Anda di halaman 1dari 19

TUGAS SISTEM NEUROBEHAVIOUR

LP & SP RESIKO BUNUH DIRI

Disusun oleh kelompok 3:

1. Habibur Rahman 1403031


2. Ani Muflihah 1503011
3. Maulida Afidah 1503059
4. Puri Setiawati 1503075
5. Trisna Apriliyani 1503087
6. Yulinda Kristina R 1503095

PRODI S1 KEPERAWATAN KELAS A TINGKAT III


STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2017/2018
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama :
Resiko Bunuh Diri
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan
putus harapan merupakan rentang adaptif maladaptif.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian
(Gail w. Stuart, 2007). Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri
(Ann Isaacs, 2004.)
Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan agresif
yang merusak diri sendiri dengan mengemukakan rentang harapan-harapan putus asa,
sehingga menimbukan tindakan yang mengarah pada kematian.

Skor Resiko bunuh diri yang dikemukakan oleh bailey dan dreyer (1977) sebagai berikut:

1. Skor 0: Tidak ada ide bunuh diri yang sekarang

2. Skor 1: ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh
diri.

3. Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.

4. Skor 3:Mengacam bunuh diri, misalnya: tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri.

5. Skor 4: Aktif mencoba bunuh diri


Tahapan Resiko Bunuh Diri
Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 Tahap :
a.         Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh!” atau” segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini pasien
mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan
ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan
seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien juga
mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri
rendah.
b.       Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh
diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya
respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati,disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh
diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
c.        Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba
bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu
individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang
menjatuhkan harga dirinya.
d.        Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan.
Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati
mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009)
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis
dan menyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber social.
t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
C. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri/orang lain/lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri Rendah Halusinasi Gangguan isi pikir/waham

D. Data yang Perlu dikaji


DS :
a) Resiko Perilaku bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.

DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.

b) Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.

DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul prilaku percobaan bunuh diri :
1. Resiko bunuh diri.
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain

F. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri
Tujuan umum            : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus           :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a.       Perkenalkan diri dengan klien
b.      Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c.       Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d.      Bersifat hangat dan bersahabat.
e.       Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri


Tindakan :
a. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,
tali, kaca, dan lain lain).
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.
3.     Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan
lain-lain.
e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan
untuk hidup.
4.    Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5.      Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
  Tindakan:
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang mvenyenangkan
setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)
b. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam
kesehatan.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif
Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan umum                        : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan khusus                       :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindari penilaian negatif setiap pertemuan klien
c. Utamakan pemberian pujian yang realitas
3.  Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga.
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5.     Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

Diagnosa 3 : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


Tujuan umum              :
a.       Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus             :
a.       Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
b.      Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
c.       Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
d.      Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
Tindakan :
1. Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
a. Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b. Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
c. Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
d. Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e. Merencanakan yang dapat pasien lakukan
3.  Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian masalah
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik
BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN

SP 1
A. Kondisi Klien
DS :
1. Pasien Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
2. Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Pasien Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
DO :
1. Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
2. Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan
alcohol).
3. Kehilangan anggota keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien :
a. Identifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri : isyarat, ancaman, percobaan (jika
percobaan segera rujuk)
b. Identifikasi tanda-tanda bahaya mengankannya (lingkungan aman untuk pasien)
c. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri
sendiri, latihan afirmasi / berpikir aspek positif yang dimiliki
d. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif 5 kali perhari

D. Strategi Komunikasi
ORIENTASI
Salam terapeutik : 
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Rachel Indrayani, saya biasa dipanggil Suster Rachel,
saya bertugas pada shift pagi mulai pukul 07.00 -14.00. Nama mbak siapa ya? senang
dipanggil apa? Ohh Siska. Baiklah Siska,”
Evaluasi dan validasi : 
“Bagaimana perasaan X hari ini? Saya akan selalu menemani X disini mulai dari pukul
07.00-14.00, nanti akan ada perawat yang menggantikan saya untuk
menemani  X  selama dirawat di rumah sakit ini.”
Kontrak : 
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang mbak rasakan selama ini, saya
siap mendengarkan sesuatu yang ingin mbak sampaikan. Bagaimana kalau kita lakukan
disini saja? Jam berapa kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau jam 13.00
setelah makan siang mbak?”

KERJA
“Bagaimana perasaan  X  setelah bencana itu terjadi?”
“Apakah dengan bencana tersebut X merasa paling menderita di dunia ini?”
“Apakah  X  kehilangan kepercayaan diri? ”
“Apakah  X  merasa tidak berharga dan lebih rendah dari pada orang lain? ”
“Apakah   X  sering mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi? ”
“Apakah  X  berniat untuk menyakiti diri sendiri seperti ingin bunuh diri atau
berharap  mati? ”
”Apakah  X  mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya?”
Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera memberikan tindakan untuk
melindungi klien.
“Baiklah tampaknya  X  memerlukan bantuan untuk menghilangkan keinginan untuk
bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar  X  untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan  X . Nah, karena  X  tampaknya masih memiliki keinginan
yang kuat untuk mengakhiri hidup Dea, maka saya tidak akan membiarkan  X  sendiri.
“Apakah yang akan  X  lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Ya, saya setuju.  X 
harus memaggil perawat yang bertugas di tempat ini untuk membantu  X . Saya percaya
X  dapat melakukannya.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan X setelah kita bincang-bincang selama ini ?”
“Coba ibu sebutkan cara tersebut ?”
“baiklah, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang meningkatkan harga
diri pasien isyarat bunuh diri.
“Jam berapa X  bersedia bercakap-cakap lagi? mau berapa lama?, mau dimana
tempatnya?”
SP 2
A. Kondisi Klien
DS :
1. Pasien Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
2. Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Pasien Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
DO :
1. Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
2. Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan
alcohol).
3. Kehilangan anggota keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 2 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, berikan pujian, kaji ulang resiko
bunuh diri
2. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri : buat daftar aspek positif
keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berfikir aspek positif keluarga dan lingkungan
3. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang dir, keluarga dan lingkungan

D. Strategi Komunikasi
ORIENTASI
Selamat pagi X , masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Bagaimana perasaan X  saat
ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita kemarin
sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang
masih Deamiliki. Mau berapa lama? Dimana?
KERJA
Apa saja dalam hidup X  yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau X  meninggal. Coba X  ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan X . Keadaan
yang bagaimana yang membuat X  merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan X  masih
ada yang baik yang patut X  syukuri. Coba X  sebutkan kegiatan apa yang masih
dapat X lakukan selama ini. Bagaimana kalau Dea mencoba melakukan kegiatan tersebut,
Mari kita latih.

TERMINASI
Bagaimana perasaan  X  setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa saja
yang Dea patut syukuri dalam hidup Dea? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan  X  jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan. Bagus Dea. Coba  X  ingat
lagi hal-hal lain yang masih  X  miliki dan perlu di syukuri!
Nanti jam 2 siang kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya
dimana? Baiklah, tetapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera
hubungi saya ya!
SP 3
A. Kondisi Klien
DS :
1. Pasien Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
2. Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Pasien Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
DO :
1. Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
2. Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan
alcohol).
3. Kehilangan anggota keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 3 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan lingkungan. berikan
pujian, kaji ulang resiko bunuh diri
2. Diskusikan harapan dan masa depan
3. Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
4. Latih cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap (setahap demi setahap)
5. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga, lingkungan dan
tahapan yang dipilih

D. Strategi Komunikasi
ORIENTASI
Selamat pagi  X .
Bagaimana perasaan  X  i hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!
Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah  X  selama ini.
Mau berapa lama Dea? Mau disini saja?
KERJA
Coba ceritakan situasi yang membuat  X ingin bunuh diri. Selain bunuh diri apalagi kira-kira
jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya X. Nah, sekarang coba kita diskusikan tindakan yang
menguntungan dan merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi
masalah yang paling menguntungkan! Menurut X cara yang mana? Ya saya juga setuju
dengan pilihan X. Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk mengatasi perasaan X ketika
mau bunuh diri dengan cara tersebut.
TERMINASI
Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan X setelah kita bercakap-cakap?
Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang X gunakan. Coba X melatih  cara yang
X pilih tadi.
Kontrak yang akan datang: Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas
pengalaman Dea menggunakan cara yang Dea X

.
SP 4
A. Kondisi Klien
DS :
4. Pasien Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
5. Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati.
6. Pasien Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
DO :
1. Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
2. Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan
alcohol).
3. Kehilangan anggota keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 4 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan lingkungan serta
kegiatan yang dipilih. berikan pujian
2. Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
3. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga, lingkungan dan
tahapan yang dipilih untuk persiapan masa depan
D. Strategi Komunikasi
ORIENTASI :
“Selamat pagi bu! ”
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri? Apalagi
hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang kita akan berdiskusi tentang
bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama? Di saja
yah ?”
KERJA:

Coba ceritakan situasi yang membuat A ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apalagi kira-kira
jalan keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah coba kita diskusikan keuntungan dan
kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling
menguntungkan! Menurut A cara yang mana? Ya, saya setuju. A bisa dicoba!”Mari kita buat
rencana kegiatan untuk masa depan.”

TERMINASI

Bagaimana perasaan A, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi masalah yang A
akan gunakan? Coba dalam satu hari ini, A menyelesaikan masalah dengan cara yang dipilih
B tadi. Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk membahas
pengalaman A menggunakan cara yang dipilih”
DAFTAR PUSTAKA

Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Yosep Iyous. 2009. Keperawatn Jiwa. Bandung: Refika Adira
http:www.ilmukeperawatan/denganklienbunuhdiri.com
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo
2003

Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999

Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung:
RSJP.2000

Anda mungkin juga menyukai