Anda di halaman 1dari 7

Tugas Pencegahan dan Pengendalian Infeksius

Ringkasan pengendalian infeksi untuk penyakit regional, dan pengambilan,


penyimpanan dan pengiriman bahan pemeriksanaan mikrobiologi yang benar, dan sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PPI

Dosen : Waqid Sanjaya, M.kep

Disusun Oleh :

Dara Fuji Nur Illahi

C1AA19020

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2020
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk Indonesia.
Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas (Community acquired
infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit (Hospital acquired infection) yang sebelumnya
dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang bertujuan untuk perawatan atau penyembuhan pasien, apabila dilakukan tidak sesuai prosedur
maka berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien yang lain atau bahkan pada
petugas kesehatan itu sendiri. Karena tidak dapat ditentukan secara pasti asal infeksi, maka sekarang
istilah infeksi nosokomial (Hospital acquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare-
associated infections” (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya di rumah sakit tetapi
juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, serta tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga
infeksi pada petugas kesehatan yang didapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien (Akib
et al, 2008).

1. Masalah pengendalian infeksi untuk penyakit infeksi regional


o Demam thypoid
Penularan : makan, minuman, kontak dengan hewan yang terinfeksi penularan
langsung antara manusia melalui rute fekal-oral
Periode inkubasi : 3-60 hari, biasanya 7-14 hari
Uji diagnostik : Biakan feses, darah, urin, aspirasi sumsum tulang, tes widal dapat
menunjukan adanya infeksi namun hasil positif palsu atau negatif palsu sering terjadi
dan karenanya tes ini tidak reliable
o TUBERCULOSIS
Cara penularan : Droplet nuclei
Masa inkubasi : 2-12 minggu (biasanya 10 minggu, rata-rata 3-4 minggu) dari infeksi
sampai terbentuknya reaksi positif terhadap tes tuberkulin, dapat terjadi relaps
bertahun-tahun kemudian.
Uji diagnostik :
a) Mikroskopik : sputum BTA, aspirasi cairan lambung, cairan pleura, ICS, urine,
cairan tubuh lain atau bahan biopsi
b) Kultur spesimen
c) PCR dari spesimen saluran napas
d) DNA fingerprint dengan restriction fragment length polymorphism (RFLP)
untuk evaluasi epidemilogi
e) Foto thorak dan tes tuberkulin untuk kasus asimptomatik
f) Hasil test Mantoux harus dibaca oleh tenaga kesehatan yang
berpengalaman
o HEPATITIS A

Cara penularan : Antar manusia secara fekal-oral yang terkontaminasi atau oral dari
air yang tercemar

Masa inkubasi : 15-50 hari, rata-rata 25-30 hari

Uji diagnostik : Anti HAV IgM dan IgG. IgM ditemukan saat awal penyakit dan
menghilang setelah 4 bulan dapat bertahan sampai 6 bulan atau lebih lama. Anti
HAV IgG dapat dideteksi sesaat setelah IgM.
o HEPATITIS B

Cara penularan : Darah atau cairan tubuh pada pasien HbsAg positif

Masa inkubasi : 45-160 hari, rata-rata 120 hari

Uji diagnostik : Tes serologis HbsAg, HbeAg, anti HBc IgM dan anti HBc IgG

PCR DNA untuk menilai HBV DNA kuantitatif

o SCABIES

Cara penularan : Kontak erat dengan penderita

Masa inkubasi : 4-6 minggu

Uji diagnostik : Identifikasi tunggu atau telur dari kotoran kulit)

o VARCELLA ZOSTER

Cara penularan : Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung, kadang melalui
penyebaran udara (airborne) dari sekret pernapasan dan sangat jarang melalui lesi
zoster

Masa inkubasi : 14-16 hari

Uji diagnostik : Deteksi antigen dari lesi vesikel selama 3-4 hari pertama erupsi dengan
pewarnaan immunofluoresen atau kultur

Uji serologi meliputi immunoassay dan indirect fluorescent antibody

o INFLUENZA

Transmisi : Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung, infeksi droplet besar
(large droplet), atau alat/bahan yang terkontaminasi sekret nasofaringeal

Masa inkubasi : 1-3 hari

Uji diagnostik :

a) Deteksi antigen cepat pada aspirat nasofaringeal dengan uji


immunofluorescent
b) Kultur sekret nasofaringeal yang diperoleh pada 72 jam pertama
o INFEKSI ENTEROVIRUS

Transmisi : Fekal-oral dan kontak langsung melalui saluran napas. Virus dapat bertahan
hidup di lingkungan dalam jangka waktu lama sehingga transmisi dapat terjadi melalui
alat atau bahan yang terkontaminasi

Masa inkubasi : 3-6 hari untuk penyakit tangan kaki dan mulut

Uji diagnostik : Rapid virus culture (shell vial) dan deteksi langsung dengan menggunakan
tehnik molekuler (Reverse transcriptio-PCR) dari apusan tenggorok, tinja dan rectal atau
cairan serebrospinal. Tes serologis kurang bermakna.

o SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME (SARS)


Cara penularan : Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung dan atau droplet.
virus dapat bertahan hidup di lingkungan dalam jangka waktu lama sehingga transmisi
dapat terjadi melalui alat atau bahan yang terkontaminasi

Masa inkubasi : 2-10 hari

Uji diagnostik :

a) Deteksi langsung dengan tehnik molekular (RT-PCR) dan dikonfirmasi dengan


pemeriksaan di laboratorium rujukan lain dari dua spesimen yang di ambil dari
tempat yang berbeda (misalnya nasofaring dan tinja) atau dua spesimen yang di
ambil dari sumber yang sama pada dua hari yang berbeda (misalnya dua aspirat
nasofaring)
b) Isolasi pada kultur sell SARS Co-V dari spesimen dan konfirmasi PCR yang
divalidasi oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
c) Deteksi antibody serum dari SARS-CoV dengan uji yang valid (misal ELISA) dan
dikonfirmasi oleh laboratorium rujukan kedua dari specimen tunggal atau titer
antibody meningkat empat kali atau lebih antara fase akut dan fase konvalesens
yang di uji secara paralel atau uji antibody yang negatif pada fase akut dengan
hasil positif pada fase konvalesens yang diuji secara paralel
o PENGAMBILAN, PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN BAHAN PEMERIKSAAN
MIKROBIOLOGI
Dalam pengambilan spesimen harus memperhatikan kenyamanan dan privasi klien,
penjelasan dan arahan yang cukup kepada pasien dan melibatkannya dalam
spesimen yang diambil sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan tanpa mengganggu
hak pasien.
a) Pengambilan Spesimen
a. Macam spesimen
Untuk pemeriksaan laboratorium, diperlukan bahan pemeriksaan /sampel, yang
wujudnya bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan yang erat kaitannya dengan
penyakit  klien. Sampel atau spesimen dapat berasal dari kiriman tempat lain
maupun pengambilan ditempat pemeriksaan atau dilapangan. Ditatanan pelayanan
klinik perawat sering menerima tanggung untuk pengambilan dan pengumpulan
spesimen. 
b) Teknik Pengkoleksian Spesimen
Jumlah spesimen ini penting agar pemeriksaan berhasil dan tidak perlu banyak yang
terbuang.
Contahnya :
Sampel darah. Untuk pemeriksaan widal/gal kultur diperlukan 3-5 ml darah vena.
Pada bakterimia 10 ml (dewasa), 2-5ml (anak-anak) dan 1-2 ml (bayi) darah yang
diambil dapat diinokoluasikan langsung ke media Darah dimasukkan ke dalam botol
media untuk biakan aerob & Haemophillus digunakan media BHI broth, Untuk
biakan anaerob digunakan media Thioglicolate broth. Apabila botol media tidak
memungkinkan karena jarak yang jauh, maka darah dimasukkan ke dalam
botol/tabung yang berisi antikoagulan Sodium Polyanethol Sulfonate (SPS) dengan
perbandingan 0,5 ml stok SPS dalam 5 ml darah.
c) Pengiriman Spesimen
Tiap spesimen atau bahan pemeriksaan yang dikirim ke laboratorium harus disertai dengan surat
pengantar atau blanko permintaan pemeriksaan yang meliputi :

 Nama lengkap, jenis kelamin, umur, serta alamat pasien

 Tanggal pengambilan spesimen

 Jenis spesimen (darah, urin, pus, dan lain-lain)

 Jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya bahan : feses, jenis pemeriksaan :


shigella, salmonella, cholera

 Asal spesimen : hasil muntahan, rectum, (rectal swab), tenggorokan

HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN

Hygiene dan sanitasi mengacu pada, lingkungan sehat mencakup lingkungan pemukiman, tempat
kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum. Hygiene adalah upaya kesehatan dengan
cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan
cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya. 

Tujuan utama Hygiene dan Sanitasi yaitu mencegah kontaminasi makanan oleh bakteri, mencegah
perkembangbiakan bakteri dan mencegah terjadinya kontaminasi silang dan rekontaminasi. 6
prinsip hygiene dan sanitasi makanan:

Bahan makanan hedaklah dipilih yang bagus dan berkualitas, karena bagus penampilannya
tidak selalu berkualitas. Penampilan yang bagus tapi  warna mencolok dikhawatirkan itu bukan
pewarna makanan yang akan dapat membahayakan kesehatan.

1. Pemilihan Bahan Makanan

Secara umum pilih lah yang bersih, tidak bau, tidak berubah warna serta segar dan tidak berulat
untuk sayur – sayuran. Bahan makanan yang  dalam bentuk kemasan harus memperhatikan
tanggal kadaluarsanya.

2. Penyimpanan Bahan Makanan

Bahan makanan yang belum dimasak harus di simpan di lemari pendingin untuk menghindari
kerusakan atau pembusukan bahan makanan

3. Persiapan dan Pengolahan makanan

Makanan harus diolah dengan alat atau wadah yang bersih, dan tenaga yang mengolah/
menjamah makanan harus menjaga hygiene dan sanitasi personalnya yaitu dengan memakai
Alat Pelindung Diri (APD) pada saat persiapan, pengolahan makanan bahkan sampai makanan
disajikan ke pelanggan.

4. Penyimpanan Makanan Masak/Matang

Makanan matang di simpan dalam wadah yang “Safety”, yaitu bersih dan tidak menggunakan
wadah yang dapat membahayakan bagi kesehatan. Makanan harus dalam keadaan tertutup,
sehingga terhindar dari debu, serangga dan lain-lain

5. Pengangkutan makanan
Pada prinsipnya sama dengan penyimpanan makanan masak/matang dan dalam proses
pengangkutan harus menggunakan wadah atau alat yang tidak rawan tumpah.

6. Penyajian Makanan

Makanan disajikan dalam wadah yang bersih, tertutup dan pramusaji makanan harus memakai
APD sesuai standar.

Dengan demikian diharapkan makanan yang disajikan ke pelanggan adalah makanan yang
memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat bermanfaat untuk kesehatan orang  pelanggan
yang mengkonsumsinya.
DAFTAR PUSTAKA

http://yankes.kemkes.go.id/read-hygiene-dan-sanitasi-makanan-7937.html <diakses pada 22 mei


2020>

Alponsin. 2019. Pengumuman dan transportasi spesimen.


https://alponsin.wordpress.com/2019/06/12/pengumpulan-dan-transportasi-spesimen/amp/
<diakses 22 mei 2020>

Anda mungkin juga menyukai