Anda di halaman 1dari 5

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyeleseaikan makalah pendidikan agama islam yang berjudul
“Hakikat Manusia Menurut Islam” dengan baik.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pendidikan agama islam yang
telah membimbing dan memberikan tugas makalah ini. Karena dari makalah ini kami
mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat bagi penyusun makalah maupun yang
membacanya.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dalam hal penulisan maupun bahasan. Mengingat kami hanya manusia biasa
yang dapat melakukan berbagai kesalahan yang di sengaja ataupun tidak. Untuk itu, kiritik
dan saran kami dari semua pihak sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (sansekerta) atau “mens”
(latin) yang berarti, berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah
diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk selalu patuh kepada-Nya..
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka bumi ini.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan manusia tidak semerta-merta tanpa
tugas dan kewajiban juga hak-haknya. Manusia hidup di dunia dengan mengemban
berbagai tugas dan kewajiban yang telah di tetapkan, sebagai contoh Allah berfirman
dalam QS. Al maidah : 2 yang berbunyi “… dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat
berat siksa-Nya.”

B. Rumusan Masalah
 Apa pengertian Hakekat Manusia menurut islam?
 Apa konsep hidup manusia?
 Bagaimana eksistensi dan martabat manusia?
 Bagaimana tanggung jawab manusia kepada Allah di muka bumi ini?

C. Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian Hakekat Manusia menurut islam
 Untuk mengetahui apa konsep hidup manusia
 Untuk mengetahui eksistensi dan martabat manusia
 Untuk mengetahui tanggung jawab manusia kepada Allah di muka bumi ini
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Hakekat Manusia Menurut Islam


Kata hakikat (Haqiqat) merupakan kata benda yang berasal dari bahasa Arab
yaitu dari kata “Al-Haqq”, yang berarti kebenaran. Dalam bahasa Indonesia menjadi
kata pokok yaitu kata “Hak” yang berarti milik atau kepunyaan, kebenaran, atau yang
benar-benar ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa Hakikat adalah kebenaran atau
sesuatu yang sebenar-benarnya. Beberapa ahli merumuskan definisi Hakikat sebagai
berikut.
 Asy-Syekh Abu Bakar Al-Ma’ruf mengatakan, Hakikat adalah
(suasana kejiwaan) seorang Saalik (Shufi) ketika ia mencapai suatu
tujuan sehingga ia dapat menyaksikan (tanda-tanda) ketuhanan dengan
hatinya.
 Imam Al-Qasyairiy mengatakan , Hakikat adalah menyaksikan sesuatu
yang telah di tentukan, ditakdirkan, disembunyikan (dirahasiakan) dan
yang telah dinyatakan oleh Allah kepada hamba-Nya.
Sedangkan pengertian manusia menurut bahasa, yaitu berasal dari kata
“manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berfikir, berakal budi atau makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Berikut adalah pendapat pengertian
manusia menurut beberapa ahli.
 Nicolaus D. & A. Sudiarja,
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah
jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani
merupakan satu barang.
 Abineno J.I
Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang
berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”
 Upanisads
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran,
dan prana atau badan fisik.
 Sokrates
Manusia adalah makhluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan
kuku datar dan lebar.
Jadi Hakikat Manusia bisa dikatakankebenaran atas diri manusia itu sendiri
sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hakikat Manusia
menurut pandangan islam sendiri ialah manusia adalah Makhluk ciptaan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, kemandirian dan kebersamaan, manusia merupakan makhluk
yang terbatas.
II. Konsep Manusia Menurut Islam
Manusia menurut pandangan Al-Qur’an tidak menjelaskan asal-usul kejadian
manusia secara rinci. Dalam hal ini Al-Qur;an hanya menjelaskan mengenai prinsip-
prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-
Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-hijr,
dan Al-Hajj 5.
Al-Qur’an menerapkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan
mempergunakan istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat
diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macan unsur kimiawi
yang terdapat dari tanah. Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari
tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Ayat-ayat yang menerangkan bahwa
manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsur kimia yang ada di
dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia.
Hal itu seperti pertanyaan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari
tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut diserap oleh
tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan pembentuk
manusia yang disebut dalam Al-Qur’an hanya merupakan petunjuk manusia yang
disebut dalam Al-Qur’an.
Dengan demikian Al-Qur’an tidak berbicara tentang proses penciptaan
manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang
tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang
kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah,
ditiupkannya ruh, kemudia lahir ke dunia setelah berproses dalam rahim ibu. Ayat
berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pegetahuan kita dapat memahami urutan-
urutannya. Dengan demikian, jika kita lebih memahami isi ayat Al-Qur’an akan lebih
sempurna dan akan lebih baik dan akan lebihyakin terhadap hal tersebut dengan suatu
tunjangan dari ilmu pengetahuan yang ada.

III. Eksistensi dan Martabat Manusia


1) Tujuan Penciptaan Manusia
Allah menciptakan alam semsta ini pastilah memiliki tujuan. Begitu
juga manusia, manusia dicipakan karena ada tujuannya. Seperti yang
difirmankan Allah, yang artinya “ dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku (QS ADZ-
Dzariyat 56). Hadis diatas memberi petunjuk bahwa shalat, puasa,
dzakat dan haji hanya merupakan sebagian saja dari sekian banyak
lapangan ibadah yang tersimpul dalam kedudukan manusia sebagai
khalifah di muka bumi.
2) Fungsi dan Peran Manusia
Manusia mampunyai peranan yang harus dijalakan, yaitu
memakmurkan bumi, mendiami dan memahami serta
mengembangkannya demi ke masyarahatan hidup mereka sendiri di du
nia, tetapi bukan mengacaukan dan melakukan kerusakan didalamnya
Kedudukan yang diemban dan peran yang dimainkan oleh manusia
dalam panggung atau siklus kehidupannya didunia pasti berakhir
dengan kematian. Setelah itu, dia akan dibangkitkan atau dihidupkan
kembali ke alam akhirat. Di alam akhirat ini segala peran yang
dilaksanakan manusia selama hidup di dunia sekecil apa pun peran itu,
akan dipertanggung jawabkan lalu dinilai dan diperhitungkan oleh
Allah yang maha adil. Setiap peranan akan mendapat balasan yang
setimpal dengan apa yang telah dilakukan. Peranan yang baik akan
mendapat balasan yang baik juga, sedangkan peranan yang buruk akan
mendapat balasan yang buruk pula. Manusia yang mendapatkan
balasan yang buruk akan merasakan kesengsaraan yang teramat sangat
dasyat oleh Allah, dan manusia memperoleh balasan yang baik akan
merasakan kebahagiaan yang abadi di surga-Nya.
Tugas atau peranan manusia di dalam kehidupan ini adalah
menjalankan peranan itu sesempurna mungkin dan senantiasa
menambah kesempurnaan itu sampai akhir hayat. Hal itu dilakukan
agar manusia benar benar menjadi makhluk yang paling mulia dan
bertakwa di hadapan Allah.

Anda mungkin juga menyukai