Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AKIL ANDRIAN

NIM : 2210111091

MATKUL : HUKUM LAUT

TUGAS : RESENSI

JUDUL : SENGKETA AMBALAT DILIHAT DARI SEGI HUKUM


INTERNASIONAL DAN PERATURAN PERUNDANG –
UNDANGAN NASIONAL
PENULIS : Prof.Dr.Etty R. Agoes, S.H.,LLM.
SINOPSIS:
Reaksi kasar Malaysia terhadap pembangunan suar oleh Indonesia di karang
Unarang (atau disebut juga Batuan Unarang) secara fisik terhadap para pekerja
pembangunan suar, telah memicu kegerahan baru dalam hubungan antar dua negara.
Hal ini kemudian diperburuk dengan pemberian ijin penambangan oleh pemerintah
Malaysia kepada perusahaan minyak Shell pada dasar laut yang berbatasan dengan
daratan kedua negara yang dikenal sebagai Blok Ambalat Adu ancaman dengan gelar
senjata merebak di kedua belah pihak. Istilah "Ganyang Malaysia" yang sekian lama
hanya menjadi bagian kelabu sejarah hubungan kedua negara, mulai dikumandangkan
lagi bahkan sampai ke "gesekan" fisik kapal-kapal perang kedua negara
Didalam jurnal ini diketahui sengketa blok Ambalat ini didahului dengan serangkaian
peristiwa atau tindakan yang dilakukan baik oleh pihak Malaysia maupun Indonesia.
Beberapa diantara tindakan Malaysia yang telah memicu sengketa tersebut adalah antara
lain:
1. Penerbitan peta baru Landas Kontinen Malaysia, yang diumumkan melalui
Warta Kerajaan Malaysia pada tanggal 21 Desember 1969
2. Tindakan yang dilakukan oleh Malaysia terhadap kapal-kapal nelayan Indonesia
di perairan Indonesia sekitar daerah sengketa,
3. Tindakan Malaysia terhadap para pekerja Indonesia yang sedang melaksanakan
pembangunan suar di Karang Unarang, dan
4. Pemberian konsesi oleh Pemerintah Malaysia kepada perusahaan minyak Shell.
Semua tindakan tersebut di atas telah diprotes oleh pemerintah RI.

KEUNGGULAN:

Jurnal ini mampu memberikan suatu informasi mengenai permasalahan sengketa


Ambalat dan memaparkan serta menjelaskan secara rinci informasi tentang KONVENSI
PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS) 1982, Dimana wilayah suatu
Negara,Metode penarikan garis pangkal, Yurisdiksi negara di bagian-bagian laut yang
bukan wilayah negara, Dan penetapan Garis batas ZEE dan Landas Kontinen.
Di dalam jurnal ini juga menerangkan Peraturan perundang-undangan tentang landas
kontinen, garis –garis pangkal,Dan Peraturan-peraturan lainnya secara terurai dan dapat
dipahami oleh pembaca sehingga pembaca tahu UU dan peraturan apa yang terkait
dalam permasalahan Ambalat ini.Penulis juga memberikan saran untuk permasalahan
ini masyarakat umum tidak Misinformation.

KEKURANGAN:

Pada jurnal tersebut memang menjabarkan banyak informasi, akan tetapi di jurnal
tersebut hanya memaparkan beberapa tinjauan saja dan tidak melakukan tinjauan secara
menyeluruh tentang hak dan kewajiban negara dalam memanfaatkan laut.Penulis belum
mampu mendapatkan informasi tentang diamana letak garis-garis pangkal Malaysia dan
Informasi dari pemerintah Indonesia tentang Permasalahan Ambalat.

KESIMPULAN:

Didalam jurnal tersebut penulis memberikan informasi mengenai permasalahan


tersebut beserta dasar hukumnya dan saran-saran mengenai pemerintah Indonesia yang
tidak memberikan informasi benar mengenai permasalahan ambalat ke masyarakat luas
dan belum secara tegas menghadapi negosiasi dengan Malaysia.
Wilayah dan yurisdiksi Indonesia di laut perlu ditetapkan batas-batasnya sesuai
dengan ketentuan Konvensi 1982 agar dapat diperoleh kepastian hukum, demikian juga
pada bagian-bagian laut yang tumpang tindih dengan wilayah dan yurisdiksi negara-
negara tetangga yang berbatasan. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya diplomasi dan
negosiasi dengan negara-negara tetangga yang masih bermasalah.

Anda mungkin juga menyukai