OLEH :
THERESIA SONITA RATO
NIM : 2019110684
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat, taufik dan
hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Sinergisitias Pemerintah dan
Masyarakat Adat di Masa Pandemi Covid 19” tepat pada waktunya.
Adapun makalah ini kami buat sebagai tugas mata kuliah Hukum Adat yang mengangkat
peristiwa aktual yang terjadi saat ini. Semoga makalah singkat ini bisa menambah wawasan serta
pengetahuan bagi pembaca dan terutama bagi kami.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi.............................................................................................................................. 3
I. Pendahuluan
II. Pembahasan
A. Komunitas Adat.............................................................................................................. 6
B. Covid 19......................................................................................................................... 7
C. Peran Komunitas Adat Dalam Pencegahan Penyebaran Covid 19............................12
III. Penutup
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 15
B. Saran............................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menganut pluralitas di bidang hukum, dimana diakui
keberadaan hukum barat, hukum agama dan hukum adat. Dalam prakteknya sebagian
masyarakat masih menggunakan hukum adat untuk mengelola ketertiban di lingkungannya.
Secara resmi, hukum adat diakui keberadannya namun dibatasi dalam peranannya. Berkaitan
dengan keberadaan sistem hukum adat, dimana merupakan seperangkat norma dan aturan
adat/kebiasaan yang berlaku di suatu wilayah yang sebagian besar dalam bentuk aturan tidak
tertulis dan tersebar di berbagi masyarakat indonesia, sebenarnya merupakan suatu kekhasan dan
kekayaan dari kemajemukan bangsa Indonesia yang seharusnya kita jaga. Upaya untuk
melestarikan budaya dan tradisi dengan sendirinya tidak akan terlepas dari upaya
mempertahankan norma dan aturan adat atau kebiasaan tersebut. Keberadaan hukum adat dan
hukum pidana sebagai hukum positif akan memunculkan persmasalahan mengenai bagaimana
penegakan hukum harus dilakukan terhadap pelanggaran norma dan aturan adat atau kebiasaan
dalam kaitannya dengan berlakunya hukum pidana. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan asas
legalitas yang menentukan bahwa hukum pidana harus didasarkan pada hukum yang tertulis agar
dapat dicapai suatu kepastian hukum, sedangkan hukum (pidana) adat sebagian besar tidak
tertulis.
Memasuki Tahun 2020 dunia dikejutkan dengan wabah pandemi baru yang menyebar
hingga hampir ke seluruh dunia yang kita kenal dengan virus corona atau Covid-19. Dimana
virus ini berawal dari salah satu kota besar di Cina yaitu Wuhan dan hingga kini menyebar
hingga ke Indonesia. Dalam mengantisipasi penyebaran wabah yang makin meluas, pemerintah
Indonesia melakukan berbagai upaya seperti memberlakukan wajib menggunakan masker saat
beraktivitas, social distancing hingga pemberlakuan PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar )
yang tertuang dalam PP No.21 tahun 2020. Dalam pelaksanaannya, banyak komunitas adat yang
mengesampingkan masalah kesehatan dan menganggap hidup mati merupakan urusan Tuhan.
Dengan pandangan seperti terjadi pertentangan dengan dunia medis sehingga terjadinya
pertemuan pola pikir dimasyarakat yang bersifat transenden ( berkaitan dengan ketuhanan), dan
4
profan ( tidak berkaita dengan keagamaan). Dalam hal ini, komunitas adat perlu mencari solusi
untuk menengahi agar tidak terjadi bentrokan di tengah masyarakat.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu Komunitas Adat ?
b. Apa itu Covid -19 ?
c. Bagaimana peran Komunitas Adat mencegah penyebaran Covid-19 ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
i. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian komunitas adat
ii. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penyakit Covid – 19
iii. Mahasiswa dapat menjelaskan peran Komunitas Adat dalam mencegah
penyebaran Covid – 19
5
BAB II
ISI
A. KOMUNITAS ADAT
Konsep masyarakat adat atau juga disebut dengan masyarakat hukum adat telah
dikembangkan oleh sarjana-sarjana hukum dan ilmu sosial sejak pada masa kolonial Belanda.
Masyarakat adat sendiri adalah konsep untuk menunjuk komunitas-komunitas adat (adat
rechtsgemeenschappen) yang merupakan bagian terbesar dari populasi Hindia Belanda pada
masa itu. Antropologi dan sosiologi sangat berkontribusi membangun konsep masyarakat adat.
Dua bidang ilmu ini menjelaskan bahwa masyarakat adat atau masyarakat hukum adat (adat
rechtsgemeenschappen) berakar dari pengertian komunitas (gemeinschaft) yang membedakannya
dengan masyarakat dalam artian society (Gessellschaft).
Saat ini, pengertian masyarakat adat atau masyarakat hukum adat telah dikonstruksi sebagai
salah satu subjek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban, terutama setelah disebutkan
secara eksplisit dalam pelbagai peraturan perundang-undangan dan keputusan pengadilan,
khususnya Mahkamah Konstitusi (Arizona; 2103, Firmansyah; 2012, Savitri; 2014, Simarmata;
2015, Rachman; 2014, Zakaria;2016 ). Namun, pelaksanaan masyarakat adat sebagai subjek
6
hukum ini mengalami kendala akibat adanya prasyarat hukum (conditionalities). Prasyarat itu
adalah mesti adanya pengakuan legal oleh Negara, yang dalam skema hukum hari ini
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui aturan daerah. Prasyarat ini memberatkan bagi
komunitas-komunitas adat karena harus bertarung dalam proses politik legislasi daerah untuk
pengakuan masyarakat adat, terutama bagi komunitas adat yang minoritas secara populasi dan
politik.
Demikianlah, masyarakat adat adalah komunitas-komunitas adat yang hidup secara sosial,
namun masih berjuang sebagai entitas subjek hukum. Dalam konteks ini, masyarakat adat masih
mengalami kerentanan dalam ranah hukum karena adanya prasyarat pengakuan, yang berakibat
pada lemahnya perlindungan hak-hak mereka, terutama hak atas wilayah adat (hak ulayat).
B. COVID – 19
Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius,
seperti:
Pneumonia.
SARS yang muncul pada November 2002 di Tiongkok, menyebar ke beberapa negara
lain. Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia, Inggris, Italia, Swedia,
Swiss, Rusia, hingga Amerika Serikat. Epidemi SARS yang berakhir hingga pertengahan 2003
itu menjangkiti 8.098 orang di berbagai negara. Setidaknya 774 orang mesti kehilangan nyawa
akibat penyakit infeksi saluran pernapasan berat tersebut.
Sampai saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang telah diidentifikasi, yaitu:
7
HCoV-229E.
HCoV-OC43.
HCoV-NL63.
HCoV-HKU1.
Siapa pun dapat terinfeksi virus corona. Akan tetapi, bayi dan anak kecil, serta orang
dengan kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan terhadap serangan virus ini. Selain itu,
kondisi musim juga mungkin berpengaruh. Contohnya, di Amerika Serikat, infeksi virus
corona lebih umum terjadi pada musim gugur dan musim dingin.
Di samping itu, seseorang yang tinggal atau berkunjung ke daerah atau negara yang
rawan virus corona, juga berisiko terserang penyakit ini. Misalnya, berkunjung ke
Tiongkok, khususnya kota Wuhan, yang pernah menjadi wabah COVID-19 yang
bermulai pada Desember 2019.
8
Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.
Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena percikan air
liur pengidap virus corona.
Khusus untuk COVID-19, masa inkubasi belum diketahui secara pasti. Namun, rata-rata
gejala yang timbul setelah 2-14 hari setelah virus pertama masuk ke dalam tubuh. Di samping
itu, metode transmisi COVID-19 juga belum diketahui dengan pasti. Awalnya, virus corona jenis
COVID-19 diduga bersumber dari hewan. Virus corona COVID-19 merupakan virus yang
beredar pada beberapa hewan, termasuk unta, kucing, dan kelelawar.
Sebenarnya virus ini jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar ke
individu lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus ini bisa
menyebar dari hewan ke manusia. Bahkan, kini penularannya bisa dari manusia ke manusia.
Gejala Infeksi Coronavirus
Virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang muncul
ini bergantung pada jenis virus corona yang menyerang, dan seberapa serius infeksi yang terjadi.
Berikut beberapa gejala virus corona yang terbilang ringan:
Hidung beringus.
Sakit kepala.
Batuk.
Sakit tenggorokan.
Demam.
9
Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala yang parah.
Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh COVID-19), yang
mengakibatkan gejala seperti:
Sesak napas.
Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok individu tertentu. Contohnya, orang
dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, bayi, dan
lansia.
Dokter mungkin juga akan melakukan tes dahak, mengambil sampel dari tenggorokan,
atau spesimen pernapasan lainnya. Untuk kasus yang diduga infeksi novel coronavirus, dokter
akan melakukan swab tenggorokan, DPL, fungsi hepar, fungsi ginjal, dan RT - PCR
Komplikasi Infeksi Coronavirus
10
Pengobatan Infeksi Coronavirus
Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona. Umumnya pengidap
akan pulih dengan sendirinya. Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meredakan
gejala infeksi virus corona. Contohnya:
Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan batuk. Namun,
jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan berikan obat batuk pada anak di
bawah empat tahun.
Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu meredakan sakit
tenggorokan dan batuk.
Perbanyak istirahat.
Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi penyedia layanan
kesehatan terdekat.
Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti SARS, MERS,
atau infeksi COVID-19, penanganannya akan disesuaikan dengan penyakit yang diidap dan
kondisi pasien. Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus, dokter akan merujuk ke RS
Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinkes (Dinas Kesehatan) setempat. Bila tidak bisa dirujuk
karena beberapa alasan, dokter akan melakukan:
Isolasi
Terapi simptomatik.
Terapi cairan.
11
Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.
Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus corona. Namun,
setidaknya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjangkit virus ini.
Berikut upaya yang bisa dilakukan:
Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik hingga bersih.
Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam keadaan kotor atau
belum dicuci.
Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu. Kemudian, buanglah tisu
dan cuci tangan hingga bersih.
Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan ketika mengalami gejala
penyakit saluran napas.
Selain itu juga bisa dengan cara memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan
konsumsi vitamin dan suplemen sebagai bentuk pencegahan dari virus ini.
Di tengah situasi krisis ini, peran Masyarakat Adat sangat dibutuhkan untuk memastikan
pasokan pangan terpenuhi. Wilayah adat adalah sumber pangan. Beragam jenis varietas
tumbuhan pangan dan pengetahuan tradisional mengenai beragam jenis pangan hanya dapat
12
dipertahankan jika wilayah adat kita tetap ada, tidak dirampas dan tidak diubah. Bangsa ini kini
bergantung dengan Masyarakat Adat yang tetap menjaga wilayah adatnya sebagai sumber bahan
pangan ditengah serangan pandemi. Di sisi lain nilai gotong royong, saling tolong menolong dan
kepatuhan kepada pemimpin yang menjadi warisan budaya nenek moyang Bangsa Indonesia
yang mana eksistensinya sejalan dengan eksistensi masyarakat adat sendiri juga sangat
dibutuhkan saat ini.
Dalam menghadapi situasi yang sangat sulit seperti hari ini, Pemerintah sangat
mengharapkan campur tangan masyarakat adat. Hal ini bukan sesuatu yang berlebihan
mengingat mayoritas masyarakat kita yang masih menjunjung tinggi nilai budaya dalam
kehidupan mereka. Dan keberadaan atau eksistensi masyarakat adat juga diakui oleh Pemerintah
Indonesia. Pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
mengambil sejumlah kebijakan dengan menjadikan kebudayaan sebagai ujung tombak
sebagaimana yang kami kutip dari laman situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Adapun beberapa kebijakan itu antara lain:
Melibatkan pemimpin adat, atau agensi lokal lainnya dalam melakukan kampanye
penanganan covid-19. Pelibatan aktor-aktor lokal ini akan membawa dampak
yang cukup signifikan karena himbauan berasal dari kalangan sendiri sehingga
lebih di dengar. Pemerintah Kabupaten juga dapat membuat atau mengaktifkan
posko-posko kesehatan dilingkungan terkecil. Instansi kesehatan dapat menunjuk
duta kesehatan warga dan memberikan edukasi singkat mengenai pencegahan
penyebaran virus corona.
Membuat materi kampanye berbasis budaya lokal, tetapi bukan sebatas konten
seni tradisi seperti yang sudah ada saat ini. Materi budaya yang digunakan
mestinya adalah memori lokal mengenai wabah, yang boleh jadi tersimpan dalam
cerita rakyat, nyanyian dan sebagainya, sehingga masyarakat langsung memahami
dampak yang akan ditimbulkan. Penggunaan memori kolektif ini menjadi penting
karena pada dasarnya manusia mudah digerakkan apabila memiliki memori
kolektif yang relatif sama. Selain itu, manusia bertindak sesuai dengan basis
pengetahuannya, dan pengetahuan manusia disusun oleh beberapa unsur yaitu :
persepsi, apersepsi, pengamatan, konsep serta fantasi. Oleh karena itu, jika
13
pemerintah mampu menstimulasi lahirnya apersepsi dan fantasi yang sesuai, saya
kira himbauan mengenai social atau physical distancingakan lebih dipatuhi oleh
masyarakat, tanpa perlu menggunakan tekanan.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15
Ditengah pandemi Covid – 19 sangat dibutuhkan sinergitas antara Pemerintah Pusat,
daerah dan stakeholder lainnya sehingga penyebaran wabah ini dapat ditekan dan dapat
menunjukkan kurva landau dan tidak terus meningkat. Dampak dari wabah ini tidak hanya
dirasakan pada aspek kesehatan saja namun aspek ekonomi di tengah masyarakat. Sehingga
peran komunitas adat sangat dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui
semangat gotong royong dan aturan adat yang dapat mencegah penyebaran wabah ini semakin
meluas.
B. SARAN
Saran penulis agar masyarakat dapat selalu mematuhi himbauan pemerintah dan aparat
penegak hukum dalam melakukan aktivitas sehari – hari dan mengedepankan protokol kesehatan
sehingga penyebaran tidak semakin meluas.
DAFTAR PUSTAKA
16
Nurul Firmansyah. 2019. “ Mengenal Masyarakat Adat ”. https://geotimes.co.id/opini/mengenal-
masyarakat-adat/. Diakses pada jam 19.58 WITA tanggal 20 Mei 2020.
17