Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

“KODE ETIK PROFESI BIDAN DI TINGKAT NASIONAL DAN


INTERNASIONAL”
Mata Pelajaran Etika dan Hukum Kebidanan

Disusun oleh :

1. Elva Marentka P3.73.24.2.18.051


2. Fatimah Wafa Viola E P3.73.24.2.18.053
3. Nabila Intan K P3.73.24.2.18.064
4. Syita Maidah Haly P3.73.24.2.18.076

PROGRAM STUDI : D-III KEBIDANAN


II.B

POLTEKNIK KESEHATAN JAKARTA 3


TAHUN AJARAN

2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan studi kasus dengan judul “Kode Etik
Profesi Bidan di Tingkat Nasional dan Internasional”.

Makalah ini memberi perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
kebidanan.Di dalam sub bab makalah ini sudah ada uraian & teori pendukung yang menjelaskan
tentang asuhan kebidanan. Bagian lampiran di sajikan secara sistematis dan di sertai dengan
gambar-gambar yang relevan,sehingga mempermudah untuk memahami maksud dari isi makalah
ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca.

Bekasi, Agustus 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1 Pengertian Kode Etik.........................................................................................................................5
2.2 Kode Etik Bidan Indonesia................................................................................................................6
2.3 Kode Etik Bidan Internasional...........................................................................................................8
2.4 Persamaan Kode Etik Bidan Nasional & Internasional....................................................................10
2.5 Perbedaan Kode Etik Bidan Nasional dan Kode Etik Bidan Internasional......................................19
2.6 Kode Etik di New Zealand..............................................................................................................20
2.7 Kode Etik di USA...........................................................................................................................22
2.8 Kode Etik di Eropa..........................................................................................................................31
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................35
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................36

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kode etik merupakan salah satu cara di mana seseorang dapat bersikap untuk
menghadapi suatu permasalahan yang berhubungan dengan profesi yang sedang digelutinya.
Setiap profesi memiliki kode etik yang berbeda-beda. Salah satu contohnya adalah profesi yang
bergerak dibidang kesehatan. Kode etik tersebut dapat berupa etika dalam kewajiban akan
profesi yang ia sedang geluti
Berbeda dengan profesi tenaga kesehatan lainnya, bidan dapat berdiri sendiri dalam
memberikan pertolongan kesehatan kepada masyarakat khususnya pertolongan persalinan
normal. Oleh karena itu, bidan mengucapkan janji atau sumpah saat menamatkan diri dari
pendidikannya. Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai
ujung tombak dalam upaya meningkatkin sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk
melakukan pengawasan, pertolongan, dan pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu
postpartum.
Pada masyarakat daerah, bidan yang di percaya adalah bidan yang beretika. Hal ini tentu
akan sangat menguntungkan baik bidan yang mempunyai etika yang baik karena akan mudah
mendapatkan relasi dengan masyarakat sehingga masyarakat juga akan percaya pada bidan.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering
terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan
kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga membutuhkan bidan yang mampu menyatu
dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan pelayanan kepada
ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensif
pada neonatal, dan postpartum serta mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan di
rumah.
Profesi bidan Di setiap Negara yang berbeda pasti memiliki kode etik bidan yang berbeda
pula maka dari itu di buatlah suatu kode etik yang dapat di gunakan di setiap Negara yaitu kode
etik internasional yang di dalam butir nya mencakup dan mewakili kode etik yang ada di suatu
Negara.

4
Sertiap profesi bidan harus bisa menerapkan dan menanamkan kode etik Negara nya dank
ode etik internasional dalam memberikan pelayanan kepada klien,oleh karena itu penulis dalam
makalah ini akan memberikan analisis persamaan dan perbedaan dari kode etik nasional dan
internasional bidan

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Isi Kode Etik Bidan Indonesia?


2. Bagaimana Isi Kode Etik Bidan Internasional?
3. Bagaimana persamaan antara Kode Etik Bidan Nasional dengan Internasional?
4. Bagaimana perbedaan antara Kode Etik Bidan Nasional dengan Internasional?
5. Bagaimana kode etik di New Zealand, USA, dan Eropa ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Isi Kode Etik Bidan Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana Isi Kode Etik Bidan Internasional.
3. Untuk mengetahui persamaan antara Kode Etik Bidan Nasional dengan Internasional.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara Kode Etik Bidan Nasional dengan Internasional.
5. Untuk mengetahui bagaimana kode etik di New Zealand, USA, dan Eropa

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kode Etik

Kode etik adalah norma-norma yanh garus diindahkan olehs etiap profesi dalam
melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat.norma tersebut berisi petunjuk bagi
anggota profesi tetntang begaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan, yaitu
ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak bolehdiperbuat atau dilaksanakan oleh anggota
profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah
laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Kode etik merupakan
suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai&nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan
merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota
dalam melaksanakan pengabdian profesi.

2.2 Kode Etik Bidan Indonesia

Bab 1 : Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat


1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah
sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya, menjungjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.

6
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.

Bab 2 : Kewajiban Bidan terhadap Tugasnya


1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
2. Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi
dan/atau rujukan.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan/atau
dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien.

Bab 3 : Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya


1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

Bab 4 : Kewajiban Bidan terhadap Profesinya


1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjunng tinggi citra profesinya
dengan menampilkan keperibadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

7
Bab 5 : Kewajiban Bidan terhadap diri sendiri
1) Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
2) Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Bab 6 : Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa, & Tanah Air
1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan
kesehatan keluarga dan masyarakat.
2. Setiap bidan melalui profesinya, berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

Bab VII : Penutup


Setiap bidan dalam melaksanakan tugassnya sehari-hari, senantiasa mengahayati dan
mengamalkan kode etik bidan Indonesia.

2.3 Kode Etik Bidan Internasional

Kode etik bidan Internasional menghargai perempuan berdasarkan HAM, mencari keadilan
bagi semua dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan, dan didasarkan atas
hubungan yang saling menguntungkan dengan penuh hormat, saling percaya dan bermartabat
bagi seluruh anggota masyarakat. Operasionalisasi kode etik kebidanan meliputi hubungan
dengan perempuan sebagai klien, praktik kewajiban profesi, peningkatan pengetahuan dan
praktik kebidanan.

1. Hubungan perempuan dengan klien


a) Bidan menghormati hak pilih perempuan berdasarkan pada informasi dan
meningkatkan penerimaan tanggung jawab perempuan atas hasil dan pilihannya.

8
b) Bidan bekerja dengan perempuan, mendukung hak mereka untuk berpartisipasi
aktif dalam memutuskan pelayanan bagi diri mereka dan kesehatan perempuan serta
keluarganya dimasyarakat.
c) Bidan bekerja sma dengan perempuan, pemerintah, dan lembaga donor untuk
menilai kebutuhan perempuan terhadap pelayanan kesehatan serta menjamin
pengalokasian sumber daya secara adil dengan mempertimbangkan prioritas dan
ketersediaan.
d) Bidan dalam profesinya, mendukung dan saling membantu dengan yang lain dan
secara aktif menjaga diri dan martabat mereka sendiri.
e) Bidan bekerja sama dengan profesi kesehatan lain, berkonsultasi, dan melakukan
rujukan bila perempuan memerlukan asuhan di luar kompetensi bidan
f) Bidan mengenali adanya saling ketergantungan dalam memberi pelayanan dan
secara aktif memecahkan konflik yang ada.
g) Bidan berkewajiban atas diri mereka sebagai manusia bermoral termasuk tugas
untuk menghormati diri sendiri dan menjaga nama baik.

2. Praktik Kebidanan
a) Bidan memberi asuhan kepada ibu dan keluarga dan keluarga yang mengasuh anak,
disertai sikap meghormati keberagaman budaya dan berupaya untuk menghilangkan
praktik yang berbahaya.
b) Bidan memberi harapan nyata suatu persalinan terhadap ibu dimasyarakat, dengan
maksud minimal tidak ada ibu yang menderita akibat konsefsi atau persalinan.
c) Bidan harus menerapkan pengetahuan profesi, untuk menjalin persalinan yang
aman.
d) Bidan merespon kebutuhan psikolog,fisik,emosi,dan spiritual Ibu yang mencari
pelayanan kesehatan, apapun kondisinya.
e) Bidan bertindak sebgaia role model (panutan) dalam promosi kesehatan untuk ibu
sepanjang siklus hidupnya,keluarga,dan profesi kesehatan lain.
f) Bidan secara aktif meningkatkan kemampuan intelektual dan profesi sepanjang
karir kebidanan dan memadukan peningkatan tersebut kedalam praktik mereka.

9
3. Kewajiban Profesi Bidan
a) Bidan menjamin kerahasiaan informasi klien dan bertindak bijaksana dalam
menyebarkan informasi tersebut.
b) Bidan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka berdasarlkan
hasil asuhan bagi ibu.
c) Bidan diperkenankan untuk menolak berpartisipasi dalam kegiatan yang
bertentangan dengan moral ; akan tetapi bidan perlu menumbuhkan kesadaran
individu untuk tidak mengabaikan pelayanan kesehatan esensial bagi ibu
d) Bidan memahami akibat buruk pelanggaran etik dan hak asasi manusia (HAM)
bagi kesehatan Ibu dan Anak dan menghindari pelanggaran ini.
e) Bidan berpartisipasi dalam pembangunan dan pelaksanaan kesehatan yang
mempromosikan kesehatan Ibu dan keluarga yang mengasuh anak.

4. Peningkatan dan Pengetahuan dan Praktik Kebidanan.


a) Bidan menjamin bahwa peningkatan pengetahuan kebidanan dilandasi oleh
aktifitas yang melindungi hak wanita sebagai manusia.
b) Bidan mengembangkan dan berbagi pengetahuan melalui berbagai proses seperti
peer preview dan penelitian.
c) Bidan berpartisipasi dalam pendidikan formal mahasiswa kebidanan dan bidan.

2.4 Persamaan Kode Etik Bidan Nasional & Internasional

1.) Kode Etik Bidan Nasional


Pada Bab 1 point 3 “Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan yang
optimal kepada siapa saja dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan, golongan,
bangsa dan negara” Maksudnya adalah setiap bidan dimanapun berada dan ditempatkan
harus memberikan pelayanan yang maksimal dan optimal kepada setiap klien dan pasien
dari berbagai golongan , selalu mengutamakan hak pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dari bidan tanpa diganggu dengan kegiatan bidan yang lain. Pelayanan kesehatan

10
yang diberikan bidan juga harus sesuai dengan standar kompetensi yang sudah ada. ini
seperti yang tertera dalam
Sesuai dengan :
a) Filosofi Kebidanan no.3 “Bidan meyakini setiap individu berhak memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan mausia
dan perbedaan budaya, setiap individu berhak untuk menetukan nasibnya sendiri,
mendapat informasi yang cukup, dan berperan di segala aspek pemeliharaan
kesehatannya.”
b) Informed Choice keputusan yang dibuat setelah melalui pertimbangan matang
terhadap bukti-bukti ilmiah yang relevan. Keputusan ini dipengaruhi oleh
lingkungan , keyakinan dan pengalaman orang tersebut. Bidan dalam hal ini ikut
andil dalam menginformasikan ke klien.

2. Kode etik bidan Internasional Bidan


No. 1 point a “menghormati hak pilih perempuan berdasarkan pada informasi dan
meningkatkan penerimaan tanggung jawab perempuan atas hasil dan pilihannya” yaitu
Bidan selalu menghormati hak pilih kliennya yaitu perempuan berdasarkan pada informasi
yang Bidan informasikan tentang pelayanan apa yang aka dipilih dan melakukan “Informed
choice” untuk membantu klien dalam menentukan pilihan dengan meningkatkan rasa
tanggung jawab pada resiko klien atas pilihannya yang terbaik. Sesuai dengan :
a) Hak Pasien
a. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai  dengan profesi bidan
tanpa diskriminasi.
b. Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.

Jadi setiap bidan menghormati hak pilih dan hak Informed Choice klien dalam menentukan
pelayanan kebidanan apa yang akan mereka pilih dalam menunjang kehidupannya. Dan bidan
sebelumnya wjaib menginformasikan tentang apa saja jenis pelayanan dan resiko yang akan
didapat oleh klien. Bidan juga membantu pasien dalam memilihnya.

11
1) Kode Etik Bidan Nasional
Bab I point 2 yang berbunyii “Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya
menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bidan” yaitu Bidan sebagai profesi memiliki nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial,
yaitu bahwa jasa yang diberikan kepada kliennya adalah suatu kebijakan sosial, karena
masyarakat akan merasa sangat dirugikan atas ketidakhadiran bidan. Pengabdian dan
pelayanan bidan adalah dorongan hati nurani yang tidak mendahulukan balas jasa. Terdapat
pula dalam Bab IV point 1 “Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjunng
tinggi citra profesinya dengan menampilkan keperibadian yang tinggi dan memberi
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.”

2) Kode Etik Internasional


No 1 point d “ Bidan dalam profesinya mendukung dan saling membantu dengan yang lain
dan secara aktif menjaga diri dan martabat mereka sendiri” yaitu bidan dalam
menjalankan profesinya sebagai bidan (tenaga kesehatan) yang membantu ibu bersalin
saling membantu & memberikan dukungan kepada sesama profesi bidan dengan tidak saling
bersikap menjatuhkan satu sama lain. Bidan juga seacra aktif menjada diri dan harga diri
(martabat) mereka sendiri. Menjada penilaian klien terhadap bidan dengan memberikan
pelayanan yang maksimal sesuai dengan standar dan kompetensi bidan. Terdapat juga dalam
No. 1 point g “Bidan Berkewajiban atas diri mereka sebagai manusia bermoral, termasuk
tugas untuk menghormati diri sendiri, dan menjaga nama baik.” Artinya Bidan mempunya
kewajiban atas sikap , tingkah dan sifat mereka sebagaimana manusia yang memiliki moral
termasuk dalam bersikap dan bertingkah untuk menghargai & menghormati diri sendiri,
tidak melakukan hal yang dapat membuat harga diri seorang bidan jatuh.

Jadi dalam kode etik bidan nasional maupun internasional sama-sama mewajibkan menjaga
image dari pihak luar atau masyarakat mencegah orang luar memandang rendah atau remeh
suatu profesi. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk
tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di
dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode kehormatan.

12
1) Kode Etik Bidan Nasional
Bab 2 point b “Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan
dalam mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi
dan/atau rujukan” yaitu bidan berhak membantu persalinan dirumah sendiri, dipuskesmas,
dirumah sakit, dan partus luar sesuai sebagaimana bidan bertugas pada waktu yang
dimaksud (kejadian). Bidan juga mempunyai kewajiban untuk mengadakan pelayanan
konsultasi terhadap ibu, bayi, dan KB sesuai dengan wewenangnya. Dan bidan juga
mempunyai kewenangan untuk merujuk atau berkolaborasi dengan tenaga medis lain dalam
kasus yang tak bisa ditangani atau membutuhkan fasilitas yang lebih lengkap dari yang dia
punya.
Sesuai dengan :
a) Permenkes No. 5380/IX/1963 (Konsep kebidanan : Hal.13) yang menyatakan
bahwa wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri.
Sudah sangat jelas dalam permenkes ditegaskan bahwa Bidan hanya diperbolehkan
untuk membantu persalinan yang normal, jika diluar wewenang bidan maka bidan
wajib melakukan rujukan atau kolaborasi. Ini juga sesuai dengan
b) Peran Bidan (Dalam Konsep Kebidanan : hal 38) yaitu Peran sebagai Pelaksana.
Terdapat tugas :
a Tugas Mandiri (Independen)
b Tugas Kolaborasi (Interdependen)
c Tugas Rujukan (Dependen)

Dimana dalam penjelasan tersebut dijelaskan pelayanan apa saja yang boleh
diberikan bidan dan pelayanan apa saja yang diluar kewenangan bidan sehingga harus
melakukan tugas kolaborasi maupun rujukan.

o Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/149/2010


Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Prakik Bidan BAB III Penyelenggaraan Praktik Pasal
18 point b “Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dengan tepat waktu”

13
2) Kode Etik Bidan Internasional
No. 1 point e “Bidan bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain, berkonsultasi , dan
melakukan rujukan bila perempuan melakukan asuhan diluar kompetensi bidan” artinya
bidan siap menghubungi profesii kesehatan lain jika ada kasus yang diluar kewenangan
bidan ataupun memiliki klien yang mempunyai permasalahan yang bukan termasuk
kompetensi bidan. Pada kasus ini bidan wajib melakukan rujukan, ada point lain yang
menjelaskan tentang “rujukan” terdapat pula pada No. 1 point f “Bidan mengenali adanya
saling ketergantungan dalam memberi pelayanan dan secara aktif memecahkan konflik
yang ada.” Yaitu Bidan harus mampu melakukan rujukan/kolaborasi disaat yang tepat
dengan cepat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Ketepatan dan kecepatan
dalam mengambil keputusan sangat berperan penting dalam memilih tindakan.

Jadi dalam Kode etik nasional maupun internasional sama-sama mewajibkan bidan agar
merujuk kasus patologis atau yang diluar kewenangan.

1) Kode Etik Bidan Nasional

pada Bab 2 point c “Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat
dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien” bahwa sangatlah penting bagi seorang bidan (tenaga
medis) menjaga kerahasiaan hasil pemeriksaan pasien. Menjadi haram bagi bidan untuk
membuka rahasia klien kepada yang tidak diminta dan bukan urusan pengadilan.
Sesuai dengan :
a) Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan Bab V Pasal
22 yang berbunyi :
1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam menjalankan tugas profesinya
berkewajiban untuk
a. Menghormati hak pasien;
b. Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;
c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang
dilakukan.

14
d. Diminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan
e. Membuat dan memelihara rekam medis.

2) Kode Etik Bidan Intenasional

No. 3 point a “Bidan menjamin kerahasiaan informasi klien dan bertindak bijaksana dalam
menyebarkan informasi tersebut” Bidan menjamin akan kerahasiaan hasil pemeriksaan
pasien, hasil keseluruhan keadaan pasien ini juga didukung dalam :

a. Kewajiban Bidan “Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya


tentang seorang pasien”.

Bidan juga harus bersikap bijaksana dalam menyebar luaskan informasi tersebut
sesuai dengan kepentingan pengadilan dan kepentingan pemberitahuan tentang “penyakit
menular” jika klien mempunyai penyakit menular yang wajib diberitahukan pada keluarga
untuk mencegah atau memotong mata rantai penularan hanya pada klien. Ini semua demi
kebaikan klien dan keluarganya.

Jadi pada intinya di Kode etik nasional dan internasional sama-sama mewajibkan
Bidan agar merahasiakan rahasia tentang hasil pemeriksaan keadaan klien atau apapun
mengenai diri klien terkecuali mengenak Penyakit menular dan kepentingan pengadilan.

1) Kode Etik Bidan Nasional


Bab IV point 2 “Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”
Seorang bidan senantiasa mengembangakn pengetahuannya untuk menunjang profesinya,
agar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan untuk dipadukan dengan praktik dan
menggunakan teknologi kebidanan yang modern. Dan juga terdapat pada Bab IV point 3
“Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya” yaitu Bidan diharuskan ikut serta

15
dalam kegiatan penelitian suatu kejadian atau kasus baru dalam ruang lingkup kebidanan
dan ataupun kegiatan semacam Seminar dan pelatihan guna meninjau sejauh mana
pengetahuannya agar bisa mengikuti perkembangan pengetahuan kebidanan. Sesuai dengan :
a. UU. No 23/92 Tentang Kesehatan kewajiban Bidan untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan, ini tercantum dalam pasal 28 ayat (1) dan pasal 52 e, yang diselenggarakan
oleh organisasi profesi dan lembaga laiin yang terakreditasi.
b. Kewajiban Bidan ”Bidan wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non
formal”.
c. Peran Bidan sebagai Peneliti. Agar dapat menjalankan perannya dengan baik, bidan
dituntut untuk senantiasa memperbarui ilmunya dengan mengikuti perkembangan ilmu
kebidanan sehingga dapat memberi perawatan berdasarkan fakta ilmiah (evidence-
based). Caranya :
a) Membaca Jurnal penelitian.
b) Mengikuti berbagai seminar atau pelatihan
c) Berpartisipasi dalam penelitian ilmiah.

2) Kode Etik Bidan Internasional

No. 4 point b “Bidan mengembangkan dan berbagi pengetahuan melalui berbagai proses,
seperti peer review dan penelitian” yaitu bidan wajib mengembangakan pengetahuan
kebidanan dan berbagi pengetahuan kebidanan melalui peninjauan kembali teori praktik
terdahulu , apakah sudah sesuai dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan
kebidanan atau belum, dan melakukan penilitian (wajib minimal melakukan 1 penelitian)
untuk menemukan teori kebidanan yang baru dan sesuai dengan perkembangan teknologi &
pengetahuan.

Jadi, dalam kode etik nasional dan internasional sama-sama mewajibkan seorang
Bidan untuk berusaha meningkatkan pengetahuan melalui berbagai cara. Sudah sangat jelas
bahwa penelitian dan bukan lagi merupakan pilihan, namun tanggung jawab etik bidan.

16
1) Kode Etik Bidan Nasional
Bab 1 Point 4 “Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan
klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat”
Setiap bidan harus mengutamakan kepentingan klien, pilihan menjadi bidan berarti kita siap
jiwa & raga untuk mengabdi kepada masyarakat dan klien. Maka dari itu apapun keadaan
kita dan bagaimanapun kondisi kita, kita dituntut untuk selalu mengutamakan kepentingan
klien yang membutuhkan kita. Dan Bidan harus menghormati nilai-nilai atau norma yang
berlaku di masyarakat. Bidan harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut.

2) Kode etik bidan internasional


Bidan No. 1 point a “menghormati hak pilih perempuan berdasarkan pada informasi dan
meningkatkan penerimaan tanggung jawab perempuan atas hasil dan pilihannya” Bidan
selalu menghormati hak pilih kliennya yaitu perempuan berdasarkan pada informasi yang
Bidan informasikan tentang pelayanan apa yang akan dipilih dan melakukan “Inform
choice” untuk membantu klien dalam menentukan pilihan dengan meningkatkan rasa
tanggung jawab pada resiko klien atas pilihannya yang terbaik. Dan terdapat pula pada No.
2 point a “Bidan memberi asuhan kepada ibu dan keluarga dan keluarga yang mengasuh
anak, disertai sikap menghormati keberagaman budaya dan berupaya untuk menghilangkan
praktik yang berbahaya.” Yaitu Bidan dalam melaksanakan tugas profesinya selain
memberikan asuhak kepada Ibu atau perempuan, bidan juga memberikan asuhan kepada
Keluarga yang sedang mengasuh anak, memberitahu kepada Ibu dan Keluarga bagaimana
caranya menjadi Ibu dan keluarga yang baik, yang bisa mengasuh anak dalam keluarganya
dengan cara yang tidak melanggar budaya atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
desa setempat. Seperti : Disuatu desa tidak mengizinkan Ibu Hamil keluar rumah setelah
maghrib, karena berbahaya dan melanggar norma sosial. Maka bidan desa disana tidak
mengadakan acara seperti penyuluhan, sosialisasi atau apapun setelah maghrib. Bidan harus
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Jadi dalam kode etik bidan nasional dan internasional sama-sama menghormati nilai-
nilai atau budaya yang berlaku dimasyarakat, menghormati hak klien serta mendahulukan
kepentingan klien dan pasien.

17
1) Kode Etik Bidan Nasional
Bab I point 6 “Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya secara optimal.” Bidan juga mengadakan acara-acara sosial desa yang
dapat mendorong hasrat masyarakat dalam berpartisipasi dalam kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan deraja kesehatan. Dalam hal ini bidan dituntut untuk menciptakan
suasana serasi, nyaman, dan dapat menimbulkan umpan-balik dari masyarakat maupun dari
bidan itu sendiri, sehingga masyarakat dapat percaya dan lebih mudah untuk mengajak
masyarakat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi kesehatan.

2) Kode Etik Bidan Intenasional


No. 3 point e yang berisi “Bidan berpartisipasi dalam pembangunan dan pelaksanaan
kesehatan yang mempromosikan kesehtaan Ibu dan Keluarga yang mengasuh anak.” Dalam
kode etik intenasional juga mewajibkan bidan dalam berpartisipasi aktif dalam
pembangunan dan pelaksanaan kesehatan dengan mempromosikan kesehatan Ibu dan
keluarga yang mengasuh anak. Cara promosi kesehatan bisa dengan cara seminar-seminar,
sosialisasi ataupun penyuluhan ditingkat desa. Dengan cara seperti ini, bidan bisa dengan
leluasa mempromosikan kesehtan kepada masyarakat desa dengan sasaran khusus Ibu dan
Keluarga yang mengasuh anak dan umumnya seluruh masyarakat desa.
Jadi dalam kode etik bidan nasional dan bidan Internasional sama-sama mewajibkan
setiap bisan untuk menjaga hubungan yang serasi dan silaturahmi dengan teman sejawatnya
dengan saling menghargai, menghormati , membantu dna mensupport satu sama lain.

1) Kode Etik Bidan Nasional


Bab III point 1 “Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi” maskdunya Setiap bidan harus menjalin hubungan
yang baik dengan teman se-profesinya agar hubungan kerjasama dalam lintas program
terjalin dengan serasi dan baik. Bidan dengan teman sejawatnya harus berinteraksi dengan
baik, menjaga silaturahmi dan menjaga kekompakkan agar selalu berjalan beriringan dan
saling membantu, saling mendukung dan memberi support satu sama lain.

18
2) Kode Etik Bidan Internasional

No. 1 point d “Bidan dalam profesinya, mendukung dan saling membantu dengan yang
lain dan secara aktif menjaga diri dan martabat mereka sendiri” yaitu Bidan dalam
profesinya mendukung satu sama lain sesama profesi dan saling membantu dalam
menjalankan tugasnya, karena bidan juga manusia biasa yang membutuhkan bantuan dari
oranglain. Dan secara aktif dengan menunjukkan sikap, tingkah laku dan sifat untuk
menjaga diri dan martabat (harga diri) mereka sendiri.

2.5 Perbedaan Kode Etik Bidan Nasional dan Kode Etik Bidan Internasional

1) Kode etik bidan Internasional


No. 1 point c “Bidan bekerja dengan perempuan,pemerintah,dan lembaga donor untuk
menilai kebutuhan perempuan terhadap pelayanan kesehatan serta menjamin
pengalokasian sumber daya secara adil dengan mempertimbangkan prioritas dan
ketersediaan.” yaitu Bidan bekerja dengan perempuan, dan pemerintah dan lembaga donor.
Lembaga donor disini bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan perempuan disuatu desa
yang membutuhkan terhadap bidan dalam memenuhi pelayanan kebidanan. Bidan dapat
belajar membuat sebuah proposal untuk diajukan pada suatu organisasi lintas sektoral untuk
membantu masalah yang dihadapi desa. Dan mengatur pengalokasian sumber daya yang
diterima dari bantuan secara adil dengan prioritas utama yang diunggulkan. Artinya adil
disini adalah daerah mana yang paling membutuhkan dialah yang paling menjadi prioritas,
serta menyiapkan ketersediaan bantuan yang didapat dari bantuan.
Di Indonesia, sistem kerjasama bidan dengan Lintas Sektoral maupun tidak belum
begitu berkembang, karena pada dasarnya di Indonesia lebih mementingkan bagaimana
bidan bermitra dengan tenaga kesehatan lainnya. Namun secara Internasional kerja sama
bidan yang semaacam ini sudah sangat berkembang dan sudah menjadi kegiatan dari
seorang bidan.

19
Jika ini diberlakukan di Indonesia, maka bidan indonesia akan semakin berkembang
pengetahuan.

2) Kode etik bidan internasional


No. 4 point c “Bidan berpartisipasi dalam pendidikan formal mahasiswa kebidanan dan
bidan.” Yang dimaksud adalah Bidan di luar negeri sudah menerapkan sistem tanggung
jawab bagi setiap kepala ruangan di rumah sakit-rumah sakit. Misalnya ada beberapa
mahasiswa yang magang / PKL di suatu RS Bersalin, dan mereka mendapatkan ruangan
masing-masing (seperti : ruang Nifas, ruang VK) maka kepala ditiap ruangan tersebut
bertanggung jawab penuh atas mahasiswa yang berada diruangannya masing-masing.
Kepala ruangan harus bisa membimbing mahasiswa sampai mengerti & mahir benar
dalam melakukan tindakan.
Ini diberlakukan untuk Bidan yang baru lulus dan magang di RS atau RB dan untuk
mahasiswa kebidanan yang sedang PKL.

3) Kode Etik Bidan Nasional


Bab VI point a “Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan dan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat.” Bidan indonesia
diwajibkan untuk melaksanakan ketentuan tugasnya dalam membina pelayanan
Keselamatan Ibu dan Anak dan/atau Keluarga Berencana dan kesehatan keluarga. Di
Indonesia diterapkan KB untuk “2 anak lebih baik” sedangkan Internasional belum atau
tidak ada ketentuan seperti ini.

2.6 Kode Etik di New Zealand

1. Tanggung jawab kepada wanita


a. Bidan bekerja dalam kemitraan dengan wanita.
b. Bidan menerima hak setiap wanita untuk mengendalikan pengalaman kehamilan dan
persalinan.

20
c. Bidan menerima bahwa perempuan bertanggung jawab untuk keputusan- keputusan yang
mempengaruhi dirinya, bayinya dan keluarganya.
d. Setiap bidan menegakkan hak perempuan untuk bebas menentukan pilihan.
e. Bidan memenuhi kebutuhan sosial, psikologis, fisik, emosional, spiritual dan budaya
kebidanan perempuan yang mencari perawatan, bagaimanapun keadaan mereka, dan
memfasilitasi kesempatan untuk mengekspresi diri mereka.
f. Bidan menghargai pentingnya orang lain dalam kehidupan wanita.
g. Bidan dipercaya untuk menyimpan rahasia perempuan dalam rangka melindungi hak
perempuan. Informasi rahasia harus dibagi dengan orang lain hanya dengan persetujuan
dari perempuan, kecuali diizinkan atau diharuskan oleh undang-undang.
h. Bidan bertanggung jawab kepada perempuan atas praktek kebidanannya.
i. Bidan memiliki tanggung jawab untuk tidak mengganggu proses normal kehamilan dan
persalinan.
j. Bidan memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa tidak ada tindakan atau
kelalaian yang menyebabkan risiko pada wanita.
k. Bidan memiliki tanggung jawab profesional untuk merujuk ketika mereka telah mencapai
batas keahlian mereka.
l. Bidan memiliki tanggung jawab untuk setia kepada sistem nilai mereka sendiri dan
penilaian profesional. Namun, keyakinan pribadi bidan seharusnya tidak menghalangi
wanita mana pun untuk menerima perawatan kesehatan.

2. Tanggung jawab kepada masyarakat luas


a. Bidan mengakui whenua Māori sebagai tangan dari Aotearoa dan menghormati prinsip-
prinsip kemitraan, perlindungan, dan partisipasi sebagai penegasan Perjanjian Waitangi.
b. Bidan mendorong partisipasi publik dalam pembentukan kebijakan-kebijakan sosial dan
lembaga.
c. Bidan menganjurkan kebijakan dan perundang-undangan yang mempromosikan keadilan
sosial, perbaikan kondisi sosial dan berbagi lebih adil sumber daya masyarakat.
d. Bidan mengakui peran dan keahlian kelompok masyarakat dalam memberikan perawatan
dan dukungan bagi wanita melahirkan anak.

21
e. Bidan bertindak sebagai model peran yang efektif dalam promosi kesehatan bagi
perempuan, keluarga dan profesional kesehatan lainnya.

3. Tanggung jawab kepada rekan-rekan dan profesi


a. Bidan mendukung dan menopang satu sama lain dalam peran-peran profesional mereka
dan secara aktif memelihara kehormatan diri sendiri dan orang lain.
b. Bidan aktif mencari jati diri, intelektual dan pertumbuhan profesional sepanjang karir
mereka, mengintegrasikan ini ke dalam praktek mereka.
c. Bidan bertanggung jawab untuk berbagi pengetahuan dengan orang lain.
d. Bidan praktek mandiri terlepas dari pengaturan dan bertanggung jawab kepada wanita
dan profesi kebidanan untuk praktek kebidanan.
e. Bidan memiliki tanggung jawab untuk menegakkan standar profesional mereka dan
menghindari kompromi hanya untuk alasan pribadi atau institusional kebijaksanaan.
f. Bidan mengakui peran dan keahlian profesional kesehatan lainnya yang menyediakan
perawatan dan dukungan bagi perempuan melahirkan anak.
g. Bidan melakukan tindakan yang sesuai jika suatu tindakan melanggar hak konsumen oleh
rekan standar perawatan.
h. Bidan memastikan bahwa kemajuan pengetahuan kebidanan didasarkan pada kegiatan
yang melindungi hak-hak perempuan.
i. Bidan mengembangkan dan berbagi pengetahuan melalui berbagai proses seperti tinjauan
standar kebidanan dan penelitian.
j. Bidan berpartisipasi dalam pendidikan kebidanan mahasiswa dan bidan lain.
k. Bidan profesional tidak menggunakan standar komersial dalam membuat ketersediaan
layanan mereka.

2.7 Kode Etik di USA

1. Riwayat Awal

Riwayat bidan di Amerika Serikat dimulai dengan masuknya colonial di dunia baru. bidan
berada diantara wanita pertama yang tinggal didalam koloni-koloni. kendati secara pasti bidan

22
telah ditengah-tengah orang Amerika asli, sejarahnya belum dikenali dan belum diteliti secara
umum.

Pada pertengahan abad ke-17, sesuai dengan informasu yang tercatat dalam catatan dan piagam
kota: bidan merupakan profesi penting dalam kehidupan masyarakat colonial dan diperlakukan
dengan sangat hormat, mereka disediakan rumah, tanah, makanan dan honor sebagai bayaran
untuk pelayanan mereka

pada abad ke-19, para bidan merintis menempuh perjalanan melewati dataran luas dengan
mngendarai wagon tertutup, mengikuti jalur Oregondan Santa fe. sejarah Mormon mencatat
peran terhormat dan fungsi kepahlawanan bidan selama perjalanan mereka dari Illinois ke Utah
pada tahun 1846-1847

Pada tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka. banyak kalangan medis yang
berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan menerapkan
metode obstetric. pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak
mempunyai dukungan, uang tidak terorganisir dan tidak dianggap professional

Kemudia pada awal abad ke-20 penghargaan bidan mulai berkurang sehingga menjadi salah satu
profesi yang tidak dihormati karna dipicu oleh factor yang meliputi sikap agama, tuntutan
ekonomi, fungsi bidan digantikan oleh dokter, pendidikan yang tidak adekuat, tidak adanya
pengaturan, arus pendatang dan status wanita yang rendah

Dokter lelaki kemudian menggantikan bidan perempuan, pada abad ke-18 dan 29 menandai
perkembangan pesat ilmu kedokteran dan keperawatan serta penemuan dan pendidikan yang
berhubungan dengan praktik obstetric, perkembangan ini mencakup:

1. berakhirnya penggunaan forep (alat rahasia keluarga Chamberlen)

2. Perkembangan teknik yang menurunkan resiko praktek seksio caseria

3. Dirintisnya penggunaan anesthesia obstetric

4. Upaya mengatasi demam puerperal

5. Munculnya keperawatan modern pada tahun 1860-an

23
6. Perlibatan obstetric pada praktek kedokteran

Bebebrapa dokter yang memberikan kontribusi yang bermakna bagi ilmu pengetahuan dan seni
obstetric, antara lain:

1. William Smallie (1697-1763)

Beliau menyen#lenggarakan pengawasan dan pendidikan, yang mengembangkan pendidikan


dengan menggunakan boneka peraga dan mencatat semua pasiennya dengan sangat teliti,
mengidentifikasi mekanisme persalinan dan membuktikan kesalahan sejumlah mitos pemahaman
yang keliru.

2. William Shippen (1718-1783)

Kontribusi beliau dalam pendidikan anatomi, mencakup: penemuan yang berkaitan dengan
system linfe, sirkulasi plasenta dan kehamilan uterus.

3. Dr. Sammuel Bard (1742-1821)

Dokter Sammuel Bard, yang berkebangsaan Amerika Serikat banyak menulis buku-buku
kebidanan, diantaranya:

a.Cara pengukuran Konyugata diagonalis


b. Kelainan-kelainan pinggul
c.Melarang pemeriksaan dalam apabila tidak ada indikasi
d. Membagi persalinan dalam empat kala
e.Menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya inversion uteri
f. Mengajarkan bahwa letak muka dapat lahir spontan
g. Melarang pemakaian cunam berulang-ulang karena banyak menimbulkan kerugian

4. Dr.Walter Channing (1786-1876)

Channing memperoleh gelar dokter pertama kali dari Universitas Edinburgh. Ia adalah Professor
kebidanan dan hukum kedokteran pertama yang diperoleh dari Universitas Harvard. Ia adalah

24
salah satu dari dokter yang pertama kali menggunakan anesteshia (bius) kepada ibu yang
melahirkan, ia juga pertama kali memperhatikan kondisi nifas dari ibu yang melahirkan.

5. Hugh L. Hodge, M.D (1796-1873)

Nama lengapnya Hugh Lenox Hodge. Ia adlaah dokter berkebangsaan Amerika, dilahirkan di
Philadlphia, pada tanggal 27 Juni 1796, memperoleh gelar dokter dari Universitas Pennyslvania.

Ia mempelajari letak belakang kepala, mekanisme letak sungsang, pemasangan forcep harus
disamping kepala anak, kecuali bila kepala masih tinggi, membagi turunnya kepala dengan
bidang-bidang dasar panggul(bidang hodge). Disamping itu ia menulis buku yang terkenal pada
tahun 1899, yakni “the principle an practice of Obstetrics”. Buku ini terkenal di Amerika dan
luar Amerika, diterbitkan oleh Thomas Sinclair dari Philadelphia.

Semua Perkembangan ini, pengetahuan baru dan pendidikan ini tidak dapat dinikmati oleh bidan
karna adanya isolasi relative antara bidan yang satu dengan yang lainnya, juga karna kurangnya
jumlah sekolah organisasi nasional, jurnal pengakuan hukum, atau cara lain dalam
berkomunikasi yang dapat digunakan oleh bidan.

pada pertengahan abad antara tahun 1770 dan 1820, para wanita dari golongan atas dikota-kota
Amerika mulai meminta bantuan “Bidan pria” atau dokter. bidan hanya menangani wanita yang
tidak mamu membayar dokter. dengan berubahnya kondisi kehidupan dikota, persepsi-persepsi
baru para wanita dan kemajuan dalam ilmu kedokteran, kelahiran menjadi semakin meningkat di
pandang sebagai suatu masalah medis sehingga harus dikelola oleh dokter

B. Awal Abad ke-20

Dua decade pertama pada awal abad-20 dicatat karna kurun waktu ini ditandai oleh perawatan
maternitas yang tidak adekuat dan tindakan selanjutnya dilakukan untuk meningkatkan
perawatan maternitas itu.

Tahun 1915, Dokter Joseph Lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses Pathologis dan
bidan tidak mempunyai peran didalamnya dan diberlakukannya protap pertolongan persalinan di
AS yaitu:

a. Diberikannya sedative pada awal inpartu

25
b. membiarkan servik berdilatasi
c. memberikan ether pada kala dua
d. melakukan episiotomy
e. melahirkan bayi dengan forcep, ekstraksi
f. memberikan uterustonika
g. menjahit episiotomy

Akibat dari prostap tersebut, angka kematian ibu mencapai 600-700/100.000 kelahiran hidup dan
30-50% merupakan kelahiran dirumah sakit.

pada periode ini, ada dua Asosiasi dibentuk:

1. Children’s Bureau (Biro anak): dibentuk di Washington DC pada 1903 yang disarankan
pembentukannya oleh Lilian Wald (seorang perawat dan pendiri Henry Street settlement dan
Visiting Nurse Association di New York) kegiatannya adalah meneluti kematian bayi yang
menurut data statistic yang ada AKB menncapai 124/1000 kelahiran hidup. Kemudian
ditermukan hbungan yang tak terelakkan antara kesehatan ibu dan kesehatan bayi selama siklus
maternitas. Dan kemudian meneliti angka kematian ibu melahirkan dan berkesimpulan bahwa
ternyata perawatan awal dan perawatan lanjutan merupakan langkah yang sangat penting untuk
menurunkan AKB dan AKI. Berkat informasi ini, gagasan maternal mendapat perawatan
maternal mendapat penghargaan dan konsep pelayanan kesehatan sepanjang periode intra konsep
mulai berkembang.

2. Maternity Center Association: Dibentuk di kota New York. pada tahun 1915 dari hasil
penilitian lain oleh Komite Kesehatan yang sekali lagi menemukan adanya hubungan antara AKI
dengan kurangnya perawatan prenatal, menuntut penyusunan membentuk rencana yang berpusat
dikota dan pembentukan sebuah pusat Maternitas disetiap wilayah yang pertama kali dibuka
pada tahun 1917. seiring dengan perkembangan pusat maternitas, maka dibentuklah Asosiasi
Pusat Maternitas (Maternity Center Association) pada tahun 1918 dan pada tahun 1920 MCA
sudah memiliki 30 anggota di New York City

Dari hasil sebuah penelitian, MCA menyimpulkan bahwa ada kebutuhan untuk mempersiapkan
perawat membantu persalinan normal dan membahas pembukaan sekolah untuk perawat
kebidanan.

26
pada tahun 1925, didirikanlah Frontier Nursing Service (FNS), yang diprakarsai oleh Mary
Breckinridge (RN di AS dan State Certified midwife di Inggris). Pada bulan November tahun
1939 The Frontier Graduate School of Midwife didirikan dan mengubah namanya menjadi
Frontier School of Midwifery and Family Nursing (program family nursing ditutup pada tahun
1991). FNS tidak memiliki program pendidikan perawat-kebidanan pertama di AS.

C. Program Pendidikan Perawat-Kebidanan Pertama

1. Sekolah Kebidanan Manhattan

Pada tahun 1925 di Kota New York, merupakan sekolah yang pertama kali didirikan khusus
untuk mendidik lulusan perawat yang ingin menjadi bidan. TMMS bergabung dengan Manhattan
Maternity and Dispensary, sebuah RS Khusus yang memberik pelayanan maternitas.

Sekolah ini ditutup pada tahun 1931

2. Sekolah Kebidanan Lobenstine

Sekolah kebidanan Lobenstine merupakan salah satu bentukan MCA dikota New York. Sekolah
ini dibuka pada bulan September tahun 1932 dan meluluskan 6 mahasiswa pada tahun 1933.
Pada tahun 1934, MCA dan Klinik kebidanan Lobenstine bergabung dibawah naungan dan
pengawasan Asosiasi Pusat Maternitas. Asosiasi ini juga memikul tanggung jawab
administrative dan financial bagi School of The Association for The Promotion and
Standardization of Midwifery.

3. Program pendidikan selanjutnya

ada 7 Program pendidikan perawat-bidan diseluruh Negara pada akhir tahun 1950-an, antara lain

a. 1932: School of The Association for The Promotion and Standardization of


Midwifery (Menjadi Maternity Center Association School of Nurse-Midwifery
pada tahun 1934: berafiliasi dengan Downstep Medical Center, state University of
New York, tahun 1958; Juga termasuk Afiliasi awal MCA dan Kings Country
Hospital dengan Hopkins University selama 1958-1960)
b. 1939 : Frointer Graduate School of Midwifery dari FNS, Hyden, Kentucky

27
c. 1945 : Catholic Maternity Institute School of Nurse-Midwifery, Santa Fe, New
Mexico (ditutup pada tahun 1968)
d. 1947 : Catholic University of America, Washington DC (berafiliasi dengan
catholic Maternity Institute), ( kemudian ditutup pada tahun 1968)
e. 1955 : Colombia University Graduate Program in Maternity Nursing, New York
City, New York
f. 1956 : The John Hopkins Univeruty Nurse-Midwifery Program, Balrimore,
Maryland (ditutup pada tahun 1981)

D. Tahun 1940-an dan 1950-an

Sebagian besar lulusan MCA bekerja sebagai perawat pelaksana ataupun sebagai pendidik
perawat bidan klinik dalam program MCA atau FNS atau terlibat dalam berbagai aspek keehatan
masyarakat pada tahun 1944, anggota medical mission sister dibawah naungan catholic roma,
yang merupakan lulusan program MCA mendirikan catholic maternity institute (CMI) fi Santa
Fe, New Mexico. Pada pertengahan dan akhir tahun 1940-an lulusan MCA di Universitas Yale
berfokus dalam upaya mengembangkan Konsep dan Praktek Rawat gabung dan meneliti dampak
persalinan normal (yang dipersiapkan dengan baik) dan perawatan suportif berpusat keluarga
untuk wanita yang menjalani masa Antepartal, Intrapartal, dan pasca Partal.

Pada tahun 1950-an terjadi pengembangan 3 program pendidikan lain oleh para lulusan MCA di
Univeritas Colombia, Universitas John Hopkins, dan Universitas Yale.

Pada tahun 1940-an dan 1950-an muncul kebutuhan akan pelayanan perawat-bidan untuk
berfungsi sebagai pendidik dalam bidang keperawatan maternitas. tahun 1955, American Collage
of Nurse-Midwifery ( ACNM) dibuka. ACNM merupakan organisasi profesional Nasional bagi
Certiffied Nurse-Midwives dan Certified Midwives.

E. Tahun 1960-an

Pada Tahun 1960-an kesempatan untuk melakukan praktik klinik perawat kebidanan masih
sangat terbatas bagi lulusan perawat-bidan. hanya ada 2 negara dan 1 kota yang secara hukum
mengakui praktik perawat-kebidanan pada saat itu, yaitu New Mexico dan Kentucky dan kota
New York

28
Pada akhir tahun 1950-an da 1960-an Perawat-bidan melakukan upaya dengan sangat hati-hati
dan terkonsentrasi untuk dapat melakukan praktek klinik di RS dengan pertimbangan sebagian
besar persalinan di RS (pada saat mencapai kurang lebih 70%)

Perkembangan kesempatan untuk melakukan praktek klinik perawat-kebidanan tetpa berjalan


lambat hingga menjelang akhir tahun 1960-an. namun sebelum 1968 perawat-bidan mulai
bekerja pada program perawat-kebidanan maternal infant care (MIC) dikota New York untuk
melakukan praktek maternalitas di klinik dalam masyarakat yang masih memiliki kaitan dengan
RS

F. Tahun 1970-an

Akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an merupakan kurun waktu perkembangan pesat
perawat-bidan bersamaan dengan peningkatan pelayanan perawat-bidan dan program pendidikan
yang tersebar luas selama decade tersebut. pada akhir tahun 1970-an pendidikan perawat-bidan
telah berkembang dan seara keseluruhan mencapai 22 program yang berkembang Selma 37
tahun kemudian mengalami penggandaan dalam kurun waktu 10 tahun. lima belas program baru
dibuka selama periode tersebut.

Pada tahun 1973 diselenggarakan loka karya yang dihadiri para direktur pendidikan perawat
kebidanan dan pelayanan, yang berfokus pada bagaimana mengupayakan interdependency
diantara perawat-bidan. selanjutnya para perawat-bidan menggabungkan diri upaya dapat
menyediakan fasilitas klinik dan fakultas klinik untuk memper;ancar pendidikan. sukacita dan
motivasi untuk melakukan praktek perawat bidan muncul dari pemberian pelayanan yang
ditunjukan langsung kepada para wanita, bayi dan keluarga mereka.

Pada tahun 1970an telah disahkan mekanisme surat pengakuan surat pengakuan bersertifikat
nasional terhafap seorang perawat bidan bersertifikat dan akreditasi program pendidikan
perawat-kebidanan.

G. Tahun 1980-an

Pada tahun 1980-an perawat-bidan melakukan praktik mencakup seluruh rentang area yang
mungkin dimasuki dari klinik dan program yang didanai pemerintah sampai HMO dan RS, dari

29
mereka untuk dokter sampai mereka yang mempekerjakan dan menyediakan pelayanan
kesehatan dalam rentang penuh, dari pelayananpersalinan diluar RS atau campuran keduanya.

Bermula dari praktik yang dilakukan hampir dilakukan diseluruh pusat kesehatan eksklusif, di
RS kota, bahkan di area pinggir kota pada awal tahun 1960-an, perawat-bidan telah memasuki
semua tipe tatanan kesehatan yang mungkin pada akhir tahun 1970an dan menjelang awal
1980an terlihat perkembangan pesat pusat persalinan diluar rmah sakit dengan maternity center
association sebagai penggeraknya.

Pada tahun 1982, bidan tradisional mengatur diri mereka sendiri dengan membentuk Midwifes
Alliance of North America (MANA) dengan melibatkan bidan di Canada dan Mexico juga bidan
di AS. MANA di bentuk untuk meningkatkan komunikasi antar bidan serta membuat peraturan
sebagai dasar kompetensi untuk melindungi bidan.

Pada tahun 1986, MANA mendirikan Interin Registery Board (IRB) dengan tujuan
menyelenggarakan suatu penilaian dan mempertahankan keanggotaan bidan yang lulus dalam
penilaian tersebut.

Secara perlahan IRB berpisah dari MANA dan bergabung menjadi North American Registery of
Midwives (NARM)

H. Tahun 1990-an dan awal 2000-an

Awal tahun 1990-an menjadi saksi lonjakan pertumbuhan program pendidikan perawat-bidan
yang disebabkan karena pengakuan Negara terhadap kualitas dan keefektifan pelayanan perawat-
bidan dan anggaran yang diberikan Negara untuk mendanai program tersebut.

Pada tahun 1990, ANCM DOA (American College of Nurse-Miwives Divison of Accreditation)
merupakan divisi pertama yang diakui oleh U.S. Departement of Education (USDOE) sebagai
badan akreditasi.

Pada tahun 1994, ACNM mengambil sikap tegas dalam menetapkan standar surat pengakuan
terhadap bidan yang bukan perawat. ACNM DOA mengembangkan kriteria untuk program
pendidikan dasar bagi bukan perawat-kebidanan.

30
Program pendidikan pertama bagi bidan bukan perawat yang telah menjalani prakreditasi oleh
ACNM DOA dimulai pada tahun 1996, yang meluluskan siswanya pertama kali tahun 1997,
pada tahun 1999 program tersebut telah mendapat akreditasi penuh.

Pada bulan mei 2001, USDOE selain memperbaharui pengakuannya terhadap ACNM DOA
falam hal prakreditasi dan akreditasi program pendidikan perawat-kebidanan dan mengakui
perluasan lingkup akreditasinya yang mencakup prakreditasi dan akreditasi pendidikan
kebidanan langsung bagi bidan bukan perawat.

Pada saat yang sama, Midwifery Education and Acreditation Council (MEAC) mengatur dan
mengukuhkan dirinya hanya pada pengkraditasian pendidikan bidan jalan-masuk-langsung
bukan perawat pada siklus maternitas dan praktik diluar rumah sakit-khusussnya persalinan di
rumah

Kebidanan yang telah memiliki izin pada permulaan tahun ini mengarahkan kedua jenis perawat
dan dua tipe bukan perawat direct entry untuk menjadi bidan bersertifikat (CNM, CM, CPM)
dengan proses pendidikan yang berbeda, tetapi sete;ah mendapat penjelasan yang tepat sehungga
dapat membedakannya dengan bidan tradisional yang tidak memiliki surat izin

Pendidikan kebidanan yang biasanya berbentuk praktek lapangan, sampai sat ini mereka biasa
menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan. Bidan adalah seseorang yang telah
menyelesaikan pendidikan selama empat taun dan praktek lapangan selama dua tahun, yang
mana biayanya snagat mahal. Kebidanan memiliki organisasi untuk membentuk standar,
menyediakan sertifikat dan membuat izin praktek.

2.8 Kode Etik di Eropa


1. Pendidikan Kebidanan di Belanda

Pendidikan kebidanan di Belanda terpisah dari pendidikan keperawatan dan berkembang menjadi
profesi yang berbeda. Di belanda ada 3 institusi kebidanan dan menerima 66 mahasiswa setiap
tahunnya. Hampir setiap tahun 800 calon mahasiswa (95% wanita, 4% pria) yang mengikuti tes
syarat masuk mengikuti pendidikan usia minimum 19 tahun, telah menamatkan Secondary

31
Education atau yang sederajat SMA. Mahasiswa kebidanan tidak menerima gaji dan tidak
membayar biaya pendidikan.

Selama pendidikan di ketiga institusi tersebut menekankan bahwa kehamilan, persalinan, dan
nifas sebagai proses fisiologis. Ini diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktek
dikamar bersalin Diana wanita dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan, walaupun dirumah
sakit namun sama seperti persalinan dirumah, tidak ada dokter yang siap menolong dan tidak
terdapat Cardiograph. Mahasiswa akan teruju keterampilan kebidanan yang telah terpelajari.

Bila ada masalah, mahasiswa baru akan berkonsultasi dengan ahli kebidanandan seperti di
rumah, wanita di kirim ke ruang bersalin patologi. Mahasiswa diwajibkan mempunyai
pengalaman minimal 40 persalinan selama pendidikan. Ketika mereka lulus ujian akhir akan
menerima ijazah yang didalamnya tercantum nilai ujian.

Perkembangan pendidikan kebidanan di Belanda adalah sbb:

a. Tahun 1779 : Didirikan sekolah kebidanan pertama di maasticht

b. Tahun 1818 : pemerintah mengeluarkan panduan untuk legislasi bidan

c. Tahun 1861 : Didirikan pendidikan kebidanan kedua di Amsterdam, pada abad 18 ini
masyarakat mengenal bidan sebagai praktisi mandiri tugas dan tanggung jawab bidan sudah
teridentifikasi dengan jelas dan didukung undang-undang oleh pemerintah.

d. Tahun 1865 : Pemerintah memberikan kewenangan kepada bidan sebagai praktisi medis
untuk memberikan pendidikan kesehatan dan mendampingi ibu selama proses kelahiran normal

e. Tahun 1878 : Pemerintah belanda mengeluarkan keputusan untuk pemberian gelar


kepada yang telah lulus misalnya dr, farmasi, bidan dan asisten farmasi. Gelar ini diberikan
kepada bidan yang telah diberi kewenangan izin praktek bila sudah melakukan ujian dan
dianggap lulus.

f. Tahun 1941 : Sistem pembayaran pelayanan kebidanan dengan asuransi medis yang
masih tetap ada sampai dengan sekarang.

32
g. Wanita dengan kehamilan dan persalinan yang fisiologis berada dibawah pengawasan
bidan, sedang yang patologis dengan komplikasi berada dibawah pengawasan ahli obstetri.

h. Bidan atau dokter yang memberikan pelayanan diluar wilayah kerjanya tidak akan
mendapat klaim penggantian biaya asuransi.

i. Siswa bidan diberikan kesempatan yang banyak dalam menolong persalinan dirumah
dibawah bimbingan bidan senior.

j. Pemerintah lebih menganjurkan persalinan dilakukan dirumah dan ada dukungan yang
kuat dalam pendanaan bila melakukan persalinan dirumah.

k. Tahun 1991 : Peninjauan kembali kurikulum oleh suatu komite yang bekerjasama dengan
departemen kesejahteraan, kesehatan dan kebudayaan di Netherland

l. Melakukan revisi kurikulum kebidanan dengan mengidentifikasi kebutuhan kebidanan


yang harus berdasarkan :

1) Perubahan area obstetric

2) Peningkatan penggunaan teknologi dalam persalinan dan kelahiran

3) Identifikasi kebutuhan untuk menyediakan pelatihan dalam USG

4) Pemikiran yang berarah pada pendidikan terutama yang berkenaan dengan


penilaian mahasiswa

m. Mangacu pada Commitee for the revision of the curriculum of midwives school in
Netherlands 1991 menyatakan bahwa keahlian seorang bidan memiliki 5 komponen :

1) Keahlian formal yang didapat selama pelatihan dari salah satu institusi pendidikan
bidan

2) Memiliki sikap yang tepat untuk seorang bidan yang professional

3) Keahlian yang professional yang diperoleh harus selalu dipelihara secara teratur
dengan menikuti pelatihan

33
4) Mampu dalam memberikan pendidikan kesehatan

5) Ahli dalam ultrasonic scanning

2. Pelayanan di Belanda

Pelayanan kebidanan di Belanda memiliki keunikan tersendiri, karena merupakan gabungan dari
budaya dan sistem. Keunikan ini membuat bidan mampu melakukan pendekatan kepada ibu
dengan tidak meninggalkan profesionalismenya. Selain itu, sistem ini mempertahankan bidan
yang memiliki otonomi penuh dari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. Sistem
ini juga mendukung terhadap peningkatan kualitas tenaga bidan di Belanda.

a. Pelayanan Antenatal

Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak mandiri daripada perawat, bidan mempunyai ijin
resmi untuk praktek dan menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi
antenatal, intrapartum dan postnatal tanpa ahli kandungan yang menyertai mereka bekerja di
bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan harus merujuk wanita dengan resiko tinggi atau kasus
patologi ke ahli kebidanan untuk di rawat dengan baik.

Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatkan kerjasama
antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah daftar indikasi oleh kelompok kecil yang
berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.

b. Pelayanan Intrapartum

Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya
plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomy tapi
tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau
episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke ahli kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin
diberikan jika ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak
digunakan dalam persalinan.

c. Pelayanan Postpartum

34
Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah postpartum. Pada tahun 1988,
persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS
Pelayanan kebidanan dilakukan pada community-normal, bidan sudah mempunyai indefedensi
yang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab
yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanita perlu intervensi,
yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting. Pendidikan bidan
digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3 tahun.

35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah,
kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan.
Pelayanan kebidanan tergantung bagaimana struktur social budaya masyarakat dan termasuk
kondisi social ekonomi, social demografi.
Ada banyak persamaan antara kode etik bidan nasional dan internasional secara garis
besar persamaannya adalah tentang bagaimana bidan bersikap dalam memberikan pelayanannya,
kewajibannya terhadap diri sendiri dan dengan teman sejawatnya juga mengenaik kewajiban
bidan meningktakan pengetahuan dan teknologi kekinian.
Perbedaan antara keduanya berupa tanggung jawab kepala bidan di RS atau RB dalam
menangani mahasiswa dan bidan di RS atau RB dan kerjasama Bidan dengan lembaga donor. Ini
berlaku di Internasional, di Indonesua belum ada.
Menurut kode etik bidan internasional adalah bidan seharusnya meningkatkan
pengetahuannya melalui berbagai proses seperti dari pengalaman pelayanan kebidanan dan dari
riset kebidanan

36
DAFTAR PUSTAKA

Soepardan, Suryani. 2008. Etika Kebidnaan & Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/149/2010
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Prakik Bidan
Permenkes No. 5380/IX/1963
Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan
UU No. 23/92 Tentang Kesehatan Kewajiban Bidan.
Soepardan, Suryani.2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.

37

Anda mungkin juga menyukai