Laporan Pendahuluan Peritonitis
Laporan Pendahuluan Peritonitis
Disusun Oleh :
B. Phatway
Invasi kuman ke lapisan peritonium oleh berbagai kelainan oleh sistem gastrointestinal dan penyebaran infeksi dari organ abdomen
atau perforasi organ pasca trauma abdomen
Komplikasi Klasifikasi
1. Septikemia dan syok septic. 1. Peritonitis bacterial primer akibat kontaminasi bacterial secara hematogen pada cavum
2. Syok hipovelmia.
peritoneum dan tidak ditemukan focus infeksi dalam abdomen.
3. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak
dapat dikontrol dengan kegagalan multi 2. Peritonitis bacterial akut sekunder(supurative) yang mengikuti suatu infeksi akut atau
system.
perforasi traktus gastrointestinal atau tractus urinarius
4. Abses residual intraperitoneal
5. Eviserasi luka. 3. Peritonitis Tersier ini terjadi akibat timbulnya abses atau flagmon dengan atau tanpa fistula.
6. Obstruksi usus
(Andra & Yessie, 2013)
7. Oliguri Menurut (Haryono, 2015)
Nyeri akut berhubungan dengan agen Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
cidera fisik. kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat.
NOC:
1. Pain level NOC:
2. Pain kontrol
3. Comfort level 1. Nutritional Status: food and fluid
intake
Kriteria hasil: 2. Nutritional Status: nutriet intake
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 3. Weight control
penyebab nyeri)
2. Frekuensi nyeri Kriteria Hasil:
3. Tanda nyeri 1. Adanya peningkatan berat badan
4. Mengatakan rasa nyaman setelah sesuai tujuan
nyeri berkurang 2. Berat badan sesuai dengan tinggi
badan
NIC: 3. Tidak ada tanda malnutrisi
Pain Management
1. Kaji secara komprehensif tentang NIC:
nyeri (lokasi karateristik, durasi, Nutritional Management:
frekuensi, kualitas). 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Monitor perubahan tanda vital 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
3. Observasi isyarat non verbal dari menentukan jumlah kalori yang
ketidak nyamanan. dibutuhkan.
4. Kaji pengalaman individu terhadap 3. Berikan makanan yang terpilih.
nyeri. 4. Monitor jumlah nutrisi
5. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (ex. Relaksasi, terapi Nutritional Monitoring:
musik, masase, dan lain-lain). 1. Monitor adanya penurunan berat badan
6. Berikan analgesik sesuai anjuran. 2. Monitor turgor kulit dan perubahan
7. Anjurkan pasien untuk berdiskusi pigmentasi
tentang pengalaman nyeri secara 3. Monitor mual muntah
tepat. 4. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
5. Monitor kalori dan intake nutrisi.
NOC:
1. Tissue integrity: skin and muccous membrans
Kriteria Hasil:
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
2. Perfusi jaringan baik
3. Mampu mempertahankan kelembaban kulit
NIC:
1. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
2. Ubah posisi pasien setiap 2 jam
3. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
4. Monitor kulit akan adanya kemerahan
C. Pemeriksaan penunjang
Jenis
No Nilai Normal Manfaat
Pemeriksaan
1. Sel darah putih meningkat
kadang-kadang lebih dari
Pemeriksaan darah - 20.000 /mm3.
1.
lengkap 2. Sel darah merah mungkin
meningkat menunjukan
hemokonsentrasi.
1. Albumin serum, mungkin
menurun karena perpindaahan
cairan.
Pemeriksaan lab 2. Amylase serum biasanya
- Albumin serum meningkat.
2. - Amylase serum - 3. Elektrolit serum, hipokalemia
- Elektrolit serum mungkin ada.
- Kultur darh 4. Kultur darah, organisme
penyebab mungkin teridentifikasi
dari darah, eksudat/sekret atau
cairan asites.
Mengetahui distensi usus ileum. Bila
- perforasi visera sebagai etiologi,
3. USG
udara bebas akan ditemukan pada
abdomen
Mengetahui cairan peritoneal dapat
4. Parasentesis - mengandung darah, pus/eksudat,
amilase, empedu, dan kreatinin
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada peritonitis Menurut Netina (2015) adalah sebagai
berikut :
1. Antibiotik
Berikut ini adalah antibiotik yang dapat dipilih pada peritonitis primer
dan sekunder.
a. Peritonitis Primer
Untuk peritonitis primer, pasien dapat diberikan tatalaksana
antibiotik empiris yang dapat menangani basil aerobik gram
negatif dan kokus gram positif seperti sefalosporin generasi
ketiga. Pilihan antibiotik yang sering digunakan adalah
cefotaxime 2 g setiap 8 jam diberikan secara intravena.Pilihan
lain yang dapat digunakan adalah antibiotik spektrum luas seperti
kombinasi penisilin dengan penghambat beta-laktamase.
Jika pemeriksaan penunjang sudah menemukan organisme
penyebab infeksi, maka pengobatan yang diberikan disesuaikan.
b. Peritonitis Sekunder
Tata laksana kontrol sumber infeksi melalui tindakan
pembedahan dan pemberian antibiotik yang sesuai dapat
mengurangi angka mortalitas hingga sekitar 5-6%. Bila sumber
infeksi tidak terkontrol, angka mortalitas pasien dapat mencapai
40%.
Pada peritonitis sekunder, regimen antibiotik yang diberikan
ditujukan untuk basil gram-negatif dan anaerob. Pada penyakit
yang ringan-sedang dapat diberikan kombinasi penisilin dengan
penghambat beta-laktamase, contohnya ticarcillin/clavulanate 3,1
g intravena setiap 6 jam, atau cefoxitine 2 g intravena sekali
sehari. Pasien yang menjalani rawat inap di ruang intensif dapat
diberikan imipenem, meropenem, atau kombinasi obat seperti
ampicillin dengan metronidazole dan ciprofloxacin.
2. Pembedahan
Tata laksana pembedahan untuk peritonitis memiliki tiga tujuan utama
yaitu :
a. Mengeliminasi sumber kontaminasi
b. Mengurangi inokulum bakteri
c. Menghindari peritonitis rekuren atau persisten
E. Daftar Pustaka
Kumala Sari, Muttaqin. 2011. Gangguan Gasrtointestinal. Jakarta: Salemba.
Jitowiyono, Sugeng, Kristiyanasari. 2012. Asuhan Keperawatan Post
Operasi. Jakarta: Nuha Medika.