Anda di halaman 1dari 8

RESUME MATA KULIAH COMPOUNDING & DISPENSING

DISUSUN OLEH :

Virgo Eri Sendi, S.Farm


3105062

DOSEN PENGAMPU:

Dr. apt. Febriyenti., M.Farm

KELAS B

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI INDONESIA


PERINTIS PADANG
2020
RESUME MATA KULIAH COMPOUNDING & DISPENSING
PERTEMUAN 1
Selasa, 23 Juni 2020

1. Mengenal apa itu dispensing.?


Dispensing obat adalah proses berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dispensing obat.
Berbagai kegiatan tersebut adalah menerima dan memvalidasi resep obat, mengerti dan
menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter, membahas solusi masalah yang terdapat
dalam resep bersama-sama dengan dokter penulis resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita (P-
3), menyediakan atau meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai dengan kondisi obat,
merekam semua tindakan, mendistribusikan obat kepada Penderita Rawat Jalan (PRJ) atau
Penderita Rawat Tinggal (PRT), memberikan informasi yang dibutuhkan kepada penderita dan
perawat.
Proses Dispensing dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Menerima dan memvalidasi resep
 Mengkaji resep untuk kelengkapan
 Mengerti dan menginterpretasikan resep
 Menapis profil pengobatan penderita
 Menyiapkan, membuat, atau meracik obat
 Mendistribusikan obat kepada penderita.

2. Mengetahui apa itu skrining resep dan baian bagiannya..?


Skrining Resep atau biasa dikenal dengan Pengkajian Resep merupakan kegiatan
apoteker dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi pengkajian administrasi, farmasetik
dan klinis sebelum resep diracik.  Tujuannya tentunya untuk menjamin keamanan (safety) dan
kemanjuran (efficacy) dari obat dalam resep ketika digunakan pasien serta memaksimalkan
tujuan terapi. Kajian da;am skrining resep meliputi :
1) Kajian administratif meliputi:
 Informasi pasien (nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, alamat)
 Informasi dokter penulis resep (nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat,
nomor telepon dan paraf.
 Tanggal penulisan resep
2) Kajian kesesuaian farmasetik meliputi :
 Bentuk dan kekuatan sediaan
 Stabilitas
 Kompatibilitas (ketercampuran obat)
3) Pertimbangan klinis meliputi :
 Ketepatan indikasi dan dosis obat
 Aturan, cara dan lama penggunaan obat
 Duplikasi dan/atau polifarmasi
 Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain)
 Kontra indikasi
 Interaksi

3. Cara menghitung dosis obat.?


Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yg dapat dipergunakan atau
diberikan kepada seorang pasien, baik untuk obat dalam maupun obat luar. Dosis obat diberikan
untuk menghasilkan efek yg diinginkan, tergantung banyak faktor, antara lain : umur,
berat/bobot tubuh, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit pasien.
Cara menghitung dosis untuk anak-anak :
1. Berdasarkan umur
a. Rumus young (untuk anak usia dibawah 8 tahun)

Keterangan : n adalah umur dalam tahun.


b. Rumus dilling (untuk anak Besar-sama dengan 8 tahun)

Keterangan : n adalah umur dalam tahun.


c. Rumus Fried (untuk bayi)
Keterangan : n adalah umur dalam bulan.
2. Dosis Obat Berdasarkan berat badan
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karna sesuai dengan
kondisi pasien ketimbang umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat badan, bila
memungkinkan hitung dosis melalui berat badan
d. Rumus Thermich

Keterangan : n adalah berat badan dalam kilogram.


3. Rumus untuk menentukan persentase DM obat
Persentase DM sekali :

Persentase DM sehari :

4. Cara penyimpanan obat yang bak dan benar ..?


Adapun cara penyimpanan obat di rumah tangga adalah sebagai berikut:
Secara Umum :
 Jauhkan dari jangkauan anak-anak
 Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat;
 Simpan obat di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung, atau ikuti
aturan yang tertera pada kemasan
 Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama. Suhu yang tidak stabil
dalam mobil dapat merusak obat
 Jangan simpan obat yang sudah kadaluarsa
Secara Khusus
 Tablet dan Kapsul : Jangan simpan tablet atau kapsul di tempat panas dan lembab
 Sediaan obat cair : Jangan simpan dalam lemari pendingin (freezer), kecuali disebutkan
pada etiket atau kemasan obat
 Sediaan obat vagina dan ovula : Sediaan ini disimpan di lemari es, karena dapat mencair
pada suhu kamar
 Sediaan aerosol/spray : Sediaan ini tidak boleh disimpan pada suhu tinggi, karena dapat
menyebabkan ledakan

5. Mengenal apa itu Expire date..?


Expired date (kadaluarsa obat) menunjukkan jangka waktu suatu obat aman untuk
dikonsumsi. Jika waktu kadaluwarsa obat hanya dinyatakan dalam bulan dan tahun, maka waktu
kadaluwarsa adalah hari terakhir bulan yang dinyatakan. Artinya jika kadaluwarsa obat yang 
tertera di kemasan obat adalah Januari 2019, maka obat masih aman dikonsumsi hingga tanggal
31 Januari 2019.
Setelah kemasan obat dibuka, secara otomatis waktu kadaluwarsa obat akan menjadi
lebih pendek dibandingkan waktu kadaluwarsa yang tertera pada kemasan obat. Penentuan waktu
kadaluwarsa obat berbagai bentuk sediaan farmasi yaitu tablet/kapsul dalam kemasan blister
pabrik berlaku sesuai tanggal kadaluwarsa yang tercetak pada kemasan obat. Untuk obat
larutan/sirup oral menjadi kadaluwarsa 6 bulan sejak kemasan dibuka pertama kali. Untuk obat
larutan/sirup kering menjadi kadaluwarsa 7 hari sejak dilarutkan, kecuali tidak dinyatakan lain
produsen obat.
Obat krim dalam kemasan tube menjadi kadaluwarsa 3 bulan sejak kemasan dibuka
pertama kali. Untuk salep dalam kemasan tube menjadi kadaluwarsa 6 bulan sejak kemasan
dibuka pertama kali. Obat kapsul racikan apotek menjadi kadaluwarsa 8 minggu sejak diracik,
untuk obat luar (lotion, shampoo, sabun cair) menjadi kadaluwarsa 6 bulan sejak kemasan dibuka
pertama kali, obat tetes mata/ tetes hidung/ tetes telinga (kemasan botol) menjadi kadaluwarsa 28
hari sejak kemasan dibuka pertama kali. Obat inhaler menjadi kadaluwarsa yang tercetak pada
kemasan obat dan obat insulin yang belum dibuka masa kadaluwarsanya sesuai dengan tanggal
dan disimpan dilemari pendingin pada suhu 2-80C dan untuk obat insulin yang sudah dibuka
masa kadaluwarsanya 4 minggu sejak dibuka pertama kali dan disimpan pada suhu ruang
(<250C)
6. Bagaimana cara pemurnahan obat yang sudah expire date, obat psikotropika dan
narkotika..?
Untuk memusnahkan obat kedaluwarsa atau rusak di Apotek mengikuti Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes/PMK) nomor 35 Tahun 2014, tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Walaupun PMK ini akan dirubah dengan nomor 36 Tahun 2016 tetapi
masih belum disahkan. Khususnya untuk pemusnahan obat narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasi diatur khusus dalam PMK nomor 3 tahun 2015.
Cara Memusnahkan Resep dan Obat Kedaluwarsa atau Rusak di Apotek
 Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
 Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
 Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
 Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
 Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
 Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain
di apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep, dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

7. Cara Memusnahkan Obat Psikotropika, Narkotika, dan Prekursor Farmasi di Apotek.?


Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dilakukan dalam hal:
1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat
diolah kembali;
2) Telah kadaluarsa;
3) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan;
4) Dibatalkan izin edarnya; atau
5) Berhubungan dengan tindak pidana
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan menyampaikan surat
pemberitahuan dan permohonan saksi kepada:
 Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, bagi Instalasi Farmasi
Pemerintah Pusat;
 Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan
setempat, bagi Importir, Industri Farmasi, PBF, Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau
Instalasi Farmasi Pemerintah Provinsi; atau
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko Obat.
b. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan Provinsi,
Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai
dengan surat permohonan sebagai saksi.
c. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada huruf
b.
d. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku, produk antara, dan
produk ruahan harus dilakukan sampling untuk kepentingan pengujian oleh petugas yang
berwenang sebelum dilakukan pemusnahan.
e. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi harus dilakukan
pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan pemusnahan.

8. Cara membuang obat Expire date yang benar.?


a. Hilangkan semua informasi yang ada pada obat yang akan dibuang dan keluarkan obat
dari bungkusnya. Hal ini berfungsi untuk melindungi identitas dan privasi mengenai
keadaan kesehatan kita. Selain itu, juga berguna untuk menghindari obat dijual kembali
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab setelah obat dikumpulkan oleh
pemulung.
b. Untuk obat berbentuk tablet dan kapsul, hancurkan obat, dan campur dengan air, tanah,
atau bahan lain yang tidak diinginkan, kemudian taruh ke dalam wadah atau plastik
tertutup. Hal ini untuk mencegah obat diambil kembali oleh pemulung.
c. Untuk obat berbentuk sirup, dapat dibuang dengan cara dituang langsung ke dalam
saluran pembuangan air. Akan tetapi, untuk sirup antibiotik, anti jamur, dan antivirus,
sebaiknya dibiarkan tetap berada dalam kemasan aslinya, dengan dicampur bersama air,
tanah, atau bahan lain yang tidak diinginkan, kemudian ditutup rapat. Ini untuk mencegah
terjadinya resistensi penyakit yang ada di alam.
d. Buang ke tempat sampah.

9. Cara pengadaan narkotika.?


Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan tertulis melalui Surat
PesananNarkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
SuratPesanan narkotika harus ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas,
nomor SIK,SIA, stempel apotek. Satu surat pesanan terdiri dari rangkap empat dan hanya
dapat untuk memesan satu jenis obat narkotik.

Anda mungkin juga menyukai