Disusun Oleh:
1. Fasichatul Muslimawati
2. Lilis Muslihah
3. Sujartin
4. Clara Anggraena Kusumawanddhana
5. An Nurdiya Yuliawati
Penyakit gagal jantung kongestif merupakan masalah yang menjadi perhatian didunia saat ini,
gagal jantung kongestif merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Pola
makan, kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat bahkan tingkat ekonomi dan pendidikan
menjadi beberapa penyebab dari penyakit ini.Berdasarkan data dari organisasi kesehatan
dunia / WHO (2013) menyebutkan 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular
pada tahun 2008, mewakili 30% dari semua kematian global. Dari kematian ini, diperkirakan
7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung. Negara berpenghasilan rendah dan menengah yang
tidak proporsional terpengaruh: lebih dari 80% kematian penyakit kardiovaskular terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan menengah dan terjadi hampir sama pada pria dan
wanita.Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), penyakit jantung dan
pembuluh darah telah menjadi salah satu masalah penting kesehatan masyarakat dan
merupakan penyebab kematian yang utama. Sedangkanberdasarkan Riset Kesehatan
Dasaratau Riskesdas 2007, menunjukkan bahwaprevalensi penyakit jantung secara nasional
adalah 7,2%. Penyakit jantung iskemik mempunyai proporsi sebesar 5,1% dari seluruh
penyakit penyebab kematian di Indonesia, dan penyakit jantung mempunyai angka proporsi
4,6% dari seluruh kematian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang penulis angkat adalah “
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gagal Jantung Kongestive ?”.
C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Agar penulis mampu mempelajari Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gagal Jantung
Kongestive secara komprehensif, sehingga mampu mencapai hasil yang terbaik dalam
mengatasi masalah keperawatan pada pasien dengan Gagal Jantung kongestive.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gagal jantung kongestive
b. Mampu menyusun analisa data pada pasien dengan gagal jantung
c. kongestive.
d. Mampu menyusun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
gagal jantung kongestive.
e. Mampu melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien gagal jantung
kongestive.
f. Mampu mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada pasien gagal
jantung.
g. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien gagal jantung pada
pasien gagal jantung kongestive.
h. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan gagal
jantung kongestive
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smletzer, 2002)
B. ETIOLOGI
1) Disritmia, seperti: brakikardi, takikardi dan kontraksi premature yang sering dapat
menurunkan curah jantung.
2) Malfungsi katub dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh kelebihan beban
tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa ruang, seperti stenosis katub
aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan kelebihan beban volume yang
menunjukkan peningkatan volume darah ke ventrikel kiri.
3) Abnormalitas Otot Jantung: Menyebabkan kegagalan ventrikel meliputi infark
miokard, aneurisma ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya dari aterosklerosis
koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosisendokardium, penyakit miokard primer
(kardiomiopati), atau hipertrofi luas karena hipertensi pulmonal, stenosis aorta atau
hipertensi sistemik.
4) Ruptur Miokard: terjadi sebagai awitan dramatik dan sering membahayakan
kegagalan pompa dan dihubungkan dengan mortalitas tinggi. Ini biasa terjadi selama
8 hari pertama setelah infark.
Menurut Smeltzer (2002) penyebab gagal jantung kongestif yaitu:
o Kelainan otot jantung
o Aterosklerosis koroner
o Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
o Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
o Penyakit jantung lain
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Hudak dan Gallo (2000), Gejala yang muncul sesuai dengan gejala gagal jantung
kiri diikuti gagal jantung kanan dan terjadinya di dada karena peningkatan kebutuhan
oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda – tanda gejala gagal jantung kongestif
biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral.
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Price (2005) beban pengisian preload dan beban tahanan afterload pada ventrikel
yang mengalami dilatasi dan hipertrofi memungkinkan adanya peningkatan daya kontraksi
jantung yang lebih kuat sehingga curah jantung meningkat. Pembebanan jantung yang lebih
besar meningkatkan simpatis sehingga kadar katekolamin dalam darah meningkat dan terjadi
takikardi dengan tujuan meningkatkan curah jantung.Pembebanan jantung yang berlebihan
dapat meningkatkan curah jantung menurun, maka akan terjadi redistribusi cairan dan
elektrolit (Na) melalui pengaturan cairan oleh ginjal dan vasokonstriksi perifer dengan tujuan
untuk memperbesar aliran balik vena ke dalam ventrikel sehingga meningkatkan tekanan
akhir diastolik dan menaikan kembali curah jantung. Dilatasi, hipertrofi, takikardi, dan
redistribusi cairan badan merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah
jantung dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan. Bila semua kemampuan makanisme
kompensasi jantung tersebut di atas sudah dipergunakan seluruhnya dan sirkulasi darah
dalam badan belum juga terpenuhi maka terjadilah keadaan gagal jantung.
Sedangkan menurut Smeltzer (2002), gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri
terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung
kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastol dalam ventrikel kiri dan volume akhir
diastole dalam ventrikel kiri meningkat. Keadaan ini merupakan beban atrium kiri dalam
kerjanya untuk mengisi ventrikel kiri pada waktu diastolik, dengan akibat terjadinya kenaikan
tekanan rata-rata dalam atrium kiri. Tekanan dalam atrium kiri yang meninggi ini
menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dari vena-vena pulmonal. Bila keadaan ini
terus berlanjut maka bendungan akan terjadi juga dalam paru-paru dengan akibat terjadinya
edema paru dengan segala keluhan dan tanda-tanda akibat adanya tekanan dalam sirkulasi
yang meninggi.Keadaan yang terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang
menjadi pompa darah untuk sirkuit paru (sirkulasi kecil). Bila beban pada ventrikel kanan itu
terus bertambah, maka akan merangsang ventrikel kanan untuk melakukan kompensasi
dengan mengalami hipertrofi dan dilatasi sampai batas kemampuannya, dan bila beban
tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi gagal jantung kanan, sehingga pada akhirnya
terjadi gagal jantung kirikanan.Gagal jantung kanan dapat pula terjadi karena gangguan atau
hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa
didahului oleh gagal jantung kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan
dan volume akhir diastol ventrikel kanan akan meningkat dan ini menjadi beban atrium kanan
dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastol, dengan akibat terjadinya
kenaikan tekanan dalam atrium kanan. Tekanan dalam atrium kanan yang meninggi akan
menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dalam vena kafa superior dan inferior
kedalam jantung sehingga mengakibatkan kenaikan dan adanya bendungan pada vena-vena
sistemik tersebut (bendungan pada vena jugularis yang meninggi dan hepatomegali). Bila
keadaan ini terus berlanjut, maka terjadi bendungan sistemik yang berat dengan akibat
timbulnya edema tumit dan tungkai bawah dan asites
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosa CHF yaitu:
2. Scan jantung
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung kanan
dan gagal jantung kiri dan stenosis katub atau insufisiensi.
5. Rongent Dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi
bilik atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal
6. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik
7. Oksimetri Nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi
kronis.
8. Analisa Gas Darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau hipoksemia
dengan peningkatan PCO2 (akhir)
9. Pemeriksaan Tiroid
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai pre pencetus gagal
jantung kongestif
G. KOMPLIKASI
H. PENATALAKSANAAN
Q:Klien biasa ditanya dengan menggunakan rentang 0-5 dan klien akan menillai
seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat angina skala nyeri
berkisar antara 4-5 skala (0-5).
4. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami keluarga serta bila
anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik klien terdiri atas keadaan umum dan B1-B6
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien biasanya didapatkan kesadaran baik
atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan
perfusi system saraf pusat.
b. B1 (Breathing)
Terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal, dan keluhan napas seperti
tercekik. Biasanya juga terdapatdispnea kardia. Sesak napas ini terjadi akibat
pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic dari
ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi
karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu
melakukan kegiatan fisik. Dyspnea kardia dapat timbul pada waktu beristirahat
bila keadaannya sudah parah.
c. B2 (bleeding)
Pemeriksaan B2 yang dialkukan dapat melalui teknik inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
e. B4 (bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan.
f. B5 (bowel)
Kaji pola makan klien apakah sebelumnya terdapat peningkatan konsumsi garam
dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan respons mual dan muntah.
g. B6 (bone)
Hasil yang biasa terdapat pada pemeriksaan B6 adalah sebagai berikut.
Aktivitas, gejala : kelemahan, tidak dapat tidur, gerak statis, dan jadwal olahraga
tidak teratur.
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Tes laboratorium seperti enzim jantung dan kimia darah
b. EKG
c. Echocardiogram
d. Kateterisasi jantung
e. CT angiogram koroner
f. Magnetic Resonance Angiogram
8. Penyimpangan KDM
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan patofisiologi dan data pengakjian di atas, diagnosa keperawatan utama
untuk klien tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :
C. Intervensi
Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen
dengan kebutuhan miokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke
miokardium.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam terdapat penurunan respons nyeri dada
Kriteria hasil : Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada,
secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan perfusi perifer.
Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku
intensitas, lama, dan penyebarannya. klien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian
Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan jumlah oksigen yang
kanul nasal atau masker sesuai ada untuk pemakaian miokardium
indikasi dan mengurangi ketidaknyamanan
karena iskemia
Atur posisi semi fowler / fowler Dengan posisi semi fowler ekspansi
paru maksimal sehingga
memudahkan pernapasan.
Kolaborasi pemberian terapi Nitrat berguna untuk control nyeri
farmakologisantiangina (nitrogliserin) dengan efek vasodilatasi koroner
Kolaborasi untuk tindakan terapi Transplantasi pintas arteri coroner
nonfarmakologis (CABG). bertujuan untuk meningkatkan
asupan suplai darah ke miokardium
dengan mengganti alur pintas
Aktual / risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan
perubahan frekuensi atau irama koduksi elektrikal.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung.
Kriteria hasil : klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, CRT <
3 detik, urine > 600 ml/hari
Intervensi Rasional
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi Mengetahui derajat hipoksemia dan
perifer, dan diaphoresis secara teratur peningkatan tekanan perifer
Pantau urine output Penurunan curah jantung
mengakibatkan menurunnya
produksi urine, pemantauan yang
ketat pada produksi urine < 600
ml/hari merupakan tanda-tanda
terjadinya syok kardiogenik
Catat adanya keluhan pusing Keluhan pusing merupakan
manifestasi penurunan suplai darah
ke jaringan otak yang parah
Pertahankan cara masuk heparin (IV) Jalur yang paten penting untuk
sesuai indikasi pemberian obat darurat
D. Evaluasi
1. Bebas nyeri
2. Menunjukkan peningkatan curah jantung
3. Terhindar dari risiko penurunan perfusi perifer
DAFTAR PUSTAKA
http://medicastore.com/penyakit/11/Penyakit_Jantung_Koroner.html
Mutaqqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Wartini Santi.
Umur : 57 tahun.
Jenis kelamin : Perempuan.
Pendidikan : SD
Agama : Islam.
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Status perkawinan : Janda.
Alamat : Jl. Intan Sari Rt 15 No 35. Banjarbaru.
Tgl masuk RS / Pusk : 14 – 10 – 2001.
Tgl pengkajian : 17 – 10 – 2001.
Nomor register : 462964
Dignosa medis : Decompensasi Cordis.
C. AYAT PENYAKIT.
1. Keluhan utama.
Sesak diserta nyeri dada dan bengkak pada tungkai bawah.
PEMERIKSAAN FISIK.
A. Keadaan umum.
Kesadaran : Komposmentis.
Vital sign : TD : 140/90 mmhg
Temp :37,5
Nadi :92 x / mt
Resp :24/mnt
B.Kulit.
Kulit pucat, lembab dan berkeringat.
Terdapat lesi pada tangan dan kaki.
Turgor kulit lambat kembali setelah ditekan 4-5 detik setelah ditekan,
terutamapada ekstremitas bawah.
Tidak ada cyanosis dan warna kelainan kulit.
C. Kepala.
Bentuk kepala mesosepal. Distribusi rambut merata.
Warna rambut hitam dan tipis, tampak adanya uban.
Kotoran kulit kepala / ketombe (-).
Kadang kepala terasa pusing berputar.
D. Penglihatan.
Gerakan bola mata simetris. Refleks terhadap cahaya (+).
Sklera mata tampak keruh, tampak adanya sekret pada palpebra bawah.
Penglihatan terganggu, pasien menggunakan alat bantu kacamata minus.
Konjungtiva pucat, sklera keruh.
E. Penciuman & Hidung.
Bentuk hidung kiri dan kanan simetris. Tidak terdapat adanya sekret pada lubang
hidung.
Mukosa hidung merah muda.
Pernafasan cuping hidung (+).
Pernafasan berfungsi baik, pasien dapat membeda-bedakan bau alkohol dan minyak
angin.
F. Pendengaran & Telinga.
Bentuk telinga kiri dan kanan simetris.
Tidak terdapat sekret pada kedua lubang telinga.
Tidak ada tanda-tanda peradangan
Pendengaran berfungsi baik, pasien dapat mendengar pertanyaan perawat tanpa
pengulangan kalimat.
G. Mulut.
Bentuk bibir atas dan bawah simetris
Mukosa mulut pucat.
Jumlah gigi tidak lengkap, sebagian ada yang tanggal tapi tidak menggunakan gigi
palsu (protesa).
Gusi berwarna merah muda, tidak ada tanda-tanda peradangan.
H. Leher.
Pulsasi vena jugularis teraba kuat, terdapat peningkatan bendungan vena jugularis.
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.
Tidak ada pembatasan dalam gerakan leher.
J. Abdomen.
Bentuk simetris, kembung ( + ).
Nyeri tekan epigastrium (+).
Pada palpasi tidak teraba pembesaran hati dan limfe.
Terdengar bising usus.
K. Sistem reproduksi.
Jenis kelamin perempuan.
Menurut pasien, waktu merarshe pada usia 13 th, dan aminorhoe pada usia 50 th.
Tidak pernah menderita gangguan pada sistem reproduksi.
Pasien mempunyai anak 4 orang, 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
L. Ekstremitas atas & bawah.
Akral hangat, bentuk tangan simetris dextra & sinistra, jumlah jari lengkap.
Adanya pembatasan gerak pada tangan kanan karena terpasang infus RL 20 tts/mt.
Bentuk kaki simetris, terdapat oedema pada tungkai bawah.
Kekuatan otot kaki lemah, tidak dapat berdiri sendiri dan berjalan.
Kulit pada ekstremitas bawah tampak mengkilat dan pucat
KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL & SPIRITUAL.
A.Aktivitas & Istirahat.
Aktivitas sehari-hari berjualan sayur didepan rumah, dari pagi hinga sore hari.
Istirahat siang jarang dilakukan, kalaupun tidur paling hanya 1 jam saja.
Istirahat malam berkisar antara 5 – 6 jam setiap malam.
B. Personal hygiene.
Pola mandi 2 x sehari. Gosok gigi 2 x sehari.
Sanitasi asir bersih dari sumber PDAM.
Ganti baju biasanya 2 x sehari
C. Nutrisi.
Pola makan 3 x sehari. Terdiri dari lauk dan pauk,biasanya pasien suka makan
makanan yang mengandung santan, tapi tidak suka yang asin – asin
Suka makan jeroan (lemak).
Di RS diet yang disediakan Bubur rendah garam.
Minum air putih 5 – 7 gelas sehari.
Biasanya pasien minum kopi 1 gelas dipagi hari, namun sejak masuk RS pasien
tidak diperbolehkan minum kopi.
D.Eliminasi.
Pola BAB biasanya 1 x sehari, biasanya pada pagi hari setelah bangun tidur, namun
sejak pasien masuk RS, pasien baru 1 x BAB.
Pola BAK biasanya 5 – 7 x sehari. Namun sejak masuk RS pasien menggunakan
poly kateter.
E. Sexualitas.
Lamanya menikah 38 tahun.
Suami pasien telah meninggal pada tahun 1999 yang lalu karena sakit stroke.
F. Psikososial.
Pasien tampak cemas akan penyakit yang dideritanya, jikalau akan berdampak
negatif terhadap dirinya.
Pasien juga merasa cemas karena ia tidak dapat mencari nafkah untuk membiayai
anak bungsunya yang masih kuliah di Fakultas Tehnik Unlam semester 9.
G. Spiritual.
Pasien beragama Islam.
Pasien mengatakan ia selalu menjalankan shalat 5 waktu selagi sehat, namun sejak
sakit dan kaki yang bengkak ia tidak dapat melakukan salat.
Pasien percaya bahwa penyakit ini datangnya dari Tuhan YME, bukan karena guna
– guna atau santet.
B. Rontgen
Hasil :Tidak dilakukan pemeriksaan.
C. EKG.
Hasil : Tgl 01 Oktober 2016
Terdapat infark pada anterior & lateral.
D. Pengobatan :
Infus RL 20 tts / mt.
Inj Amoxan 3 x 1 gr.
Inj Lasix 2 x 1 amp.
Inj Neorobat 1 x 1 amp.
Efoxol 3 x 1 tab.
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF & OBYEKTIF
ETIOLOGI MASALAH
: Pasien mengatakan nyeri dada Hipoksemia Penurunan curah
terasa menusuk jaringan jantung
2. Jum’at No 2
19-10-2001. : Pasien mengatakan badan
masih terasa lemah.
: Pasien masih tirah baring.
Oedema (+).
A : Masalah masih relevan.
: Kolaborasi dengan Medis
dalam pemberiaan antidiuretik.
: Therapy Inj Lasix 2 x 1 amp.
: Oedema kaki mulai
No 3 berkurang.
3. Sabtu. : Teruskan therapy yang ada.
20-10-2001
: Pasien mengatakan kulitnya
sudah tidak terasa lembab lagi.
: Pasien mampu
mendemonstrasikan tehnik
relasasi kulit, dengan sering
miring kiri-kanan.
: Masalah dapat teratasi.
: Teruskan perawatan PX
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung merupakan gagal serambi kiri dan kanan jantung mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik. Penyebab gagal
jantung adalah ditrimia, malfungsi katup, abnormalitas otot jantung, rupture miokard. Dari
beberapa penyebab diatas akan menyebabkan beban kerja jantung meningkat lalu otomatis
akan menyebabkan beban kerja jantung meningkat lalu otomatis akan menyebabkan
terjadinya gangguan dalam tubuh, seperti gagal pompa jantung kanan dan kiri dan akan
menimbulkan masalah-masalah keperawatan.
Manisfestasi klinis pada gagal jantung terdapat dua bagian yang pertama pada gagal
jantung pompa jantung kiri (dispnu, batuk, kegelisahan dan kecemasan, mudah lelah), yang
kedua gagal pompa jantung kanan (kongesif jaringan perifer dan visceral, edema ekstrimitas
bawah (edema dependen, biasanya edema pitting, penambahan berat badan, hematomgali.
Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar,
anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan stats vena dalam rongga abdomen,
nokturia, kelemahan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada gagal jantung
seperti elektro kardiogram (EKG), Scan jantung, Sonogram (ekocardiogra, ekokardiogram
dopple), kateterisasi jantung, enzim hepar, rongent dada, elektrolit, oksimetri nadi, analisa
gas darah (AGD), blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin, pemeriksaan tiroid.
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan seperti terapi farmakologi.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah serangan jantung dan stroke, masalah katup
jantung, kerusakan hati, kerusakan atau kegagalan ginjal.
B. Saran
Sangat diharapkan agar terhindar dari penyakit gagal jantung kongestif ini dilakukan
dengan menghindari penyebab dari penyakit ini misalnya menjaga gaya hidup yang sehat
terutama pada makanan yang dikonsumsi diharapkan tidak yang melihat enaknya saja tetapi
juga mempertimbangkan gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA.
1. Barbara E, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah , vol 2, alih bahasa Samba,
Suryati, Jakarta EGC, 1998
2. Doengoes, E, Marylinn dkk, Rencana Asuhan Keperawatan Vol. 3, alih bahasa
Sukarsya, I Made, Jakarta EGC
3. N. Abdurrachman , Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi 2, editor soeparman, Jakarta,
BPFKUI, 1987.
4. Tucker, Susan Martin dkk, Standar Perawatan Pasien, vol. 1, Alih bahasa Yasmin
Asih dkk, Jakarta, EGC, 1998.