Anda di halaman 1dari 43

MANAJEMEN GIZI PADA

KONDISI BENCANA
KELOMPOK 4 KELAS 3B
Ade Wulandari (P3.73.24.2.18.041)
Ajeng Noviyani (P3.73.24.2.18.043)
Bunga Agita Litya P (P3.73.24.2.18.047)
Elva Marentika P (P3.73.24.2.18.051)
Karisa Wilwatikta Y (P3.73.24.2.18.058)
Moendyna Melyani (P3.73.26.2.18.062
Menghitung
Kebutuhan Gizi
pada Kondisi
Bencana
KEGIATAN GIZI DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA

Pra Bencana
Situasi Bencana
Pasca Bencana
SITUASI KEADAAN
DARURAT BENCANA

01 02 03
Siaga Darurat Tanggap Darurat Transisi Darurat

Tahap Tanggap Darurat


awal
Siaga darurat adalah suatu
keadaan potensi terjadinya
bencana yang ditandai dengan
adanya pengungsi dan pergerakan Fase I Tanggap Darurat Awal Transisi darurat adalah suatu
sumber daya. Fase II Tanggap Darurat Awal keadaan sebelum dilakukan
. rehabilitasi dan rekonstruksi
Tahap Tanggap Darurat
lanjut
TAHAP TANGGAP DARURAT
AWAL
FASE I TANGGAP DARURAT AWAL

Memberikan makanan yang


bertujuan agar pengungsi tidak
lapar dan dapat
mempertahankan status gizinya
Mengawasi pendistribusian
bantuan bahan makanan

Menganalisis hasil Rapid


Health Assessment (RHA)
Your Text Here
You can simply impress your audience
and add a unique zing and appeal to your
Presentations.
Bahan Makanan Kebutuhan/Orang/ Ukuran Rumah Tangga
Hari (g) (URT)1

Biskuit 100 10-12 bh


Mie Instan 320 3 gls (4 bks)
Sereal (Instan) 50 5 sdm (2 sachets)
Blended food (MP-ASI) 50 10 sdm
Susu untuk anak balita (1-5 tahun) 40 8 sdm
Energi (kkal) 2.138  
Protein (g) 53
Lemak (g) 40 Bahan Makanan Kebutuhan/ Kebutuhan Bahan Makanan Tambaha Jumlah
Orang/Hari Untuk 1500 Pengungsi n Kebutuh
(g)   10% (kg) an
    (kg)
 
Per Hari (kg) Per 3 Hari
(kg)
 
Catatan:
1. Contoh standar ransum di atas hanya untuk keperluan
Biskuit 100 150 450 45 495
perencanaan secara keseluruhan Mie Instan 320 480 1440 144 1584
2. Perkiraan balita di pengungsian sebesar 10% dari jumlah Sereal (Instan)
Blended food
50
50
75
75
225
225
22,5
22,5
247,5
247,5
pengungsi, perlu ada Blended food (MP-ASI) dan susu untuk (MP-ASI)
Susu untuk anak
 
40
 
60
 
180
 
18
 
198
anak umur 1-5 tahun di dalam standar perencanaan ransum balita (1-5 tahun)
 
3. Penerimaan dan Pendistribusian melalui dapur umum
4. Perhitungan bahan makanan hendaknya ditambahkan
10% untuk hal tak terduga atau kehilangan
Tahap Tanggap Darurat Awal
Fase II Tanggap Darurat Awal

Pengelolaan
Menghitung penyelenggaraan
kebutuhan gizi makanan di dapur
umum
TANGGAP DARURAT
LANJUT

1 2 3 4
Pengumpulan data Menghitung
Analisis Menganalisis
antropometri balita proporsi
faktor adanya faktor
(berat badan, status gizi
penyulit penyulit
panjang balita kurus seperti
berdasarkan badan/tinggi (BB/TB <-2SD) kejadian
hasil Rapid badan), ibu hamil dan jumlah diare,
Health dan ibu menyusui ibu hamil campak,
Assessment (Lingkar Lengan dengan risiko demam
Atas) KEK (LILA
(RHA). berdarah dan
<23,5 cm). lain-lain.
Hasil analisis data antropometri dan faktor penyulit Your Picture Here Your Picture Here
serta tindak lanjut atau respon yang
direkomendasikan adalah sebagai berikut:
Situasi Serius (Serious Situation), jika prevalensi
balita kurus ≥15 % tanpa faktor penyulit atau 10-
14,9 % dengan faktor penyulit. Pada situasi ini
semua korban bencana mendapat ransum dan
seluruh kelompok rentan terutama balita dan ibu
hamil diberikan makanan tambahan (blanket
supplementary feeding) Your Picture Here Your Picture Here
Situasi Berisiko (Risky Situation), jika prevalensi
balita kurus 10-14,9 % tanpa faktor penyulit atau
5-9,9 % dengan faktor penyulit. Pada situasi ini
kelompok rentan kurang gizi terutama balita
kurus dan ibu hamil risiko KEK diberikan
makanan tambahan (targetted supplementary
feeding)
Situasi Normal, jika prevalensi balita kurus <10%
tanpa faktor penyulit atau <5 % dengan faktor
penyulit maka dilakukan penanganan penderita
gizi kurang melalui pelayanan kesehatan rutin.
PASCA BENCANA

Kegiatan penanganan gizi pasca bencana pada dasarnya adalah melaksanakan


pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari surveilans, untuk mengetahui
kebutuhan yang diperlukan (need assessment) dan melaksanakan kegiatan
pembinaan gizi sebagai tindak lanjut atau respon dari informasi yang diperoleh
secara terintegrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public
health response) untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan
kesehatan korban bencana.
Melaksanakan pemberian makanan tambahan
dan suplemen gizi

• Anak yang menderita gizi kurang diberikan makanan tambahan di samping makanan
keluarga seperti kudapan/ jajanan dengan nilai energi 350 kkal dan protein 15 g per hari.
• Ibu hamil diberikan 1 tablet Fe setiap hari selama 90 hari.
• Ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU (1 kapsul pada hari
pertama dan 1 kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu minimal 24 jam).
• Pemberian vitamin A dosis 100.000 IU bagi bayi usia 6-11 bulan dan kapsul vitamin A dosis
200.000 IU pada anak usia 12-59 bulan. Bila kejadian bencana dalam waktu kurang dari 30
hari setelah pemberian kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) maka balita tersebut tidak
dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A.
• Melakukan penyuluhan kelompok dan konseling perorangan dengan materi sesuai dengan
kondisi saat itu.
• Memantau perkembangan status gizi balita melalui surveilans gizi.
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat
Bencana, penentuan penanganan gizi pada situasi bencana terdiri dari
1. Kajian & Analisis Kebutuhan Gizi
Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi bertujuan untuk mengidentifikasi
dampak
bencana terhadap kelompok sasaran gizi dan kelompok rentan.
Kajian mencakup pengumpulan data jumlah dan lokasi kelompok rentan, serta
menentukan
dukungan yang diperlukan untuk penyelamatan jiwa dan mempertahankan status gizi
mereka.
2. Perencanaan Intervensi Respon Gizi
Rencana intervensi respon gizi dilakukan segera setelah tersedianya hasil kajian dampak
dan analisa kebutuhan sebagai acuan bagi  pelaku tanggap darurat terkait prioritas dan
kegiatan kunci yang perlu dilakukan selama periode tanggap darurat. Rencana tanggap
darurat juga digunakan sebagai dasar untuk memobilisasi sumberdaya dari para pihak
terkait, misalnya LSM dan mitra
pelaku penanganan gizi untuk bersinergi didalam upaya pemenuhan gizi para pernyintas
3. Intervensi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
Intervesi PMBA pada situasi bencana bertujuan untuk memastikan agar standar emas
Pemberian Makan Ibu, Bayi dan Anak dapat terus dilakukan untuk melindungi gizi dan
kesehatan.

4. Intervensi Penanganan Gizi Buruk dan Gizi Kurang


Pada saat bencana, sangatlah penting untuk memberikan perhatian kepada kelompok rentan
terutama mereka yang mengalami kekurangan gizi. Penanganan gizi yang cepat dan tepat akan
menyelamatkan jiwa serta mencegah terjadinya penurunan status gizi ibu, bayi dan anak,
khusunya balita dengan gizi buruk atau gizi kurang

5. Intervensi Suplementasi Gizi


Pada saat bencana, pemenuhan zat gizi pada anak balita, ibu hamil dan menyusui berperan
penting untuk melindungi gizi dan kesehatan mereka. Intervensi suplementasi gizi pada situasi
becana mencakup pemberian biskuit makanan tambahan untuk ibu hamil dan Balita,
pemberian vitamin A pada balita untuk meningkatkan kekebalan tubuh, Zinc untuk pencegahan
diare, serta pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil untuk pencegahan anemia.
6. Intervensi Gizi Sensitif
Intervensi gizi sensitif pada situasi bencana adalah berbagai kegiatan
penanganan bencana di luar sektor kesehatan yang juga diperlukan untuk
mendukung kesehatan dan pemenuhan gizi kelompok rentan. Beberapa bentuk
intervensi gizi sensitif adalah penyediaan  air bersih, penyediaan ruang ramah
ibu dan anak, pemenuhan gizi pada anak sekolah, suplementasi
obat cacing dan zinc untuk penanganan diare dll

7. Koordinasi
Mekanisme koordinasi penanganan gizi dengan cara pendekatan klaster adalah
pendekatan koordinatif yang menyatukan semua pihak terkait,
pemerintah dan non-pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana.
Mekanisme koordinasi sub klaster gizi juga bertujuan untuk memastikan agar
koordinasi penanganan gizi yang dilakukan oleh pemerintah dan mitra sesuai
dengan prioritas pemerintah daerah terdampak.
8. Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat
Komunikasi risiko pada situasi bencana bertujuan untuk memberikan
informasi tepat bagi masyarakat agar dapat mengambil tindakan yang tepat
dalam menghadapi risiko-risiko yang timbul pada situasi bencana.

9. Manajemen Informasi
Manajemen informasi penanganan gizi merupakan mekanisme pengumpulan,
pengolahan data dan analisa data untuk menghasilkan informasi yang dapat
mendukung pengambilan keputusan juga perencanaan kegiatan penanganan
gizi pada situasi bencana

10. Manajemen Logistik


Fungsi manajemen logistik gizi dalam situasi bencana adalah untuk
memastikan
ketersediaan alat dan bahan untuk mendukung pelaksanaan respon gizi sampai
ke lokasi bencana.
11. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan pencapaian tujuan
dan kemajuan dari pelaksanaan rencana tanggap darurat penanganan
gizi yang telah disusun, termasuk status gizi masyarakat penyintas.
Monitoring dan pelaporan bertujuan untuk memberikan rekomendasi
dan langkah-langkah penyesuaian yang diperlukan
dalam penanganan gizi untuk memastikan pemenuhan kebutuhan gizi
kelompok
rentan yang terdampak bencana.
PENANGANAN GIZI
Situasi Darurat
Bencana Akibat ulah
Bencana Alam merupakan Manusia
suatu keadaan yang
tidak diinginkan dan
biasanya terjadi secara
mendadak disertai Kebutuhan
dengan jatuhnya banyak Pangan
Banjir Longsor
korban (Pemenuhan Gizi)

Pencemaran
Lingkungan
Pemberian Pangan dalam
Situasi Darurat

Tujuan Prinsip Dasar Kelompok Rentan

• Bertahan hidup • Bayi, Balita & Anak-anak


Koordinasi
• Mempertahankan/memperbaiki status
gizi, utamanya pada kelompok rentan
• Bantuan spesifik makanan
• Menyelamatkan aset produksi untuk umum berdasarkan Perempuan
• Menghindari migrasi massal pemenuhan 2100 kalori,
• Menjamin tersedianya pangan dalam • Waktu pendistribusian yang
Lansia
jumlah yang cukup unuk seluruh tepat
penduduk. • Standarisasi jumlah kebutuhan
• Mendorong rehabilitasi keadaan secara Penyandang Disabilitas
bahan makanan
swadaya masyarakat
• Mengurangi kerusakan sistem produksi • Partisipasi masyarakat
pangan dan pemasarannya • Pemantauan dan evaluasi Penyandang HIV/AIDS
termasuk penetapan target.
Standar Bantuan Gizi untuk
Kelompok Rentan

• Bayi berumur kurang dari enam bulan harus diberi ASI secara eksklusif atau dalam kasus-kasus khusus dapat
diberikan susu pengganti ASI yang tepat dalam jumlah yang memadai.
• Anak-anak berumur 6-24 bulan mempunyai akses terhadap makanan tambahan yang bergizi dan sarat energy
• Perempuan yang hamil atau menyusui mempunyai akses terhadap gizi dan bantuan tambahan
• Perhatian khusus diberikan untuk melindungi, meningkatkan dan mendukung perawatan gizi bagi wanita usia
subur.
• Informasi, pendidikan dan pelatihan yang tepat tentang gizi diberikan kepada para professional yang relevan, juru
rawat, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam praktek pemberian makan bayi dan anak.
• Akses kaum lanjut usia untuk mendapatkan makanan yang bergizi dan dukungan gizi yang tepat dilindungi,
ditingkatkan, dan didukung.
• Keluarga yang mempunyai anggota keluarga sakit kronis, termasuk mereka yang menderita HIV/AIDS dan
anggota keluarga yang mempunyai kecacatan tertentu mempunyai akses terhadap makanan bergizi yang tepat
dan dukungan gizi yang memadai.
• Terbangun system berbasis komunitas untuk menjamin perawatan individu-individu yang rentan secara
semestinya.
Penanganan Gizi Anak Usia 0-23 bulan

Prinsip PMBA Kriteria yang


Prinsip PMBA
Pada Situasi Bencana Mendapatkan
• ASI tetap diberikan pada situasi bencana. Bantuan
• PMBA merupakan bagian dari penanganan gizi 1. Penilaian Cepat
dalam situasi bencana a. Untuk mendapatkan data 1. Atas indikasi medis
• Dilakukan dengan benar dan tepat waktu
• Institusi penyelenggara PMBA adalah b. Untuk menghitung 2. Sebelumnya
Pemerintah Daerah yang dibantu oleh Dinas kebutuhan gizi menggunakan susu
Kesehatan setempat c. Untuk mengolah data formula
• Diintegrasikan pada pelayanan kesehatan ibu,
bayi dan anak. 2. Dukungan 3. Terpisah dari ibunya
• Penilaian cepat a. Tenaga konselor 4. Bayi yang ibunya
• Kebutuhan makanan yang tepat dan aman b. Tenaga kesehatan & LSM meninggal, sakit
dalam memenuhi kecukupan gizi bayi dan
anak c. Pembentukan pos keras, penderita
• Susu formula, produk susu lainnya, botol dan d. Melakukan HIV serta ibu
dot tidak termasuk dalam penanganan ransum pendampingan korban
pemerkosaan
Cara penyiapan dan Pemberian Susu Formula
Penanganan Gizi Anak Balita 24-59 bulan
– Hindari penggunaan susu dan makanan lain yang
penyiapannya menggunakan air, penyimpanan yang
tidak higienis karena berisiko terjadinya diare, infeksi
dan keracunan.
– Keragaman menu makanan dan jadual pemberian
makanan disesuaikan dengan kemampuan tenaga
pelaksana. Daftar menu ditempelkan ditempat yang
mudah dilihat oleh pelaksana pengolahan makanan.
– Pemberian kapsul vitamin A
– Makanan utama yang diberikan sebaiknya berasal
dari makanan keluarga yang tinggi energi, vitamin
dan mineral.
IBU HAMIL DAN MENYUSUI
1. Ibu hamil mendapatkan tambahan
sejumlah 300 kkal/hari
2. Ibu menyusui +500 kkal/hari
3. Pemberian mikronutrient sesuai keadaan
kehamilan
4. Pemberian tablet tambah darah dan
vitamin yang dibutuhkan
5. Minimal 2.100 kalori terpenuhi
LANSIA
1. Lansia harus mampu mengakses sumber-sumber pangan termasuk bantuan
pangan dengan lebih mudah.
2. Makanan disesuaikan dengan kondisi lansia serta mudah disiapkan dan
dikonsumsi.
3. Makanan yang diberikan pada lansia harus memenuhi kebutuhan protein
tambahan serta vitamin dan mineral.
Pengawasan logistik bantuan bahan makanan,
termasuk bantuan susu formula bayi saat kondisi
bencana dan situasi pandemi covid 19.
Bantuan logistik harus tepat waktu, tepat lokasi,
tepat sasaran, tepat kualitas, tepat kuantitas &
sesuai kebutuhan .
Pelaksanaan pengawasan bantuan logistik
dilaksanakan setiap hari selama status keadaan
darurat bencana diberlakukan. Kegiatan tersebut
mencakup langkah-langkah aktivasi, penerimaan,
penyimpanan, pengangkutan dan distribusi bantuan
logistik.
Logistik bantuan bahan pangan
diberikan dalam bentuk bentuk bahan
makanan, atau makanan yang
disediakan oleh dapur umum, bantuan
pangan untuk kelompok rentan
diberikan dalam bentuk khusus.
Pengawasan bantuan bahan makanan
bertujuan untuk untuk melindungi
korban bencana dari dampak buruk
akibat bantuan tersebut seperti diare,
infeksi, keracunan dan lain-lain.
Pengawasan Tempat penyimpanan bantuan bahan

bantuan bahan 1
makanan harus dipisah antara bahan
makanan umum dan bahan makanan khusus

makanan untuk bayi dan anak.


Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai
meliputi: 2
termasuk makanan dalam kemasan, susu formula
dan makanan suplemen.
Untuk bantuan bahan makanan produk dalam

3 negeri harus diteliti nomor registrasi (MD),


tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan
cara penyiapan dan target konsumen.

Untuk bantuan bahan makanan produk luar

4 negeri harus diteliti nomor registrasi (ML),


bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara
penyiapan dan target konsumen.
Sesuai dengan Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana pemberian susu formula pada bayi 0-6
bulan dan baduta (0-23 bulan) hanya dapat diberikan jika:

Bayi/baduta memiliki
indikasi medis tertentu Bayi/baduta yang sudah
sesuai dengan menggunakan susu

01
pertimbangan tenaga formula sebelum situasi

02
kesehatan yang bencana
berkompeten
Bayi/baduta yang ibunya Bayi/baduta yang
meninggal, ibu sakit terpisah dari ibunya
keras, ibu sedang (tidak ada donor ASI)
menjalani relaktasi, ibu
04
menderita HIV+ dan

03
memilih tidak menyusui
bayinya serta ibu korban Pemberian susu formula dalam situasi
tindakan asusila yang bencana tetap dengan pengawasan atau
tidak mau menyusui didampingi petugas kesehatan
bayinya
Memberikan informasi kepada pendonor dan
Badan Nasional Penanggulangan media massa bahwa bantuan berupa susu

Bencana (BNPB) menyatakan A formula/PASI, botol dan dot pada korban


bencana tidak diperlukan

bahwa pemberian susu formula pada Bantuan berupa susu formula atau PASI

daerah bencana kemungkinan dapat B harus mendapat izin dari Kepala Dinas
Kesehatan setempat

meningkatkan risiko terjadinya Pendistribusian dan pemanfaatan susu

diare, kekurangan gizi, hingga C formula atau PASI harus diawasi secara
ketat oleh petugas kesehatan, Puskesmas
dan Dinas Kesehatan setempat

kematian bayi. Maka dari itu hal –


hal yang perlu dilakukan dalam
D Selalu perhatikan batas kadaluarsa
kemasan susu formula untuk menghindari
keracunan dan kontaminasi

pengawasan pemberian bantuan


bahan makanan berupa susu formula
adalah sebagai berikut:
Di masa pandemi covid 19 seperti saat ini, bantuan bahan makanan
diberikan melalui kebijakan program sembako yang diluncurkan oleh
Kementerian Sosial dengan target 15,2 juta KPM. Kebijakan ini ditempuh
karena diperkirakan dampak dari penyakit yang disebabkan virus corona
itu cukup serius, yakni dikhawatirkan menimbulkan perlambatan
Diperlukan pengawasan serta tindak lanjut
untuk memastikan tujuan dari pemberian
makanansetelah korban menerima
makanan yang diberikan.
Pada tahap tindak lanjut tetap perlu
diupayakan bahwa korban bencana
memahami apa kebutuhan mereka dalam
hal makanan dan bagaimana akses
pencapaiannya, serta kewaspadaan pasca
bencana untuk mencegah masalah gizi
yang muncul.
PERHITUNGAN KEBUTUHAN
GIZI PADA WILAYAH DARURAT
BENCANA DAN SITUASI
PANDEMIC COVID 19
Pada tahap awal untuk melakukan penghitungan kebutuhan
gizi daerah bencana dan situasi pandemic COVID 19 berupa
kegiatan Registrasi orang yang terkena dampak.

Registrasi ini harus segera dilakukan, karena sangat penting


untuk mengetahui jumlah kepala keluarga, jumlah jiwa, jenis
kelamin, usia dan kelompok rawan (seperti bayi, balita, ibu
hamil, ibu menyusui, dan lansia).
DATA PENUNJANG

1. Data luas wilayah


2. Jumlah penampungan pengungsi
3.Juga data sarana air bersih.
• Berbagai data tersebut digunakan untuk menghitung
kebutuhan bahan makanan pada tahap penyelamatan
dan merencanakan tahapan surveilans berikutnya.
1. Pengumpulan Data Dasar Gizi

Data yang dikumpulkan adalah data antropometri yang


meliputi, berat badan, tinggi badan dan umur untuk menentukan
status gizi, Pengumpulan berbagai data ini biasanya dilakukan
melalui survey cepat dengan cara melibatkan beberapa tokoh
masyarakat seperti ketua RT, kader pada wilayah tersebut.

Data ini digunakan untuk menentukan tingkat kedaruratan gizi


dan jenis intervensi yang diperlukan.
2. PENAPISAN
Penapisan dilakukan apabila diperlukan intervensi Pemberian Makan
Tambahan (PMT) darurat terbatas dan PMT terapi.
Pada anak-anak akan dilakukan pengukuran antropometri (BB/TB) untuk
menentukan sasaran intervensi.
Pada kelompok rentan lainnya seperti ibuhamil, ibu menyusui dan lansia,
penapisan dilakukan dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan
Atas/LILA.

*Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB < - 2 SD) dan jumlah
ibu hamil dengan risiko KEK (LiLA < 23,5 cm).
3. Persiapan surveilans gizi bagi pengungsi
• Formulir untuk registrasi awal dan pengumpulan data dasar
dan screening/penapisan dan juga formulir untuk pemantauan dan
evaluasi
• Alat ukur antropometri untuk balita dan kelompok umur golongan rawan
lainnya. Untuk balita diperlukan timbangan berat badan (dacin/salter),
alat ukur panjang badan (portable), dan medline (meteran).
• Monitoring pertumbuhan untuk balita (KMS).
• Jika memungkinkan disiapkan komputer yang dilengkapi dengan sistem
aplikasi untuk pemantauan setiap individu.
SEBAGAI CONTOH
Menghitung kebutuhan gizi Berdasarkan analisis hasil
RHA diketahui jumlah pengungsi sesuai kelompok umur,
kemudian dihitung ransum pengungsi dengan
memperhitungkan setiap pengungsi membutuhkan
2100kkal, 50g protein dan 40g lemak serta menyusun
menu yang sesuai dengan jenis bahan makanan yang
tersedia.
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

1. Anak yang menderita gizi kurang diberikan makanan tambahan di samping


makanan keluarga seperti kudapan/ jajanan dengan nilai energi 350 kkal dan
protein 15 g per hari.
2. Ibu hamil diberikan 1 tablet Fe setiap hari selama 90 hari. International Training
Consortium on Disaster Risk Reduction 257 .
3. Ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU (1 kapsul pada
hari pertama dan 1 kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu minimal 24 jam).
4. Pemberian vitamin A dosis 100.000 IU bagi bayi usia 6-11 bulan dan kapsul
vitamin A dosis 200.000 IU pada anak usia 12-59 bulan. Bila kejadian bencana
dalam waktu kurang dari 30 hari setelah pemberian kapsul vitamin A maka balita
tersebut tidak dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai