TEORI PROTEIN
OLEH :
ARIF SUSANTO
NRP : 54183112283
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2020
Proteing
Dasar Analisis
1) Destruksi
Tahapan yang penting untuk memecahkan polipeptida yang
ditambahkan dengan asam sulfat pekat menjadi unsur yang lebih
sederhana. Proses pemecahan protein dibantu dengan katalisator
yang bersifat oksidator dan meningkatkan titik didih asam sulfat
sehingga mempercepat reaksi. Beberapa katalisator dapat digunakan
diantaranya campuran selenium mix, campuran K2SO4 dan CuSO4
(3:1), mercuri oksida. Asam sulfat yang bersifat oksidator kuat akan
mendesktruksikan sampel menjadi undur-unsurnya. Elemen karbon,
hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan Nitrogen
(N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4.Selenium dapat mempercepat
proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga
mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah
atau sebaliknya.Blanko berfungsi sebagai faktor koreksi dar adanya
senyawa N yang berasal dari regensua yang digunakan.Penambahan
asam sulfat dilakukan dalam ruang asam untuk menghindari S yang
berada di dalam protein terurai menjai SO2 yang sangat berbahaya.
Setelah penambahan asam sulfat larutan menjadi keruh. Pada
tahapan destruksi polypeptida dipecah dengan asam sulfat pekat
menjadi molekulmolekul sederhana. Nitrogen organik dioksider
menjadi ammonium sulfat, sedangkan sulfur pada ikatan peptida
menjadi sulfur dioksida. Karbon dan hidrogen membentuk Karbon di
oksida dan air.
2) Destilasi
Merupakan cara memisahkan cairan atau larutan berdasarkan
perbedaan titik didih, tujuan destilasi adalah memisahkan zat yang
diinginkan, prinsip destilasi adalah memisahkan cairan atau larutan
berdasarkan perbedaan titik didih dengan menambahkan NaOH
fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa
karen reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam. Dengan
melalui proses destilasi, gas amoniak ini kemudia akan menguap dan
ditangkap oleh asam borat (H3BO3) membentuk NH4H2BO3. Selain
itu sifat NaOH yng apabila ditambah dengan aquadest menghasilkan
panas, meski energinya tidak terlalu besar. Pada tahap destilasi,
ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya
selama destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan
atau timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan
logam zink (Zn).Dengan proses destilasi, gas amoniak ini kemudian
akan menguap dan ditangkap oleh asam borat (H3BO3) membentuk
NH4H2BO3. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan
maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP. BCG + MR
merupakan indikator amfoter, yaitu bisa bereaksi dengan asam atau
basa, Indikator ini digunakan untuk mengetahui asam dalam keadaan
berlebih. Indikator ini digunakan karena memiliki trayek pH 6-8
(melalui suasana asam dan basa/ dapat bekerja pada suasana asam
dan basa) yang berarti trayek kerjanya luas(meliputi asam-netral-
basa). Pada suasana asam indikator akan berwarna merah muda,
sedangkan pada suasana basa akan berwarna biru.
3) Titrasi
Titrasi merupakan tahap akhir.Melalui titrasi dapat diketahui
banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia.Dalam
tahapan titrasi, senyawa NH4H2BO3 dititrasi dengan menggunakan
asam klorida encer (0,02 N), sehingga asam borat terlepas kembali
dan terbentuk amonium klorida.Dengan prinsip stoikiometri, maka
akan diperoleh kesetaraan 1 mol HCl = 1 mol N = 14 g N. Titrasi HCl
yang dilakukan sampai equvalen ditandai dengan berubahnya warna
larutan biru kehijauan menjadi merah muda, karena adanya HCl
berlebih yang menyebabkan suasana asam (Indikator BCG+MR
berwarna merah muda pada suasana asam). Reaksi yang terjadi
selama proses titrasi adalah sebagai berikut:
Metode Pengujian
1. Metode Biuret
Pertama kali dikembangkan oleh Riegler pada tahun 1914 dengan prinsip
bahwa zat yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida dapat membentuk
kompleks berwarna abu-abu dengan garam Cu dalam larutan alkali. Ikatan
peptida dari protein akan bereaksi dengan ion Cu membentuk kompleks
berwarna abu-abu. Intensitas abu-abu tersebut berbanding langsung dengan
konsentrasi protein. Intensitas warna abuabu dapat diukur absorbansinya
dengan spektrophotometer pada panjang gelombang 520 nm.
2. Metode Lowry
Merupakan reaksi antara ion Cu2+ dengan ikatan peptida dan reduksi asam
fosfomolibdat dan asam fosfostungtat, oleh tirosin dan triptophan
menghasilkan warna ungu. Metode ini 100 kali lebih sensitif dibanding metode
Biuret, sedangkan untuk senyawa fenolik membentuk warna biru yang akan
mengganggu hasil penetapan. Untuk menghilangkan gangguan dapat
dihilangkan dengan mengendapkan protein dengan TCA
Titrasi
Dengan :