Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI HEMOROID

RSUD Dr.SOEPRAPTO CEPU


Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen pembimbing :

Mu’awanah, Skep., Ns., MHKes

Disusun oleh :

LILIS MUSLIHAH

( PI337420418037 )

II A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

TAHUN 2019/2020
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP TEORI HEMOROID HEMOROID

A. Definisi
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada
di bawah sub kulit (Subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah
pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (Submokosa) di atas atau di dalam linea
dentate ( SudoyoAru,dkk 2009)( Buku NANDA NIC NOC 2015 jilid 2 )

B. Etiologi
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena Hemoroidalis yang di
sebabkan oleh factor factor resiko/pencetus, seperti :
1. Mengendan pada buang air besar yang sulit
2. Pada buang air besar yang salah( Lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu
lama duduk dijamban sambil membaca, merokok)
3. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (Tumor udud, tumor abdomen)
4. Kehamilan ( di sebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal)
5. Usia tua
6. Konstipasi kronik
7. Diare aktif yang berlebihan dan diare kronik
8. Hubungan seks peranal
9. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat ( sayur dan buah)
10. Kurang olahraga/imobilisasi
( Buku NANDA NIC NOC 2015 jilid 2 )

Klasifikasi dan Derajat (SurdoyoAru,dkk 2009)


Bedasarkan ganbaran klinis Hemoroid interna dibagi atas:
1. Derajat 1 : Pembesaran Hemoroid yang tidak prolapse ke luar kanal anus hanya
dapat dilihat dengan anorektoskop
2. Derajat 2 : Pembesaran Hemoroid yang proplaps dan menghilang atau masuk
sendiri kedalam anus secara spontan
3. Derajat 3 : Pembesaran Hemoroid yang proplaps dapat masuk lagi kedalam anus
dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami thrombosis dan infark)

Secara anoskopi hemaroid dapat dibagi atas:


1. Hemoroid eksterna (diluar/dibawah lineadentate)
2. Hemoroid interna ( didalam/diatas linea dentate)
( Buku NANDA NIC NOC 2015 jilid 2 )

C. Manifestasi klinis
1. Timbul rasa gatal dan nyeri
2. Pendarahan berwarna merah terang saat defakasi
3. Pembengkakan pada area anus
4. Neksosis pada area sekitar anus
5. Pendarahan/prolapse
( Buku NANDA NIC NOC 2015 jilid 2 )

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang


mengindikasikan hemoroid eksternal atau hemoroid internal yang mengalami
prolaps. Hemoroid internal derajat I dan II biasanya tidak dapat terlihat dari luar
dan cukup sulit membedakannya dengan lipatan mukosa melalui pemeriksaan
rektal kecuali hemoroid tersebut telah mengalami trombosis (Canan, 2002).
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura,
fistula, polip, atau tumor. Selain itu ukuran, perdarahan, dan tingkat keparahan
inflamasi juga harus dinilai (Nisar dan Scholefield, 2003). ( Buku NANDA NIC NOC
2015 jilid 2 )

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsimona rectum. Pada haemoroid
interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi dan tidak
biasanya nyeri
2. Anaskop : diperlukan untuk melihat haemoroid interna yang tidak menonjol keluar
3. Proktosigmoidoskop: untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
peradangan atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
( Buku NANDA NIC NOC 2015 jilid 2 )

Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari
obat obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti kondein (Daniel, W .J)
b. Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,menhindari
konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar.
c. Kombinasi antara anestasi local, kortikosteroid, dan antikseptik dapat mengurangi
gejala gatal gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan steroid yang
berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen
ravonoid dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi hipermeabilitas serta
efek antiinflamasi meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya.
( Acheosin,A.G)

2. Pembedahan
Apabila hemoroid internal derajat 1 yang tidak membaik dengan penatalaksanaan
konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan HIST ( Hemorrhoid institute of
texas) menetapkan indikasi tatalaksana Pembedahan hemoroid antara lain:
( Acheson,A.G)
a) Hemoroid internal derajat II berulang
b) Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
c) Mukosa rectum menonjol keluar anus
d) Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fusura
e) Kegagalan penatalaksanaan konservatif
f) Permintaan pasien

Pembedahan yang sering dilakukan yaitu : ( Halverson,A& Acheson,A.G)

a) Skleroterapi
b) Rubber band ligation
c) Infrared thermocoagulation
d) Bipolar diathermy
e) Laser haemorrhoidectomi
f) Cryotherapy
g) Stappled Hermorrhoidopexy
( Buku NANDA NIC NOC 2015 jilid 2 )
Masalah Yang lazim Muncul
1. Nyeri akut b.d iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal/anal sekunder akibat
penyakit anorektal dan spasme sfingter pada pascaoperatif
2. Intoleransi aktivitas
3. Gangguan rasa nyaman
4. Resiko syok ( hipovolem)
5. Resiko infeksi
6. Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defakasi akibat nyeri selama eliminasi
7. Ansientas b.d rencana pembedahan dan rasa malu
( Buku NANDA NIC NOC 2015 jilid 2 )

D. Discharge planning
1. Berendam tiga kali selama 10-15 menit dalam air hangat. Berendam membantu
mengatasi nyeri dan membersihkan area sekitar hemaroid.
2. Minum banyak air putih minimal 8 gelas per hari
3. Perbanyakan makanan yang mengandung serat tinggi .
4. Olahraga secara teratur dan biasakan berjalan kaki
5. Hindari mengejan dan menggosok daerah sekitar hemoroid kareda dapat
mengakibatkan iritasi dengan membuat hemaroid bertambah parah
6. Mempertahankan tinja lunak sehingga mudah keluar
7. Menghindari bantalan duduk yang keras setiap beberapa saat bangun dari duduk
berjalan –jalan sejenak,
8. BAB dengan kloset duduk
9. Turunkan berat badan hingga berat badan ideal dan olahraga secara teratur
( Buku NANDA NIC NOC 2015 jilid 2 )

E. Patofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir
dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik
yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat
disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Apabila aliran darah vena balik
terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai
pada bagian struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup
vena dimana sfingter ani membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang
menyebabkan pasien merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena
varices terjepit oleh sfingter ani. Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan
peningkatan vena portal dan vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena
anorektal. Arteriola regio anorektal menyalurkan darah dan peningkatan tekanan
langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal. Dengan berulangnya peningkatan
tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran darah dari arteriola,
pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang mengelilinginya ini
menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada
bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, hal ini
akan menyebabkan pendarahan dalam feces. Jumlah darah yang hilang sedikit tetapi
apabila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia. Hemoroid eksternaakan
ditandai di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang menyebabkan
perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus) dalam
hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat

F. PATWAY ( Buku NANDA NIC NOC 2015 jilid 2 )


Kehamilan Obesitas
Penurunan relative venous return
didaerah perianal (yang disebut
Konstipasi dan Mengejan dalam dengan efek toutniquet
jangka waktu lama

Duduk terlalu lama Aliran vena balik terganggu

Tekanan periver meningkat-


Sering angkat beban berat
pelebaran vena anus (hemoroid)

Kondisi penuaan Peradangan pada pleksus


hemoroidalis

Hipertensi portal ( sirosis


hepatis) Prolaps vena haemoroidalis

Membesar di spinchter Membesar di luar rectum

Reptur vena Vena menegang

Intoleransi Aktivitas Pendarahan

Anemia
Operasi (Hemoroidektom) Resiko syok ( hipovolemi )

Pre Operasi Continuitis jaringan rusak

Ansientas Ujung saraf rusak Port d’entrée kuman

Resiko Infeksi
Nyeri di perpepsikan Pelepasan prostaglandin

Ganggu rasa nyaman KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Konstipasi


nyeri Gangguan Defeksi
I. PENGKAJIAN

a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, alamat, nama penanggungjawab,


pekerjaan.
b. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan
pada anus atau nyeri pada saat defikasi.

c. Riwayat penyakit
- Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa
hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
- Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang kembali.
Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa
juga di hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis.
- Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut
- Riwayat sosial
Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.

1. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)

Membran kulit

Eliminasi

Gejala : Perubahan pola defekasi , Perubahan Karakteristik

Tanda : Nyeri tekan abdomen , distensi


Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)

Akonstipasi dapat terjadi

Nutrisi :

Gejala : Penurunan berat badan, Anoreksia

Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah

Pola tidur

Gejala : Perubahan pola tidur , Terasa nyeri pada anus saat tidur

Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap

Mobilisasi

Gejala : membatasi dalam beraktifitas

Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring

Data Subyektif
Pada hemoroid eksterna, umumnya pasien mengeluh :
a) Adanya rasa nyeri dan tidak nyaman pada daerah anus
b) Adanya rasa gatal pada daerah anus
c) Adanya pembengkakan pada pinggir anus (penonjolan yang keluar dari anus)
d) Adanya pengeluaran lendir yang berlebihan pada anus.

Pada hemoroid interna, umumnya pasien mengeluh :


a) Adanya darah segar menetes dari anus
b) Adanya feces yang keluar bercampur dengan darah segar
c) Selain itu, data subyektif lain yang mungkin muncul antara lain :
d) Pasien mengungkapkan pola sexual yang dialami
e) Pasien mengatakan bab yang keras ataupun mengatakan bab encer terus menerus
dalam waktu lama
f) Pasien mengungkapkan pola dietnya (Makanan yang kurang berserat) dan kurang
minum air.
g) Pasien mengungkapkan tentang aktifitas sehari-hari (apakah pekerjaannya
mengharuskan pasien untuk banyak duduk atau berdiri lama).
h) Pasien mengungkapkan riwayat penyakit yang pernah dialami seperti pembesaran
prostat bagi laki-laki dan riwayat persalinan pada wanita.
i) Pasien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang penyakit yang sedang
dialaminya.

Data Obyektif

a) Tampak adanya tonjolan/massa yang keluar pada daerah anus (prolaps)


b) Anus tampak kemerahan/iritasi dan tampak adanya pruritus
c) Adanya darah segar yang keluar menetes dari anus
d) Tampak adanya mukus/lendir bahkan pus yang keluar dari anus.
e) Adanya strangulasi pada daerah anus
f) Pasien tampak pucat, conjunctiva pucat
g) Pasien tampak meringis dan sulit saat berjalan maupun duduk
h) Pasien tampak gelisah dan cemas

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Nyeri akut berhubungan dengan intasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal/
anal sekunderdan spasme sfinger pada pascaoperatif.
2) Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (penurunan
HB, imunosuplesi
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri pasca operasi
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
selama dirumah ( rawat jalan )

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil

1. Nyeri akut Setelah dilakukan a) Mengkaji


berhubungan asuhan keperawatan karakteristik nyeri a) Menentukan jenis skala
dengan iritasi, selama 3 x 24 jam, pasien dengan nyeri,tempat,dan waktu
tekanan, dan diharapkan gangguan menggunakan dirasakan nyeri
sensitifitas pada rasa nyaman terpenuhi penilaian nyeri
area rectal/ anal ( berkurang /hilang) (PQRST) b) dapat menurunkan
sekunder dan tegangan abdomen dan
spasme sfinger KH: b) Beri posisi tidur yang meningkatkan rasa
pada pascaoperatif. a) Tidak terdapat rasa menyenangkan kontrol.
nyeri pada luka pasien. c) Melindungi pasien dari
operasi,. kontaminasi silang
c) Ganti balutan setiap selama penggantian
b) pasien dapat pagi sesuai tehnik balutan. Balutan basah
melakukan aseptik bertindak sebagai
aktivitas ringan penyerap kontaminasi
d) Latihan jalan sedini eksternal dan
mungkin menimbulkan rasa

c) skala nyeri 0-1. tidak nyaman.


e) Observasi daerah d) menurunkan masalah

d) klien tampak rektal apakah ada yang terjadi karena

rileks.(tidak perdarahan imobilisasi.

meringis menahan e) Perdarahan pada

nyeri ) f) Cerobong anus jaringan, imflamasi

dilepaskan sesuai lokal atau terjadinya

advice dokter infeksi dapat

(pesanan) meningkatkan rasa


nyeri.
f) Meningkatkan fungsi
g) Berikan penjelasan
fisiologis anus dan
tentang tujuan
memberikan rasa
pemasangan cerobong nyaman pada daerah
anus (guna cerobong anus pasien karena
anus untuk tidak ada sumbatan
mengalirkan sisa-sisa g) Pengetahuan tentang
perdarahan yang manfaat cerobong anus
terjadi didalam agar dapat membuat pasien
bisa keluar). paham guna cerobong
anus untuk
kesembuhan lukanya.
2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan a) observasi tanda vital a) respon autonomik
berhubungan tindakan keperawatan tiap 4 jam meliputi TD, respirasi,
dengan selama 3 x 24 nadi yang berhubungan
ketidakadekuatan jam,resiko infeksi b) Obserpasi balutan denagan keluhan /
pertahanan teratasi. setiap 2 – 4 jam, penghilang nyeri .
sekunder KH: periksa terhadap
(penurunan HB, a) tidak terdapat perdarahan dan bau. b) Deteksi dini terjadinya
imunosuplesi tanda-tanda proses infeksi dan /
infeksi (dolor, c) Ganti balutan pengawasan
kalor, rubor, dengan teknik penyembuhan luka
tumor, aseptik oprasi yang ada
fungsiolesa). sebelumnya.

d) Bersihkan area
b) radang luka
perianal setelah c) Mencegah meluas dan
mengerin
setiap depfikasi membatasi penyebaran
hasil LAB :
luas infeksi atau
- leukosit
e) Berikan diet rendah kontaminasi silang.
- trombosit
serat/ sisa dan
minum yang cukup d) mengurangi /
mencegah kontaminasi
daerah luka.

e) mengurangi ransangan
pada anus dan
mencegah mengedan
pada waktu defikasi.
3. Intoleransi Setelah dilakukan a) Identifikasi a) Mempengaruhi
gangguan fungsi pilihan intervensi
aktivitas asuhan keperawatan
tubuh yang
berhubungan selama 3 x 24 jam, mengakibatkan b) Meningkatkan
aktivitas pasien
kelelahan
dengan nyeri pasca diharapkan aktivitas
operasi ( tirah dapat meningkat. b) Lakukan latihan c) Latihan secara
gerak pasif / aktif bertahap dapat
baring/imobilisasi)
meningkatkan
KH: c) Anjurkan melakuka aktivitas pasien
aktivitas secara
a) mampu
bertahap (
melakuakan
aktivitas sehari-
hari secara
mandiri.
b) Tanda-tanda vital
normal
c) Berpartisipasi
dalam aktivitass
fisik tanpa
disertai
peningktatan TD.

4. Kurang Setelah dilakukan a) Berikan pengatahuan a) Menambah


pengetahuan asuhan keperawatan kepada pasien tentang pengetahuan
berhubungan selama 3 x 24 penyakitnya pasien.
dengan kurang jam,kurangnya (penyuluhan b) Pola hidup sehat,
informasi tentang pengetahuan teratasi. kesehatan ) patologi, meningkatkan
perawatan selama penyebab, tanda dan proses kesembuhan
dirumah ( rawat KH: gejala, serta pasien terhapat
jalan ) a) Pasien dan pencegahanya. penyakitnya
keluarga b) Diskusikan perubahan
menyatakan gaya hidup yang
pemahaman mungkin diperlukan
tentang penyakit, untuk mencegah
kondisi, komplikasi dimasa
prognosis, dan yang akan datang
program
pengobatan

b) Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainya

IV. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadadpi kesatatus kesehatan yang baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
Tujuanya membantu/mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-sehari , memberi arahan
keperawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien.
( Gordon, 1994, dalam potter & perry, 1997 ) Fundamental of Nursing 7 th Edition

Implementasi keperawatan merupakan tahap proses keperawatn dimana perawat memberikan


intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung.
( potter & perry, 2009).Fundamental of Nursing 7 th Edition

V. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah proses keperawtaan yang memungkinkan perawat untuk
menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien.

Daftar pustaka
Nurarif.A.H dan Kusuma H ( 2015 ). Aplikasi asuhan keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc . Joyjakarta :
MediaAction jilid 2

Tim pokja SDKI DPD PPNI. (2016) Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia ( SDKI) Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPD PPNI.(2018) Standar Intervensi Keperawtan


Indonesia (SIKI) Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

https://www.academia.edu/12700120/BAB_l_implementasi

https://www.academia.edu/17289853/HEMOROID

Anda mungkin juga menyukai