhan hilang bila istirahat.
c. Tingkat III : Keluhan timbul saat istirahat umumnya saat malam hari dan bila
tungkai ditinggikan.
d. Tingkat IV : Jaringan mati. Dalam stadium ini tindakan yang mungkin
adalah amputasi. Jika penyumbatan terjadi di percabangan aorta daerah perut
akan menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula timbulnya
gangguan ereksi.
3. Terhadap Tukak Lambung
Terjadi keseimbangan antar pengeluaran asam di dalam perut dan usus dua
belas jari yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau
menigkatkan asam lambung sehingga tejadilah tukak lambung dan usus dua belas
jari. Perokok menderita gangguan 2 kali lebih tinggi dari bukan perokok.
9
4. Terhadap bayi
Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan prematur.
Jika kedua orang tuanya perokok mengakibatkandaya tahan bayi menurun pada
tahun pertama, sehingga akan menderita radang paru – paru maupun bronkitis 2 kali
lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap infeksi lain meningkat
30%. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya merokok menunjukkan
perkembangan mentalnya terbelakang.
5. Terhadap Otak dan Daya Ingat
Akibat proses aterosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran
darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen.
Kelainan tersebut dibagi menjadi 4 bentuk:
a. Tingkat I : Penyempitan kurang dari 75% tanpa disertai keluhan
b. Tingkat II : Defisit neurologis sementara
c. Tingkat III : Defisit neurologis yang menghilang disekitar 3 hari atau
frekuensinya meningkat.
d. Tingkat IV : Terjadi infark otak yang lengkap dan menyebabkan defisit
neurologis yang menetap.
Studi tentang hubungan tembakau dan daya ingat juga dilakukan baru – baru
ini. Dari hasil analisis otak, peneliti dari Neuropsychiatric Institute University of
California menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang digunakan
untuk berpikir pada orang yang merokok jauh lebih rerndah daripada orang yang
tidak merokok.
6. Terhadap Impotensi
Merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50% pada laki – laki
berusia 30 – 40 tahunan, Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke
penis. Oleh karena itu, pembuluh darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat
merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang menuju penis,
mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini menigkatkan
bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa
tembakau telah merusak area lain dari tubuh.
7. Terhadap Kanker
Insiden kanker paru mempunyai hubungan antara rata – rata jumlah rokok
yang dihisap per hari. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita
10
kanker paru. Dari laporan beberapa peneltian mengatakan bahwa perokok pasif pun
akan beresiko terkena kanker paru. Anak – anak yang terpapar asap rokok selama 25
tahun pada usia dewasa akan terkena resiko kanker paru dua kali lipat dibandingkan
dengan yang tidak terpapar dan perempuan yang hidup dengan suami atau pasangan
perokok juga terkena resiko kanker paru 2 – 3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker
paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif. Asap tembakau
bertanggung jawab terhadap lebih dari 85% kanker paru – paru dan berhubungan
dengan kanker mulut, faring, laring, esofagus, lambung, pankreas, mulut, saluran
kencing, ginjal, ureter, kandung kemih dan usus.
Tipe kanker yang umumnya terjadi :
a. Kanker kandung kemih
b. Kanker esofagus
c. Kanker pada ginjal
d. Kanker pada pankreas
e. Kanker serviks
f. Kanker payudara
terbukti pada asthma (penyempitan salura nafas), tetapi hal ini belum terbukti jelas
pada perokok yang tidak menderita asthma.
9.1.1 Faktor Penyebab Perilaku Merokok
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan
berbagai pihak, baik untuk dirinya sendiri maupun orang di sekelilingnya. Rokok
memiliki dampak gangguan kesehatan yang sangat serius. Pada orang dewasa rokok
dapat menyebabkan kanker paru-paru, jantung, gangguan kehamilan, masalah
kesehatan lain seperti konstipasi, batuk, tenggorokan kering, sulit konsentrasi, dan
sulit tidur (insomnia). Rokok pada anak-anak dapat menyebabkan berbagai macam
gangguan kesehatan yaitu pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena
gangguan infeksi saluran nafas, infeksi telinga dan asma. Rokok juga dapat
menurunkan kekebalan tubuh padahal daya tahan tubuh anak lebih rendah daripada
orang dewasa(8).
Kebiasaan ini, selain merangsang psikologis juga dapat menimbulkan
kenikmatan bagi para perokok sehingga mereka mengalami ketergantungan dengan
penghentian kebiasaan yang sangat sulit. Penghentian kebiasaan merokok sering
mengakibatkan rasa gelisah dan keinginan untuk terus menambah rangsangan rokok
di dalam mulut. Apalagi bagi orang yang merokok untuk mengalihkan diri dari stress
dan tekanan emosi, akan merasa lebih sulit melepaskan diri dari kebiasaan ini
dibandingkan dengan perokok yang tidak memiliki latar belakang depresiKonsumsi
rokok saat ini terus meningkat terutama di negara-negara dengan pendapatan rendah
dan menengah.
Ada kecenderungan peningkatan konsumsi rokok di negara sedang
berkembang. Alasannya, semakin banyak negara sedang berkembang yang menjadi
tempat pelemparan komoditi tembakau karena :
1. demografis : dalam 20 tahun terakir ini terdapat pertumbuhan penduduk dari
1,5 menjadi 2 milyar di negara-negara berkembang.
2. kesadaran penduduk yang rendah terhadap bahaya merokok.
3. sosial ekonomi meningkat dan kemampuan membeli rokok juga meningkat.
4. proteksi terhadap zat-zat berbahaya umumnya kurang.
5. merokok juga didominasi oleh kelompok pendapatan rendah pekerja kasar
(blue colar) termasuk kalangan penarik becak. Indonesia menduduki
peringkat kelima tertinggi dengan tingkat agregat konsumsi tembakau
tertinggi di dunia setelah Cina, Amerika, Rusia dan Jepang.
13
yang tanpa filter. Konsumsi rokok berfilter banyak dijumpai di kota, sedangkan
perokok di pedesaan banyak menggunakan rokok tanpa filter (Sitepoe, 2000) (4).
Rokok kretek merupakan rokok khusus Indonesia yang hanya diproduksi di
Indonesia. Jenis rokok ini diproduksi dengan mesin yang disebut rokok kretek mesin
dan dapat pula diproduksi secara manual menggunakan tenaga kerja berjumlah
banyak atau disebut rokok kretek tangan (Sitepoe, 2000).
tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain,
tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang
ditetapkan, untuk melindungi masyarakat yang ada dari asap rokok.
9.4.2 Landasan Hukum KTR
Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam
pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, sebagai berikut :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 113 sampai dengan 116.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia.
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan.
i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
j. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan
Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan.
k. Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997 tentang
Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.
l. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Inst/III/
1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok
9.4.3 Tujuan
Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah :
21
9.4.4 Sasaran
Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di tempat pelayanan kesehatan, tempat proses
belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat
kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan (UndangUndang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).
1. Sasaran di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola fasilitas pelayanan kesehatan.
Pasien.
Pengunjung.
Tenaga medis dan non medis.
2. Sasaran di Tempat Proses Belajar Mengajar
Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat proses belajar
mengajar.
Peserta didik/siswa.
Tenaga kependidikan (guru).
Unsur sekolah lainnya (tenaga administrasi, pegawai di sekolah).
3. Sasaran di Tempat Anak Bermain
Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat anak bermain.
Pengguna/pengunjung tempat anak bermain.
4. Sasaran di Tempat Ibadah
Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat ibadah.
Jemaah.
Masyarakat di sekitar tempat ibadah.
5. Sasaran di Angkutan Umum
Pengelola sarana penunjang di angkutan umum (kantin, hiburan, dsb).
Karyawan.
22
9.4.5 Manfaat
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan
tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain,
tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang
ditetapkan(4).
9.4.6 Mengapa Perlu Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Mengapa perlu dilakukan penetapan kawasan tanpa rokok? Karena beban
masalah akibat rokok yang sangat besar sampai saat ini. Hal tersebut dapat dilihat
dari:
Secara umum, merokok lebih banyak pada remaja putra dibandingkan remaja
putri. Meskipun jumlah remaja putri yang merokok lebih sedikit, akan tetapi akibat
yang ditimbulkan jauh lebih besar karena bila remaja putri yang merokok tersebut
hamil dan mempunyai anak maka dampak medis yang ditimbulkannya tidak hanya
mengenai ibunya akan tetapi juga anak yang dikandungnya. Merokok merupakan
suatu kebiasaan yang sulit dihentikan pada orang yang telah merokok. Hal ini
disebabkan sifat adiktif dari nikotin – salah satu diantara lebih dari 4000 senyawa
kimia yang terkandung pada rokok – yang bisa menyebabkan kecanduan. Diantara
para remaja menyatakan hampir 65% terpapar asap rokok di rumah dan 82% sebagai
perokok pasif di luar rumah. Berdasarkan data tersebut tampak bahwa betapa
besar dampak medis yang akan timbul berkaitan dengan paparan asap rokok karena
tidak hanya berdampak pada perokok aktif tetapi juga perokok pasif.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa betapa besar dan berat beban ynag
ditimbulkan akibat rokok yang ditanggung oleh masyarakat maupun negara. Lebih
dari 70.000 artikel ilmiah telah membuktikan bahaya merokok bagi kesehatan.
Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan paling sedikit 25 jenis
penyakit dari berbagai organ manusia seperti kanker paru, penyakit jantung koroner,
stroke, diabetes mellitus, katarak, gangguan kesuburan, berat bayi lahir rendah dan
sebagainya. Gangguan kesehatan tersebut merupakan keadaan yang membutuhkan
perawatan jangka panjang dan biaya yang tidak sedikit, bahkan dapat menyebabkan
kematian. WHO memprediksikan kematian di Asia akan meningkat 4 kali lipat dari
1,1 juta pada tahun 1990 menjadi 4,2 juta pada tahun 2020.
2,4 milyar US$. Jadi total biaya yang dikaitkan dengan rokok sebanyak 14,94 milyar
US$ atau 7,7 kali lebih tinggi dari pendapatan cukai rokok (Kosen, 2007). Betapa
besarnya nilai tersebut.
Komunikasi
Tranmisi
Konsistensi Impelemntasi
Kejelasan
Sumber daya
kebijakan
Staf
Anggaran Kawasan
Fasilitas
Informasi
Wewenang Tanpa Roko
di Kota
Padang
Panjang
Disposisi
Komitmen
Struktur birokrasi
Ttanggungjawab
Mekanisme
(SOP)
Struktur
organisas
BAB 10 : METODE PENELITIAN
10.1 Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif. Metode penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,
menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial
yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan.
26
27
Analisis data kualitatif berkaitan dengan reduksi data dan interpretasi data.
Reduksi data merupakan kegiatan memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi
bagian yang lebih teratur dengan pola dan susunan yang sederhana. Interpretasi
meupakan kegiatan mendapatkan makna dan pemahaman terhadap data dari
partisipan dengan memunculkan konsep dan teori melalui laporan tertulis.
Peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu memperoleh data dari sumber
yang berbeda kemudian dilakukan perbandingan terhadap satu sumber dengan
sumber yang lain.
Langkah-langkah analisis data pada penelitian kualitatif ini terdiri dari data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yanng pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Data yang diperoleh dari data primer yaitu hasil wawancara
mendalam dan data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen yang ada di
pemerintah kota Padang Panjang tersebut dilakukan pengorganisasian dan dengan
cara membaca berulang kai, kemudian dipilih data yang sesuai dengan penelitian dan
dikumpulkan dalam matriks hasil wawancara untuk keudian dikategorikan
berdasarkan variabel yang diteliti.
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data-
data yang sudah dikategorikan disusun kedalam urutan sehingga mudah dipahami.
Setelah itu baru dilakukan pengujian hipotesis yang muncul terhadap data yang
diperoleh dan dianalisis dengan menggunakan telaah kepustakaan yang berhubungan
dengan masalah yang sedang diteliti.
Langkah ketiga dalam analisis data kuaitatif adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Data display yang dikemukakan bila telah didukung
oleh data-data yang mantap, maka dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel.
15.2.2 Analisis Data
Teknik analisis data yang akan dipakai untuk menganalisis data penelitian ini
adalah analisis isi (content analysis) dengan membandingkan dengan teori-teori yang
ada pada tinjauan pustaka dan dilengkapi dengan melakukan telaah dokumen sebagai
data sekunder.
30
struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu
sendiri.
Cara ukur : wawancara mendalam dan dokumen
Alat ukur : pedoman wawancara, check list, buku vatatan, dan tape recorder
Hasil ukur: dokumen dan data kualitatif
Indikator : tersedianya mekanisme atau SOP serta struktur birokrasi dalam
implementasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
Informan : kepala bidang kendali program dinas kesehatan kota padang
panjang, kepala bidang kesehatan keluarga kota padang
panjangTriangulasi : sumber dan metode
Triangulasi : sumber dan metode
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945
3. Pearturan Daerah Kota Padang Panjang No. 4 Tahun 2014 tentang Kawasan
Tanpa Rokok
4. TCSC-IAKMI.Bunga Rampai Fakta Tembakau Permasalahannya Di
Indonesia 2009.Tobaco Control Support Center (TCSC)-Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).Jakarta:TCSC-IAKMI;2010
5. “Perda Rokok Menuai Pro-Kontra:Hari Pertama Aturan Tak Tegak”[online].
Padang Ekspress Digital Edition,2011. Dari: http://www.padangekspress.com
6. Gafar A. Evaluasi Proses Penerapan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di
Kota Padang Panjang Sumatera Barat [Tesis]. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada;2011
7. Winarno B. Kebijakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus.
Yogyakarta:CAPS;2012
8. “Rokok,” [online]. Dari http://id.wikipedia.org/wiki/rokok.
9. Kementrian Kesehatan RI. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013.
10. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan san Menteri Dalam Negeri Nomor
188/MENKES/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok
11. Purwanto EA dan Dyah Ratih Sulistyastuti. Implementasi Kebijakan Publik:
Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta:Penerbit Gava Media;2012
12. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Penerbit Alfabeta;2010
13. Satori D dan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung;Penerbit
Alfabeta;2010
14. Tobaco Control Support Center. Kawasan Tanpa Rokok Dan
Implementasinya: Policy Paper. Jakarta:TCSC-IAKMI;2012