PERINTIS PADANG 2020 RESUME MATA KULIAH COMPOUNDING & DISPENSING PERTEMUAN 1 Selasa, 23 Juni 2020
1. Mengenal apa itu dispensing.?
Dispensing obat adalah proses berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dispensing obat. Berbagai kegiatan tersebut adalah menerima dan memvalidasi resep obat, mengerti dan menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter, membahas solusi masalah yang terdapat dalam resep bersama-sama dengan dokter penulis resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita (P- 3), menyediakan atau meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai dengan kondisi obat, merekam semua tindakan, mendistribusikan obat kepada Penderita Rawat Jalan (PRJ) atau Penderita Rawat Tinggal (PRT), memberikan informasi yang dibutuhkan kepada penderita dan perawat. Proses Dispensing dilakukan dengan cara sebagai berikut : Menerima dan memvalidasi resep Mengkaji resep untuk kelengkapan Mengerti dan menginterpretasikan resep Menapis profil pengobatan penderita Menyiapkan, membuat, atau meracik obat Mendistribusikan obat kepada penderita.
2. Mengetahui apa itu skrining resep dan baian bagiannya..?
Skrining Resep atau biasa dikenal dengan Pengkajian Resep merupakan kegiatan apoteker dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi pengkajian administrasi, farmasetik dan klinis sebelum resep diracik. Tujuannya tentunya untuk menjamin keamanan (safety) dan kemanjuran (efficacy) dari obat dalam resep ketika digunakan pasien serta memaksimalkan tujuan terapi. Kajian da;am skrining resep meliputi : 1) Kajian administratif meliputi: Informasi pasien (nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, alamat) Informasi dokter penulis resep (nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf. Tanggal penulisan resep 2) Kajian kesesuaian farmasetik meliputi : Bentuk dan kekuatan sediaan Stabilitas Kompatibilitas (ketercampuran obat) 3) Pertimbangan klinis meliputi : Ketepatan indikasi dan dosis obat Aturan, cara dan lama penggunaan obat Duplikasi dan/atau polifarmasi Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain) Kontra indikasi Interaksi
3. Cara menghitung dosis obat.?
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yg dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang pasien, baik untuk obat dalam maupun obat luar. Dosis obat diberikan untuk menghasilkan efek yg diinginkan, tergantung banyak faktor, antara lain : umur, berat/bobot tubuh, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit pasien. Cara menghitung dosis untuk anak-anak : 1. Berdasarkan umur a. Rumus young (untuk anak usia dibawah 8 tahun)
Keterangan : n adalah umur dalam tahun.
b. Rumus dilling (untuk anak Besar-sama dengan 8 tahun)
Keterangan : n adalah umur dalam tahun.
c. Rumus Fried (untuk bayi) Keterangan : n adalah umur dalam bulan. 2. Dosis Obat Berdasarkan berat badan Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karna sesuai dengan kondisi pasien ketimbang umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat badan, bila memungkinkan hitung dosis melalui berat badan d. Rumus Thermich
Keterangan : n adalah berat badan dalam kilogram.
3. Rumus untuk menentukan persentase DM obat Persentase DM sekali :
Persentase DM sehari :
4. Cara penyimpanan obat yang bak dan benar ..?
Adapun cara penyimpanan obat di rumah tangga adalah sebagai berikut: Secara Umum : Jauhkan dari jangkauan anak-anak Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat; Simpan obat di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung, atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama. Suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak obat Jangan simpan obat yang sudah kadaluarsa Secara Khusus Tablet dan Kapsul : Jangan simpan tablet atau kapsul di tempat panas dan lembab Sediaan obat cair : Jangan simpan dalam lemari pendingin (freezer), kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat Sediaan obat vagina dan ovula : Sediaan ini disimpan di lemari es, karena dapat mencair pada suhu kamar Sediaan aerosol/spray : Sediaan ini tidak boleh disimpan pada suhu tinggi, karena dapat menyebabkan ledakan
5. Mengenal apa itu Expire date..?
Expired date (kadaluarsa obat) menunjukkan jangka waktu suatu obat aman untuk dikonsumsi. Jika waktu kadaluwarsa obat hanya dinyatakan dalam bulan dan tahun, maka waktu kadaluwarsa adalah hari terakhir bulan yang dinyatakan. Artinya jika kadaluwarsa obat yang tertera di kemasan obat adalah Januari 2019, maka obat masih aman dikonsumsi hingga tanggal 31 Januari 2019. Setelah kemasan obat dibuka, secara otomatis waktu kadaluwarsa obat akan menjadi lebih pendek dibandingkan waktu kadaluwarsa yang tertera pada kemasan obat. Penentuan waktu kadaluwarsa obat berbagai bentuk sediaan farmasi yaitu tablet/kapsul dalam kemasan blister pabrik berlaku sesuai tanggal kadaluwarsa yang tercetak pada kemasan obat. Untuk obat larutan/sirup oral menjadi kadaluwarsa 6 bulan sejak kemasan dibuka pertama kali. Untuk obat larutan/sirup kering menjadi kadaluwarsa 7 hari sejak dilarutkan, kecuali tidak dinyatakan lain produsen obat. Obat krim dalam kemasan tube menjadi kadaluwarsa 3 bulan sejak kemasan dibuka pertama kali. Untuk salep dalam kemasan tube menjadi kadaluwarsa 6 bulan sejak kemasan dibuka pertama kali. Obat kapsul racikan apotek menjadi kadaluwarsa 8 minggu sejak diracik, untuk obat luar (lotion, shampoo, sabun cair) menjadi kadaluwarsa 6 bulan sejak kemasan dibuka pertama kali, obat tetes mata/ tetes hidung/ tetes telinga (kemasan botol) menjadi kadaluwarsa 28 hari sejak kemasan dibuka pertama kali. Obat inhaler menjadi kadaluwarsa yang tercetak pada kemasan obat dan obat insulin yang belum dibuka masa kadaluwarsanya sesuai dengan tanggal dan disimpan dilemari pendingin pada suhu 2-80C dan untuk obat insulin yang sudah dibuka masa kadaluwarsanya 4 minggu sejak dibuka pertama kali dan disimpan pada suhu ruang (<250C) 6. Bagaimana cara pemurnahan obat yang sudah expire date, obat psikotropika dan narkotika..? Untuk memusnahkan obat kedaluwarsa atau rusak di Apotek mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes/PMK) nomor 35 Tahun 2014, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Walaupun PMK ini akan dirubah dengan nomor 36 Tahun 2016 tetapi masih belum disahkan. Khususnya untuk pemusnahan obat narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi diatur khusus dalam PMK nomor 3 tahun 2015. Cara Memusnahkan Resep dan Obat Kedaluwarsa atau Rusak di Apotek Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep, dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
7. Cara Memusnahkan Obat Psikotropika, Narkotika, dan Prekursor Farmasi di Apotek.?
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dilakukan dalam hal: 1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat diolah kembali; 2) Telah kadaluarsa; 3) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan; 4) Dibatalkan izin edarnya; atau 5) Berhubungan dengan tindak pidana Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan menyampaikan surat pemberitahuan dan permohonan saksi kepada: Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, bagi Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat; Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi Importir, Industri Farmasi, PBF, Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau Instalasi Farmasi Pemerintah Provinsi; atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko Obat. b. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai dengan surat permohonan sebagai saksi. c. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada huruf b. d. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku, produk antara, dan produk ruahan harus dilakukan sampling untuk kepentingan pengujian oleh petugas yang berwenang sebelum dilakukan pemusnahan. e. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi harus dilakukan pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan pemusnahan.
8. Cara membuang obat Expire date yang benar.?
a. Hilangkan semua informasi yang ada pada obat yang akan dibuang dan keluarkan obat dari bungkusnya. Hal ini berfungsi untuk melindungi identitas dan privasi mengenai keadaan kesehatan kita. Selain itu, juga berguna untuk menghindari obat dijual kembali oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab setelah obat dikumpulkan oleh pemulung. b. Untuk obat berbentuk tablet dan kapsul, hancurkan obat, dan campur dengan air, tanah, atau bahan lain yang tidak diinginkan, kemudian taruh ke dalam wadah atau plastik tertutup. Hal ini untuk mencegah obat diambil kembali oleh pemulung. c. Untuk obat berbentuk sirup, dapat dibuang dengan cara dituang langsung ke dalam saluran pembuangan air. Akan tetapi, untuk sirup antibiotik, anti jamur, dan antivirus, sebaiknya dibiarkan tetap berada dalam kemasan aslinya, dengan dicampur bersama air, tanah, atau bahan lain yang tidak diinginkan, kemudian ditutup rapat. Ini untuk mencegah terjadinya resistensi penyakit yang ada di alam. d. Buang ke tempat sampah.
9. Cara pengadaan narkotika.?
Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan tertulis melalui Surat PesananNarkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. SuratPesanan narkotika harus ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK,SIA, stempel apotek. Satu surat pesanan terdiri dari rangkap empat dan hanya dapat untuk memesan satu jenis obat narkotik.