Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Remaja


II.1.1 Definisi Remaja
Secara etimiologi, remaja berarti ”tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja
(adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia WHO (2010) adalah periode
usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 25 tahun. Sementara
itu, menurut The Health Resource and Services Administrations Guidelines
Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11 sampai 21 tahun dan terbagi
menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja tengah (15-17 tahun),
dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam
terminology kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12
tahun sampai 20-21 tahun.
b. ecara fisik, remaja di tandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik
dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kalender seksual.
c. Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, social, dan moral, di
antara masa anak-anak menuju masa dewasa.
Gunarsa (1978) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, yang meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa
remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan
umur ini penting Karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang
bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2012).

10

UPN "VETERAN" JAKARTA


11

II.1.2 Ciri-ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja


Menurut teori Kusmiran 2012 kejiwaan dan psikososial remaja di
definisikan sebagai berikut:
a. Usia Remaja Muda (12-15 Tahun)
1. Sikap protes terhadap orang tua.
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup
orang tuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap
orang tua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering kali
disertai dengan menjauhkan diri dari orang tunya. Dalam upaya
pencarian identitas diri, remaja cenderung melihat kepada tokoh-
tokoh di luar lingkungan keluarganya, yaitu: guru, figur ideal yang
terdapat di film, atau tokoh idola.
2. Preokupasi dengan badan sendiri.
Tubuh seorang remaja pada usia ini merasakan perubahan yang
cepat sekali, perubahan-perubahan ini menjadi perhatian khusus
bagi diri remaja.
3. Kesetiakawanan dengan kelompok usia.
Para remaja kelompok umur ini merasakan ketertarikan dan
kebersamaan dengankelompok seusia dalam upaya mencari
kelompok senasib. Hal ini tercermin dalam berperilaku social.
4. Kemampuan untuk berfikir secara abstrak.
Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai berkembang dan
dimanisfestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam
kepercayaan diri.
5. Perilaku yang labil dan berubah-ubah.
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah. Pada
sustu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain
tampak masa bodo dan tidak bertanggung jawab. Remaja merasa
cemas akan perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian
menunjukkan bahwa dalam diri remaja terdapat konflik yang
memerlukan pengertian dan penanganan yang bijak.

UPN "VETERAN" JAKARTA


12

b. Usia Remaja Penuh (16-19 Tahun)


1. Kebebasan dari orangtua.
Dorongan untuk menjauhkan diri dari orang tua menjadi realitas.
Remaja mulai merasakan kebebasan, tetapi juga merasa kurang
menyenangkan. Pada diri remaja timbul kebutuhan untuk terikat
dengan orang lain mulai ikatan cinta yang labil.
2. Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas.
Sering kali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas tertentu
yang ditekunin secra mendalam. Terjadi pengembangan akan cita-
cita masa depan yaitu mulai memikirkan melanjutkan sekolah atau
langsung berkerja untuk mencari nafkah.
3. Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap.
Remaja mulai menyusun nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan
cita-cita.
4. Pengembangan hubungan pribadi yang labil.
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang labil
menyebabkan terbentuknya kestabilan diri remaja.
5. Penghargaan kembali pada orang tua dalam kedudukan yang sejajar.

II.1.3 Masa Transisi Remaja


Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi
tersebut menurut Gunarsa (1978), dalam disertai PKBI (2000) adalah sebagai
berikut:
a. Transisi fisik terkait dengan perubahan bentuk tubuh.
Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum
sepenuhnya menambilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini
menyebabkan kebingungan peran, didukung pula dengan sikap
masyarakat yang kurang konsisten.
b. Transisi dalam kehidupan emosi.
Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan
peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidak
stabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung,

UPN "VETERAN" JAKARTA


13

melamun, dan sedih, tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa, ataupun
marah-marah.
c. Transisi dalam kehidupan social.
Lingkungan social anak semakin bergeser keluar dari keluarga, di mana
lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran
ikatan pada temen sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri
(melepaskan ikatan dengan keluarga).
d. Transisi dalam nilai-nilai moral.
Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-
nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-
nilai yang diterima pada waktu masa anak-anak dan mulai mulai mencari
nilai sendiri.
e. Transisi dalam pemahaman.
Remaja mengalami perubahan kognitif yang pesat sehingga mulai
mengembangkan kemampuan berfikit abstrak.

II.1.4 Tugas-tugas Perkembangan Remaja


Menurut Havighurst (1988), ada tugas- tugas yang harus diselesaikan
dengan baik pada setiap periode perkembangan. Tugas perkembangan adalah hal-
hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan di pengaruhi oleh harapan
sosial.
Selain itu, Kusmiran (2012), mendeskripsi tugas perkembangan berisi
harapan lingkungan yang merupakan tuntutan bagi remaja dalam bertingkah laku.
Adapun tugas perkembangan pada remaja adalah sebagai berikut:
a. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya
secara efektif.
b. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki- laki ataupun
perempuan).
c. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik
sejenis maupun lawan jenis.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

UPN "VETERAN" JAKARTA


14

e. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan orang


dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karier dan kemandirian secara ekonomi.
g. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan dan
kehidupan keluarga.
h. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan intelektual untuk hidup
bermasyarakat.
i. Mencapai nilai-nilai kedewasaan.

II.1.5 Tujuan Perkembangan Remaja


Menurut teori Kusmiran (2012) tujuan perkembangan remaja dapat di
bedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Perkembangan Pribadi.
1. Ketrampilan kognitif dan nonkognitif yang dibutuhkan agar dapat
mandiri secara ekonomi maupunmandiri dalam bidang-bidang
pekerjaan tertentu.
2. Kecakapan dalam mengelola dan mengatasi masalah-masalah
pribadi secara efektif.
3. Kecakapan-kecakapan sebagai pengguna kekayaan kultural dan
peradaban bangsa.
4. Kecakapan untuk mendapat terikat dalam suatu keterlibatan yang
intensif pada suatu kegiatan.
b. Perkembangan Sosial.
1. Pengalaman bersama pribadi-pribadi yang berbeda dengan dirinya,
baik dalam kelas sosial, subkultur, mapun usia.
2. Pengalaman dimana tindakannya dapat berpengaruh pada orang
lain.
3. Kegiatan saling tergantung yang diarahkan pada tujuan-tujuan
bersama (interaksi kelompok).

UPN "VETERAN" JAKARTA


15

II.1.6 Konsep Kedewasaan


Karakteristik remaja (adolescence) adalah tumbuh menjadi dewasa. Secar
fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi
fisiologis, terutama yang terkait dengan kalender seksual. Sementara itu, secara
psikologis remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan –
perubahan dalam aspek kognitif, emosi sosial, dan moral antara masa kanak-
kanak menuju dewaasa.
Remaja mengevaluasi diri secara keseluruhan dan terdapat beberapa
pemisahan dimensi diri, seperti dalam akademik, olahraga, penampilan, hubungan
sosial, dan moral. Terdapat bukti bahwa konsep diri remaja berbeda di berbagai
konteks dan remaja memandang diri berbeda jika berada dengan teman sebaya
dibandingkan dengan saat dengan orang tua dan guru.
Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mencapai nilai-nilai
kedewasaan. Adapun ciri-ciri kedewasaan antara lain:
a. Emosi relative lebih stabil (mampu mengendalikan emosi).
b. Mandiri (baik secara ekonomi, sosial, dan emosi).
c. Mampu melakukan upaya menyerahkan sumber daya dalam diri dan
lingkungan untuk memecahkan masalah.
d. Adanya interdependensi (saling ketergantungan) dalam hubungan
sosial.
e. Memiliki tanggung jawab.
f. Memiliki control diri yang adekuat (mampu menunda kepuasan,
melawan godaan, serta mengembangkan standar prestasi sendiri).
g. Memiliki tujuan hidup yang realistic.
h. Memiliki dan menghayati nilai-nilai keagamaan yang dianut.
i. Peka terhadap kepentingan orang lain.
j. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (bersikap luwes),
bertindak secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

UPN "VETERAN" JAKARTA


16

II.2. Konsep Perilaku


II.2.1 Definisi Perilaku
Dari aspek biologis perilaku adalah sesuatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari segi
biologis semua mahluk hidup berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas
masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa perilaku (manusia) adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung oleh orang lain
dan aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) (Notoadmodjo, 2012).
Menurut Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses
stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon.
Berdasarkan teori “S-O-R” menurut Skinner, maka perilaku manusia
dilihat dari bentuk respon dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Prilaku tertutup (Covert behavior) terjadi bila respons terhadap stimulus
tersebut masih dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respons
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan
dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
Prilaku terbuka (Overt behavior) ini terjadi bila respons terhadap stimulus
tersebut sudah berupa tindakan, atau praktis ini dapat diamati oleh orang lain dari
luar atau “observable behavior”.

II.2.2 Domain Perilaku


Menurut Banyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi mengutip dalam
Notoadmodjo, 2012 yang membagi perilaku manusia kedalam tiga dominan
sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu kognitif, efektif, psikomotor. Kemudian
dikembangkan untuk pengukuran hasil Pendidikan kesehatan menjadi 3 bagian
yaitu Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan atau Pratik:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu subjek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

UPN "VETERAN" JAKARTA


17

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domainyang sangat penting


dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) Notoadmodjo,
2012.

Menurut Notoadmodjo (2012) Pengetahuan yang mencakup dalam domain


kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau di rangsangan yang telah
diterima. Pengetahuan tentang kebersihan reproduksi (vulva
hygiene) yang telah di berikan oleh tenaga kesehatan dan orang tua
mereka, sebelumnya remaja putri juga mendapatkan pendidikan
tentang organ reproduksi di sekolahnya. Dimana pengetahuan
tentang kebersihan organ reproduksi perlu diterapkan dan dijadikan
kebisaan dalam membersihkan organ genitalia dengan baik dan
benar dalam kehidupan sehari-hari.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dapat
menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objekatau materi terus dapat menjelaskan menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu
objek yang di pelajari. Dalam memahami kebersihan organ
reproduksi (vulva hygiene) sesuai dengan pemahaman yang di
lakukan oleh remaja putri perlu di kembangkan tentang pemahaman
dalam membersihkan organ reproduksi dengan baik, agar remaja
putri dapat mengerti bahwa pentingnya kebersihan organ genitalia.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).

UPN "VETERAN" JAKARTA


18

Aplikasi disini dapat diartikan atau penggunaan hokum-hukum,


rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain. Penerapan atau mengaplikasikan dalam melakukan
kebersihan daerah kewanitaan sangat perlu dilakukan karena
kebanyakan wanita hanya melakukan kebersihan kewanitaan dengan
tanpa memperhatikan kebersihannya dengan benar.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Menganalisis yang baik harus dimiliki remaja putri yang memiliki
cara bersihan daerah kewanitaan dengan baik dan benar agar mereka
mampu membedakan cara membersihkan daerah kewanitaan dengan
baik dan dapat menyebabkan timbulkan keputihan secara berlebih.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada. Kebersihan organ reproduksi (vulva hygiene) berhubungan
dengan kejadian keputihan yang merupakan kegiatan sintesis yang
memerlukan suatu tindakan untuk kebersihan organ genitalia dimana
remaja putri dapat memahami yang disampaikan oleh petugas
kesehatan ataupun orang tuanya dengan menyimpulkan manfaat
kebersihan organ reproduksi.
f. Evaluasi (Evaluation)
ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadapsuatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Remaja putri
dapat membedakan antara kebersihan organ reproduksi dengan baik,
selain itu remaja putrijuga dapat memahami dampak kebersihan
organ genitalia.

UPN "VETERAN" JAKARTA


19

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau


menggunakan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahuiatau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan – tingkatan (Arikunto,
2009). Dalam kategori tingkat pengetahuan bisa di kelompokkan menjadi dua
kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat pengetahuan dengan kategori baik jika nilainya >50%
b. Tingkat pengetahuan dengan kategori kurang baik jika nilainya
<50%
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan bentuk respon atu tindakan yang memiliki nilai
positif dan negatif terhadap sutu subjek atau orang disertai dengan emosi.
Sikap juga diartikan sebagai respon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau subjek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan (senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik -
tidak baikdan sebagiannya) (Notoadmodjo, 2010). Sikap juga
mempunyai tingkatan-tingkatan berdasarkan intensitasnya, sebagai
berikut:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek dihadapi.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya bertanggung jawab terhadap
apa yang telah diyakininya.

UPN "VETERAN" JAKARTA


20

Menurut Allort (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yakni:
a. Kepercayaan (keyakinan).
Artinya, bagaimana keyakina dan pendapat atau pemikiran seseorang
terhadap objek. Seorang remaja memiliki sikap percaya diri terhadap
sesuatu yang diyakininya atau mereka lihat dana pa yang mereka
dapatkan dari setiap pelajaran makan sesuatu yang mereka percaya
dan slalu diingat. Jika mereka beranggapan bahwa kebersihan organ
genitalia adalah sangat penting untuk dijaga dan selalu dibersihkan
dengan baik.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.
Artinya, bagaimana penilaian seseorang tersebut terhadap objek.
Mengevaluasi suatu tindakan dalam membersihkan organ reproduksi
sangatlah penting bagi setiap orang, karena dengan membersihkan
organ reproduksi mereka dapat mengaplikasikan dengan cara
mempratikkan dengan baik.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
Artinya, sikap adalah merupakan komponen yang mendahului
tindakan atau perilaku terbuka. Pratik dalam kebersihan organ
genitalia sangat penting dilakukan karena dengan melakukan
kebersihan organ reproduksi dapat mencegah terjadinya keputihan
yang secara berlebih, selain itu dapat meningkatkan rasa nyaman
pada saat melakukan atifitas sehari- hari.

Sikap terdapat dua macam dan dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat
negatif (Wawan, A dan Dewi M, 2010)
a. Sikap positif, cenderung tindakan mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu.
b. Sikap negatif, cenderung tindakan untuk menjahui, menghindari,
membenci dan tidak menyukai objek tertentu.
3. Tindakan atau Pratik (practice)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah cenderungan
untuk bertindak (Pratik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan,

UPN "VETERAN" JAKARTA


21

sebab untuk terwujudnya dalam tindakan perlu faktor lain yaitu antara
lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Oleh sebab itu indicator
praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Tindakan (pratik) sehubungan dengan penyakit.
Tindakan ini mencakup:
a. Pencegahan penyakit, seorang remaja putri dalam
mencegah terjadinya keputihan dengan cara
melakukan kebersihan organ genitalia dengan baik,
selain itu remaja putri harus menggunakan celana
dalam yang dapat menyerap keringat dan tidak
menggunakan antiseptic secara berlebihan.
b. Penyembuhan penyakit, pada saat remaja putri
melakukan kebersihan organ reproduksi dengan
sesuai prosedur maka akan dapat mengurangi
terjadinya keputihan yang sangat berlebih.
2) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan.
Tindakan ini mencakup antara lain: tindakan yang
dilakukan seorang remaja putri dalam mencegah
terjadinya keputihan adalah dengan cara kembersihkan
daerah kewanitaan dengan teratur pada saat buang air
besar dan buang air kecil dan menggunakan air yang
mengalir.
3) Tindakan (pratik) kesehatan lingkungan.
Tindakan ini antara lain mencakup: buang air besar di
WC, membuang sampah ditempat sampah, menggunakan
air bersih untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya.
a. Tindakan kategori baik jika nilainya >50%.
b. Tindakan kategori kurang baik jika nilainya <50%.

UPN "VETERAN" JAKARTA


22

II.2.3 Klasifikasi Perilaku


Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012) membedakan adanya dua
determinan masalah kesehatan yakni faktor perilaku (behavioral factors) dan
faktor non perilaku (nonbehavioral factors). Faktor perilaku sendiri ditentukan
oleh 3 faktor utama, yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposising factors)
Faktor – faktor yang dapat mempermudah atau mempresisposisi
terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah
pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa
yang dilakukan. Misalnya, dengan pengetahuan yang dimiliki remaja
putri tentang kejadian keputihan maka dia akan dapat mengambil sikap
mengenai apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
keputihan.
2. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin atau dukungan (enabling) perilaku adalah fasilitas,
sarana, atau prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat. Misalnya, untuk mencegah
terjadinya keputihan pada remaja putri, maka diperlukan tenaga
kesehatan serta fasilitas pemeriksaan seperti puskesmas.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang – kadang belum
menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Dengan
adanya pengalaman pribadi serta adanya pengaruh dari luar seperti
teman maka akan dapat memperkuat terjadinya perilaku. Misalnya,
remaja putri telah mengetahui tentang keputihan tetapi mereka tidak
mencegahnya dengan alasan bahwa ada teman yang mengalami
keputihan tetapi di biarkan saja.

UPN "VETERAN" JAKARTA


23

II.3 Anatomi Organ Genetalia Wanita


II.3.1 Alat Reproduksi Wanita

Secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu alat
kelamin (genetalia) luar dan alat kelamin bagian dalam. Alat kelamin wanita
terdiri dari bagian-bagian dibawah ini:
a. Alat kelamin luar.
Mons veneris disebut juga gunung venus, menonjol kebagian depan
menutup tulang kemaluan.
Labia mayora (Bibir Besar) berasal dari mons veteris, berbentuk
lonjong menjurus ke bawah dan bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia
mayora terdiri dari kulit berambut, bagian dalamnya tidak berambut dan
mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung saraf
sehingga sensitif saat hubungan seks.
Labia minora (Bibir Kecil) merupakan lipatan kecil dibagian dalam
labia mayora. Bagian depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini
mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan
seks bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria.
Klitoris mrupakan bagian yang eriktil, seperti penis pada pria,
mengandung banyak pembulu darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif
saat berhubungan seks.
Vestibulum bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labia kanan-kiri dan
bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemua labia minora. Pada
bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang sanggama), saluran
kencing, kelenjar Bartholin, dan kelenjar sken (kelenjar-kelenjar ini akan

UPN "VETERAN" JAKARTA


24

mengeluarkan cairan pada saat permainan pendahuluan dalam hubungan


seks sehingga memudahkan penetrasi penis).
Himen (Selaput Darah) merupakan selaput tipis yang menutupi
sebagian lubang vagina luar. Pada umumnya himen berlubang sehingga
menjadi saluran aliran darah mestruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh
kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada saat
berhubungan seks pertama himen akan robek dan mengeluarkan darah.
Setelah melahirkan himen merupakan tonjolan kecil yang disebut karunkule
mirtiformis.
b. Alat kelamin dalam.
Vagina (Saluran Sanggama) merupakan saluran muskulomembranasea
(otot selaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia luar, bagian
ototnya berasal dari otot levator ani dan otot sfingter ani (otot dubur)
sehingga dapat dikendalikan dan dilatih. Selaput vagina tidak mempunyai
lipatan sirkuler (berkerut) yang disebut “rugae”. Dinding depan vagina
berukuran 9 cm dan dinding belakang 11 cm. selaput vagina tidak
mempunyai kelenjar sehingga cairan yang selalu membasahi berasal dari
kelenjar rahim atau lapisan dalam rahim. Sehingga dari rahim yang
menonjol pada vagina disebut “porsio” (leher rahim). Vagina (saluran
sannggama) mempunyai fungsi penting sebagai jalan lahir bagian lunak,
sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lender dan
darah menstruasi. Lendir vagina banyak mengandung glikogen yang dapat
dipecah oleh bakteria, sehingga keasaman cairan vagina sekitar 4,5 (bersifat
asam).
Rahim (Uterus) seperti buah pir, dengan dengan berat sekitar 30 gram,
terletak dipanggul kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur), dan di
depannya terletak kandung kemih. Bagian bawanya disangga oleh ligament
yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuhdan berkembang saat kehamilan.
Ruangan rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya di atas. Dari
bagian atas rahim (fundus) terdapat ligament menuju lipatan paha (kanalis
inguinalis), sehirgga kedudukan rahim menjadi kearah depan. Lapisan otot
Rahim terdiri dari tiga lapisan, yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh

UPN "VETERAN" JAKARTA


25

kembang sehingga dapat memelihara dan mempertahankan kehamilan


selama sembilan bulan. Rahim juga merupakan jalan lahir yang penting dan
mempunyai kemampuan untuk mendorong jalan lahir. Segera setelah
persalinan ototrahim dapat menutup pembulu darah untuk menghindari
pendarahan. Setelah persalinan, rahim dalam waktu 42 hari dapatmengecil
seperti semula.
Tuba Fallopii berasal dari ujung ligamentum latum, berjalan kearah
lateral, dengan panjang sekitar 12cm. tuba fallopii bukan merupakan saluran
lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar sehingga membedakannya
menjadi empat bagian. Di ujungnya terbuka dan mempunyai fimbriae
(rumbai-rumbai), sehingga dapat menangkap ovum (telur) saat terjadi
pelepasan telur (ovulasi). Saluran telur ini merupakan saluran hasil konsepsi
(hasil pembuhan) menuju rahim. Tuba fallopii merupakan bagian yang
paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya
kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopii sangat vital dalam proses
kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, mempunyai
fungsi penangkap ovum, tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi
saluran dan tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu
menanamkan diri pada lapisan dalam rahim.
Indung Telur (Ovarium) terletak antara rahim dan dinding panggul, dan
digantung kerahim oleh ligamentum ovarii proprium dan dinding panggul
oleh ligamentum infundibulo pelvikum. Indung telur merupakan sumber
hormonal wanita yang paling utama, sehingga mempunyai dampak
kewanitaan dalam mengatur proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan
telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri. Pada saat telur
(ovum) dikeluarkan wanita disebut “dalam masa subur”. Pada masa
menopause semua telur menghilang.
Parametrium (Penyangga Rahim) merupakan lipatan peritonium dengan
berbagai penebalan, yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul.
Lipatan atasnya mengandung tuba fallopii dan ikut serta menyangga indung
telur. Bagian ini sensitif terhadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya.
Hampir seluruh alat reproduksi wanita berada rongga panggul. Setiap

UPN "VETERAN" JAKARTA


26

individu wanita mempunyai bentuk dan ukuran rongga panggul (pelvis)


yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan ukuran ini memengaruhi
kemudaian suatu proses persalian. Perubahan ukuran pada panggul ini di
gunakan untuk mengukur umur kehamilan.

II.4 Vulva Hygiene


II.4.1 Definisi Vulva Hygiene
Vulva Hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang di lakukan untuk mempertahankan
kesehatan dan mencegah infeksi (Ayu, 2010).
Vulva Hygiene merupakan salah satu upaya untuk mencegah dan
mengontrol infeksi, mencegah kerusakan kulit, meningkatkan kenyamanan serta
mempertahankan kebersihan diri pada wanita (Potter dan Perry, 2000).
Perawatan Vulva Hygiene dapat dilakukan dengan kebersihan area genitalia
eksternal pada saat mandi maupun buang air kecil (BAK), umumnya wanita lebih
suka melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain apabila mereka masih mampu
secara fisik, dengan kata lain semua itu butuh perawatan agar tidak menimbulkan
masalah pada organ genitalia kita (Mubarak dkk, 2007).

II.4.2 Manfaat Vulva Hygiene


Perawatan vagina memiliki beberapa manfaat, menurut (Kusmiran Eni,
2011) antara lain:
a. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman.
b. Mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap dan gatal-gatal.
c. Menjaga agar Ph vagina tetap normal (4,5-4,5).

II.4.3 Tujuan Vulva Hygiene


Menurut (Kusmiran Eni, 2011) ada beberapa tujuan dari vulva hygiene
antara lain:
a. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.
b. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar
vagina.

UPN "VETERAN" JAKARTA


27

c. Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal yaitu 3,5 sampai 4,5.


d. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri dan protozoa.
e. Mencegah timbulnya keputihan dan virus.

II.4.4 Cara Perawatan Vulva Hygiene


Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku
bagi kesehatan organ-organ seksual. Cara memelihara organ intim tanpa kuman
dilakukan sehari-hari dimulai bangun tidur dan mandi pagi. Alat reproduksi dapat
terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal atau tidak
nyaman apabila tidak dirawat kebersihannya. Mencuci vagina dengan air kotor,
pemeriksaan dalam yang tidak benar, penggunaan pembilas vagina yang
berlebihan, pemeriksaan yang tidak hygienis, dan adanya benda asing dalam
vagina dapat menyebabkan keputihan yang abnormal. Keputihan juga bisa timbul
karena pengobatan abnormal, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit
menular seksual (Kusmiran Eni, 2011).
Beberapa cara merawat organ reproduksi remaja putri adalah sebagai
berikut:
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh daerah kewanitaan.
b. Hindari menggunakan sabun mandi pada alat kelamin karena dapat
menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. Gunakan pembersih
kewanitaan yang menggunakan Ph balance 3,5 untuk menghindari iritasi.
c. Mengeringkan daerah di sekitar vagina sebelum berpakaian sebab jika
tidak dikeringkan kan menyebabkan celana dalam yang dipakai menjadi
basah dan lembab. Selain tidak nyaman dipakai, celana basah dan lembab
berpotensi mengundang bakteri dan jamur.
d. Tidak diperbolehkan menaburkan bedak pada vagina dan daerah di
sekitarnya, karena kemungkinan bedak tersebut akan menggumpal di sela-
sela lipatan vagina yang sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan dan
akan mengundang kuman.
e. Di sediakan celana dalam ganti di dalam tas kemanapun pergi, hal ini
menghindari kemungkinan celana dalam kita basah.

UPN "VETERAN" JAKARTA


28

f. Pakailah celana dalam dari bahan katun karena dapat menyerap keringat
dengan sempurna.
g. Menghindari pemakaian celana dalam dari satin ataupun bahan sintetik
lainnya karena menyebabkan organ intim menjadi panas dan lembab.
h. Membersihkan vagina dengan air sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan shower toilet. Semprotlah permukaan luar vagina dengan
pelan dan menggosoknya dengan tangan.
i. Gantilah celana dalam sekurang-kurangnya dua sampai tiga kali sehari.
j. Penggunaan pantyliner sebaiknya digunakan antara dua sampai tiga jam.
Penggunaan pantyliner setiap hari ternyata justru dapat mengakibatkan
infeksi bakteri, jamur, serta jerawat atau bisul pada daerah genetalia. Ini
terjadi karena pantyliner membuat daerah kewanitaan makin lembab.
Meskipun lapisan atas pantyiner memiliki daya serap untuk menjaga
higienitas daerah kewanitaan, akan tetapi bagian dasar dari pantyliner ini
terbuat dari plastik, sehingga kulit tidak bisa bernafas lega karena
kurangnya sirkulasi udara. Jadi sebaiknya jangan menggunakan pantyliner
terlalu sering.
k. Sebaiknya tidak menggunakan celana ketat, berbahan nilon, jeans dan
kulit.
l. Saat cebok setelah BAB atau BAK, bilas dari arah depan ke belakang. Hal
ini untuk menghindari terbawanya kuman dari anus ke vagina.
m. Memotong atau mencukur rambut kemaluan sebelum panjang secara
teratur.
n. Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerah kemaluan.
o. Apabila kita menggunakan WC umum, sebaiknya sebelum duduk siram
dulu WC tersebut (di-flishing) terlebih dahulu baru kemudian kita
gunakan.
p. Jangan garuk organ intim segatal apa pun. Membilas dengan air hangat
juga tidak disarankan mengingat cara itu justru bisa membuat kulit di
sekitar Mrs. V bertambah merah dan membuat rasa gatal semakin menjadi-
jadi. Lebih baik kompres vagina dengan air es sehingga pembuluh darah di
wilayah organ intim tersebut menciut, warna merahnya berkurang, dan

UPN "VETERAN" JAKARTA


29

rasa gatal menghilang. Alternatif lain, basuh vagina dengan rebusan air
sirih yang sudah didinginkan. Atau gunakan PK yang dicampur dengan air
dingin. Takarannya 1 sendok teh untuk air satu ember ukuran sedang.
Penggunaan PK dengan dosis tidak tepat bisa membakar kulit dan
membuatnya kering berwarna kecoklatan.
q. Bersihkan vagina setiap buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).
Air yang digunakan untuk membasuh harus bersih, yakni air mengalir
yang langsung dari keran. Penelitian menguak air dalam bak / ember di
toilet-toilet umum mengandung 70% jamur candida albicans. Sedangkan
air yang mengalir dari keran di toilet umum mengandung kurang lebih 10-
20% jenis jamur yang sama. Kebersihan vagina juga berkaitan erat dengan
trik pembasuhannya. Yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke
belakang (anus) dan bukan dari anus ke arah vagina. Cara yang disebut
terakhir itu hanya akan membuat bakteri yang bersarang di daerah anus
masuk ke liang vagina dan mengakibatkan gatal-gatal. Setelah dibasuh,
keringkan Mrs. V dengan handuk lembut agar tidak basah.
r. Sebaiknya pilih pembalut yang berbahan lembut, dapat menyerap dengan
baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (misalnya parfum
atau gel), dan merekat dengan baik pada pakaian dalam.

Adapun cara pemeliharaan organ reproduksi remaja perempuan adalah


sebagai berikut (Kusmiran Eni, 2011):
a. Tidak memasukan benda asing ke dalam vagina
b. Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat
c. Tidak menggunakan celana yang terlalu ketat
d. Pemakaian pembilas vagina secukupnya, tidak berlebihan.

II.4.5 Perawatan Saat Menstruasi


Perawatan pada saat menstruasi juga perlu dilakukan Karena pada saat
menstruasi pembuluh dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Kebersihan
harus sangat dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan
penyakit pada saluran reproduksi. Pembalut tidak boleh dipakai lebih dari enam

UPN "VETERAN" JAKARTA


30

jam atau harus ganti sesering mungkin bila sudah penuh oleh darah menstruasi
(Kusmiran Eni, 2011).

II.4.6 Efek perawatan yang salah pada alat reproduksi eksternal


mengatakan bahwa efek samping dari kesalahan dalam
merawat alat reproduksi eksternal yaitu:
a. Jika ada pembersih atau sabun berbahan daun sirih digunakan dalam
waktu lama, akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu.
b. Produk pembersih wanita yang mengandung bahan povidone iodine
mempunyai efek samping dermatitis kontak sampai reaksi alergi yang
berat.

II.4.7 Dampak yang timbul pada masalah vulva hygiene.


Menurut Tarwoto, dkk (2010) dampak yang timbul pada masalah vulva
hygiene adalah:
a. Dampak Fisik
Gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan seseorang dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga serta gangguan pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan vulva hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi social.

II.5 Keputihan
II.5.1 Definisi Keputihan
Keputihan (Leukorea, Flour Albus) nama gejala yang diberikan kepada
cairan yang di keluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Leukorea
merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik: adanya
gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya (Prawirohardjo, 2008).

UPN "VETERAN" JAKARTA


31

Keputihan (Flour Albus) merupaka sekresi vagina abnormal pada wanita,


keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal
didalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar, lalu disertai bau busuk, dan
menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih dan bersenggama (Anolis, 2011).
Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan
atau lender menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya merupakan penyakit
karena ada juga keputihan yang normal. Oleh sebab itu, keputihan dibagi menjadi
dua, yaitu keputhan normal dan abnormal (Bahari 2012).
Dapat di simpulkan bahwa keputihan merupakan cairan secret yang keluar
dari vagina dengan bervariasi seperti warna, konsistensi, dan bau keputihan yang
disebabkan oleh infeksi biasanya menimbulkan rasa gataldidalam vaginadan
disekitar bibir vagina sertamenimbulkan bau busuk dan rasa nyeri saat berkemi,
keputihan dapat bersifat fisiologis dan patologis.

II.5.2 Jenis Keputihan


Keputihan fisiologis tersiri atas cairan yang kadang-kadang berupa
mucus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Alat kelamin
wanita dipengaruhi oleh berbagai hormone yang dihasilkan berbagai organ.
Hormone estrogen yang mengakibatkan maturasi epitel vagina, serviks, proliferasi
stroma dan kelenjar, sedangkan progesterone akan mengakibatkan fungsi sekresi.
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah mestruasi, saat
terangsang, hamil, kelelahan, stress dang sedang mengkonsumsi obat-obat
hormonal seperti pil KB. Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau
dan tidak menyebabkan rasa gatal.
Keputihan patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini
mengandung banyak lekosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya
jejas (luka). Akibatnya timbul gejala-gejala yang sangat mengganggu seperti
berubahnya cairan yang berwarna jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan,
jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau panas dan
menimbulkan luka di daerah mulut vagina (sibagariang, dkk, 2010).

UPN "VETERAN" JAKARTA


32

II.5.3 Macam – macam Keputihan


Menurut Elmart (2012) macam-macam keputihan dibagi atas dua bagian,
yaitu:
a. Keputihan Fisiologis
1. Jumlah: wajar tidak terlalu banyak
2. Warna: bening, cemderung tidak berwarna
3. Bau: tidak berbau
4. Gatal: tidak menimbulkan rasa gatal
5. Waktu: saat hamil, sebelim dan sesudah menstruasi, jika terangsa
atau saat berhubungan seksual atau saat stress melanda.
b. Keputihan patologis
1. Jumlah: berlebih atau terus menerus
2. Warna: putih susu, kekuningan dan kuning kehijauan
3. Bau: berbau amis sampai busuk
4. Gatal: menimbulkan rasa gatal bahkan sampai perih dan juga
menyebabkan iritasi
5. Waktu: tidak spesifik dan terjadinya terus menerus.

II.5.4 Penyebab Keputihan

Menurut Sibagariang, dkk, (2010) keputihan yang fisiologis dapat


disebabkan oleh:
a. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin
sehingga bayi baru lahir umur 10 hari mengeluarkan keputihan.
b. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c. Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual
menghasilkan secret.
d. Adanya peningkatan reproduksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat
masa ovulasi.
e. Mucus servik yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen
serviks yang berfungsi mencegah. Kuman masuk kerongga uterus.

UPN "VETERAN" JAKARTA


33

Keputihan yang patologis dapat disebabkan oleh:

a. Infeksi
Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yangmasuk
ini dengan serangkainreaksi radang.
b. Jamur
jamur yang sering menyebabkan keputihan adalah candida albikan.
Jamur ini merupakan saprofit yang pada keadaan bias tidak
menimbulkan keluhan gejala. Keluhan penyakit ini adalah rasa gatal
atau panas pada alat kelamin, keluarnya lendir yang kental. Putih dan
bergumpal seperti butiran tepung.
c. Bakteri
1) Gonokokus: gejala yang ditimbulkan adalah keputihan yang
berwarna putih kekuningan atau nanah, rasa sakit pada waktu
berkemih maupun saat bersenggama.
2) Klamidia trakomotis: gejala utama yang ditemukan adalah
servisitis.
3) Grandnerella: gejala yang ditimbulkan adalah keputihan yang
berlebihan yang berbau disertai rasa tidak nyaman di perut bagian
bawah.
4) Treponema pallidum
5) Parasit: gejala yang di timbulkan adalah keputihan yang encer
sampai kental, berwarna kekuningan dan agak bebau serta terasa
gatal dan panas.
6) Virus: gejala yang ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan
berbau, tanpa rasa gatal.
d. Kelainan alat kelamin didapat oleh bawaan
Fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan, cedera
persalinan dan radiasi kanker genetalia atau kanker itu sendiri.
e. Benda asing
Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia atau
prolapse uteri dapat merangsang secret vagina berlebihan.
f. Neoplasma jinak

UPN "VETERAN" JAKARTA


34

Berbagai tumor jinak yang tumbuh kedalam lumen, akan mudah


mengalami peradangan sehingga menimbulkan keputihan.
g. Kanker
Leukorea ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila
tumor pada permukaannya sebagian atau seluruhnya memasuki lumen
saluran alat-alat genetalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara
abnormal dan mudah rusak, akibat dari pembusukan dan pendarahan
akibat pemecahan pembulu darah pada hipervaskularisasi. Gejala yang
ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai darah tak
segar.
h. Fisik
Tampon, trauma, IUD
i. Menopause
Pada menopause sel-sel vagina mengalami hambatan dalam
pematangan sel akibat tidak adanya hormone estrogen sehingga vagina
kering, sering timbul gatal Karena tipisnya lapisan selsehingga mudah
luka dan timbul infeksi penyerta.

II.5.5 Gejala Keputihan


Menurut Sibagariang, dkk, (2010) gejala yang ditimbulkan oleh kuman
penyakit berbeda-beda, yaitu:
a. Secret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia
menjadi gatal.
b. Secret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan
berbau tak sedap.
c. Keputihan yang disertai nyeri perut dibagian bawah atau nyeri panggul
belakang, kemungkinan terinfeksi sampai organ dalam rongga
panggul.
d. Secret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat
berkemih atau terjadi saat berhubungan seksual.
e. Secret kecoklatan/ darah terjadisaat senggama, kemungkinan
disebabkan oleh erosi pada mulut rahim.

UPN "VETERAN" JAKARTA


35

f. Secret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel-sel mati,
kemungkinan adanya sel-sel kanker pada serviks.

Menurut (Bahari, 2012) gejala keputihan dapat dibedakan sebagai berikut:


Sesuai dengan faktor penyebabnya, gejala yang timbul akibat keputihan
yang beraneka ragam. Seperi cairan yang bisa saja sangat banyak, hingga berkali-
kali berganti pakaian dalam, bahkan menggunakan pentyliner, namun dapat pula
sedikit. Warna cairan yang keluar juga berbeda-beda, seperti berwarna keputih-
putihan (tetapi jernih), abu-abuan, kehijauan atau kekuningan. Tingkat kekentalan
cairan tersebut juga berbeda-beda mulai dari encer, berbuih, kental hingga
menggumpal seperti “kepala” susu. Cairan itu dapat juga berbau busuk, meskipun
ada juga cairan keputihan yang tidak berbau.
Sebagian penderita keputihan mengeluarkan rasa gatal pada kemaluan dan
lipatan disekitar paha, rasa gatal “dibibir” vagina, serta rasa nyeri ketika buang air
kecil dan berhubungan seksual. Rasa gatal itu bisa terus menerus atau hanya
sekali, misalnya pada malam hari. Hal ini diperparah pada kondisi yang sangat
lembab, karena banyak cairan yang keluar disekitar paha, sehingga kulit dibagian
itu mudah mengalami lecet-lecet, karena banyak garukan yang dilakukan ketika
merasa gatal.

II.5.6 Keputihan Abnormal ditinjau dari warna cairan


Berikut adalah ciri-ciri keputihan abnormal ditinjau dari warna cairan
tersebut (Bahari, 2012):
Keputihan dengan cairan berwarna putih atau keruh keputihan yang
memiliki warna seperti ini bisa jadi merupakan tanda adanya infeksi pada
gonorrhea, akan tetapi hal tersebut harus didukung oleh tanda-tanda lainya, seperti
pendarahan diluar masa saat menstruasi dan rasa nyeri ketika buang air kecil.
Keputihan dengan cairan berwarna putih kekuningan dan sedikit kental
menyupai susu. Disertai dengan bengkak dan nyeri pada bibir vagina, rasa gatal,
serta nyeri ketika berhubungan seksual, keputihan dengan cairan seperti susu
tersebut bisa jadidisebabkan oleh adanya infeksi jamur pada organ kewanitaan.

UPN "VETERAN" JAKARTA


36

Keputihan dengan cairan berwarna coklat atau disertai sedikit darah


keputihan semacam ini layak diwaspadai, sebab keputihan ini sering kali terjadi
Karena masa menstruasi tidak teratur. Apa lagi keputihan tersebut disertai darah
serta rasa nyeri pada panggul. Hal ini harus diwaspadai Karena bisa jadi penderita
kanker servik ataupun endometrium.
Keputihan dengan cairan berwarna kekuningan atau kehijauan, berbusa
dan berbau sangat menyengat biasanya keputihan semacam ini disertai rasa nyeri
dan gatal ketika buang air kecil. Jika seperti itu sebaiknya anda segera
memeriksakan diri kedokter karena ada kemungkinan anda terkena infeksi
trikomoniasis.
Keputihan dengan cairan berwarna pink, keputihan semacam ini bisa
terjadi pasca melahirkan. Bila anda mengalaminya segera konsultasikan dengan
bidan ataupun dengan dokter.
Keputihan dengan cairan berwarna abu-abu atau kuning yang disertai bau
amis menyerupai bau ikan. Keputihan semacam ini menunjukkan adanya infeksi
bakteri pada vagina, biasanya keputihan tersebut juga disertai rasa panas seperti
terbakar, gatal, kemerahan dan bengkak pada bibir vagina.

II.5.7 Penatalaksanaan Keputihan


Menurut Sibagariang, dkk (2010) untuk menghindari komplikasi yang
serius dari keputihan, penatalaksaan dilakukan sedini mungkin untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain. Penatalaksaan keputihan
tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri, atau parasit. Selain itu,
dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan dengan:
a. Pola hidup sehat yang diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stress berkepanjangan.
b. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom
untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya menggunakan celana dengan bahan
yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.

UPN "VETERAN" JAKARTA


37

Biasakan untuk mengganti pembalut, pentylinen pada waktunya untuk


mencegah bakteri berkembang biak.
d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena
dapat mematikan flora normal vagina.
f. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
peminjam peralatan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk diatas kloset
Wc umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.

II.6. Peneliti Terkait


a. Deissy Marcelien Nanlessy, dkk (2013) penelitiannya tentang
Hubungan antara pengetahuan dan prilaku remaja putri dalam
menjaga kebersihan alat genetalia dengan kejadian keputihan di SMA
Negeri 2 Pineleng. Jenis penelitian menggunakan observasional
analitik, rancangan cross sectional, menggunakan teknik total
sampling, responden berjumlah 60 orang dengan kriteria inkusi dan
eksklusi. Hasil yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan dianalisis menggunakan chi-square test dengan taraf signifikan
(a=0,05). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Kesimpulannya didapatkan tidak ada hubungan antara
pengetahuan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia
dengan kejadian keputihan sebanyak 18 remaja putri dengan nilai
p=0,628 dan tidak ada hubungan antara perilaku remaja putri dalam
menjaga kebersihan alat genitalia dengan kejadian keputihan sebanyak
21 remaja putri dengan nilai p=0,158.
b. Verawati, dkk, (2014) penelitiannya tentang hubungan tingkat
pendidikan dan pengetahuan dengan perilaku perawatan vulva
hygiene pada wanita di lapas semarang tahun 2014. Jenis penetilian
analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Jumlah populasi
sebanyak 198 orang dan jumlah sampel sebanyak 67 orang. Variabel

UPN "VETERAN" JAKARTA


38

bebas adalah pendidikan dan pengetahuan perawatan vulva hygiene


sedangkan variabel terikat adalah perilaku perawatan vulva hyiene.
Uji validitas dan reliabilitas menggunakan uji expert dengan. Analisis
bivariat menggunakan uji korelasi rank spearman. Wanita usia subur
memiliki pendidikan menengah sebanyak 33 responden (49,3%).
Wanita usia subur memiliki pengetahuan cukup, yaitu berjumlah 29
responden (43,3%). Sebagian besar wanita usia subur memiliki
perilaku baik sebanyak 45 responden (67,2%). Kesimpulannya ada
hubungan yang kuat antara pendidikan dan pengetahuan dengan
perilaku perawatan vulva hygiene pada wanita usiasubur di lapas
semarang tahun 2014.
c. Mareta Wulan Permatasari, dkk (2012) penelitiannya tentang
hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene
dengan tindakan pencegahan keputihan di SMA Negeri 9. Jenis
penelitian analitik, metode pendekatan cross sectional. Jumlah
populasi sebanyak 183 siswi dan jumlah sampel 65 siswi. Instrument
yang di gunakan kuesioner. Variabel bebas yaitu pengetahuan tentang
personal hygiene dan variabel terikat tindakan pencegahan keputihan.
Menggunakan uji rak spearman. Sebagian besar pengetahuan tentang
personal hygiene cukup banyak 29 responden (44,6%) dan sebagian
besar melakukan pencegahan keputihan sebanyak 41 responden
(63,1%). Di dapat r hitung 0,442 > r tabel 0,224 dan p value sebesar
0,000 < 0,05. Ada hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang
personal hygiene dengan tindakan pencegahan keputihan di SMA
Negeri 9 Semarang.

II.7. Kerangka Teori


Berdasarkan teori dibawah ini green (2009), menyatakan bahwa terdapat 3
faktor yang mempengaruhi terjadinya faktor predisposisi yaitu faktor yang
menyebabkan orang berperilaku terhadap perilaku untuk mencegah terjadinya
keputihan, seperti pengetahuan, sikap dan tindakan atau Pratik tentang vulva

UPN "VETERAN" JAKARTA


39

hygiene. Faktor pemungkin faktor yang mendukung terjadinya perilaku seseorang


untuk mencegah terjadinya keputihan pada remaja putri. Faktor penguat faktor
yang mendorong atau memperkuat perilaku. Faktor pedisposisi meliputi
pengetahan, sikap dan tindakan/praktik. Faktor pemungkin meliputi pelayanan
kesehatan, serta sarana dan prasarana faktor penguat meliputi lingkungan, teman
sebaya, keluarga dan guru. pemaparan perilaku individu di pengaruhi oleh
berbagai faktor stimulus pencetus sampai terbentuknya sikap dan kesadaran untuk
bertindak. Perilaku adalah keseluruhan pemahaman aktivitas seseorang yang
merupak hasil Bersama antara faktor eksternal dan internal (Notoatmodjo, 2012).

UPN "VETERAN" JAKARTA


40

Skema 1
Skema Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi


perilaku:

1. faktor predisposisi
a. pengetahuan Kejadian keputihan
b. sikap
c. tindakan/ praktik
2. faktor pemungkin (enabling factors)
a. pelayanan kesehatan
Penyebab keputihan fisiologis Penyebab keputihan
b. sarana dan prasarana
3. faktor penguat (reinforcing factors) patologis
a. Pengaruh sisa estrogen.
a. keluarga a) Infeksi
b. guru b. Pengaruh estrogen yang
b) Jamur
c. teman sebaya meningkat pada saat c) Bakteri
d. lingkungan d) Kelainan alat kelamin
menarche.
didapat oleh bawaan
c. Rangsangan saat koitus. e) Benda asing
d. Adanya peningkatan f) Neoplasma jinak
g) Kanker
kelenjar reproduksi.
h) Fisik
e. Mucus servik yang padat i) menoupouse
pada masa kehamilan.

Sumber: Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo, (2007). Nursalam, (2003).


Eni, (2011). Sibagariang, (2010).

UPN "VETERAN" JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai