KONDISI BENCANA
KELOMPOK 4 KELAS 3B
Ade Wulandari (P3.73.24.2.18.041)
Ajeng Noviyani (P3.73.24.2.18.043)
Bunga Agita Litya P (P3.73.24.2.18.047)
Elva Marentika P (P3.73.24.2.18.051)
Karisa Wilwatikta Y (P3.73.24.2.18.058)
Moendyna Melyani (P3.73.26.2.18.062
Menghitung
Kebutuhan Gizi
pada Kondisi
Bencana
KEGIATAN GIZI DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA
Pra Bencana
Situasi Bencana
Pasca Bencana
SITUASI KEADAAN
DARURAT BENCANA
01 02 03
Siaga Darurat Tanggap Darurat Transisi Darurat
Pengelolaan
Menghitung penyelenggaraan
kebutuhan gizi makanan di dapur
umum
TANGGAP DARURAT
LANJUT
1 2 3 4
Pengumpulan data Menghitung
Analisis Menganalisis
antropometri balita proporsi
faktor adanya faktor
(berat badan, status gizi
penyulit penyulit
panjang balita kurus seperti
berdasarkan badan/tinggi (BB/TB <-2SD) kejadian
hasil Rapid badan), ibu hamil dan jumlah diare,
Health dan ibu menyusui ibu hamil campak,
Assessment (Lingkar Lengan dengan risiko demam
Atas) KEK (LILA
(RHA). berdarah dan
<23,5 cm). lain-lain.
Hasil analisis data antropometri dan faktor penyulit Your Picture Here Your Picture Here
serta tindak lanjut atau respon yang
direkomendasikan adalah sebagai berikut:
Situasi Serius (Serious Situation), jika prevalensi
balita kurus ≥15 % tanpa faktor penyulit atau 10-
14,9 % dengan faktor penyulit. Pada situasi ini
semua korban bencana mendapat ransum dan
seluruh kelompok rentan terutama balita dan ibu
hamil diberikan makanan tambahan (blanket
supplementary feeding) Your Picture Here Your Picture Here
Situasi Berisiko (Risky Situation), jika prevalensi
balita kurus 10-14,9 % tanpa faktor penyulit atau
5-9,9 % dengan faktor penyulit. Pada situasi ini
kelompok rentan kurang gizi terutama balita
kurus dan ibu hamil risiko KEK diberikan
makanan tambahan (targetted supplementary
feeding)
Situasi Normal, jika prevalensi balita kurus <10%
tanpa faktor penyulit atau <5 % dengan faktor
penyulit maka dilakukan penanganan penderita
gizi kurang melalui pelayanan kesehatan rutin.
PASCA BENCANA
• Anak yang menderita gizi kurang diberikan makanan tambahan di samping makanan
keluarga seperti kudapan/ jajanan dengan nilai energi 350 kkal dan protein 15 g per hari.
• Ibu hamil diberikan 1 tablet Fe setiap hari selama 90 hari.
• Ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU (1 kapsul pada hari
pertama dan 1 kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu minimal 24 jam).
• Pemberian vitamin A dosis 100.000 IU bagi bayi usia 6-11 bulan dan kapsul vitamin A dosis
200.000 IU pada anak usia 12-59 bulan. Bila kejadian bencana dalam waktu kurang dari 30
hari setelah pemberian kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) maka balita tersebut tidak
dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A.
• Melakukan penyuluhan kelompok dan konseling perorangan dengan materi sesuai dengan
kondisi saat itu.
• Memantau perkembangan status gizi balita melalui surveilans gizi.
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat
Bencana, penentuan penanganan gizi pada situasi bencana terdiri dari
1. Kajian & Analisis Kebutuhan Gizi
Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi bertujuan untuk mengidentifikasi
dampak
bencana terhadap kelompok sasaran gizi dan kelompok rentan.
Kajian mencakup pengumpulan data jumlah dan lokasi kelompok rentan, serta
menentukan
dukungan yang diperlukan untuk penyelamatan jiwa dan mempertahankan status gizi
mereka.
2. Perencanaan Intervensi Respon Gizi
Rencana intervensi respon gizi dilakukan segera setelah tersedianya hasil kajian dampak
dan analisa kebutuhan sebagai acuan bagi pelaku tanggap darurat terkait prioritas dan
kegiatan kunci yang perlu dilakukan selama periode tanggap darurat. Rencana tanggap
darurat juga digunakan sebagai dasar untuk memobilisasi sumberdaya dari para pihak
terkait, misalnya LSM dan mitra
pelaku penanganan gizi untuk bersinergi didalam upaya pemenuhan gizi para pernyintas
3. Intervensi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
Intervesi PMBA pada situasi bencana bertujuan untuk memastikan agar standar emas
Pemberian Makan Ibu, Bayi dan Anak dapat terus dilakukan untuk melindungi gizi dan
kesehatan.
7. Koordinasi
Mekanisme koordinasi penanganan gizi dengan cara pendekatan klaster adalah
pendekatan koordinatif yang menyatukan semua pihak terkait,
pemerintah dan non-pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana.
Mekanisme koordinasi sub klaster gizi juga bertujuan untuk memastikan agar
koordinasi penanganan gizi yang dilakukan oleh pemerintah dan mitra sesuai
dengan prioritas pemerintah daerah terdampak.
8. Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat
Komunikasi risiko pada situasi bencana bertujuan untuk memberikan
informasi tepat bagi masyarakat agar dapat mengambil tindakan yang tepat
dalam menghadapi risiko-risiko yang timbul pada situasi bencana.
9. Manajemen Informasi
Manajemen informasi penanganan gizi merupakan mekanisme pengumpulan,
pengolahan data dan analisa data untuk menghasilkan informasi yang dapat
mendukung pengambilan keputusan juga perencanaan kegiatan penanganan
gizi pada situasi bencana
Pencemaran
Lingkungan
Pemberian Pangan dalam
Situasi Darurat
• Bayi berumur kurang dari enam bulan harus diberi ASI secara eksklusif atau dalam kasus-kasus khusus dapat
diberikan susu pengganti ASI yang tepat dalam jumlah yang memadai.
• Anak-anak berumur 6-24 bulan mempunyai akses terhadap makanan tambahan yang bergizi dan sarat energy
• Perempuan yang hamil atau menyusui mempunyai akses terhadap gizi dan bantuan tambahan
• Perhatian khusus diberikan untuk melindungi, meningkatkan dan mendukung perawatan gizi bagi wanita usia
subur.
• Informasi, pendidikan dan pelatihan yang tepat tentang gizi diberikan kepada para professional yang relevan, juru
rawat, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam praktek pemberian makan bayi dan anak.
• Akses kaum lanjut usia untuk mendapatkan makanan yang bergizi dan dukungan gizi yang tepat dilindungi,
ditingkatkan, dan didukung.
• Keluarga yang mempunyai anggota keluarga sakit kronis, termasuk mereka yang menderita HIV/AIDS dan
anggota keluarga yang mempunyai kecacatan tertentu mempunyai akses terhadap makanan bergizi yang tepat
dan dukungan gizi yang memadai.
• Terbangun system berbasis komunitas untuk menjamin perawatan individu-individu yang rentan secara
semestinya.
Penanganan Gizi Anak Usia 0-23 bulan
bantuan bahan 1
makanan harus dipisah antara bahan
makanan umum dan bahan makanan khusus
Bayi/baduta memiliki
indikasi medis tertentu Bayi/baduta yang sudah
sesuai dengan menggunakan susu
01
pertimbangan tenaga formula sebelum situasi
02
kesehatan yang bencana
berkompeten
Bayi/baduta yang ibunya Bayi/baduta yang
meninggal, ibu sakit terpisah dari ibunya
keras, ibu sedang (tidak ada donor ASI)
menjalani relaktasi, ibu
04
menderita HIV+ dan
03
memilih tidak menyusui
bayinya serta ibu korban Pemberian susu formula dalam situasi
tindakan asusila yang bencana tetap dengan pengawasan atau
tidak mau menyusui didampingi petugas kesehatan
bayinya
Memberikan informasi kepada pendonor dan
Badan Nasional Penanggulangan media massa bahwa bantuan berupa susu
daerah bencana kemungkinan dapat B harus mendapat izin dari Kepala Dinas
Kesehatan setempat
diare, kekurangan gizi, hingga C formula atau PASI harus diawasi secara
ketat oleh petugas kesehatan, Puskesmas
dan Dinas Kesehatan setempat
*Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB < - 2 SD) dan jumlah
ibu hamil dengan risiko KEK (LiLA < 23,5 cm).
3. Persiapan surveilans gizi bagi pengungsi
• Formulir untuk registrasi awal dan pengumpulan data dasar
dan screening/penapisan dan juga formulir untuk pemantauan dan
evaluasi
• Alat ukur antropometri untuk balita dan kelompok umur golongan rawan
lainnya. Untuk balita diperlukan timbangan berat badan (dacin/salter),
alat ukur panjang badan (portable), dan medline (meteran).
• Monitoring pertumbuhan untuk balita (KMS).
• Jika memungkinkan disiapkan komputer yang dilengkapi dengan sistem
aplikasi untuk pemantauan setiap individu.
SEBAGAI CONTOH
Menghitung kebutuhan gizi Berdasarkan analisis hasil
RHA diketahui jumlah pengungsi sesuai kelompok umur,
kemudian dihitung ransum pengungsi dengan
memperhitungkan setiap pengungsi membutuhkan
2100kkal, 50g protein dan 40g lemak serta menyusun
menu yang sesuai dengan jenis bahan makanan yang
tersedia.
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN