Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memiliki anak yang sehat merupakan dambaan semua orang tua.

Kunci utama orang tua untuk mewujudkannya adalah menerapkan pola hidup

sehat sejak dini dan memberi perawatan yang sesuai dengan tahap

pertumbuhan dan perkembangan anak, tujuannya adalah untuk menghindari

dan mencegah timbulnya penyakit yang mungkin terjadi. Salah satu keadaan

yang harus diketahui oleh orang tua adalah kesehatan kulit bayi.1

Kulit bayi dan anak berbeda dengan orang dewasa, walaupun

strukturnya sama namun belum berfungsi dengan optimal. Kulit bayi dan

anak lebih tipis, jaringan antar sel relatif lebih longgar, sistem pertahanan

tubuh alamiah (innate) didapat kulit belum cukup matang. Hal tersebut

mempengaruhi perkembangan tubuh bayi, khususnya bayi berupaya

beradaptasi terhadap lingkungan. 2

Prevalensi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri,

virus atau jamur sebesar 45%. Selain itu bergantung pada lingkungan dan

kondisi setiap individu. Trauma kecil dapat menyebabkan tempat masuknya

mikroorganisme ke kulit. 3
Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah biang keringat (miliaria)

yang sering tidak diperdulikan oleh banyak orang karena tidak berbahaya.

Miliaria yang disebut juga sebagai sudamina, liken tropikus, biang keringat,

keringat buntet, prickle heat adalah salah satu gangguan pada kulit akibat

keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat berupa bintik-

bintik merah yang timbul pada sekujur tubuh. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadilah

sumbatan yang mengakibatkan retensi keringat.4

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan tiap tahun terdapat

80% penderita biang keringat (miliaria), diantaranya 65% terjadi pada bayi

dan balita. Dari sebuah survei Jepang lebih dari 5000 bayi terkena miliariasis.

Survei ini mengungkapkan bahwa terdapat 225 (4,5%) neonatus dengan usia

rata-rata 1 minggu terkena miliaria kristalina, 200 (4%) neonatus, dengan

usia rata-rata 11-14 hari terkena miliaria rubra. 5,6

Indonesia merupakan negara beriklim tropis, karena letaknya dilewati

oleh garis khatulistiwa. Hal ini yang menyebabkan Indonesia mendapatkan

intensitas matahari yang tinggi. Sinar matahari merupakan komponen yang

sangat penting dalam kehidupan. Sinar matahari yang mencapai permukaan

bumi terdiri dari 3 macam komponen: cahaya, sinar ultra violet (UV), dan

sinar infra merah. Sinar ultra violet memiliki energi yang cukup tinggi

sehingga mempengaruhi tubuh manusia terutama pada kulit. 7 Karena hal itu

Penduduk Indonesia beresiko terkena biang keringat (miliaria). Sebagian


besar (49,6%) sering terjadi pada bayi terutama di kota-kota besar yang panas

dan pengap.8

Dari data kunjungan bayi dan anak pada 7 rumah sakit di 6 kota besar

di Indonesia terdapat 282 kasus (22,79%) dari 8919 kasus anak menderita

penyakit kulit miliariasis. Miliariasis menempati urutan ke-7 dari 10 penyakit

kulit bayi dan balita. Insiden penyakit kulit biang keringat ini akan meningkat

sampai 50% pada iklim panas dan lembab. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak

(IKA) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terdapat 15% yang

menderita penyakit kulit biang keringat yang berobat ke Poliklinik Ilmu

Kesehatan Anak.3

Penyebab miliaria antara lain karena udara yang panas dan lembab,

sinar ultraviolet (UV), atau karena pengaruh pakaian yang tidak menyerap

keringat. Penyebab lain adalah tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat oleh

bakteri yang menimbulkan peradangan dan edema akibat keringat yang tidak

keluar dan diabsorbsi oleh stratum korneum. Pori-pori sejati pada bayi

berfungsi sebagai sistem kerja kelenjar keringat yang fungsinya belum

sempurna sehingga bila bayi kepanasan akan menimbulkan biang

keringat. Keringat bayi yang keluar terkumpul dibawah kulit, kemudian akan

muncul bintik-bintik merah dan akan menimbulkan rasa gatal, terutama di

daerah paha dan bagian tubuh yang tertutup.9

Bayi dan balita yang mengalami biang keringat menjadi rewel akibat

rasa gatal dan orang tua biasanya mengeluh karena pola tidur bayinya
terganggu seperti gelisah, tidak nyenyak dan lainnya. Rasa gatal dan panas

yang disebabkan oleh biang keringat, juga dapat menyebabkan penderita

mengalami infeksi.3

Miliaria dapat berbahaya jika muncul tanda-tanda infeksi. Hal ini harus

mendapatkan pengobatan secara langsung oleh dokter jika anak mengalami

peningkatan rasa sakit, bengkak, kemerahan atau panas di sekitar daerah yang

terkena, terdapat nanah pada luka, pembengkakan kelenjar getah bening di

ketiak, leher atau selangkangan, demam atau kedinginan. Tidak hanya itu, hal

lain selain infeksi yang dapat lebih membahayakan adalah muculnya gejala

heat stroke.10

Heat stroke adalah kondisi yang disebabkan karena tubuh mengalami

panas atau demam yang berlebihan pada tubuh (biasanya jika suhu tubuh

sekitar 40 OC atau bahkan lebih tinggi). Sehingga diperlukan perawatan

darurat, jika tidak maka akan cepat merusak otak, jantung, ginjal, dan otot.

Pengobatan yang lebih lama tertunda akan memperburuk kerusakan,

meningkatkan komplikasi serius atau bahkan kematian.11

Ada banyak cara untuk mempercepat penyembuhan dan menghambat

penyebaran biang keringat, yaitu dengan medis (konvensional) dan non-

medis (non-konvensional). Pengobatan medis dapat berupa konsumsi obat

antihistamin, penggunaan krim hidrokortison, atau memakai lotion calamine.

Penggunaan pengobatan medis terlalu sering akan berdampak bagi tubuh

terutama anak-anak karena mengandung bahan kimia. Sedangkan dalam


pengobatan non konvensional, dapat berupa tindakan atau aktivitas

pencegahan atau pengobatan secara mandiri dan tradisional seperti

memandikan bayi dan balita secara rutin, mengenakan pakaian yang berbahan

katun agar mampu menyerap keringat, serta menggunakan bahan-bahan

tradisional. Masker tradisional dapat digunakan untuk meningkatkan kulit,

memperbaiki dan merangsang sel-sel kulit. Masyarakat indonesia memiliki

berbagai macam tradisi antara lain menjadikan bahan kesehatan bahan alami

sebagai obat tradisional. 12

Bahan bahan alami itu salah satunya iyalah dari tanaman lidah buaya

(aloe vera). Lidah buaya termasuk dalam famili Lily (Liliaceae). Tanaman ini

telah dikenal sebagai tanaman penyembuh. Aloe vera telah digunakan untuk

tujuan medis tradisional di beberapa budaya selama ribuan tahun untuk

mengobati luka bakar, rambut rontok, infeksi kulit, peradangan sinus, dan

rasa nyeri pada saluran cerna. Secara in vitro, ekstrak atau komponen dari

aloe vera merangsang proliferasi beberapa jenis sel.13

Beberapa peneliti terdahulu telah membuktikan bahwa aloe vera

berkhasiat sebagai antiinflamasi, antipiretik, anti jamur, anti oksidan,

antiseptic, anti mikroba, serta antivirus. Tanaman lidah buaya daun dan

akarnya mengandung saponin dan flavonoid, di samping itu daunnya

mengandung tanin dan polifenol.14 Saponin ini mempunyai kemampuan

sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhakan luka terbuka,

sedangkan tanin dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi luka

karena mempunyai daya antiseptik dan obat luka bakar. Flavonoid dan
polifenol mempunyai aktivitas sebagai antiseptik. 15 Dalam lidah buaya

terdapat Lupeol, merupakan kimia yang paling aktif mengurangi peradangan

dalam dosis tertentu dan sterol juga dapat berkontribusi terhadap anti-

inflamasi. Lidah buaya mengandung sterol termasuk campesterol, β-

sitosterol, dan kolesterol yang dapat mengurangi inflamasi, membantu dalam

mengurangi peradangan rasa sakit dan bertindak sebagai analgesik alami.16

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan dengan

aloe vera gel murni dan ekstraknya membuat penyembuhan luka lebih cepat.

Dalam penelitian yang berjudul “Lidah Buaya untuk Penyembuhan Luka”

mendapatkan hasil bahwa penggunaan lidah buaya terutama lendirnya efektif

untuk mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi rasa sakit pada luka,

karena tumbuhan lidah buaya dapat merangsang proliferasi beberapa jenis

sel.17

Penelitian lainnya menunjukan bahwa aloe vera efektif dalam

menunda dan mengurangi tingkat keparahan dermatitis radiasi selama

menjalani radioterapi, serta kompres aloe vera sangat efektif dalam

penurunan gejala dermatitis.18,19

Angka kelahiran di kota Tasikmalaya pada tahun 2018 sebesar

118161 kelahiran, puskesmas mangkubumi berada di peringkat ke 3 dengan

total kelahiran sebanyak 946 kelahiran selama tahun 2018. 11 Dan dari hasil

studi pendahuluan yang dilakukan di wilayang kerja puskesmas mangkubumi

terdapat 4 bayi yang menderita miliaria dari 10 bayi usia 0-12 bulan yang di

kunjungi.
Oleh karena itu, diperlukan pengembangan kajian dalam hal

pemanfaatan aloe vera untuk penyembuhan miliaria oleh tenaga kesehatan

khususnya bidan. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis

berminat untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Aloe

Vera Gel Terhadap Waktu Penyembuhan Miliaria Pada Bayi Usia 0-12 Bulan

Di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkubumi Kota Tasikmalaya ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Pemberian Aloe Vera Gel Terhadap

Penyembuhan Penyembuhan Miliaria Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Wilayah

Kerja Puskesmas Mangkubumi Kota Tasikmalaya ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian aloe vera

gel terhadap penyembuhan Penyembuhan miliaria pada bayi usia 0-12

bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkubumi Kota Tasikmalaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendapatkan gambaran lamanya penyembuhan miliaria pada

kelompok bayi yang tidak diberikan aloe vera gel di wilayah kerja

Puskesmas Mangkubumi Kota Tasikmalaya.


2. Mendapatkan gambaran lamanya penyembuhan miliaria pada

kelompok bayi yang diberikan aloe vera gel di wilayah kerja

Puskesmas Mangkubumi Kota Tasikmalaya.

3. Menganalisis pengaruh pemberian aloe vera gel terhadap

penyembuhan miliaria pada bayi usia -12 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Mangkubumi Kota Tasikmalaya.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Bagi Ibu Bayi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ibu bayi-balita

sebagai informasi tambahan tentang penggunaan Aloe vera sebagai obat

tradisional yang diperoleh dari lingkungan sekitar ataupun dalam bentuk

produk yang mudah didapat sebagai upaya mempercepat proses

penyembuhan miliaria.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan kepustakaan atau referensi

bagi mahasiswa kebidanan sehingga dapat dijadikan sebagai bahan bacaan

dalam proses pembelajan.


1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, sehingga referensi mengenai manfaat aloevera dapat menjadi

sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dan penelitian selanjutnya.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi

para petugas kesehatan, pembaca dan para ibu bayi yang mangelami

miliaria bisa memanfaatkan bahan-bahan alami seperti aloevera untuk

mengobati penyakit kulit seperti miliaria.

Anda mungkin juga menyukai