Anda di halaman 1dari 11

Binamulia Hukum Vol. 7 No.

1, Juli 2018

PENYELESAIAN SENGKETA BATAS LAUT ANTARA


INDONESIA DAN MALAYSIA DALAM PERSPEKTIF
HUKUM INTERNASIONAL

Ummi Yusnitax
Fakultas Hukum Universitas Negeri Bengkulu

ABSTRAK
Penulisan penelitian ini dilatarbelakangi terjadinya sengketa batas laut antara Indonesia dan
Malaysia dan masih banyak potensi kemungkinan timbulnya sengketa batas laut antara
Indonesia dan Malaysia. Penelitian ini mengkaji penyebab munculnya permasalahan dalam
penentuan delimitasi laut antara Indonesia dan Malaysia, dan alternatif penyelesaian
sengketa yang paling tepat digunakan dalam penyelesaian sengketa batas laut antara
Indonesia dan Malaysia. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, yaitu dengan
melakukan studi kepustakaan. Pendekatan masalah dilakukan secara yuridis normatif untuk
mengetahui bagaimana peraturan-peraturan secara normatif mengenai hukum laut
Internasional, terutama yang berkaitan dengan masalah perbatasan (delimitasi) laut antar
negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan dalam penentuan delimitasi
adalah adanya perbedaan konsep dalam penentuan batas laut antara Indonesia dan Malaysia,
inkonsistensi Malaysia terhadap aturan KHL 1982, dan kurangnya perhatian Pemerintah
Indonesia terhadap laut dan pulau-pulau kecil khususnya yang terletak pada wilayah
perbatasan. Penyelesaian sengketa yang dianggap tepat dalam sengketa batas laut antara
Indonesia dan Malaysia adalah negosiasi dan jika melalui negosiasi tidak berhasil, maka
langkah selanjutnya adalah dengan membawa sengketa tersebut ke Mahkamah Hukum Laut
Internasional.

Kata Kunci: hukum laut, KHL 1982, batas laut, sengketa batas laut.

ABSTRACT
This research has been back grounded by the sea boundary disputes between Indonesia and
Malaysia and there are still many potential possibilities of sea boundary disputes between
Indonesia and Malaysia. The problem systematic in this research was about the causal of
the lawsuit and the determination of sea border (delimitation) between Indonesia and
Malaysia as well as the most proper ways to solve them. This research is a normative law
research which had been done through literature study. The problem approach was
conducted by juridical and normative ways to see how the normative rules concerning
international sea law especially those which regard to sea border (delimitation)¶V SUREOHP
between countries. The result of research showed that the sea border (delimitation) between
the countries. The result of research indicate that the sea border determination
(delimitation) problem between the countries was caused by the differences in conception of
sea border determination and the inconsistency of Malaysia to UNCLOS and the lack of
Indonesian government¶V attention to the sea border as well as the small islands especially
for those located at the border regions. The dispute settlement that is considered appropriate
in maritime boundary disputes between Indonesia and Malaysia is negotiation and if
through negotiation is not successful, and then the next step is to bring the dispute to the
International Tribunal for the Law of the Sea.

x
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Negeri Bengkulu.

96 | 3(1<(/(6$,$1 6(1*.(7$ %$7$6 /$87« 8PPL <XVQLWD


Binamulia Hukum Vol. 7 No. 1, Juli 2018

Keywords: Law of the Sea, UNCLOS, sea boundary, maritime boundary dispute.

PENDAHULUAN Suatu pelajaran yang sangat berharga


bagi negara Indonesia, yaitu putusan
Latar Belakang
International Court of Justice Nomor 102
Negara Indonesia merupakan negara tanggal 17 Desember 2002 tentang Case
kepulauan (archipelagic state) yang Counting Sovereignty Over P. Ligitan and
dideklarasikan pada tahun 1957. P. Sipadan. Ternyata vonis ICJ tersebut
Wilayahnya terdiri dari lautan dan pulau- lebih mempertimbangkan penguasaan
pulau, baik besar maupun kecil dengan efektif (effectiveness) yang diajukan oleh
jumlah sekitar 17.505 pulau dengan luas Malaysia sebagai critical date dan
wilayah 7.7 juta km2. Sebagai negara sebaliknya menolak argumentasi hukum RI
kepulauan, dua pertiga wilayah tersebut (conventional title) dan argumen hukum
yaitu 5.8 juta km2 terdiri dari lautan, Malaysia (chain of title) yang tidak dapat
sedangkan sisa seluas 1.9 juta km2 membuktikan klaim kepemilikan masing-
merupakan daratan. Wilayah Indonesia masing pulau yang disengketakan. Pasca
yang sangat luas ini mengandung kekayaan lepasnya Sipadan dan Ligitan yang menjadi
alam yang melimpah yang tak ternilai persoalan saat ini adalah delimitasi perairan
besarnya sekaligus menjadi daya tarik yang antara RI dan Malaysia.
dapat memancing banyak pihak untuk
memanfaatkannya baik secara legal maupun Banyaknya delimitasi perairan yang
illegal. tidak jelas antara Indonesia dan Malaysia
dapat menimbulkan konflik baik sekarang
Sebagai sebuah negara kepulauan, maupun yang akan datang, yaitu dalam hal
Indonesia memiliki perairan yang penentuan batas laut teritorial di laut-laut
berbatasan langsung dengan negara yang saling berbatasan. Contoh: di Selat
tetangga. Ada sepuluh negara yang Malaka, di Selat Karimata, dan di Selat
perairannya berbatasan langsung dengan Makasar. Batas yang tidak jelas ini dapat
perairan Indonesia yaitu Malaysia, menimbulkan potensi ketidakjelasan
Singapura, Thailand, Vietnam, Papua pemilikan beberapa pulau terluar yang
Nugini, Australia, Palau, dan Timor Leste. berbatasan dengan Malaysia seperti Pulau
Dengan adanya perbatasan langsung Natuna, Pulau Berhala, Pulau Sebatik, dan
antara perairan Indonesia dengan perairan Pulau Gosong Niger. Selain itu, ada juga
negara-negara tersebut berpotensi dua pulau di wilayah utara Kalimantan
menimbulkan konflik, dan dikatakan saat Timur, yakni di Kabupaten Berau, Pulau
ini sekitar dua belas pulau wilayah Maratua dan Pulau Sambit yang terancam
Indonesia yang memiliki masalah-masalah dikuasai Malaysia. Sampai saat ini,
perbatasan yaitu Pulau Nipah yang pengaturan mengenai batas laut belum
berbatasan dengan Singapura; Pulau lengkap antara Indonesia dan Malaysia
Sekatung dengan Vietnam; Pulau Mamore, sehingga menimbulkan konflik yang sulit
Miangas, dan Pulau Marampit dengan diselesaikan seperti saat ini yang sedang
Filipina; Pulau Beras, Fani, Fanilda dengan disengketakan yaitu Blok Ambalat, yang
Republik Palau (sebelah utara Irian); Pulau luasnya hampir sama dengan luas Provinsi
Bate berbatasan dengan Timor Leste; Pulau Jawa Barat, dimana Indonesia dan Malaysia
Rondo dengan India; Pulau Dana dengan sama-sama mengklaim atas kepemilikan
Australia. Persoalan lainnya Pulau Pasir Blok Ambalat tersebut.
dideklarasikan oleh Australia sebagai Sengketa antara Indonesia dan Malaysia
miliknya. ini harus segera diselesaikan, agar tidak
berkepanjangan dan supaya ada kepastian

3(1<(/(6$,$1 6(1*.(7$ %$7$6 /$87« 8PPL <XVQLWD 97 |


Binamulia Hukum Vol. 7 No. 1, Juli 2018

penguasaan dan kepemilikan atas wilayah- PEMBAHASAN


wilayah tersebut. Begitu juga dengan
Permasalahan dalam Penentuan
permasalahan perbatasan wilayah perairan
Delimitasi (Batas) Laut antara Indonesia
Indonesia lainnya untuk mencegah
dan Malaysia
terjadinya konflik yang serupa.
Berlakunya Konvensi Hukum Laut
Pokok Permasalahan Internasional (UNCLOS) 1982,
1. Apa penyebab munculnya permasalahan mengakibatkan pengaturan-pengaturan
dalam penentuan delimitasi (batas) laut sebelumnya tidak berlaku lagi sehingga
antara Indonesia dan Malaysia? membawa perubahan besar dalam
2. Bagaimana alternatif penyelesaian perkembangan hukum laut internasional.
sengketa yang paling tepat digunakan Konvensi ini kemudian diratifikasi
dalam penyelesaian sengketa batas laut Indonesia dengan Undang-Undang Nomor
antara Indonesia dan Malaysia? 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan
Metode Penelitian UNCLOS, yang selanjutnya disebut
Konvensi Hukum Laut 1982 (KHL 1982),
Penelitian ini adalah penelitian hukum begitu juga dengan Malaysia
normatif dimana pembahasan didasarkan meratifikasinya pada tahun 1996. Ada
pada dokumen-dokumen dan peraturan- banyak hal yang melatarbelakangi
peraturan serta referensi lain yang diratifikasinya konvensi ini oleh beberapa
berkenaan dengan permasalahan hukum negara, faktor yang paling dominan di
laut internasional melalui pendekatan antaranya adalah penetapan batas laut, hak
yuridis normatif untuk mengetahui dan kewajiban negara di laut, dan
bagaimana peraturan-peraturan secara sebagainya yang berlaku universal. Di
normatif mengenai hukum laut antaranya tentang tiga jenis garis pangkal
internasional dan ketentuan yang ada di bagi negara-negara dalam pengukuran lebar
dalamnya terutama yang berkenaan dengan lautnya yakni: garis pangkal normal, garis
perbatasan laut antar negara. pangkal lurus, dan garis pangkal kepulauan.
Pengumpulan bahan hukum dilakukan Berdasarkan ketentuan KHL 1982 ini
melalui penelusuran literatur online Indonesia dan Malaysia memiliki
(internet) dan offline (buku-buku). Bahan kualifikasi atau kedudukan yang berbeda.
pustaka online dapat diperoleh melalui Malaysia merupakan negara pantai (coastal
website Kemenlu, sedangkan offline state), sedangkan Indonesia di samping
diperoleh di perpustakaan, instansi sebagai negara pantai juga merupakan
pemerintah yang terkait berupa buku, negara kepulauan (archipelagic state).
majalah hukum, surat kabar, dan lain-lain. Perbedaan kedudukan ini juga berarti
Selanjutnya bahan hukum tersebut perbedaan hak dalam menggunakan garis
dianalisis, dikelompokkan dalam kategori- pangkal. Negara pantai biasa dalam
kategori sesuai pembahasan, diberi makna, delimitasi negara lautnya menggunakan
ditafsirkan dan dihubungkan dengan garis pangkal normal (normal baselines)
konsep-konsep yang relevan dengan fokus atau jika garis pangkal normal tidak dapat
masalah, dideskripsikan secara kualitatif digunakan karena kondisi pantai yang
dengan metode deduktif-induktif untuk menjorok atau kondisi lain yang dibenarkan
menemukan jawaban atas permasalahan. dalam KHL 1982, boleh menggunakan garis
pangkal lurus (straight baselines).
Sementara negara kepulauan dalam
menentukan delimitasi lautnya
menggunakan garis pangkal kepulauan

98 | 3(1<(/(6$,$1 6(1*.(7$ %$7$6 /$87« 8PPL <XVQLWD


Binamulia Hukum Vol. 7 No. 1, Juli 2018

(archipelagic baselines) yang perundang-undangan dan tindakan nyata


menghubungkan titik-titik dari pulau atau kegiatan fisik yang dilakukan oleh
terluarnya. suatu negara.
Walaupun Indonesia dan Malaysia telah Setelah berakhirnya kasus Sipadan dan
meratifikasi KHL 1982 akan tetapi Ligitan, muncul kembali permasalahan
Malaysia masih menggunakan peta tahun yaitu konflik Indonesia dan Malaysia
1979 dalam menentukan batas lautnya yang tentang Blok Ambalat. Malaysia
bersifat unilateral dan tidak disetujui oleh mendasarkan klaimnya atas dasar putusan
negara-negara yang berbatasan laut dengan Mahkamah Internasional yang memetakan
Malaysia misalnya: Indonesia, Singapura, Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi milik
Thailand, Filipina, Brunei Cina, dan Malaysia dan peta Malaysia tahun 1979.
Vietnam. Sedangkan Indonesia sudah melakukan
Tindakan Malaysia yang menggunakan eksplorasi di wilayah Blok Ambalat sejak
peta tahun 1979 dalam menentukan batas tahun 1960. Eksplorasi tersebut dilakukan
lautnya sangat merugikan negara-negara tanpa adanya keberatan dari pihak manapun
tetangganya misalnya, Indonesia dalam termasuk Malaysia sehingga Indonesia
contoh kasus Pulau Sipadan dan Ligitan tidak menerima klaim Malaysia tersebut.
dimana Mahkamah Internasional pada Dari kasus-kasus tersebut di atas dapat
tanggal 17 Desember 2002 dengan diketahui bahwa penyebab munculnya
perbandingan 16:1 telah memberikan permasalahan dalam penentuan delimitasi
kedaulatan atas Pulau Sipadan dan Ligitan batas laut antara Indonesia dan Malaysia
kepada Malaysia. adalah sebagai berikut:
Mahkamah Internasional berpendapat 1. Adanya perbedaan konsepsi dalam
bahwa Inggris sebagai penjajah Malaysia penentuan batas laut antara Indonesia
lebih melakukan effectiveness ketimbang dan Malaysia
Belanda sebagai penjajah Indonesia, bahkan
Dalam KHL 1982, terdapat 4
Indonesia setelah merdeka. Bukti yang
konsepsi sebagai dasar penentuan
disampaikan Malaysia tentang adanya
wilayah laut dan batas-batas laut.
effectiveness oleh Inggris menjadi titik
Indonesia sebagai negara kepulauan
penentu kedaulatan kedua pulau tersebut.
dalam menetapkan batas laut memiliki
Inggris telah memenuhi syarat dengan
hak-hak sebagaimana yang diatur KHL
adanya berbagai peraturan yang dikeluarkan
1982 sebagai berikut:
yaitu ketentuan tentang penarikan pajak
bagi pengambilan telur penyu sejak tahun a. Dalam pengukuran batas laut dapat
1917 dan ketentuan tentang cagar burung menarik garis pangkal kepulauan;
(birds sanctuaries) di Pulau Sipadan. b. Penentuan laut teritorial sejauh 12 mil
Sebaliknya Indonesia dianggap tidak laut dari garis pangkal;
memiliki klaim yang lebih tinggi. Justru
dalam peta yang dilampirkan dalam c. Zona ekonomi eksklusif sejauh 200
Undang-Undang Nomor 4 Prp Tahun 1960 mil laut dari garis pangkal dimana
tentang Penentuan Laut Teritorial lebar laut territorial diukur; dan
Indonesia, dua pulau yang disengketakan d. Landas kontinen yang meliputi dasar
tidak dimasukkan. laut dan tanah di bawahnya dari
Titik krusial dalam penentuan pemberian daerah di bawah permukaan laut yang
kedaulatan kedua pulau tersebut kepada terletak di luar laut teritorialnya
Malaysia terletak pada tindakan sepanjang kelanjutan alamiah
effectiveness berupa produk perputaran daratannya hingga pinggiran luar tepi
kontinen, atau hingga suatu jarak 200

3(1<(/(6$,$1 6(1*.(7$ %$7$6 /$87« 8PPL <XVQLWD 99 |


Binamulia Hukum Vol. 7 No. 1, Juli 2018

mil laut dari garis pangkal dimana 3. Kurangnya perhatian Pemerintah


lebar laut territorial diukur, dalam hal Indonesia terhadap batas laut dan pulau-
pinggiran luar tepi kontinen tidak pulau kecil khususnya yang terletak pada
mencapai jarak tersebut. wilayah perbatasan, yaitu dengan tidak
Malaysia merupakan negara pantai adanya kejelasan secara yuridis
biasa yang harus menarik garis pangkal mengenai batas-batas wilayah laut
dari daratan utamanya yaitu Sabah dan Indonesia dengan negara tetangga.
Serawak. Merupakan suatu kekeliruan Ketidakjelasan batas-batas laut
bila Malaysia mengklaim Ambalat Indonesia dengan negara tetangga ini
dengan menarik garis pangkal dari Pulau disebabkan oleh kelalaian pemerintah
Sipadan, karena cara demikian hanya Indonesia sendiri yang sampai saat ini
boleh dilakukan oleh negara kepulauan belum menetapkan batas wilayah laut
dengan menarik garis yang sesuai dengan ketentuan KHL 1982.
menghubungkan titik-titik dari pulau Indonesia sendiri sudah meratifikasi
terluarnya. Dari dua kasus yang sudah KHL tersebut pada tahun 1985 tetapi
terjadi yaitu sengketa klaim Sipadan sampai saat ini belum terlihat adanya
Ligitan dan Ambalat oleh Malaysia upaya yang serius dalam menetapkan
dengan mempergunakan peta tahun 1979 batas-batas wilayah lautnya.
sebagai dasar hukum atas sengketa klaim
Apabila Pemerintah Indonesia serius
wilayah tersebut menunjukkan bahwa
dalam memperhatikan batas-batas
Malaysia berbeda konsepsi dengan
wilayahnya di laut, misalnya dengan cara
Indonesia dalam mengukur batas
menetapkan dan mendepositokan titik-
wilayah lautnya dimana Indonesia
titik batas wilayahnya tersebut ke Sekjen
mengukur berdasarkan ketentuan KHL
PBB supaya diakui secara internasional,
1982, padahal kedua negara tersebut
mungkin konflik di wilayah perbatasan
sudah sama-sama meratifikasi KHL
dapat dihindari. Oleh karena itu, menurut
1982.
KHL 1982 Indonesia mempunyai hak-
2. Inkonsistensi Malaysia terhadap aturan hak berdaulat atas dasar laut dan tanah di
KHL 1982 bawahnya di luar laut teritorial sampai
Sejak tahun 1996 negara Malaysia 200 mil dari garis pangkal, jika garis
sudah meratifikasi KHL 1982, berjarak tersebut ditarik akan terlihat Ambalat
11 tahun dari Indonesia yang masuk di dalamnya.
meratifikasi KHL 1982 pada tahun 1985. Penyelesaian Sengketa yang Dianggap
Sudah menjadi suatu konsekuensi bahwa Tepat dalam Sengketa Batas Laut antara
negara yang meratifikasi KHL harus Indonesia dan Malaysia
melaksanakan dan menerapkan aturan-
Sengketa batas laut antara Indonesia dan
aturannya. Hal ini dikarenakan dalam
Malaysia yang berawal dari sengketa Pulau
proses peratifikasian KHL tidak ada
Sipadan dan Ligitan, menyusul kemudian
paksaan dari pihak manapun kepada
Blok Ambalat dan masih banyak
masing-masing negara.
kemungkinan potensi timbulnya sengketa
Dengan adanya klaim Blok Ambalat batas laut dan kepemilikan beberapa pulau
berdasarkan penetuan batas wilayah yang saling berbatasan. Sengketa ini
yang mengacu pada peta tahun 1979, tentunya harus diselesaikan supaya tidak
menunjukkan bahwa negara Malaysia berkepanjangan karena hubungan baik
tidak konsisten untuk menerapkan aturan kedua negara bertetangga dapat menjadi
KHL yang sudah diratifikasinya. retak, padahal kedua negara telah lama
menjalin hubungan kerja sama dalam

100 | 3(1<(/(6$,$1 6(1*.(7$ %$7$6 /$87« 8PPL <XVQLWD


Binamulia Hukum Vol. 7 No. 1, Juli 2018

berbagai bidang baik regional maupun dilakukan adalah dengan melakukan


bilateral. pertemuan antar menteri luar negeri
Penyelesaian sengketa menurut masing-masing untuk menyepakati bahwa
ketentuan KHL 1982 pada Pasal 279 kedua belah pihak akan membentuk tim
menyebutkan bahwa: teknis yang akan melakukan perundingan
ke arah penyelesaian sengketa.
³1HJDUD-negara peserta harus
menyelesaikan setiap sengketa antara Hikmanto Juwana berpendapat bahwa
mereka perihal interpretasi atau dalam pembentukan tim teknis yang
penerapan konvensi ini dengan cara melakukan perundingan atau disebut
damai«´ anggota tim perundingan, terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan. Di antaranya
Dari ketentuan tersebut dapat diketahui adalah anggota tim perundingan harus
bahwa cara damai merupakan upaya yang memiliki keterampilan (skill) bernegosiasi,
disarankan oleh KHL 1982 dalam keterampilan tidak cukup dengan
penyelesaian sengketa laut internasional. kepiawaian berbahasa Inggris atau
Seperti diketahui cara penyelesaian memahami terminologi hukum dalam
sengketa secara damai sangat banyak, untuk bahasa Inggris saja, tetapi juga keterampilan
menyelesaikan sengketa batas laut antara lain yaitu keterampilan untuk
Indonesia dan Malaysia cara yang dianggap ³PH\DNLQNDQ´ GHQJDQ DUJXPHQWDVL GDVDU
tepat adalah sebagai berikut: hukum yang dapat dipercaya.
Negosiasi Selanjutnya para perunding harus
Negosiasi merupakan cara penyelesaian memiliki keterampilan untuk menelusuri
sengketa yang paling penting dan banyak berbagai instrumen hukum internasional,
ditempuh serta efektif dalam menyelesaikan khususnya mengenai kasus-kasus yang
sengketa internasional. Praktik negara- pernah diputus terkait dengan penyelesaian
negara menunjukkan bahwa mereka lebih sengketa wilayah beserta pemaparan bukti-
cenderung untuk menggunakan sarana buktinya. Hal terakhir yang harus
negosiasi sebagai langkah awal untuk diperhatikan adalah tim perunding tidak
menyelesaikan sengketanya. sekadar ditunjuk ataupun jabatan dalam
instansi. Tim perunding harus dibentuk
Negosiasi adalah perundingan yang secara ad hoc berdasarkan kriteria
dilakukan secara langsung antara para pihak ketersediaan waktu, keahlian, dan tenaga
dengan tujuan untuk mencari penyelesaian untuk mengumpulkan amunisi dan
melalui dialog tanpa melibatkan pihak berargumentasi di meja perundingan. Bila
ketiga. Menurut Fleischhauer, dengan tidak perlu senioritas individu tidak menjadi
adanya keikutsertaan pihak ketiga, pertimbangan.
penyelesaian sengketa masyarakat
internasional telah menjadikan negosiasi Penyelesaian melalui negosiasi akan
sebagai langkah pertama dalam terdiri dari dua fase. Fase pertama adalah
penyelesaian sengketa. pembicaraan untuk mengeksplorasi dan
mengetahui posisi masing-masing negara
Dalam melakukan negosiasi, biasanya atas klaimnya terhadap suatu wilayah
negara mengutus perwakilannya bisa oleh tertentu. Pada fase ini apabila diperoleh titik
menteri-menteri luar negeri, duta-duta besar temu dimana para pihak mengetahui posisi
atau wakil khusus ditunjuk negara-negara masing-masing, menyadari dan menerima
bersengketa untuk berunding dalam siapa yang berhak dan siapa yang tidak
kerangka diplomasi. Dalam penyelesaian berhak atas kepemilikan suatu wilayah
sengketa Indonesia dan Malaysia langkah tertentu yang diperebutkan, maka inilah
awal penyelesaian secara damai yang harus yang diharapkan. Artinya, akan ada kata

3(1<(/(6$,$1 6(1*.(7$ %$7$6 /$87« 8PPL <XVQLWD 101 |


Binamulia Hukum Vol. 7 No. 1, Juli 2018

akhir terhadap sengketa ini. Akan tetapi menyebutkan pertama kali sebagai salah
apabila yang terjadi adalah sebaliknya, satu cara utama penyelesaian sengketa
maka perundingan akan memasuki fase internasional. Badan-badan PBB pun
kedua. acapkali merekomendasikan negara-negara
anggotanya untuk menggunakan cara
Fase kedua dalam penyelesaian damai
negosiasi ini dalam menyelesaikan
adalah bagaimana kedua negara dapat
sengketanya.
menyepakati jalan keluar dari tumpang
tindih (overlapping) atas wilayah yang Sedangkan J.G Merills menggambarkan
diperebutkan. Dalam menyepakati jalan peranan penting lembaga negosiasi ini
keluar dapat dirujuk pengalaman beberapa dengan kalimat berikut:
negara sebagai alternatif bagi solusi ³«In fact, in practice, negotiation is
sengketa Indonesia dan Malaysia. employed more frequently than all the
Contohnya adalah negara yang other methods put together. Often,
bersengketa tidak menyepakati batas, tetapi LQGHHG QHJRWLDWLRQ LV WKH µRQO\¶ PHDQV
bersepakat melakukan pengelolaan bersama employed, not just because it is always
(join management) karena yang membuat the first to be tried and is often
ketegangan kedua negara ini adalah successful, but also because states may
perebutan wilayah yang mempunyai potensi believe is advantages to be so great as to
cadangan minyak yang cukup besar. rule out the use of other methods, even in
Alternatif ini pernah ditempuh oleh situation where the chances of a
Indonesia yang bersengketa dengan negotiation settlement are slight.´
Australia di wilayah Palung Timor (Timor Oleh karena hal tersebut di atas,
Gap) sewaktu Timor Timur masih menjadi Indonesia dan Malaysia lebih tepat
wilayah Indonesia.
menggunakan cara negosiasi dalam
Dari beberapa pengalaman negara yang menyelesaikan sengketanya. Selain itu,
mempunyai sengketa, cara negosiasi selalu negosiasi dikatakan cara yang tepat dalam
didahulukan. Seperti dalam sengketa The penyelesaian sengketa Indonesia dan
Mavrommatis Palestine Concessions Malaysia dikarenakan:
(Jurisdiction) (1924), Mahkamah Permanen 1. Para pihak sendiri yang melakukan
Internasional mensyaratkan bahwa para perundingan (negosiasi) secara
pihak yang bersengketa harus menempuh langsung.
terlebih dahulu cara penyelesaian melalui
negosiasi sebelum menyerahkan Dalam melakukan negosiasi, para pihak
sengketanya kepada Mahkamah. yang bersengketa dapat bertemu
langsung. Hal inilah yang membedakan
Dalam kasus The Railway Traffic negosiasi dengan cara penyelesaian yang
Between Lithuania and Poland (1931). lain misalnya mediasi, konsiliasi, jasa-
Mahkamah Permanen Internasional dalam jasa baik, dan lain-lain, dimana dalam
pendapat hukumnya menyatakan bahwa proses penyelesaian sengketa tersebut
para pihak berkewajiban melakukan melibatkan pihak ketiga. Dalam
negosiasi untuk mencari kesepakatan. negosiasi kedua belah pihak dapat saling
Sengketa The Mavrommatis (1924) dan The bertemu dan berinteraksi untuk mencari
Railway Traffic (1931) tersebut penyelesaian bagi sengketa di antara
mengisyaratkan bahwa negosiasi telah lama mereka. Masing-masing pihak dapat
digunakan dan selalu didahulukan. mengemukakan apa yang diinginkan
Perkembangan pengaturan mengenai atau dapat mengajukan argumentasi atau
negosiasi ini antara lain termuat dalam Pasal alasan yang jelas dan tepat kepada pihak
33 Piagam PBB. Bahkan Pasal 33 ini lainnya tentang apa yang ia inginkan

102 | 3(1<(/(6$,$1 6(1*.(7$ %$7$6 /$87« 8PPL <XVQLWD


Binamulia Hukum Vol. 7 No. 1, Juli 2018

secara langsung. Dengan demikian, Dengan demikian, pandangan, pendapat,


pendapat dan keinginan yang pengertian, atau maksud yang berbeda
dikemukakan oleh kedua belah pihak dari kedua belah pihak yang bersengketa
akan menghasilkan keputusan yang akan lebih mudah untuk dicari jalan
mencerminkan keinginan dan keluarnya.
kesepakatan para pihak. Dalam hal
4. Negosiasi menghindari perhatian publik
sengketa Indonesia dna Malaysia, kedua
dan tekanan politik dalam negeri.
negara dapat membentuk tim perunding
Perundingan yang dilakukan secara
masing-masing untuk menemukan
langsung dapat menghindari perhatian
kesepakatan dan jalan keluar dari
publik, karena tertutupnya keikutsertaan
sengketa mereka. Satu hal yang dapat
pihak ketiga dan dalam perundingan
dilihat dengan langsung dari bertemunya
lebih mengutamakan kesepakatan
para pihak Indonesia dan Malaysia untuk
dengan berdiskusi, dan penyelesaian
berunding tanpa adanya campur tangan
masalah dilakukan secara tidak terpisah
dari pihak luar atau pihak ketiga adalah
supaya tidak terjadi salam paham. Selain
ras persaudaraannya akan lebih kuat dan
itu, lebih mengutamakan pencarian
ini mempunyai pengaruh dalam
solusi atau jalan tengah bukan
penyelesaian sengketa diantara mereka,
perpecahan yang cenderung akan
apalagi Indonesia dan Malaysia
disoroti publik terutama melalui media
merupakan negara yang serumpun.
karena media merupakan motor dari
2. Para pihak memiliki kebebasan untuk informasi. Dalam penyelesaian sengketa
menentukan bagaimana penyelesaian Indonesia dan Malaysia melalui
secara negosiasi ini dilakukan menurut negosiasi akan menghindari perhatian
kesepakatan mereka. Artinya, para pihak publik dan tekanan politik dalam negeri
mempunyai kebebasan untuk masing-masing yang akhirnya akan
menawarkan kemungkinan- dicapai suatu kesepakatan.
kemungkinan dalam mencari jalan
5. Dalam negosiasi, para pihak berupaya
keluar dari sengketa dengan pilihan atau
mencari penyelesaian yang dapat
alternatif-alternatif untuk mencapai
diterima dan memuaskan para pihak
kesepakatan dengan cara kooperatif dan
sehingga tidak ada pihak yang menang
saling terbuka. Penyelesaian damai
dan yang kalah tetapi diupayakan kedua
lainnya melibatkan pihak ketiga yang
belah pihak menang (win-win solution).
ikut campur dalam menentukan proses
Karena dalam negosiasi akan terjadi
penyelesaian sengketa, pihak ketiga
dialog dan tawar-menawar antara para
dapat saja dalam melaksanakan
pihak. Dialog tersebut biasanya lebih
fungsinya lebuh memperhatikan pihak
banyak diwarnai pertimbangan politis
lainnya, sehingga keputusan yang
dari pada pertimbangan atau argumen
diambil tidak mencerminkan keinginan
hukum. Namun demikian, dalam proses
kedua belah pihak dan tidak memenuhi
negosiasi atau dialog tersebut ada
rasa keadilan. Hal inilah yang menjadi
kalanya argumen-argumen hukum cukup
kelemahan diikutsertakannya pihak
banyak berfungsi untuk memperkuat
ketiga.
kedudukan para pihak.
3. Para pihak dapat mengawasi atau
Pertimbangan-pertimbangan tersebut di
memantau secara langsung prosedur
atas merupakan alasan untuk menyatakan
penyelesaiannya. Hal ini lebih
bahwa negosiasi merupakan cara yang tepat
memudahkan para pihak untuk
dalam penyelesaian sengketa antara
menemukan kesepakatan karena dapat
Indonesia dan Malaysia. Akan tetapi jika
menghilangkan kecurigaan-kecurigaan.
penyelesaian melalui negosiasi ini tidak

3(1<(/(6$,$1 6(1*.(7$ %$7$6 /$87« 8PPL <XVQLWD 103 |


Binamulia Hukum Vol. 7 No. 1, Juli 2018

juga membuahkan hasil, maka langkah c. Kurangnya perhatian Pemerintah


selanjutnya yang dapat ditempuh kedua Indonesia terhadap batas laut dan
negara adalah dengan membawa kasus pulau-pulau kecil khususnya yang
tersebut ke Mahkamah Hukum Laut terletak pada wilayah perbatasan.
Internasional, agar sengketa ini tidak 2. Penyelesaian sengketa yang dianggap
berkepanjangan dan terdapat kepastian tepat dalam sengketa batas laut antara
kepengusahaan dan kepemilikan wilayah Indonesia dan Malaysia adalah sebagai
tersebut. Hal ini dikarenakan kedua negara berikut:
sudah sama-sama meratifikasi KHL 1982.
Apabila ada salah satu pihak yang a. Negosiasi
mengklaim suatu wilayah menjadi miliknya Dengan melakukan negosiasi kedua
dengan tidak berdasarkan ketentuan KHL belah pihak dapat mengakomodir
1982, maka dapat dianggap pihak tersebut keinginannya secara langsung dalam
telah melanggar ketentuan yang diatur bentuk kesepakatan tanpa adanya
dalam KHL 1982. Pelanggaran terhadap pengaruh dan campur tangan dari
ketentuan KHL 1982 merupakan pihak luar atau pihak ketiga. Dengan
pelanggaran terhadap hukum Internasional demikian, keputusan yang dihasilkan
dan oleh karena itu, sudah sewajarnya jika akan mencerminkan keinginan dan
kasus tersebut diselesaikan oleh Mahkamah kesepakatan kedua belah pihak yang
Hukum Laut Internasional karena sesuai pada akhirnya dapat memenuhi rasa
dengan jenis sengketanya berdasarkan Pasal keadilan.
74 dan Pasal 83 KHL 1982.
b. Mahkamah Hukum Laut Internasional
Dengan demikian, keputusan yang
dihasilkan Mahkamah Hukum Laut Jika negosiasi yang dilakukan tidak
Internasional dapat di pertanggungjawaban membuahkan hasil, maka langkah
secara yuridis karena diputuskan selanjutnya yang dapat dilakukan
berdasarkan aturan-aturan yang berlaku adalah dengan membawa sengketa
universal dan telah diratifikasi oleh kedua tersebut ke Mahkamah Hukum Laut
belah pihak. Internasional agar dapat
menghasilkan keputusan yang dapat
Dengan demikian, sengketa Indonesia dipertanggungjawabkan secara
dan Malaysia akan berakhir dengan yuridis berdasarkan aturan Hukum
keputusan yang dibuat oleh Mahkamah Laut Internasional yang telah
Hukum Laut Internasional yang bersifat diratifikasi oleh kedua belah pihak
mutlak dan tidak terdapat upaya hukum lain sehingga keputusan yang dihasilkan
(banding). mempunyai kepastian hukum.
Saran
PENUTUP 1. Kepada Pemerintah Indonesia agar
Kesimpulan segera menentukan, mendaftarkan, dan
mendepositokan batas-batas lautnya ke
1. Permasalahan dalam penentuan Sekjen PBB sebagaimana yang
delimitasi (batas) laut antara Indonesia diisyaratkan KHL 1982;
dan Malaysia adalah:
2. Pemerintah Indonesia dan Pemerintah
a. Adanya perbedaan konsepsi dalam Malaysia sebaiknya melakukan
penentuan batas laut antara Indonesia perundingan untuk membuat perjanjian
dan Malaysia; bilateral dalam menyelesaikan sengketa
b. Inkonsistensi Malaysia terhadap KHL dan juga perbatasan yang berpotensi
1982; konflik untuk meminimalisir terjadinya

104 | 3(1<(/(6$,$1 6(1*.(7$ %$7$6 /$87« 8PPL <XVQLWD


Binamulia Hukum Vol. 7 No. 1, Juli 2018

kembali sengketa Indonesia dan Merrills, J.G. International Dispute


Malaysia mengenai perbatasan laut dan Settlement. Inggris: Cambridge
pemilikan pulau-pulau terluar yang University Press. 1991.
saling berdekatan; dan
__________. Penyelesaian Sengketa
3. Kepada kedua belah pihak (Indonesia Internasional. Bandung: Transito. 1986.
dan Malaysia) supaya menyelesaikan
Parthiana, I Wayan. Pengantar Hukum
sengketanya secara konsisten
Internasional. Bandung: Mandar Maju.
berdasarkan KHL 1982 yang telah
1990.
mereka ratifikasi.
Jurnal-Jurnal
Arifianti, Dian Isnaini. ³Kasus Ambalat
DAFTAR PUSTAKA
dalam Konteks Wawasan Nusantara,´
Buku-Buku Yogyakarta. 2004.
Adolf, Huala. Hukum Penyelesaian Marpaung, Leonard. ³Dari Sili ke Ambalat
Sengketa Internasional. Bandung: Sinar (Ambalat Melakukan Sipadan-Ligitan).´
Grafika. 2004. Forum Hukum. Volume ke 2. Nomor ke
1. Jakarta. 2005.
Anwar, Chairul. Hukum Internasional
Horizon Baru Hukum Laut Internasional Marpaung, Leonard ³Putusan ICJ 102-
Konvensi Hukum Laut Internasional SILI.´ Forum Hukum, Volume ke 2,
1982. Jakarta: Djambatan. 1986. Nomor ke 1. Jakarta. 2005.
Djalal, Hasjim. Indonesia and The Law of Purnomo, Y. Didik Heru ³Pengamanan
The Sea. Jakarta: CSIS. 1995. Laut Wilayah RI Bagian Barat ´
Indonesia Journal of International Law.
Emirzon, Joni. Alternatif Penyelesaian
Edisi Khusus. 2004.
Sengketa di Luar Pengadilan. Jakarta:
Gramedia. 2001. Sudjamika dan Rudi Ridwan ³Batas-Batas
Maritim Antara RI dengan Negara
Istanto, F. Sugeng. Hukum Internasional.
Tetangga ´ Indonesia Journal of
Yogyakarta: Universitas Atmajaya.
International. Edisi Khusus. 2004.
1994.
Susanto, Bambang. ³Kajian Yuridis
Koers, Albert W. Konvensi Perserikatan
Permasalahan Batas Maritim Wilayah
Bangsa-Bangsa Hukum Laut.
Laut RI (Suatu Pandangan TNI AL Bagi
Yogyakarta: UGM Press. 1991.
Pengamanan Laut RI),´ Indonesia
Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R Journal of International Law. Edisi
Agoes. Pengantar Hukum Internasional. Khusus. 2004.
Bandung: Alumni. 2003.
Perundang-Undangan
__________. Bunga Rampai Hukum Laut.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 17
Bandung: Bina Cipta. 1995.
Tahun 1985 Tentang Pengesahan
__________. Hukum Laut Internasional. UNCLOS 1982.
Bandung: Bina Cipta. 1978.
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Mauna, Boer. Hukum Internasional:
United Nations Convention on The Law of
Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam
The Sea (UNCLOS). Montego Bay.
Era Dinamika Global. Bandung:
1982. Konvensi Hukum Laut 1982.
Alumni. 2003.

3(1<(/(6$,$1 6(1*.(7$ %$7$6 /$87« 8PPL <XVQLWD 105 |


Binamulia Hukum Vol. 7 No. 1, Juli 2018

Internet Media Massa/Koran/Majalah Hukum


Juwana, Hikmanto ³Penyelesaian Damai ³Indonesia Tolak Tawaran Malaysia,
Ambalat ´ http://www/kompas.com. Perbatasan Ambalat Harus Lebih Dulu
Diakses 2005. Diperjelas ´ Harian Kompas. 14 Januari
2006.
http://www.dian isnaini.ugm.ac.id
³Pulau Pesisir Dekat Rote-Ndao Milik
http://www.sartini.staff.ugm.ac.id
Australia.´ Harian Kompas. 5 Desember
http://www.suarapembaharuan.com. 2006.
http://www.indonesiannebassy.it Retrauban, Alex S.W ³Kerjasama di
http://www.kompas.com/kompas-cetak Perbatasan ´ Majalah Tempo. 2006.
Wikantika, Ketut. ³Mereinventarisir Pulau-
Pulau Terluar Indonesia, Citra Satelit
Kurangi Biaya SurveL ´ Pikiran Rakyat.
Cakrawala 17 Maret 2005.

106 | 3(1<(/(6$,$1 6(1*.(7$ %$7$6 /$87« 8PPL <XVQLWD

Anda mungkin juga menyukai