Anda di halaman 1dari 8

1

Bagan Pengertian/ Makna Filsafat Pendidikan Orientasi Pendidikan Model Konsep Kurikulum
Skema
1 Pendidikan Pendidikan klasik adalah Berlandaskan kepada Pendidikan klasik lebih Model kurikulum yang di gunakan
Klasik pendidikan yang bertitik filsafat klasik yaitu berorientasi kepada masa adalah kurikulum subjek akademis
tolak dari asumsi bahwa eksistensialisme, lalu. Memelihara, yaitu kurikulum yang lebih
seluruh warisan budaya, perenialisme dan mengawetkan dan mengutamakan isi pendidikan.3 Dalam
yaitu berupa pengetahuan,essensialisme.2 meneruskan semua pendidikan klasik tugas pengembang
ide-ide atau nilai-nilai warisan budaya tersebut kurikulum dan guru adalah memilih dan
telah ditemukan oleh para kepada generasi menyajikan materi ilmu tersebut
pemikir terdahulu.1 berikutnya. disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta
didik.4
2 Pendidikan Pendidikan pribadi Aliran personalized Peserta didik menjadi Kurikulum dalam pendidikan pribadi
Pribadi (personalized education) memiliki dua aliran yaitu subjek pendidikan, yang adalah kurikulum humanistik.7
adalah pendidikan yang progresif dan romantik.6 menduduki tempat Dalam kurikulum humanistik pengajaran
lebih 5 utama dalam pendidikan. menfokuskan proses aktualisasi diri (self
actualization).8
3 Pendidikan Aliran pendidikan Aliran teknologi Kurikulum yang dikembangkan adalah
Teknologi teknologis adalah aliran pendidikan lebih Pendidikan Teknologi. Konsep
pendidikan yang berorentasi kepada masa pendidikan teknologis memiliki
1
Ibid., h.8
2
Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. ke-1, h.141
3
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h.81
4
Ibid.
5
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h.10
6
Ibid.
7
Oemar hamalik, op.cit., h. 144
8
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h.89

2
mengutamakan depan. Dalam konsep keyakinan bahwa materi kurikulum yang
pembentukan dan pendidikan teknologi, isi digunakan oleh peserta didik seharusnya
penguasaan kompetensi pendidikan disampaikan dapat menghasilkan kompetensi
bukan pengawetan dan dengan menggunakan khusus bagi mereka .10
pemeliharaan budaya media elektronik, dan .
lama.9 para peserta didik belajar
secara individual.
4 Pendidikan Pendidikan Interaksional Pendidikan Interaksional Diana Lapp (1975: 195- Kurikulum yang dikembangkan dalam
Interaksionl yaitu suatu konsep dikembangkan 215) menguraikan pendidikan interaksional adalah
pendidikan yang berttik berdasarkan pemikiran andangan mengenai kurikulum rekontruksi sosial yaitu
tolak dari pemikiran filsafat pragmatisme. pendidikan nteraksional model kurikulum yang memiliki tujuan
manusia sebagai makhluk Dimana masyarakat berdasarkan identifikasi utama menghadapkan peserta didik pada
sosial yang senantiasa (manusia) sebagai pusat. . pendidikan, pendidikan tantangan, ancaman, hambatan-
berinteraksi dan interaksional bersifat hambatan yang dihadapi manusia.
bekerjasama dengan radikal yakni mengacu Peserta didik didorong untuk
manusia lainnya. kepada akar proses mempunyai pengetahuan yang cukup
pendidikan dan tentang masalah-masalah sosial yang
pendidikan tersebut mendesak (crucial) dan bekerja sama
bersifat humanistik. untuk memecahkannya.11

9
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h.11
10
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h.97
11
Abdul Kadir, op.cit., h.143

3
Jabawan no 1 point a
Bagan di atas
Kesimpulan
Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu
kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan sebuah
teori kurikulum dijabarkan atau diturunkan dari teori pendidikan tertentu. Kurikulum
dapat dipandang sebagai rencana kongkret penerapan dari suatu teori pendidikan. Untuk
lebih memahami hubungan kurikulum dengan pendidikan berikut akan di uraikan
beberapa aliran pendidikan beserta konsep kurikulum masing-masing aliran tersebut.
Minimal ada empat aliran pendidikan yang dibicarakan para ahli pendidikan yang
dipandang mendasari pelaksanaan pendidikan yaitu pendidikan klasik (classical
education), pendidikan pribadi (personalized education), pendidikan teknologi
(tecnologis education) dan pendidikan interaksional (interactional education).12
Bagan di atas.

Jawaban No 1 Point b

1. Pendidikan Klasik = Model kurikulum subjek akademis


Ada dua model konsep pendidikan klasik yaitu perenialisme dan esensialisme. Keduanya
memiliki pandang yang sama tentang masyarakat, bahwa masyarakat bersifat statis.

Gambar 1: Bagan Pendidikan Klasik

-          Materi          : pengertahuan yang berguna bagi siswa; terorganisasi secara logis dan
jelas
-          Guru            : ahli dan model
-          Siswa           : insividu yang pasif

Guru tidak perlu susah-susah mencari ataupun mencipatakan pengetahuan, konsep atau
nilai-nilai baru sebab semua sudah tersedia tinggal bagaimana menguasai dan
mengajarkannya pada siswa. Dalam pendidikan klasik tugas guru dan pengembang
kurikulum adalah memilih dan menyajikan materi sesuai dengan tingkat perkembangan
perserta didik. Sebelum menyampaikannya pada peserta didik pendidik harus
mempelajarinya dengan sungguhsungguh karena tugas pendidik bukan hanya
mengajarkan materi pengetahuan tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan nilai.

2. Pendidikan Pribadi = kurikulum humanistik


Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum
humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan
mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum; teori dan praktek, (Bandung:


12

Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 14, h.7

4
diri.Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan
pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).

Gambar 2: Bagan Pendidikan Personal

-          Materi          : studenst’s experiences


-          Guru             : fasilitator
-          Siswa            : whole person

Teori pendidikan pribadi bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah
memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan
potensipotensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat
peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan,
sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai
pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.

3. Pendidikan Teknologi = Model Kurikulum Teknologi Pendidikan


Teknologi pendidikan merupakan spesialisasi lebih lanjut dari ilmu pendidikan yang
terutama berkepentingan dalam mengatasi masalah belajar pada manusia, dengan
memanfaatkan berbagai macam sumber insani dan non-insani dan menerapkan konsep
system dalam usaha pemecahannya itu. Penggarapan ditopang dengan sejumlah teori,
model, konsep, dan prinsip dari bidang dan disiplin lain seperti ilmu perilaku, ilmu
komunikasi, ilmu kerekayasaan, teori/konsep system, dan lain-lain yang tidak dapat
diperinci satu per satu. Penggarapan ini dilakukan dengan sistematik dan sistemik.

Teknologi pendidikan berusaha menjelaskan, meringkaskan, member orientasi, dan


mensistematiskan gejala, konsep, teori yang saling berkaitan, dan menggabungkannya
menjadi satu, yang merupakan pendekatan isomeristik, yaitu pendekatan yang
menekankan pada perlunya ada daya lipat atau sinergi. Teknologi pendidikan juga
berusaha mengidentifikasi hal-hal yang belum jelas/belum terpecahkan, dan mencari
cara-cara baru yang inovatif sesuai dengan perkembangan budaya dan hasrat manusia
untuk memperbaiki dirinya.

Gambar 3: Bagan Teknologi Pendidikan

-          Materi          : competencies  


-          Guru              : expert  

5
-          Siswa             : active person

Dalam konsep teknologi pendidikan, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang
khusus. Isi pendidikan berupa data-data objektif dan keterampilanketerampilan yang
mengarah kepada kemampuan vokasional. Isi disusun dalam bentuk desain program dan
disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para siswa belajar
secara individual. Siswa berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola
kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera
digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak
melakukan tugas-tugas pengelolaan daripada penyampaian dan pendalaman bahan.
Apabila digunakan media elektronika, guru terbebas dari tugas pengembangan segi-segi
nonintelektual.

4. Pendidikan Interaksional = Model kurikulum rekontruksi sosial

Interaksi antara siswa dengan content memberi arti bahwa content mengarahkan siswa
untuk mempertanyakan apa (fakta), bagaimana (keterampilan) dan mengapa (tujuan/arti).
Dengan demikian timbul kesadaran diri dan kesadaran sosial, bagaimana saya dapat
memahami dunia saya? atau siapa saya di dunia ini?. Content merupakan aspek
lingkungan siswa.

Interaksi antara pikiran siswa dengan kehidupannya didasarkan pada kebenaran tidak
pernah dianggap otentik sebelum dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila siswa
telah mengalaminya, pengalaman tersebut dikembalikan kepada proses interaksi antara
dirinya dengan pikirannya sehingga siswa memperoleh pandangan baru tentang
kehidupan.

Gambar 4: Bagan Pendidikan Interpersonal

-          Materi          : particular problems of our contemporary socio cultural problem   


-          Guru              : facilitator   
-          Siswa             : student learn in his dialogic relationship with others learning is an
independent effort.

Hasil belajar yang diperoleh melalui interaksi antara guru dan siswa menurut pandangan
interaksional adalah adanya dialog antara guru dan siswa, belajar ada dalam pertukaran
dialog tersebut. Belajar tidak sekedar mengumpulkan fakta, tetapi lebih kepada
pengalaman dalam mengerti fakta yang diinterpretasikan ke dalam keseluruhan konteks
kehidupan.

Terkait Kurikulum 2013

6
Kurikulum 2013 tergolong model kurikulum campuran, secara eklektik terdiri dari
kurikulum humanistik, rekonstruksi sosial, teknologis dan subjek akademis.
Penjelasannya sebagai berikut:

a.      Kurikulum humanistik yaitu kurikulum yang dirancang untuk menyiapkan peserta didik
dengan berbagai pengalaman naluriah yang sangat berperan dalam perkembangan
individu.

Kurikulum 2013 menggunakan model kurikulum humanistik karena dalam


pengembangannya bahwa:
1)      Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan
kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam
sikap, keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam program dan pengalaman
belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik.
2)      Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

b.      Model kurikulum rekonstruksi sosial juga turut mewarnai pengembangan kurikulum


2013. Kurikulum ini sangat memerhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat
dan politik perkembangan ekonomi.  Karakteristik kurikulum rekonstruksi sosial yaitu
adanya Tujuan pemecahan masalah,      isi kurikulum; problema dalam masyarakat,
Metode mengajar kooperatif/gotong royong/kerja kelompok dan tentunya Guru dan siswa
belajar bersama.

Seperti kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial juga digunakan sebagai


prinsip pengembangan kurikulum 2013 sebagaimana tercantum dalam Dokumen
Kurikulum 2013 (2013: 11), sebagai berikut: Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan
kehidupan. Pendidikan tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan
pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan
kebutuhan dan lingkungan hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai
konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam
kehidupan di masyarakat.

c.       Kurikulum teknologis, seperti kurikulum yang disebutkan sebelumnya juga memiliki


peranan dalam membentuk kurikulum 2013. Menurut Oemar Hamalik (2008: 147),
perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas program metode dan
material untuk mencapai manfaat dan keberhasilan.

Maka, Teknologi juga dapat meningkatkan kualitas kurikulum dengan berkontribusi pada
keefektifan instruksional, tahapan instruksional dan memantau perkembangan peserta
didik. Intinya dari kurikulum teknologi adalah keyakinan bahwa materi kurikulum yang
digunakan peserta didik seharusnya dapat menghasilkan kompetensi khusus bagi mereka.

Nilai-nilai dari kurikulum sebagai prinsip pengembangan kurikulum 2013 juga tercantum
dalam Dokumen Kurikulum 2013 (2013: 11), sebagai berikut; Kurikulum harus tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum

7
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni
berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni; membangun rasa ingin
tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Selain itu, munculnya pendekatan
saintifik (ilmiah) pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa kurikulum teknologis
juga mewarnai pengembangan kurikulum 2013.

d.      Model selanjutnya yaitu kurikulum subjek akademis.


Kurikulum subjek akademis memiliki beberapa kelemahan yakni: lebih mementingkan isi
daripada proses pembelajaran, peranan guru sangat dominan, serta tidak mampu
membawa peserta didik menjawab permasalahan kehidupan modern yang kompleks, dll.
Meski memiliki banyak kelemahan tetapi ada nilai baik yang dapat diambil yakni dalam
kurikulum ini, tugas pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu dan nilai
budaya masa lalu. Kita mengetahui bahwa nilai-nilai budaya luhur masa lalu di negara
kita sangatlah beragam sehingga patut bagi kita untuk memelihara dan mewariskan agar
tidak hilang di telan arus globalisasi. Oleh karena itu, pada kurikulum 2013, terdapat
prinsip pengembangan kurikulum yang berkaitan dengan hal tersebut, sebagai berikut:
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, Standar
Kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus. Kepentingan daerah
dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak tercabut dari akar budayanya dan
mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Kedua kepentingan ini
saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang dinyatakan dalam
Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Dokumen Kurikulum 2013, 2013: 12)

Anda mungkin juga menyukai