Anda di halaman 1dari 41

KITAB ILMU

Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwayjiry


 
 
 
 
 

 
 
Publication :  1441 H_2019 M

ADAB PENGAJAR DAN PENUNTUT ILMU


Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwayjiry
Disalin  dari Kitab Ringkasan Fiqih Islam

Sumber dan Penerjemah: IslamHouse


Download Ribuan eBook di www.ibnumajjah.wordpress.com 
 
 Keutamaan Berilmu:

Firman Allah ‘Azza wa Jalla:

ٍ ‫درج‬
‫ات َواللَّهُ مِب َا‬ ‫ين أُوتُ وا الْعِْل َم‬ ِ َّ ِ ِ َّ
َ ََ َ ‫َيْرفَ ِع اللَّهُ الذ‬
َ ‫ين َآمنُ وا من ُك ْم َوالذ‬

ٌ‫َت ْع َملُو َن َخبِري‬

" …Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang


beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-
Mujadilah/58:11)

Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu berkata,


diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
tentang dua orang laki-laki, salah satunya adalah ahli
ibadah dan yang lain adalah seorang yang berilmu, lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ضلِي َعلَى أ َْدنَا ُك ْم‬ ‫مِل‬


ْ ‫ض ُل الْ َعا ِ َعلَى الْ َعابِ ِد َك َف‬
ْ َ‫ف‬

"Keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli


ibadah adalah seperti keutamaanku atas yang terendah
darimu".

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam


bersabda:
ِ
‫ات واْألَر ِض نْي َ حىَّت الن َّْملَ ةَ ىِف‬ ِ ِ
َ َ ‫إ َّن اهللَ َو َمآلئ َكتَ هُ َوأ َْه َل‬
َ َ ‫الس َم َو‬
ِ ‫صلُّ ْو َن َعلَى ُم َعلِّ ِم الن‬
‫َّاس اخْلَْيَر‬ َ ‫ُح ْج ِر َها َو َحىَّت احْلُْو‬
َ ُ‫ت لَي‬

"Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla, malaikat-Nya,


penghuni langit dan bumi, bahkan semut di dalam
lobangnya sampai ikanpun berdo'a bagi orang yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia." (Shahih. HR.
at-Tirmidzi no. 2685, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2161)

 Keutamaan menuntut ilmu dan menuntutnya sebelum mengajarkan dan


beramal dengannya:

Firman Allah ‘Azza wa Jalla:

ِ َ‫ك ولِْلم ْؤ ِمنِني والْم ْؤ ِمن‬


‫ات‬ ِ ِ ِ ْ ‫اعلَم أَنَّهُ اَل إِلَ هَ إِاَّل اللَّهُ و‬
ُ َ َ ُ َ َ ‫اس َت ْغف ْر ل َذنب‬ َ ْ ْ َ‫ف‬
‫َواللَّهُ َي ْعلَ ُم ُمَت َقلَّبَ ُك ْم َو َم ْث َوا ُك ْم‬

"Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah


(sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui
tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal". (QS.
Muhammad/47:19)

Firman Allah ‘Azza wa Jalla:


ً‫ب ِز ْديِن ِع ْلما‬
ِّ ‫َوقُل َّر‬

"Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku


ilmu pengetahuan." (QS. Thaaha/20:114)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,


'Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫س فِْي ِه ِع ْل ًما َس َّه َل اهللُ لَ هُ بِ ِه طَ ِر ْي ًقا إِىَل‬ ِ ِ َ َ‫َو َم ْن َس ل‬


ُ ‫ك طَر ْي ًقا َي ْلتَم‬
‫اجْلَن َِّة‬

"Dan barangsiapa yang menjalani satu jalan untuk


mencari ilmu, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla memudahkan
baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim no. 2699)

 Keutaman Orang yang Menyeru kepada Petunjuk:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

َ‫ ال‬,ُ‫ُج ْو ِر َم ْن تَبِ َع ه‬ ِ ‫من دعا إِىَل ه ًدى َك ا َن لَ ه ِمن اْأل‬


ُ ‫َج ِر مثْل ُأ‬
ْ َ ُ ُ ََ َْ
‫ض الَلٍَة َك ا َن َعلَْي ِه‬ ِ ‫يْن ُقص ذلِ ك ِمن أ‬
َ ‫ َو َم ْن َد َعا إِىَل‬,‫ُج ْو ِره ْم َش ْيئًا‬
ُ ْ َ ُ َ
.‫ك ِم ْن آثَ ِام ِه ْم َشْيئًا‬ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫م َن اْ ِإلمْثِ مثْ ُل آثَام َم ْن تَبِ َعهُ الَ َيْن ُق‬
َ ‫ص ذل‬
"Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, niscaya ia
mendapat pahala seperti pahala orang-orang yang
mengikutinya, dan tidak mengurangi sedikitpun dari
pahala mereka. dan barangsiapa yang mengajaka kepada
kesesatan, niscaya ia mendapatkan dosa seperti dosa
orang yang mengikutinya, tidak mengurangi sedikitpun
dari dosa mereka." (HR. Muslim)

 Kewajiban Menyampaikan Ilmu:

Firman Allah ‘Azza wa Jalla:

‫اح ٌد َولِيَ َّذ َّكَر‬


ِ ‫َّاس ولِين َذرواْ بِ ِه ولِيعلَم واْ أَمَّنَا ه و إِلَـه و‬
َ ٌ َُ ُ َْ َ ُ ُ َ ِ ‫َهـ َذا بَالَغٌ لِّلن‬
ِ ‫أُولُواْ األَلْب‬
‫اب‬َ ْ

"(Al Quran) Ini adalah penjelasan yang Sempurna bagi


manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-
Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya dia
adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang
berakal mengambil pelajaran". (QS.Ibrahim/14:52)

Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, di saat haji waja`,


sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫الش‬
‫ َغ َم ْن ُه َو أ َْو َعى‬mِّّ‫اه َد َع َس ى أَ ْن يَُبِل‬ َّ ‫ فَ ِإ َّن‬,‫ب‬ ِ ِ َّ ‫لِيبلِّغ‬
َ ‫الش اه ُد الْغَ ائ‬ َ َُ
ِ
ُ‫لَهُ مْنه‬
"Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada
orang yang tidak hadir, karena sesungguhnya orang yang
hadir barangkali menyampaikan kepada orang yang lebih
paham darinya." (HR. al-Bukhari no. 67, ini adalah
lafazhnya, dan Muslim no. 1679)

Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, '

ً‫َبلِّغُ ْوا َعيِّن َولَ ْو آيَة‬

"Sampaikanlah dariku, seklipun hanya satu ayat…". (HR.


al-Bukhari no. 3461)

 Hukuman bagi yang Menyembunyikan Ilmu:

Firman Allah ‘Azza wa Jalla:

ِ ِ ِ ِ ‫إِ َّن الَّ ِذين ي ْكتُم و َن ما أ‬


ُ‫َنزلْنَا م َن الَْبِّينَ ات َواهْلُ َدى من َب ْع د َما َبَّينَّاه‬
َ َ ُ َ َ
‫ين‬ ِ َّ‫ إِالَّ ال‬.‫اب أُولَـئِك يلعنهم اللّه وي ْلعنهم الاَّل ِعن و َن‬
‫ذ‬ ِ َ‫َّاس يِف الْ ِكت‬
ِ ‫ن‬ ‫ل‬ِ‫ل‬
َ ُ ُ
ُ ُ َ ََ ُ ُ
ُُ ََ َ

‫يم‬ ِ َّ ‫ك أَتُوب علَي ِهم وأَنَا الت ََّّواب‬


َ ِ‫َصلَ ُحواْ َو َبَّينُواْ فَأ ُْولَـئ‬
ُ ‫الرح‬ ُ َ ْ َْ ُ ْ ‫تَابُواْ َوأ‬

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa


yang Telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan
(yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al kitab, mereka itu dila'nati Allah
dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat
mela'nati, Kecuali mereka yang Telah Taubat dan
mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran),
Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya
dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Baqarah/2:159-160)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,


'Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫َم ْن ُسئِ َل َع ْن ِع ْل ٍم فَ َكتَ َمهُ أَجْلَ َمهُ اهللُ بِلِ َج ٍام ِم ْن نَا ٍر َي ْوِم الْ ِقيَ َام ِة‬

"Barangsiapa yang ditanya tentang ilmu, lalu ia


menyembunyikannya, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla
mengekangnya dengan tali kekang dari neraka di hari
kiamat." (Hasan Shahih. HR. Abu Daud no. 3658 dan at-
Tirmidzi)

 Hukuman orang yang menuntut ilmu bukan karena Allah ‘Azza wa Jalla:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫من َتعلَّم ِع ْلما مِم َّا يبَتغَى بِ ِه وج ه‬


َّ‫اهلل َع َّز َو َج ّل الَ َيَت َعلَّ ُم هُ إِال‬ َ َْ ُْ ً َ َ َْ
‫َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة‬ ‫ف اجْلَن َِّة‬ ُّ ‫ضا ِم َن‬
َ ‫الد ْنيَا مَلْ جَيِ ْد َع ْر‬ ِ ‫صي‬
ً ‫ب بِه َعَر‬ ِ ِ
َ ْ ُ‫لي‬
"Barangsiapa yang menuntut ilmu yang diharuskan ikhlas
karena Allah ‘Azza wa Jalla, dia tidak mempelajarinya
kecuali untuk mendapatkan harta benda dunia, niscaya ia
tidak mendapatkan aroma surga di hari kiamat."1

Dari Ka'ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku


mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:

ُّ ‫ي بِ ِه‬
‫الس َف َهاءَ أ َْو‬ ِ ِ ِ ِ ‫من طَلَب الْعِْلم لِيج ا ِر‬
َ ‫ي ب ه الْعُلَ َم اءَ أ َْو ليُ َم ار‬
َ َُ َ َ َْ
‫َّار‬
ُ ‫أ َْد َخلَهُ اهللُ الن‬ ‫َّاس إِلَْي ِه‬
ِ ‫ف بِِه ُو ُج ْو َه الن‬
َ ‫ص ِر‬
ْ َ‫ي‬

"Barangsiapa yang menuntut ilmu bertujuan untuk


mengalahkan para ulama atau untuk membantah orang-
orang bodoh, atau untuk memalingkan pandangan
manusia kepadanya, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla
memasukkannya ke dalam neraka."2

 Hukuman Berdusta terhadap Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya


shallallahu ‘alaihi wasallam:

Firman Allah ‘Azza wa Jalla:

1
Shahih. HR. Abu Daud no. 3664, ini adalah lafazhnya, Shahih
Sunan Abu Daud, dan Ibnu Majah no. 252, Shahih Sunan Ibnu Majah
no. 204.
2
Hasan. HR. at-Tirmidzi no 2654, ini adalah lafazhnya, Shahih
Sunan at-Tirmidzi no 2138, dan Ibnu Majah no. 253, Shahih Sunan
Ibnu Majah no. 205.
‫َّاس بِغَرْيِ ِع ْل ٍم إِ َّن‬ ِ ِ ِ ِ ‫مِم‬
َ ‫فَ َم ْن أَظْلَ ُم َّ ِن ا ْفَت َرى َعلَى اللّه َك ذباً ليُض َّل الن‬
ِِ ِ
َ ‫اللّهَ الَ َي ْهدي الْ َق ْو َم الظَّالم‬
‫ني‬

"Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang


yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk
menyesatkan manusia tanpa pengetahuan ?"
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim". (QS. Al-An'aam/6:144)

Firman Allah ‘Azza wa Jalla:

ِ ِ ِ ِ
َ ‫ف أَلْس نَتُ ُك ُم الْ َك ذ‬
‫ب َهـ َذا َحالَ ٌل َو َهـ َذا َح َر ٌام‬ ُ ‫َوالَ َت ُقولُ واْ ل َما تَص‬
ِ ِ ِ َّ ِ ‫اللّه الْ َك ِذ‬
ِ ‫لَِّت ْفَت رواْ علَى‬
َ‫ب ال‬ َ ‫ب إ َّن الذ‬
َ ‫ين َي ْفَت ُرو َن َعلَى اللّه الْ َك ذ‬ َ َ ُ
‫يم‬ِ ‫ متاع قَلِيل وهَل م ع َذ‬.‫ي ْفلِحو َن‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ َ ُْ َ ٌ ٌ ََ ُ ُ

"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang


disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini
haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu
adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab
yang pedih". (QS. An-Nahl/16:116-117)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
'Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ب َعلَ َّي ُمَت َع ِِْْم ًدا َف ْليَتََب َّوأْ َم ْق َع َدهُ ِم َن النَّا ِر‬
َ ‫َم ْن َك َّذ‬

"Barangsiapa yang berbohong terhadapku secara


sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempatnya di
neraka." (HR. al-Bukhari no. 110, dan Muslim no. 3, ini
adalah lafazhnya)

 Keutamaan Orang yang Berilmu dan Mengajarkannya:

Firman ‘Azza wa Jalla:

‫اب َومِبَا‬ ِ ‫ـكن ُكونُ واْ ربَّانِيِّ مِب‬


ِ َ‫ول‬
‫ُكنتُ ْم‬ َ َ‫ني َا ُكنتُ ْم ُت َعلِّ ُم و َن الْكت‬َ َ َ
‫تَ ْد ُر ُسو َن‬

"Akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi


orang-orang rabbani Karena kamu selalu mengajarkan Al
Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya". (QS.
Ali 'Imran/3:79)

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu


‘alaihi wasallam beliau bersabda:
ِ ِ ِ ِ ِ
‫اب‬ َ ‫َمثَ ُل َما َب َعثَيِن اللَّهُ بِه م ْن اهْلَُدى َوالْع ْل ِم َك َمثَ ِل الْغَْيث الْ َكث ِري أ‬
َ ‫َص‬
‫ب الْ َكثِ َري‬ ِ ِ
َ ‫ت الْ َكأَل َ َوالْعُ ْش‬ ْ َ‫ض ا فَ َك ا َن مْن َها نَقيَّةٌ قَبِل‬
ْ َ‫ت الْ َم اءَ فَ أَْنبَت‬ ً ‫أ َْر‬
‫َّاس فَ َش ِربُوا‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫و َك انَت ِمْنها أَج ِادب أَمس َكت الْم اء َفَن َف ع اللَّه هِب‬
َ َ ُ َ َ َ ْ َْ ُ َ َ ْ َ

‫ُخ َرى إِمَّنَا ِه َي قِ َيع ا ٌن اَل‬ ِ ِ ‫وس َقوا وزرع وا وأَص اب‬
ْ ‫ت مْن َها طَائ َف ةً أ‬ْ َ َ َ ُ َََ ْ َ َ
ِ ِ ِ
ُ‫ك َمثَ ُل َم ْن َف ُق هَ يِف دي ِن اللَّه َو َن َف َع ه‬
َ ‫ت َكأَل ً فَ َذل‬ ُ ‫مُتْ ِس‬
ُ ِ‫ك َماءً َواَل ُتْنب‬
ِ ِ
َ ‫َما َب َعثَيِن اللَّهُ بِ ِه َف َعل َم َو َعلَّ َم َو َمثَ ُل َم ْن مَلْ َي ْرفَ ْع بِ َذل‬
ْ‫ك َرأْ ًس ا َومَل‬
‫ت بِِه‬ ِ ِ ِ
ُ ‫َي ْقبَ ْل ُه َدى اللَّه الَّذي أ ُْرس ْل‬

Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang Allah ‘Azza wa


Jalla mengutusku dengannya yaitu seperti air melimpah
yang tercurah ke bumi. Maka di antara bumi itu ada yang
bersih, menerima air lalu menumbuhkan rerumputan
yang banyak dengannya. Dan ada di antaranya ada yang
gersang yang mampu menahan air, maka Allah ‘Azza wa
Jalla memberikan manfaat kepada manusia dengannya,
lalu mereka meminum, menyirami tanaman dan bertani
dengannya. Dan ada bagian air yang menimpa bagian
lain dari bumi, dia adalah permukaan yang lereng, yang
tidak bisa menahan (menyimpan) air dan tidak bisa
menumbuhkan rerumputan. Maka itulah perumpamaan
orang yang mengerti tentang agama Allah ‘Azza wa Jalla
dan memberi manfaat kepadanya risalah yang Allah ‘Azza
wa Jalla mengutusku dengannya, lalu ia mengetahui dan
mengajarkan. Dan perumpamaan orang yang tidak
perduli terhadap hal itu dan tidak mau menerima
petunjuk Allah ‘Azza wa Jalla yang aku diutus
dengannya." (HR. al-Bukhari no. 79, ini adalah lafazhnya,
dan Muslim no. 2282)

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi


shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ط َعلَى َهلَ َكتِ ِه ىِف‬


َ ِّ‫ َر ُج ٌل آتَاهُ اهللُ َم االً فَ ُس ل‬: ِ ‫الَ َح َس َد إِالَّ ىِف ا ْثنََتنْي‬

‫ضي هِب َا َويُ َعلِّ ُم َها‬


ِ ‫ ورجل آتَاه اهلل احْلِ ْكمةَ َفهو ي ْق‬,‫احْل ِّق‬
َ َُ َ ُ ُ ٌ ُ ََ َ

"Tidak boleh dengki kecuali kepada pada dua orang:


Seseorang yang diberikan oleh Allah ‘Azza wa Jalla harta,
lalu ia menyalurkannya di dalam kebenaran, dan
seseorang yang diberikan oleh Allah ‘Azza wa Jalla
hikmah (ilmu), dan ia memutuskan hukum dengannya
dan mengajarkannya." (HR. al-Bukhari no. 73, ini adalah
lafazhnya, dan Muslim no. 816)

 Cara Diangkat dan Diambilnya Ilmu:

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Maukah


kalian aku ceritakan satu hadits yang pernah aku dengar
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang tidak
ada seorangpun yang menceritakannya kepadamu
setelahku, yang pernah mendengarnya dari beliau:

ِّ ‫اع ِة أَ ْن يُْرفَ َع الْعِْل ُم َويَظْ َهَر اجْلَ ْه ُل َو َي ْف ُش َو‬


‫الزىَن‬ َ ‫الس‬
ِ ‫إِ َّن ِمن أَ ْشر‬
َّ ‫اط‬ َ ْ
ِ ‫خِل‬
َ ‫ِّساءُ َحىَّت يَ ُك ْو َن َ ْمسنْي‬
َ ‫ال َوَتْب َقى الن‬
ُ ‫الر َج‬
ِّ ‫ب‬َ ‫ب اخْلَ ْم ُر َويَ ْذ َه‬
َ ‫َويُ ْشَر‬
ِ ‫امرأًَة َقيِّم و‬
‫اح ٌد‬ َ ٌ َْ
"Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat:
diangkatnya ilmu, nampaknya kebodohan, tersebarnya
perzinahan, diminumnya arak, berkurangnya para laki-
laki, dan tersisalah para wanita, sehingga bagi lima puluh
orang perempuan hanya ada seorang (laki-laki) sebagai
penanggung jawab." (HR. al-Bukhari no. 81, dan Muslim
no. 2671, ini adalah lafazhnya)

Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiyallahu ‘anhu


berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ِ‫اعا َيْنتَ ِزعُ هُ م َن الْعبَ اد َولك ْن َي ْقب‬
‫ض‬ ُ ِ‫إَ َّن اهللَ الَ َي ْقب‬
ً ‫ض الْع ْل َم انْتَز‬
‫َّاس ُر ُؤ ْو ًس ا‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ذ‬
َ َ ‫ ِح ىت إِذَا لَـم يْب َق َع امِل اخَّت‬،‫ض الْعلَم اء‬
ِ ‫ب‬
ْ ‫ق‬
َ ِ‫الْعِْلم ب‬
ُ ٌ َ ْ ّ َ َ ُ َ
ِ ِ
‫َضلُّ ْوا‬ َ َ‫ُج َّهاالً فَ ُسئلُ ْوا فَأَ ْفَت ْوا بِغَرْيِ ع ْل ٍم ف‬
َ ‫ضلُّوا َوأ‬
"Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak mengambil ilmu
secara langsung yang diambilnya dari seorang hamba,
akan tetapi Allah ‘Azza wa Jalla mengambil ilmu dengan
mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak ada lagi
orang yang berilmu, manusia memilih para pemimpin
yang bodoh, maka mereka ditanya lalu memberi fatwa
tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan." (HR.
al-Bukhari no. 100, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no.
2673)

 Keutamaan Paham di dalam Agama:

Dari Humaid bin Abdurrahman radhiyallahu ‘anhu


sesungguhnya ia mendengar Mu'awiyah radhiyallahu
‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:

ِ ‫من ي ِر ِد اهلل بِ ِه خي را ي َفقِّه ه ىِف ال دِّي ِن واهلل الْمع ِطي وأَنَا الْ َق‬
‫اس ُم‬ َ ُْ ُ َ ْ ُ ْ ُ ً َْ ُ ُ َْ
ِ َ‫هذ ِه األ َُّمةُ ظ‬
ِ ‫اه ِرين علَى من خ الََفهم حىَّت َي أْيِت أَم ر‬
‫اهلل‬ ِ ‫والَ َت ز ُال‬
ْ
ُ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ َ
ِ َ‫وهم ظ‬
‫اهُر ْو َن‬ َُْ
"Barangsiapa yang Allah ‘Azza wa Jalla menghendaki
kebaikan baginya, niscaya Dia memberinya kepahaman
dalam agama, dan Allah ‘Azza wa Jalla yang memberi dan
akulah yang membagi. Dan senantiasa umat ini nampak
(menang) terhadap orang yang menyalahi mereka
sampai datang perkara Allah ‘Azza wa Jalla dan mereka
tetap nampak (menang)." (HR. al-Bukhari no. 3116, ini
adalah lafazhnya, dan Muslim no. 1037)

Dari Utsman radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu


‘alaihi wasallam bersabda:

ُ‫الْ ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه‬ ‫َخْي ُر ُك ْم َم ْن َت َعلَّ َم‬

"Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang


mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya." (HR. al-
Bukhari no. 5027)

 Keutamaan Majelis Dzikir:

Di dunia ini ada dua taman surga, salah satunya tetap


dan yang lain selalu berganti pada setiap waktu dan
tempat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi


shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ َو ِمْنرَبِ ْي َعلَى َح ْو ِضي‬,‫اض اجْلَن َِّة‬


ِ َ‫ضةٌُ ِم ْن ِري‬ ِ
َ ‫َما َبنْي َ َبْييِت َومْنرَبِ ْي َر ْو‬

"Tempat di antara rumahku dan minbarku adalah satu


taman dari taman-taman surga, dan minbarku di atas
telagaku." (HR. al-Bukhari no. 1196, dan Muslim no.
1391)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ ِحلَ ُق‬:‫ال‬
َ َ‫اض اجْلَن َِّة؟ ق‬ ِ ِ ‫إِذَا مررمُت بِ ِري‬
ُ َ‫ قَالُْوا َو َما ِري‬.‫اض اجْلَنَّة فَ ْارَتعُ ْوا‬َ ْ ْ ََ
ِّ
‫الذ ْك ِر‬

"Apabila kamu melewati taman-taman surga, maka


bersenang-senanglah' Mereka bertanya, 'Apakah taman-
taman surga itu? Beliau menjawab, 'Majelis-majelis
dzikir.'"3

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan Abu Sa'id al-


Khudri radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya keduanya
menyaksikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:

ُ‫الَ َي ْقعُ ُد َق ْو ٌم يَ ْذ ُك ُر ْو َن اهللَ َع ّز وجل إِالَّ َح َّفْت ُه ُم الْ َمالَئِ َك ة‬

‫الس ِكْينَةُ َو ذَ َك َر ُه ُم اهللُ فِْي َم ْن‬


ّ ُ ‫م‬‫ه‬ِ ‫ت َعلَْي‬
ْ ‫ل‬
َ ‫ز‬
َ ‫ن‬
َ ‫و‬
َ ‫ة‬
ُ َ ‫الر‬
‫َّمْح‬ ‫م‬
ُ ‫ه‬
ُ ‫ت‬
ْ ‫ي‬
َ
ِ ‫و َغ‬
‫ش‬ َ
ِ
ُ‫عْن َده‬

"Tidaklah suatu kaum duduk-duduk untuk mengingat


Allah ‘Azza wa Jalla, melainkan mereka dikelilingi para

3
Hasan. HR. Ahmad no. 12551, lihat as-Silsilah ash-Shahihah no.
2562, dan at-Tirmidzi no. 3510, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2787.
malaikat, diliputi rahmat, dan turunlah ketenangan
kepada mereka, serta Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan
mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya. (HR.
Muslim no. 2700)

 Adab Menuntut Ilmu:

 Ilmu adalah ibadah, dan ibadah mempunyai dua


syarat: yaitu ikhlas kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan
mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Para
ulama adalah pewaris para nabi, dan ilmu terdiri dari
beberapa bagian: yang tertinggi, yang paling mulia dan
yang paling bersih adalah ilmu yang dibawa oleh para
nabi dan rasul, berupa ilmu tentang Allah ‘Azza wa
Jalla, asma-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, agama-
Nya, dan syari'at-Nya.

Firman Allah ‘Azza wa Jalla:

ِ َ‫ك ولِْلم ْؤ ِمنِني والْم ْؤ ِمن‬


‫ات‬ ِ ِ ِ ْ ‫اعلَم أَنَّهُ اَل إِلَ هَ إِاَّل اللَّهُ و‬
ُ َ َ ُ َ َ ‫اس َت ْغف ْر ل َذنب‬ َ ْ ْ َ‫ف‬
‫َواللَّهُ َي ْعلَ ُم ُمَت َقلَّبَ ُك ْم َو َم ْث َوا ُك ْم‬

Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah


(sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah
mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tinggal. (QS. Muhammad/47:19)

 Dan ilmu mempunyai beberapa adab, di antaranya


yang berkaitan dengan pengajar (guru, ustadz), pelajar
(santri), dan ini adalah sebagian darinya:

ADAB SEORANG PENGAJAR

 Tawadhu' dan rendah diri:

Firman Allah ‘Azza wa Jalla kepada Nabi-Nya:

‫ني‬ِِ ِ َ ‫ك لِم ِن اتَّبع‬ ِ ‫و‬


َ ‫ك م َن الْ ُم ْؤمن‬ َ َ َ َ ‫اح‬ َ َ‫ض َجن‬
ْ ‫اخف‬
ْ َ

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang


mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. (QS.
Asy-Syu'araa`/26:215)

 Memiliki akhlak yang terpuji:

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫ك لَ َعلى ُخلُ ٍق َع ِظي ٍم‬


َ َّ‫َوإِن‬
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung”. (QS. Al-Qalam/68:4)

Firman Allah ‘Azza wa Jalla kepada Nabi-Nya shallallahu


‘alaihi wa sallam:

ِِ ِ ِ
ْ ‫ُخذ الْ َع ْف َو َوأْ ُم ْر بِالْعُْرف َوأ َْع ِر‬
َ ‫ض َع ِن اجْلَاهل‬
‫ني‬

“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang


mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh”. (QS. Al-A'raaf/7:199)

 Hendaklah seorang pengajar memperhatikan keadaan


seseorang saat memberikan nasehat dan ilmu agar
mereka tidak merasa jemu, lalu menjauh:

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َيتَ َخ َّولُنَا بِالْ َم ْو ِعظَ ِة يِف اأْل َيَّ ِام‬ َ ُّ ‫َك ا َن النَّيِب‬
‫آم ِة َعلَْينَا‬
َ ‫الس‬
َّ َ‫َكَر َاهة‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperhatikan
keadaan kami pada hari-hari beliau memberi nasehat
karena khawatir jika ada rasa jemu yang menyentuh
kami." (HR. al-Bukhari no. 68, ini adalah lafazhnya, dan
Muslim no. 2821)

 Meninggikan suara saat menyampaikan ilmu dan


mengulanginya dua atau tiga kali, agar dapat dipahami:
Dari Abdullah bin 'Amar radhiyallahu ‘anhuma berkata:

ِ
‫اها فَأ َْد َر َكنَا‬َ َ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم يِف َس ْفَر ٍة َس ا َف ْرن‬ َ َّ‫خَتَل‬
َ ُّ ‫ف َعنَّا النَّيِب‬
‫ض أُ فَ َج َع ْلنَا مَنْ َس ُح َعلَى أ َْر ُجلِنَا‬ َّ ‫الص اَل ةُ َوحَنْ ُن َنَت َو‬
َّ ‫َوقَ ْد أ َْر َه َقْتنَا‬
‫اب ِم ْن النَّا ِر َمَّرَتنْي ِ أ َْو ثَاَل ثًا‬ِ ‫َفنَ َادى بِأ َْعلَى صوتِِه ويْل لِأْل َْع َق‬
ٌ َ َْ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah tertinggal
dalam sebuah perjalanan yang kami lakukan, dan beliau
menyusul kami, sementara waktu shalat telah masuk dan
kami sedang berwudhu'. Maka kami mengusap kaki kami,
lalu beliau berseru dengan suara yang tinggi: “Celakalah
tumit (yang tidak tersentuh oleh air wudhu’) karena
(akan disiksa dengan) api neraka.' Dua kali atau tiga
kali." (HR. al-Bukhari no. 60, ini adalah lafazhnya, dan
Muslim no. 241)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam

ٍ ِ
َ ‫أَنَّهُ َك ا َن إِذَا تَ َكلَّ َم بِ َكل َم ة أ‬
‫َع َاد َها ثَاَل ثًا َحىَّت ُت ْف َه َم َعْن هُ َوإِذَا أَتَى‬

‫َعلَى َق ْوٍم فَ َسلَّ َم َعلَْي ِه ْم َسلَّ َم َعلَْي ِه ْم ثَاَل ثًا‬

“Bahwa apabila beliau berbicara dengan suatu kata, maka


beliau mengulanginya tiga kali, sehingga dapat dipahami.
Dan apabila beliau mendatangi suatu kaum, maka beliau
memberi salam kepada mereka sebanyak tiga kali." (HR.
al-Bukhari no. 95)

 Bernada marah dalam memberi nasehat dan mengajar,


apabila melihat atau mendengar hal yang tidak disukai:

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Seorang


laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah!, hampir saja aku
tidak mendapatkan shalat, karena fulan (yang
mengimami shalat) selalu memperpanjang shalatnya
dengan kami”. Maka aku tidak pernah melihat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam marah melebihi marahnya
daripada hari itu dalam memberi nasehat beliau
bersabda:

‫ِّف فَ ِإ ْن فِْي ِه ُم‬ ِ ‫ص لَّى بِالن‬


ْ ‫َّاس َف ْليُ َخف‬ َ ‫َّاس إِنَّ ُك ْم ُمَنف ُِّر ْو َن فَ َم ْن‬
ُ ‫يَ ا أَيُّ َه ا الن‬
.‫اج ِة‬
َ َ‫ف َوذَا احْل‬
ِ
َ ْ‫الْ َم ِري‬
َ ‫ض َوالضَّعْي‬

"Wahai manusia, sesungguhnya kalian membuat orang


berlari (dari agama ini). Barangsiapa (yang mengimami)
manusia dalam shalatnya, maka hendaklah ia
memperpendeknya. Karena sesungguhnya di antara
jama’ah ada orang yang sakit, lemah, dan mempunyai
kebutuhan." (HR. al-Bukhari no. 90, ini adalah lafazhnya,
dan Muslim no. 466)
 Terkadang memberi jawaban kepada penanya dengan
jawaban yang lebih banyak daripada pertanyaannya:

Dari Ibnu Umar, sesungguhnya seorang laki-laki bertanya


kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
pakaian yang boleh dipakai oleh orang yang sedang
berihram? Maka bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam:

َ‫س َوال‬ ِ َ‫والََت ْلبس وا الْ ُقمص والَالْعم ائِم والَ الْس را ِويال‬
ِ‫ت والَ الْب ران‬
َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ََ َ َ ُ ْ ُ َ َ
‫َس َف َل ِم َن‬
ْ ‫َح ٌد الَ جَيِ ُد الن َّْعلَنْي ِ َف ْلَي ْلبَسِ اخْلَُّفنْي ِ َولَْي ْقطَ ْع ُه َم ا أ‬ ِ َ ‫اخْلَِف‬
َ ‫اف إالَّ أ‬
.‫س‬ ِ ‫ والَ َت ْلبسوا ِمن الثِّي‬, ِ ‫الْ َك ْعبنْي‬
ُ ‫الز ْع َفَرا ُن َوالَ الْ َو َر‬
َّ ُ‫اب َشْيئًا َم َّسه‬َ َ ُْ َ َ َ

"Janganlah engkau memakai kemeja, dan jagan pula


memakai surban, celana, baju mantel yang bertedung
kepalanya, sepatu, kecuali orang yang tidak
mendapatkan dua sendal, maka hendaklah ia memakai
dua sepatu (khuf) dan hendaklah dia memotongnya
sehingga menjadi lebih rendah dari dua mata kaki. Dan
janganlah kamu memakai pakaian yang terkena za'faran
dan waras." (HR. al-Bukhari no. 1542, dan Muslim no.
1177, ini adalah lafazhnya)

 Melontarkan pertanyaan kepada murid-muridnya untuk


mengetahui tingkat keilmuan mereka:
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, 'Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ط و َر ُق َه ا وإِنَّ َه ا َمثَ ل الْمس لِ ِم فَ َح ِّدثُ ْويِن‬


ُ ‫ق‬
ُ ‫س‬‫ي‬
َ ‫ال‬
َ ‫ة‬
ٌ ‫ر‬ ‫ج‬
َ ‫ش‬
َ ِ
‫ر‬ ‫ج‬
َ ‫الش‬
َّ ‫ن‬ ِ ‫إِ َّن‬
‫م‬
ُْ ُ َ َ ْ َ َ
‫ ووقَ ع ىِف‬:‫ال َعْب ُد اهلل‬
َ ‫ق‬
َ .‫ي‬ ِ ‫م ا ِهي؟ َفوقَ ع النَّاس ىِف َش ج ِر الْب و‬
‫اد‬
َ ََ ََ َ ُ َ َ َ َ
‫ َح ِّد ْثنَا َم ا ِه َي يَا َر ُس ْو َل اهلل؟‬:‫ت مُثَّ ق اَلُْوا‬ ِ
ْ ‫َن ْفس ي أَنَّ َه ا الن‬
ُ ‫َّخلَ ةُ فاَ ْس تَ ْحَيْي‬
.ُ‫َّخلَة‬ ِ َ َ‫ق‬
ْ ‫ ه َي الن‬:‫ال‬

"Sesungguhnya di antara pohon ada satu pohon yang


tidak jatuh daunnya. Dan sesungguhnya ia adalah
perumpamaan seorang muslim, beritahukanlah aku,
apakah nama pohon itu?'. Orang-orang menduga bahwa
nama pohon tersebut adalah pohon bawadi. Abdullah
radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku menduga bahwa pohon
itu adalah pohon kurma, namun aku merasa malu
mengatakannya. Kemudian para shahabat berkata:
beritahukanlah kepada kami pohon apakah itu wahai
Rasulullah?' Beliau bersabda: Ia adalah pohon kurma."
Jawab Rasulullah. (HR. al-Bukhari no. 61, ini adalah
lafazhnya, dan Muslim no. 2811)

 Tidak melontarkan perkara yang samar di tengah umum,


dan tidak mengkhususkan ilmu tertentu bagi suatu kaum,
karena khawatir jika mereka tidak mengerti:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam membonceng Mu'adz
radhiyallahu ‘anhu. Beliau bersabda: “Wahai Mu'adz!”.
“Ya, Rasulullah”. Kata Mu’adz menjawab, “Wahai
Mu'adz!”. “Ya, Rasulullah”. Kata Mu’adz menjawab.
“Wahai Mu'adz!”. “Ya, Rasulullah”. Kata Mu’adz
menjawab. Beliau bersabda: 'Tidak ada seorangpun yang
bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah
dengan sebenarnya) selain Allah, dan sesungguhnya
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan
Allah, dengan benar dari hatinya, melainkan Allah
mengharamkannya atas dirinya api neraka. Mu’adz
bertanya: “Wahai Rasulullah, bolehkah aku
memberitahukannya kepada manusia agar mereka
bergembira dengannya?”. Beliau bersabda: “Niscaya
mereka akan bersandar (tidak beramal)”. Namun,
akhirnya Mu'adzpun membeitahukan tentang hadits
tersebut saat akan meninggalnya karena takut berdosa
(jika menyembunyikannya)”. (HR. al-Bukhari no. 128, ini
adalah lafazhnya, dan Muslim no 32)

 Meninggalkan merubah kemungkaran, apabila khawatir


akan terjadi kemungkaran yang lebih berat dengan sebab
itu:

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, sesungguhnya Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya,
‫ت َف ُه ِد َم‬
ِ ‫اهلِيَّ ِة َألَم رت بِاْلبي‬
َْ ُ ْ َ
ِ ‫ك ح ِديث عه ٍد بِاجْل‬
ِ َّ ‫يَا َعائِ َشةُ لَ ْوالَ أ‬
َ ْ َ َ ْ َ ‫َن َق ْو ُم‬
‫ بَابًا‬, ِ ‫ت لَ هُ بَ َابنْي‬ ِ ‫ َوأَلَْز ْقتُ هُ بِ اْأل َْر‬.ُ‫ِج ِمْن ه‬ ِ ِ ‫فَ أ َْدخ ْل‬
ُ ‫ض َو َج َع ْل‬ َ ‫ُخ ر‬
ْ ‫ت فْي ه َم ا أ‬
ُ َ
‫اس إِ ْبَر ِاهْي َم‬
َ ‫َس‬
َ ‫أ‬ ِِ‫َشرقِيًّا وبابا َغربِيًّا َفبلَ ْغت ب‬
‫ه‬ ُ َ ْ ً ََ ْ

"Wahai 'Aisyah, kalau bukan karena kaummu masih baru


meninggalkan masa jahiliyah, niscaya aku
memerintahkan untuk meruntuhkan Ka'bah, lalu aku
memasukkan padanya yang telah dikeluarkan darinya
(hijir Ismail) dan aku melekatkannya dengan bumi, dan
aku menjadikannya dua pintu, satu pintu di Timur dan
satu pintu di Barat, sehingga dengannya aku mencapai
pondasi yang telah dibangun nabi Ibrahim." (HR. al-
Bukhari no. 1586, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no.
1333)

 Mengajarkan ilmu baik kepada laki-laki dan perempuan


secara khusus:

Dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: Para


wanita berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
"Kaum lelaki telah mengalahkan kami atas dirimu, maka
berikanlah bagi kami satu hari dari dirimu”. Maka beliau
menjanjikan kepada mereka satu hari di mana beliau
bertemu dengan mereka padanya. Maka beliau memberi
nasehat dan memerintahkan kepada mereka. Maka di
antara nasehat beliau kepada mereka:

.‫ِّم ثَالَثَ ةً ِم ْن َولَ ِد َها إِالَّ َك ا َن ِح َجابً ا هَلَا ِم َن النَّا ِر‬ ِ


ُ ‫َم ا مْن ُك َّن ْام َرأَةٌ ُت َق د‬
. ِ ‫ َوا ْثَننْي‬:‫ال‬ ِ َ‫َف َقال‬
َ ‫ َوا ْثَننْي ِ ؟ َف َق‬:ٌ‫ت ْامَرأَة‬

"Tidak ada seorang wanita yang ditinggal mati oleh tiga


orang anaknya melainkan mereka menjadi penghalang
baginya dari nereka.' Maka seorang wanita berkata: “Dan
bagaimana dengan dua orang?”. Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Dan begitu juga dua orang”. (HR.
al-Bukhari no. 101, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no.
2633)

 Seorang yang berilmu hendaknya memberi nasehat dan


mengajar manusia di malam atau siang hari, di atas
tanah atau kenderaan:

Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha berkata: Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam terjaga pada satu malam,
lalu bersabda:

‫ أَيْ ِقظُ ْوا‬,‫اهلل َم ا َذا أُنْ ِز َل اللَّْيلَ ةَ ِم َن الْ ِفنَت ِ َو َم ا َذا فُتِ َح ِم َن اخْلَ َزائِ ِن‬
ِ ‫س بحا َن‬
َ ُْ
ِ ْ‫الد ْن يا عا ِري ٍة ىِف ا‬
‫آلخَر ِة‬ ُّ ‫اسيَ ٍة ىِف‬
ِ ‫ب َك‬
َّ ‫ب احْلُ َج ِر َف ُر‬ ِ
َ َ َ ‫ص َواح‬
َ
"Maha suci Allah, apakah yang telah diturunkan pada
malam ini dari fitnah. Apakah yang telah dibuka dari
perbendaharaan. Bangunkanlah orang-orang yang ada di
dalam kamar, berapa banyak yang berpakaian di dunia,
bertelanjang di akhirat". (HR. al-Bukhari no. 115)

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat 'Isya
bersama kami di akhir hayatnya. Maka tatkala beliau
salam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫س ِمائَ ِة َس نَ ٍة ِمْن َه ا الَ َيْب َقى مِم َّْن ُه َو َعلَى‬ ِ ِِ


َ ْ‫أ ََرأ َْيتَ ُك ْم لَْيلَتَ ُك ْم ه ذه فَ إ َّن َرأ‬
‫َح ٌد‬
َ‫ضأ‬ِ ‫ظَ ْه ِر اْأل َْر‬

"Bagaimana pendapatmu tentang malam kamu ini,


sesungguhnya awal seratus tahun yang akan datang
tidak ada seorang pun dari yang hidup masa ini yang
masih tersisa di atas muka bumi." (HR. al-Bukhari no.
116, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 2537)

Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku


berada pada boncengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam di atas keledai yang dinamakan 'Ufair, beliau
berkata: “Wahai Mu'adz, apakah engkau tahu hak Allah
terhadap hambaNya? Dan apakah hak hamba terhadap
Allah? Mu’adz berkata: “Aku menjawab Allah dan Rasul-
Nya lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya
hak Allah terhadap hamba bahwa mereka menyembah-
Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun. Dan hak hamba terhadap Allah bahwa Dia tidak
menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Mu’adz melanjutkan: “Aku berkata:
'Wahai Rasulullah, bolehkah aku memberitahukan berita
gembira kepada manusia?”. Beliau menjawab: “Janganlah
engkau memberitahukan tentang kabar gembira ini
kepada mereka, agar mereka tidak bersandar tanpa
amal." (HR. al-Bukhari no. 2856, dan Muslim no. 30, ini
adalah lafazhnya)

 Doa dan dzikir yang dibaca pada penutup majelis:

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, 'Jarang


sekali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dari
majelis, sehingga beliau berdoa dengan doa-doa ini untuk
para sahabatnya:

‫ك َو ِم ْن‬ ِ ‫ك م ا حَي و ُل بِ ِه بيَننَ ا وب مع‬


َ ‫اص ْي‬ َ َ َ ‫َْ َ َنْي‬
ِ ِ ِ
ْ ُ َ َ ‫اللّ ُه َّم اقْس ْم لَنَ ا م ْن َخ ْش يَت‬
ِ ‫ص يب‬
ِ ِِ ِ ‫ و ِم ْن الْيَ ِقنْي‬,‫ك‬ ِ ِِ َ ِ‫اعت‬
ُّ ‫ات‬
‫الد ْنيَا‬ َْ ‫َم ا ُت َه ِّو ُن ب ه ُم‬ َ َ ‫ك َم ا ُتَبلِّغُنَ ا ب ه َجنَّت‬ َ َ‫ط‬
‫اج َع ْل‬ ِ َ ‫اعنَا وأَبصا ِرنَا و ُق َّوتِنَا ما أَحييَتنَاواجع ْل ه الْ وا ِر‬
ِ ‫ومتِّعنَا بِأَمْس‬
ْ ‫ث منَّا َو‬ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ََ
ِ ‫ثَأْرنَ ا علَى من ظَلَمنَ ا وانْص رنَا علَى من عادانَ ا والَ جَتْع ل م‬
‫ص ْيبََتنَا ىِف‬
ُ ْ َ َ َ َ َْ َ ُْ َ َ َْ َ َ
ُّ ‫ِديْنِنَا َوالَ جَتْ َع ِل‬
َ‫الد ْنيَا أَ ْكَبَر مَهِّنَا َوالَ َمْبلَ َغ ِع ْل ِمنَا َوالَ تُ َسلِّ ْط َعلَْينَا َم ْن ال‬

‫َيْرمَحُنَا‬

"Ya Allah berikanlah kepada kami dari rasa takut kepada-


Mu yang menghalangi antara kami dan bermaksiat
kepada-Mu, dan dengan taat kepada-Mu yang
menyampaikan kami kepada surga-Mu, dan dengan
keyakinan yang memudahkan kami menghadapi
musibah-musibah dunia. Berilah kenikmatan kepada kami
dengan pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami
selama hidup kami. Jadikanlah ia sebagai warisan dari
kami. Jadikanlah pembalasan dendam kami kepada yang
berbuat zalim kepada kami. tolonglah kami terhadap
orang yang memusuhi kami. Janganlah Engkau jadikan
musibah dalam agama kami. Janganlah engkau jadikan
dunia menjadi tujuan terbesar kami, dan jangan pula
menjadi kesudahan pengetahuan kami. dan jangankan
Engkau kuasakan kepada kami orang yang tidak sayang
kepada kami”.4

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata,


'Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

4
Hadits Hasan. HR. at-Tirmidzi no 3502, Shahih Sunan at-Tirmidzi
no.2783, lihat Shahih al-Jami', no 1268.
‫ال َقْب َل أَ ْن َي ُق ْو َم ِم ْن جَمْلِ ِس ِه‬
َ ‫ط َف َق‬ ُ َ‫س فَ َك ُث َر فِْي ِه اللَّغ‬ ٍ ِ‫َم ْن َجلَس ىِف جَمْل‬
َ
‫َس َت ْغ ِف ُر َك‬
ْ ‫ أ‬,‫ت‬ ْ ‫ك اللّ ُه َّم َوحِب َ ْم ِد َك أ‬
َ ْ‫َش َه ُد أَ ْن الَ إِل هَ إِالَّ أَن‬ َ َ‫ ُس ْب َحان‬:‫ك‬
ِ
َ ‫ذل‬
ِ ِ ِ
َ ‫ إِالَّ غُفَر لَهُ َما َكا َن ىِف جَمْل ِس ِه ذل‬:‫ك‬
.‫ك‬ َ ‫ب إِلَْي‬
ُ ‫َوأَُت ْو‬

"Barangsiapa yang duduk di suatu majelis yang banyak


terjadi kegaduhan padanya, lalu sebelum berdiri dari
majelisnya ia membaca:

ِ ‫ أ‬,‫َش ه ُد أَ ْن الَ إِله إِالَّ أَنْت‬ ِ ‫حِب‬


ُ ‫َس َت ْغف ُر َك َوأَُت ْو‬
‫ب‬ ْ َ َ َ ْ ‫ك اللّ ُه َّم َو َ ْم د َك أ‬
َ َ‫ُس ْب َحان‬

َ ‫إِلَْي‬
‫ك‬

(Maha suci Engkau, ya Allah, dan segala pujian bagi-Mu,


aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Engkau, aku
meminta ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu).
Melainkan diampuni baginya apa yang telah terjadi di
majelisnya itu."5

5
Shahih. HR. Ahmad no. 10420, dan at-Tirmidzi no 3433, ini
adalah lafazhnya, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2730.
ADAB MENUNTUT ILMU

 Tata cara duduk untuk menuntut ilmu:

Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata:


“Tatkala kami duduk di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pada suatu hari, tiba-tiba seorang laki-laki
datang, berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat
hitam. tidak terlihat pada dirinya bekas-bekas perjalanan
jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang
mengenalinya. Iapun duduk menghadap Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan merapatkan kedua
lututnya kepada kedua lutut Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas
kedua paha Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam …" (HR. al-
Bukhari no. 50, dan Muslim no. 8, ini adalah lafazhnya)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar lalu Abdullah bin
Huzafah radhiyallahu ‘anhu bertanya: “Siapakah
ayahku?”. Beliau menjawab: “Huzafah”. Kemudian
mengucapkan secara berulang-ulang: “Bertanyalah
kepadaku”. Lalu Umar radhiyallahu ‘anhu bersimpuh di
atas kedua lututnya seraya berkata: “Aku ridha kepada
Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi,
lalu beliau terdiam”. (HR. al-Bukhari no. 93)
 Selalu menghadiri majelis ilmu dan majlis zikir di masjid,
dan memperhatikan tempat duduk yang sesuai saat
masuk dan orang-orang telah berada di sekelilingnya:

Dari Abu Waqid al-Laitsi radhiyallahu ‘anhu bahwa dia


saat duduk di masjid dan para shahabat yang lain telah
berada di sekelilingnya lalu datanglah tiga orang
memasuki majlis. Lalu dua orang menuju kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara yang
lainnya pergi meninggalkan majlis. Keduanya berdiri di
hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kemudian salah seorang dari keduanya melihat ada celah
di tengah lingkaran lalu ia duduk padanya. Sementara
yang lain, duduk di belakang mereka. sedangkan yang
ketiga berlalu pergi meninggalkan majlis. Maka tatkala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah selesai,
beliau bersabda:

ِ ِ َ‫الن َف ِر الثَّالَثَ ِة؟ أ ََّما أَح ُدهم ف‬


َّ ‫ُخرِب ُ ُك ْم َع ِن‬
.ُ‫آوى اهللُ َعْن ه‬
َ َ‫آوا إىَل اهلل ف‬
َ ُْ َ ْ ‫أَالَ أ‬
ِ
ُ‫ض اهلل‬
َ ‫ض فَأ َْعَر‬
َ ‫آلخ ُر فَأ َْعَر‬
َ ْ‫ َوأ ََّما ا‬,ُ‫استَ ْحيَا اهللُ مْنه‬
ْ َ‫استَ ْحيَا ف‬
ْ َ‫آلخ ُر ف‬
َ ْ‫َوأ ََّما ا‬
.ُ‫َعْنه‬

"Maukah kalian jika aku memberitahukan kalian tentang


tiga orang ini? Adapun salah seorang dari mereka, maka
ia kembali kepada Allah lalu Allah menempatkannya.
Adapun yang kedua, maka ia merasa malu maka Allah
pun merasa malu darinya. adapun yang lain, maka ia
berpaling, maka berpalinglah Allah darinya." (HR. al-
Bukhari no. 66, ini adalah lafazhnya dan Muslim no.
2176)

 Mengembara dalam menuntut ilmu, berkorban dalam


menuntut dan memperbanyak ilmu, serta selalu rendah
diri dalam segala kondisi:

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku


mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: "Ketika Musa ‘alaihissalam berada di tengah-
tengah kaum Bani Israil, datanglah seorang lelaki sraya
bertanya: “Apakah engkau mengetahui bahwa ada orang
lain yang lebih alim darimu? Musa menjawab: “Tidak”.
Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan wahyu kepada
Musa: “Bahwa hamba Kami Khadhir (lebih alim dari
engkau)”. Lalu Musa bertanya bagaimana jalan
mencarinya. Allah menjadikan ikan sebagai tanda
baginya.

Dikatakan kepadanya: “Apabila engkau kehilangan ikan,


maka kembalilah, sesungguhnya engkau akan
menemukannya. Dan ia mengikuti bekas jalan ikan di
laut. Pembantunya berkata kepada Musa ‘alaihissalam:
Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di
batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan
tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku
untuk menceritakannya kecuali syaitan Musa
berkata:"Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya
kembali, mengikuti jejak mereka semula. (QS. 18:64)

Lalu mereka bertemu dengan Khadhir. Maka cerita


keduanya seperti apa yang diceritakan oleh Allah dalam
Kitab-Nya (surah al-Kahfi)." (HR. al-Bukhari no. 74, ini
adalah lafazhnya, dan Muslim no. 2380)

 Bersungguh-sungguh mencari ilmu:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:

‫ك َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة‬


َ ِ‫اعت‬
َ ‫َّاس بِ َش َف‬
ِ َ ‫ال قِيل يا رس‬
ْ ‫ول اللَّه َم ْن أ‬
ِ ‫َس َع ُد الن‬ ُ َ َ َ َ َ‫أَنَّهُ ق‬

ُ ‫َو َس لَّ َم لََق ْد ظََنْن‬


‫ت يَا أَبَا ُهَر ْي َر َة أَ ْن‬ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ق‬
‫ت ِم ْن‬ ِ ِ ِ
َ ‫َح ٌد أ ََّو ُل ِمْن‬
ُ ْ‫ك ل َما َرأَي‬ َ ‫اَل يَ ْس أَلُيِن َع ْن َه َذا احْلَ ديث أ‬
َ َ‫اعيِت َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة َم ْن ق‬
‫ال‬ َ ‫َّاس بِ َش َف‬
ِ ‫َس َع ُد الن‬ ِ ِ َ ‫ِحْر ِص‬
ْ ‫ك َعلَى احْلَ ديث أ‬
‫صا ِم ْن َق ْلبِ ِه أ َْو َن ْف ِس ِه‬ ِ
ً ‫اَل إِلَهَ إِاَّل اللَّهُ َخال‬

Seseorang bertanya: “Wahai Rasulullah!, “Siapakah orang


yang paling beruntung mendapat syafaatmu di hari
kiamat?”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Sungguh!, wahai Abu Hurairah aku telah
menduga bahwa tidak ada seorangpun yang
mendahuluimu bertanya tentang persoalan ini, sebab aku
melihat kesungguhanmu dalam menuntut hadits. Manusia
yang paling beruntung mendapatkan syafaatku di hari
kiamat adalah orang yang mengucapkan: “Laailaaha
illallah” (tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan
sebenarnya selain Allah) tulus dari hatinya atau jiwanya."
(HR. al-Bukhari no. 99)

 Menulis ilmu:

Dari Abu Juhaifah radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku


bertanya kepada Ali radhiyallahu ‘anhu:

‫اب اللَّ ِه أ َْو َف ْه ٌم أ ُْع ِطيَ هُ َر ُج ٌل‬ ِ


ُ َ‫ال اَل إِاَّل كت‬
َ َ‫اب ق‬ ِ ِ
ٌ َ‫َه ْل عْن َد ُك ْم كت‬

َّ ‫ت فَ َما يِف َه ِذ ِه‬


‫الص ِحي َف ِة‬ َّ ‫ُم ْس لِ ٌم أ َْو َما يِف َه ِذ ِه‬
َ َ‫الص ِحي َف ِة ق‬
ُ ‫ال ُق ْل‬
‫َس ِري َواَل يُ ْقتَ ُل ُم ْسلِ ٌم بِ َكافِ ٍر‬
ِ ‫اك اأْل‬
ُ ‫ال الْ َع ْق ُل َوفَ َك‬
َ َ‫ق‬

Apakah kamu mempunyai Kitab?. Ia menjawab: 'Tidak,


kecuali Kitabullah (al-Qur‘an), atau pemahaman yang
diberikan kepada seorang lelaki muslim, atau yang apa
ada di lembaran ini”. Ia berkata: Aku bertanya: “Apakah
yang ada di dalam lembaran ini?”. Ali radhiyallahu ‘anhu
menjawab: “Diyat, masalah pembebasan tawanan, dan
seorang muslim tidak dibunuh karena membunuh orang
kafir." (HR. al-Bukhari no. 111)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:

ِ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ ْ ‫ما ِمن أ‬


َ ‫َو َسلَّ َم أ‬
ُ‫َح ٌد أَ ْكَث َر َح ديثًا َعْن ه‬ َ ِّ ‫َص َحاب النَّيِب‬ ْ َ
ِ ِ ِ ِ ‫ِ ِاَّل‬
ُ ُ‫ميِّن إ َما َك ا َن م ْن َعْب د اللَّه بْ ِن َع ْم ٍرو فَإنَّهُ َك ا َن يَ ْكت‬
‫ب َواَل‬

َ‫ب تَ َاب َعهُ َم ْع َمٌر َع ْن مَهَّ ٍام َع ْن أَيِب ُهَر ْيَرة‬


ُ ُ‫أَ ْكت‬
“Tidak ada seorang sahabatpun yang mempunyai hadits
lebih banyak dari padaku kecuali Abdullah bin 'Amr
radhiyallahu ‘anhuma, maka sesungguhnya ia menulis
(hadits) dan aku tidak menulisnya." (HR. al-Bukhari no.
113)

 Apabila seseorang malu bertanya, maka memintalah


kepada orang lain untuk menanyakan masalahnya:

Dari Ali radhiyallahu ‘anhu berkata:

‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ْ ‫َس تَ ْحيِي أَ ْن أ‬


َ َّ ‫َس أ ََل النَّيِب‬ ُ ‫ت َر ُجاًل َم َّذاءً َو ُكْن‬
ْ‫ت أ‬ ُ ‫ُكْن‬

َ ‫َس َو ِد فَ َس أَلَهُ َف َق‬


‫ال َي ْغ ِس ُل‬ ِ ِ
ِ ‫ان ابنَتِ ِه فَأَمر‬
ْ ‫ت الْم ْق َد َاد بْ َن اأْل‬
ُ َْ ْ ‫َو َسلَّ َم ل َم َك‬
ُ‫ضأ‬
َّ ‫ذَ َكَرهُ َو َيَت َو‬

“Aku seorang yang banyak keluar mazi dan merasa malu


bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena
kedudukan putri beliau (Fathimah). Maka akupun
meminta al-Miqdad bin al-Aswad radhiyallahu ‘anhu
(untuk bertanya masalah ini). Ia bertanya tentang
masalah itu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hendaklah dia membersihkan zakarnya lalu berwudhu".
(HR. al-Bukhari no. 269, dan Muslim no. 303, ini adalah
lafazhnya)

 Mendekati imam saat memberi nasehat:

Dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu


sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

‫اع ُد َحىَّت‬ َّ ‫الذ ْكَر َو ْادنُوا ِم ْن اإْلِ َم ِام فَِإ َّن‬


َ َ‫الر ُج َل اَل َي َز ُال َيتَب‬ ِّ ‫ضروا‬
ُ ُ ‫اح‬
ْ
‫يُ َؤ َّخَر يِف اجْلَن َِّة َوإِ ْن َد َخلَ َها‬

Hadirilah majlis zikir dan dekatlah dengan imam, maka


sesungguhnya seorang laki-laki senantiasa menjauh
darinya hingga ia akan di akhirkan masuk surga,
meskipun ia memasukinya."6

 Beradab dengan adab yang disyari'atkan pada saat


berada pada majelis, di antaranya:

1. Firman Allah ‘Azza wa Jalla:

6
Hadits Hasan. HR. Abu Daud no. 1108, Shahih Sunan Abu Daud
no. 980.
ِ ِ‫ين َآمنُ وا إِ َذا قِي ل لَ ُك ْم َت َف َّس ُحوا يِف الْ َم َج ال‬
‫س فَافْ َس ُحوا‬ ِ َّ
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
َ
ِ َّ ِ
َ ‫انش ُزوا َي ْرفَ ِع اللَّهُ الذ‬
‫ين َآمنُ وا‬ ُ ‫َي ْف َس ِح اللَّهُ لَ ُك ْم َوإِ َذا قي َل‬
ُ َ‫انش ُزوا ف‬
‫مِب‬ ٍ ِ ِ َّ‫ِمن ُكم وال‬
ٌ‫ين أُوتُوا الْع ْل َم َد َر َجات َواللَّهُ َا َت ْع َملُو َن َخبِري‬ ‫ذ‬
َ َْ
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. QS. Al-Mujadilah: 11

2. Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

‫س فِ ِيه َولَ ِك ْن َت َف َّس ُحوا‬


ُ
ِ‫الرجل ِمن م ْقع ِد ِه مُثَّ جَي ل‬
ْ َ َ ْ َ ُ َّ ‫ل‬
ُ ‫ج‬
ُ ‫الر‬
َّ ‫يم‬
ُ ُ
ِ ‫اَل ي‬
‫ق‬

‫َوَت َو َّسعُوا‬

“Janganlah seseorang meminta orang lain berdiri dari


tempat duduknya, kemudian ia duduk menempati
tempat orang itu. Akan tetapi berlapang-lapanglah
dan memperluas.” (HR. al-Bukhari no. 6270, dan
Muslim no. 2177)

3. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َح ُّق بِِه‬ ِِ ِِِ ِ


َ ‫َم ْن قَ َام م ْن جَمْلسه مُثَّ َر َج َع إلَْيه َف ُه َو أ‬

“Barangsiapa yang berdiri dari tempat duduknya


kemudian ia kembali kepadanya, maka ia lebih berhak
dengannya.” (HR. Muslim no. 2179)

4. Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu berkata:

‫ث‬
ُ ‫َح ُدنَا َحْي‬
َ‫س أ‬ ‫ل‬
َ ‫ج‬
َ ‫م‬ َّ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس ل‬
َ َّ ‫ُكنَّا إِذَا أََتْينَا النَّيِب‬
َ َ
‫َيْنتَ ِهي‬

“Apabila kami mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam maka salah seorang dari kami duduk di tempat
di mana dia sampai (yang masih kosong)." 7

5. Dari Amar bin Syu'aib, dari bapaknya, dari kakeknya,


sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

7
Hadits Shahih. HR. Abu Daud no. 4825, Shahih Sunan Abu Daud
no. 4040, dan at-Tirmidzi no. 2725, Shahih Sunan At-Tirmidzi no.
2193.
‫س َبنْي َ َر ُجلَنْي ِ إِاَّل بِِإ ْذهِنِ َما‬
ْ َ‫اَل جُيْل‬
"Tidak boleh duduk di antara dua orang laki-laki yang
sedang duduk kecuali dengan izin keduanya."8

6. Dari asy-Syarid bin Suwaid radhiyallahu ‘anhu


berkata:

‫س َه َك َذا‬ِ‫ول اللَّ ِه ص لَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم وأَنَا ج ال‬


ُ ‫َم َّر يِب َر ُس‬
ٌ َ َ َ َ َ َْ ُ َ
‫ت َعلَى أَلْيَ ِة‬ ِ
ُ ْ‫ف ظَ ْه ِري َواتَّ َك أ‬
َ ‫ي الْيُ ْس َرى َخ ْل‬
َ ‫ت يَ د‬
ُ ‫ض ْع‬
َ ‫َوقَ ْد َو‬
ِ ‫ض‬
‫وب َعلَْي ِه ْم‬ ِ َ ‫يَ ِدي َف َق‬
ُ ‫ال أََت ْقعُ ُد ق ْع َد َة الْ َم ْغ‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati aku,


sedangkan aku sedang duduk seperti ini: dan aku
meletakkan tangan kiriku di belakang punggungku,
dan aku bersandar di atas tanganku. Maka beliau
bersabda: “Apakah engkau duduk seperti duduknya
orang-orang yang dimurkai?”9

7. Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata:


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

8
Hadits Hasan. HR. Abu Daud no. 4844, Shahih Sunan Abu Daud
no. 4054.
9
Hadits Shahih. HR. Ahmad no. 19683, dan Abu Daud no. 4848,
Shahih Sunan Abu Daud no. 4058.
ِ ِ ‫ان دو َن ص‬
ِ
َ ‫احبِ ِه َما فَ ِإ َّن َذل‬
‫ك‬ َ ُ َ‫اجى ا ْثن‬ ِ
َ َ‫إ َذا ُكْنتُ ْم ثَاَل ثَ ةً فَاَل َيَتن‬

ُ‫حُيْ ِزنُه‬

“Jika engkau bertiga, maka janganlah dua orang


berbisik-bisik dan meninggalkan yang ketiga, karena
sesungguhnya hal itu menyakiti hatinya.” (HR. al-
Bukhari no. 6290, dan Muslim no 2184, ini adalah
lafazhnya)

Anda mungkin juga menyukai