AUDITING 1
Dosen Pengampu :
Adriyanti Agustina Putri, SE., M.Ak.Ak. CA
Disusun oleh :
Khairunnisa : 170301056
Nadila Firera : 170301112
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, pada akhirnya dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Materialitas dan Risiko Audit” ini dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Auditing.penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan Makalah ini terdapat
kekurangan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun
untuk kekurangan yang ada.
Penulis tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih dan semoga
Allah SWT memberikan kebaikan dan rakhmat bagi kita semua.Segala kesalahan,
keterbatasan dan kekurangan dalam bentuk apapun yang mungkin ada dalam
laporan tugas ini, penulis memohon maaf, kiranya dapat dimaklumi dengan
bijaksana.
Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
A5. Dalam hubungannya dengan tolok ukur yang dipilih, data keuangan yang
relevan biasanya meliputi hasil dan posisi keuangan periode sebelumnya,
hasil dan posisi keuangan periode berjalan dan anggaran atau perkiraan
disesuaikan dengan adanya perubahan signiñkan yang yang terjadi di entitas
tersebut (sebagai contoh, adanya akuisisi bisnis yang signiñkan) dan
perubahan kondisi industri atau lingkungan ekonomi yang relevan, yang di
dalamnya entitas tersebut beroperasi. Sebagai contoh, jika sebagai titik awal,
materialitas secara keseluruhan suatu entitas ditentukan berdasarkan suatu
persentase terhadap laba sebelum pajak dari operasi berjalan, kondisi-
kondisi yang mengakibatkan kenaikan atau penurunan laba yang biasa dapat
mengakibatkan auditor menyimpulkan bahwa penentuan tingkat materialitas
untuk laporan keuangan secara keseluruhan akan lebih tepat jika ditentukan
dengan menggunakan angka laba sebelum pajak dari operasi berjalan yang
telahs akan lebih tepat tingakt dengan menggunakan angka laba sebelum
pajak dari operasi berjalan yang telah dinormalisasi berdasarkan hasil masa .
A6. Materialitas berkaitan dengan laporan keuangan yang diaudit dan dilaporkan
oleh auditor.
keuanagan yang lebih atau kurang dari 12 bulan, misalnya dalam kasus
entitas baru berdiri atau adanya perubahan dalam periode pelaporan
keuangan tersebut.
A7. Penetuan persentase yang akan diterapkan pada satu tolok ukur yang dipilih
yang dipilih membutuhkan pertimbangan profesiona. Terdapat hubungan
antara persentase dan tolok ukur yang di pilih seperti persentase yang
diterapkan atas laba sebelum pajak dari operasi berjalan pada umumnya
akan lebih tinggi daripada persentase yang atas jumlah yang diterapkan.
Sebagai contoh, auditor dapat mempertimbangkan bahwa lima persen dari
laba sebelum pajak dari operasi yang sedang berjalan merupakan tolok ukur
yang tepat untuk entitas dalam industri manufaktur yang berorientasi pada
laba, sedangkan auditor mempertimbangkan satu persen dari jumlah
pendapatan atau beban merupakan tolok ukur yang tepat untuk entitas
nirlaba. Namun, persentase yang lebih tinggi atau lebih rendah dapat juga
dianggap tepat tergantung pada keadaan entitas yang bersangkutan.
A11. Dalam kondisi spesifik tertentu entitas, dalam mempertimbangkan atas ada
atau tidak adanya golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan
tersebut di atas, auditor mungkin perlu mendapat pemahaman atas
pandangan dan harapan dari pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola dan manajemen.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua
tingkat berikut ini :
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran
mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam
mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
laporan keuangan.
3. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan
dikuantifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun
dapat diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan kea
kun secara individual. Dalam melakukan alokasi, auditor harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu
dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.
4. Penggunaan Materialitas dalam Mengevaluasi Bukti Audit
E. RISIKO AUDIT
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko
audit.Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan
Audit, risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam
menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia
untuk menanggungnya.
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai
keseluruhan atas dasar bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan
dengan saldo akun secara individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah
untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga
pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan
keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.
AR = IR X CR X DR
AR = Audit Risiko
IR = Inherent Risk
CR = Control Risk
DR = Detection Risk
H. UNSUR RISIKO AUDIT
1. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
Inherent Risk (IR) = Resiko Bawaan = kerentanan suatu saldo akun atau
golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang terkait.
a. Faktor Penentu Resiko Bawaan secara umum
Profitabilitas, Jenis usaha & sensitifitas operasi, Masalah kelangsungan
usaha, Sifat, penyebab dan jumlah salah saji tahun sebelumnya,
Integritas, reputasi & pengetahuan tentang akuntansi dari manajemen.
b. Faktor Penentu Resiko Bawaan pada suatu akun:
Akuntabilitas akun atau transaksi, Kerumitan masalah akuntansi yang
terkait, Sifat, penyebab dan jumlah salah saji yang dideteksi pada
tahun sblmnya
2. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam
suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
struktur pengendalian intern entitas.
Terkait dengan efektifitas Struktur Pengendalian Internal, Ada 2 macam
resiko pengendalian :
a. Actual level of control risk (Bukti mengenai Pemahaman SPI)
b. Assessed level of control risk (Pemahaman SPI terkait dengan asersi)
Auditor dapat mengkontrol resiko pengendalian dengan cara
memodifikasi :
a. Prosedur yang akan membantu memahami SPI
b. Prosedur-prosedur yang digunakan untuk pengujian pengendalian
3. Risiko Deteksi
Detection Risk (DR) = Resiko Deteksi merupakan resiko sebagai akibat
auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu
asersi.
A. KESIMPULAN
Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam penerimaan jenis laporan
audit yang tepat untuk diterbitkan. Tanggung jawab auditor adalah menentukan
apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian yang material. Alasan
penetapan suatu pertimbangan awal tentang tingkat materialitas adalah untuk
membantu auditor merencanakan bukti-bukti audit yang memadai yang harus
dikumpulkan.
Materialitas dibagi menjadi dua golongan yaitu materialitas pada tingkat
laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Sedangkan Risiko
audit juga digolongkan menjadi dua yakni risiko audit keseluruhan dan risiko
audit individual. Dalam hal ini risiko audit terdiri dari tiga unsur:
(1) risiko bawaan, yakni kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait,
(2) risiko pengendalian, yakni risiko terjadinya salah saji material dalam suatu
asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian intern entitas dan
(3) risiko deteksiadalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit dan bukti audit,
auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi
individual atau kelompok asersi.
DAFTAR PUSTAKA
Arens & Loebbecke.(1999). Auditing Pendekatan Terpadu, Buku 1, Edisi
Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Boynton, Johnson, & Kell. (2002). Moderen Auditing, Edisi 7, Jilid 1,
Jakarta:Erlangga
I Gusti Agung Rai. (2008). Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik,
Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat
https://iapi.or.id/Iapi/detail/362