Anda di halaman 1dari 2

SPESIMEN 1

Flat sample ( At ) ¿ 74.75 mm2

Sample diameter (d) ¿ 6.5 mm

Measuring base length ( L0) ¿ 11.5 mm

Measuring base length ( Lf ) ¿ 18 mm

Yield point force ( F t) ¿ 0.004 t

Maximum force ( F f ) ¿ 0.316 t

Maximum stress (σ max) ¿ 4.2 kg /mm2

Yield point at 0.2% (σ y) ¿ 0.1 kg /mm2

F max=0.004 ton

¿ 4 kg Tegangan Tarik Maksimum

F
σ yield=
A
Tegangan Tarik Maksimum
316
F ¿
σ tarik = 74.75
A
¿ 4.2 kg /mm2
4
¿
74.75

¿ 0.053 kg /mm2 Elongasi

l f −l 0
∈= ×100 %
l0
Tegangan Patah
18−11.5
F ¿ ×100 %
σ patah= 11.5
A
¿ 56.5 %
F
¿
π 2
d
4
Tegangan Tarik yang Terjadi
316
¿ σ max
0.785. 6.52 σ t ≤ σ izin=
Sf
¿ 9.52 kg /mm2
4.2
1 ≤2.8=
1.5

Pada data uji tarik spesimen 1 memiliki titik yield sebesar 4.2 kg /mm2yang artinya
bahwa batas elastik spesimen sebesar 4.2 kg /mm2. Di titik ini jika gaya yang
diberikan pada spesimen dihilangkan, maka spesimen tersebut masih bisa kembali
ke kondisi semula yaitu regangannya “nol”. Karena gaya diberikan pada spesimen
adalah gaya kontinu, maka kondisi spesimen terus naik sampai titik ultimatenya (
σ ultimate sebesar 0.053 kg /mm2). ini berarti bahwa spesimen akan patah jika
tegangan yang terjadi melebihi 0.053 kg /mm2. Selanjutnya data yang dapat terlihat
titik fraktur spesimen. Titik fraktur/kekuatan patah merupakan besar tegangan
dimana spesimen uji akan patah/putus karena melebihi tegangan maksimum.
Untuk spesimen ini besar kekuatan patahnya 9.52 kg /mm2. Dari data yang terbaca
pada grafik dapat diketahui bahwa spesimen uji merupakan ductile karena
spesimen memiliki regangan plastis sebelum putus yaitu lebih dari 5%.

Anda mungkin juga menyukai