PERCOBAAN VI
“ANTELMINTIKUM”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : VII (TUJUH)
KELAS :B
ASISTEN : NI GUSTI AYU KADEK SRI HANDAYANI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa
cacing ke dalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit ini
paling umum tersebar dan menjangkit banyak manusia di dunia. Sampai saat
ini penyakit infeksi cacing masih tetap merupakan masalah karena kondisi
sosial dan ekonomi di beberapa bagian dunia serta perlu penanganan serius,
terutama di daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita
kecacingan. Kecacingan merupakan salah satu penyakit yang berhubungan
lingkungan, karena sumber penyakit ini dapat ditularkan oleh tanah atau
disebut Soil Transmitted Helminth. Infeksi cacing merupakan salah satu
penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkit lebih dari 2 miliar
manusia di seluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat baru yang lebih
spesifik dengan kerja lebih efektif, pembasmian penyakit ini masih tetap
merupakan salah satu masalah antara lain disebabkan oleh kondisi sosial
ekonomi di beberapa bagian dunia (Widi, 2018).
Bahan uji (obat) yang digunakan pada manusia untuk perlu di lakukan
penelitian dengan menyertakan subjek manusia sebagai final test tube,
relawan manusia secara etis boleh diikutsertakan jika bahan yang diuji telah
lolos pengujian di laboratorium secara tuntas, dilanjutkan dengan
penggunaan hewan percobaan untuk kelayakan dan keamanannya.
Penelitian yang menggunakan hewan coba, harus menggunakan hewan
percobaan yang sehat dan berkualitas sesuai dengan materi penelitian.
(Nugroho, 2018).
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam
infeksi yang disebabkan oleh parasit. Parasit adalah makhluk kecil yang
menyerang tubuh inangnya dengan cara menempelkan diri (baik di luar
maupun di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari dalam inangnya.Pada
kasus cacingan, maka cacing tersebut bahkan dapat melemahkan tubuh
inangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan.Cacingan dapat menular
melalui Larva/telur yang tertelan dalam dan masuk ke dalam tubuh. Cacing
merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong dan panjang yang
berawal dari telur /larva hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa.
Cacing dapat menginfeksi bagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti
pada kulit, otot, paru-paru, ataupun usus/saluran pencernaan (Redaksi,
Health, Secret, 2013).
Cacing pita dalam tinja tidak mudah dikenali oleh awam. Oleh karena itu,
pada prinsip penanganan sendiri hanya dianjurkan untuk infeksi oleh cacing
kremi dan cacing gelang yang mudah ditangani. Untuk cacing kremi dan
cacing gelang tersedia pilihan kedua,yaitu pirantel (Combantrin, troexan
komb) yang sama ampuhnya dengan mebendazol. Bagi cacing gelang
masih terdapat pilihan ketiga, yaitu obat ampuh levamisol (Askaridil,
Askamex) obat ini juga diminum sebagai single Dose. Terdapat cacing
tambang yang dapat digunakan pirantel dan levamisole. Terhadap cacing
pita semua obat ini kurang ampuh dan diperlukan obat unggul lain yang
hanya dapat diperoleh dengan resep dokter, yaitu niklosamida (Yomesan).
Infeksi cacing kremi yang pada umumnya dimulai dari sutu anak biasanya
juga menular ke anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya
seluruh keluarga diobati. Wanita hamil pada prinsipnya tidak dianjurkan
untuk menggunakan obat cacing karena belum cukup penenlitian(Tan,
2010).
III.1.2 Bahan
1. NaCl fisilogis
2. Na-Cmc
3. Aquadest
4. Masker dan handscoon
III.1.3 Obat
1. Pirantel pamoat
2. Mebendazol
3. Piperazin sitrat
Dicatat waktunya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu (Menit)
Nama 15- 90- 105-
0-15 30-45 35-60 60-75 75-90
sediaan uji 30 105 120
NaCl 0,9% N N N N N N N N
Pirantel
N N N PS PS PS PS M
pamoat 5%
Mebendazol N N PF PF PF PF PF M
Piperazin
N N N PF PF PF PF PF
Sitrat 20%
Adapun cara kerja pada percobaan ini, yaitu di siapkan alat dan
bahan.kemudian diaktifkan terlebih dahulu cacing pada suhu 30 °C. Setelah
itu disiapkan larutan uji yaitu Pirantel pamoat 5%, Piperazin sitrat 20%,
NaCl fisiologis 0,9%, kemudian dituangkan larutan jika masing-masing
kedalam yaitu cawan petri I, II, III dan IV. Masing-masing secara berurut
diberikan pirantel pamoat 5%,Piperazin Sitrat 20%dan NaCl fisiologis
0,9%. Setelah itu diletakkan cawan petri yang telah berisi larutan uji ke
dalam inkubator pada suhu 30 °C dan diletakkan cacing yang masih aktif ke
dalam masing-masing cawan petri.Kemudian dicatat waktunya.
Cacing tersebut dikatakan masih hidup jika masih bergerak aktif dan untuk
cacing yang tidak bergerak, cacing tersebut direndam aquades 50 °C,
dinyatakan paralisis apabila setelah direndam dan kemudian diusik kembali
cacing akan bergerak.Dan dinyatakan mati, apabila setelah di tidak terdapat
adanya pergerakan pada cacing tersebut (Djokropranoto, dkk, 2010).
Dari uji yang telah dilakukan obat yang memiliki efek antelmintik yang
paling baik yaitu Pirantel pamoat 5%, kemudian diikuti oleh Mebendazol,
dan Piperazin sitrat 20%. Hal ini sesuai dengan literatur yang didapatkan
menurut Rahayu (2007) mekanisme Pirantel pamoat dalam membunuh
cacing adalah melalui penghambatan dipolarisasi normal dalam tubuh
cacing,sehingga timbul paralysis static dan kematian cacing. Selain itu juga
menghambat enzim kolinesterase sehingga meningkatkan kontraksi otot
cacing.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Infeksi cacingan atau biasa disebut dengan penyakit cacing termasuk ke
dalam infeksi yang disebabkan oleh parasit. Parasit adalah makhluk kecil
yang menyerang tubuh inangnya dengan cara menempelkan (baik di luar
maupun di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya.
2. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan yaitu hasil yang didapatkan
pada kontrol negatif NaCl fisiologis 0,9%, didapatkan hasil kondisi
cacing tetap normal dari menit 0 sampai menit 120, hal ini menunjukkan
NaCl fisiologis 0,9% tidak memberikan efek apapun pada cacing. Hasil
pada kontrol positif Pirantel pamoat 5%, pada menit hingga menit ke-45
cacing dalam keadaan normal, kemudian pada menit 35 hingga 105
cacing mengalami paralisis spastik, dan 105-120 cacing mengalami
kematian. Pada uji menggunakan Mebendazol didapatkan cacing dalam
keadaan normal pada menit 0 hingga menit ke-30, kemudian menit 30
hingga masuk ke 105 cacing mengalami paralisis flasid dan mengalami
kematian pada menit 105-120. Pada uji menggunakan Piperazin sitrat
20%, cacing dalam keadaan normal hingga menit ke-45, dan mengalami
paralisis flasid pada menit 35 hingga menit ke 120.
3. Berdasarkan hasil yang di dapat urutan obat yang lebih efektif yaitu,
Mebendazol, Pirantel pamoat 0,5%, kemudian Piperazin sitrat 20%.
DAFTAR PUSTAKA
MIMS. (2020). Diakses Pada Tanggal 22 April 2020 2020 Dls Pada Tanggal
22April 2020.
Pen. (2011). Penyakit Infeksi Di Indonesia Solusi Kini Dan Mendatang Edisi
Kedua.Surabaya : Pusat Penerbitan Dan Percetakan Unair.