Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM FARMAKOLOGI-BIOFARMASETIKA

PRAKTIKUM METODE FARMAKOLOGI


JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN VI
“ANTELMINTIKUM”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOk : VII (TUJUH)
KELAS :B
ASISTEN : NI GUSTI AYU KADEK SRI
HANDAYANI

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang
Menurut Widi (2018), penggunaan hewan uji dalam suatu penelitian
memang telah menjadi suatu keniscayaan terutama dalam bidang biologi
dan kesehatan. Bagaimanapun penggunaan hewan uji ini memang masih
dalam selalu menuai pro dan kontra. Oleh karena itu penggunaan hewan
percobaan dalam penelitian secara etis hanya dapat dipertanggungjawabkan
jika:
1. Penelitian dinilai cukup bermanfaat.
2. Desain penelitian dapat menjamin bahwa penelitian akan mencapai
tujuannya.
3. Tujuan penelitian tidak dapat dicapai dengan menggunakan subjek atau
prosedur alternatif .
4. Manfaat yang akan diperoleh jauh lebih berarti.
Buatkan paragraf saja jangan poin2
Bahan uji (obat) yang digunakan pada manusia untuk perlu di lakukan
penelitian dengan menyertakan subjek manusia sebagai final test tube,
relawan manusia secara etis boleh diikutsertakan jika bahan yang diuji telah
lolos pengujian di laboratorium secara tuntas, dilanjutkan dengan
penggunaan hewan percobaan untuk kelayakan dan keamanannya.
Penelitian yang menggunakan hewan coba, harus menggunakan hewan
percobaan yang sehat dan berkualitas sesuai dengan materi penelitian.
Hewan tersebut dikembangbiakkan dan dipelihara secara khusus dan
lingkungan yang diawasi dan dikontrol dengan ketat(Nugroho, 2018).

Aplikasi dalam bidang farmasi, yaitu seorang farmasis dapat merancang da


melakukan eksperimen sederhana untuk menguju aktivitas antelmitik, serta
dapat membedakan antara paralisis spatic dan flasid yang terjadi pada
cacing. Hal inilah yang melatar belakangi percobaan ini dilakukan.
I. 2 Tujuan Percobaan
1. Dapat merancang dan melakukan eksperimen sederhana untuk menguji
aktivitas antelmintik atau (anti cacing).
2. Dapat menjelaskan perbedaan paralisis spastic dan flasid yang terjadi
pada cacing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Cacing adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing di dalam tubuh
manusia yang ditularkan melalui tanah . Salah satu masalah kesehatan yang
masih banyak dialami oleh balita di indonesia adalah cacingan. Cacingan
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing dalam tubuh manusia
yang ditularkan melalui tanah, biasanya oleh cacing jenis Ascaris
lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichuris (cacing cambuk), dan
Anycylostoma duodenate, Necator americanus (cacing tambang). Keadaan
cacingan paling sering mengenai balita dan anak usia sekolah. Anak yang
menderita cacingan dapat dilihat tanda dan gejalanya seperti kurang nafsu
makan, lesu, perut buncit, berat badan menurun, nyeri perut, mual-mual,
muntah, bisa diare dan sembelit, dan keluar cacing dari mulut atau dubur
serta kadang disertai gatal disekitar anus (Susanti, 2018).

Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam
infeksi yang disebabkan oleh parasit. Parasit adalah makhluk kecil yang
menyerang tubuh inangnya dengan cara menempelkan diri (baik di luar
maupun di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari dalam inangnya.Pada
kasus cacingan, maka cacing tersebut bahkan dapat melemahkan tubuh
inangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan.Cacingan dapat menular
melalui Larva/telur yang tertelan dalam dan masuk ke dalam tubuh. Cacing
merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong dan panjang yang
berawal dari telur /larva hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa.
Cacing dapat menginfeksi bagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti
pada kulit, otot, paru-paru, ataupun usus/saluran pencernaan (Redaksi,
Health, Secret, 2013).

Infeksi cacing tambang didapat dengan cara tertelan Larva filariform


maupun larva filariform yang berhasil menghembus kulit (yang sering
melalui kulit kaki). Ketika larva filariform berhasil menembus kulit (kaki),
maka selanjutnya mengikuti sirkulasi darah dan limfa, memasuki jantung
kanan, masuk siklus paru-paru ke alveoli.Kemudian migrasi naik ke
bronkus, trakea, laring, dan tertelanmasuk ke rongga saluran cerna sehingga
mencapai usus halus dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang hidup di
rongga usus halus (Pen, 2011).

Cacing pita dalam tinja tidak mudah dikenali oleh awam. Oleh karena itu,
pada prinsip penanganan sendiri hanya dianjurkan untuk infeksi oleh cacing
kremi dan cacing gelang yang mudah ditangani. Untuk cacing kremi dan
cacing gelang tersedia pilihan kedua,yaitu pirantel (Combantrin, troexan
komb) yang sama ampuhnya dengan mebendazol. Bagi cacing gelang
masih terdapat pilihan ketiga, yaitu obat ampuh levamisol (Askaridil,
Askamex) obat ini juga diminum sebagai single Dose. Terdapat cacing
tambang yang dapat digunakan pirantel dan levamisole. Terhadap cacing
pita semua obat ini kurang ampuh dan diperlukan obat unggul lain yang
hanya dapat diperoleh dengan resep dokter, yaitu niklosamida (Yomesan).
Infeksi cacing kremi yang pada umumnya dimulai dari sutu anak biasanya
juga menular ke anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya
seluruh keluarga diobati. Wanita hamil pada prinsipnya tidak dianjurkan
untuk menggunakan obat cacing karena belum cukup penenlitian(Tan,
2010).

Menurut (Siswandono, 2016) turunan Piperazin yaitu:


1. Piperazin sitrat (Pipersan,Upixon) merupakan obat pilihan lain yang
pengobatan ascariasis.Dosis untuk ascariasis = 3, 9 gram, satu kali sehari
(idd) selama 2 hari; sedang untuk enterbiasis, dosis 65 mg per kilo berat
badan (/Kg bb) idd, selama 7 hari.
2. Dietilkarbamazin sitrat adalah obat yang terpilih untuk pengobatan
Filariasis, Loariasis,Onchocerciasis dan Wuchereriasis.Absorpsi obat
dalam saluran cerna cepat, kadar plasma tertinggi dicapai dalam waktu
± 4 jam setelah pemberian per oral.
II.2 Spesifikasi Hewan Uji
Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas :Altellata
Ordo : Haplotaxida
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus rubellus

II. 3 Uraian Bahan


1. Aquadest (FI Edisi III, 1979 : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM /BM : H2O/18,02 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidakmempunyai rasa
Kelarutan : -
khasiat : Zat tambahan
kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan Kadar : -

2. Na-CMC (FI Edisi III, 1979, 401)


Nama resmi : NATRIICARBOXYMETHYLCELULOSUM
Nama lain : Natrium karboksil metil selulosa
RM/BM : Nacmc/-
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk atau butiran putih kunning gadinng,


tidak berbau
kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk
suspensi
Khasiat : Zat tambahan
kegunaan : Zat pembawa
Penyimpanan : Dalam wadah retutup rapat
Persyaratan kadar : -

3. NaCl (FI Edisi III 19779,403)


Nama resmi : NATRII CLORIDUM
Nama lain : Natriuum kloriidda
RM/BM : NaCl/58,44 g/mol
Rumus struktur : Na-Cl
Pemerian : Hablur heksahedral, tidak berwarna atau
serbu hablur putih, tidak berbau rasa asin
kelarutan : Larut dalamm 2,8 bbagian air, dalam 2,2
bagian air mendidih dan dalam lebih kurang
10 bagian gliserin p, sukar larut dalam
etanol 95% p.
Khasiat : Sumber ion klorida
Kegunaan : Sebagai sumber ion klorida dan ion natrium
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Pesyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari Nacl
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan

II.4 Uraian Obat


1. Pirantel Pamoat ( Mims, 2019)
Indikasi : Ascariasis (cacing gelang), interedatus (cacing
kemih), gliterosis gafibitik (cacing tambang),
tidak bertabel dan maniformik.
Dosis : 11 mg/kg po, Dm : 19/dosis.
Mekanisme kerja : Depdosisi pemblokan neurotransmuskular,
menghambat kolineterasi menyebabkan
kelumpuhan pada cacing.
Farmakokinetik : Absorbsi : kurang
Metabolisme : sebagian dahak
waktu puncak plasma : 1-3 jam
Eksresi : feses 50%, urine (7%)
Efek samping : Efek samping jarang, ringan dan bersifat
sementara : misalnya keluhan saluran astri,
demam dan sakit kepala.
Golongan obat : Obat bebas.
Kelas terapi : Antihelmintik.

2. Mebendazol (Mims, 2019)


Indikasi : Ascariasis (cacing gelang), Interedatus
(cacing kemih), Gliterosis gafibitik (cacing
tambang), tidak bertabel danmaniformik.
Dosis : 100 mg Po, Glardiaduadinalis 200 mg Po
Mekanisme kerja : Mengalami peyerapan glukosa, menghambat
pembentuka helmentik microtubulus dan
saluran pencernaan.
Farmakokinetik : Absorbsi : saluran pencernaan 2-10%
Distribusi : 90-94%
Metabolisme : dihati
Eksresi : feses , urine (2%)
Efek samping : Demam, angloedema, pusing, sakit kepala,
kantuk, berkurangnya Hb, diare dan mual,
muntah.
Golongan obat : Obat bebas
Kelas terapi : Antihelmintik

URSAM NYA KURANG

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
1. Cawan petri
2. Gelas ukur
3. Gelas kimia
4. Batang pengaduk
5. Pinset
6. Gelas piala
7. Termometer
8. Inkubator
III.1.2 Bahan
1. NaCl fisilogis
2. Na-Cmc
3. Aquadest
4. Masker dan handscoon

III.1.3 Obat
1. Pirantel pamoat
2. Mebendazol
3. Piperazin sitrat

III.1.4 Hewan uji


1. Cacing tanah (Lumbricus rubellus)

III.2 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diaktifkan terlebih dahulu cacing pada suhu 37 °C.
3. Disiapkan larutan uji yaitu pirantel pamoat 5% piperazin sitrat 20%,
mebendazol, NaClfisilogis 0,9%.
4. Dituang uji larutan masing- masing kedalam cawan petri dengan pola,
cawan petri satuberisi pirantel pamoat, cawan petri 2 berisi piperazin
sitrta, cawan petri 3 berisi mebendazol.
5. Diletakan cawan petri yang telah berisi larutan uji kedalam inkubator
suhu 37°.
6. Diletakan cacing yang masih aktif kedalam masin-masing cawan petri.
7. Dicatat waktunya.
III.3 Skema Kerja

Diaktifkan terlebih dahulu cacing pada suhu 37 °C

Disiapkan larutan uji yaitu Pirantel pamoat 5%,


Piperazin sitrat 20%, Mebendazol, NaCl fisiologis 0,9%

Dituangkan larutan uji masing-masing kedalam cawan


petri dengan pola:
Cawan petri I : Pirantel Pamoat
Cawan petri II : Piperazin sitrat
Cawan petri III : Mebendazol
Cawan Petri IV : NaCl Fisiologis

Diletakkan cawan petri yang berisi larutan uji dalam


inkubator pada suhu 37 °C
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Waktu (Menit)
Nama 15- 90- 105-
0-15 30-45 35-60 60-75 75-90
sediaan uji 30 105 120
NaCl 0,9% N N N N N N N N
Pirantel
N N N PS PS PS PS M
pamoat 5%
Mebendazol N N PF PF PF PF PF M
Piperazin
N N N PF PF PF PF PF
Sitrat 20%
Keterangan : N : Normal PS : Paralisis Spastic
M : Mati PF : Paralisis Flasid

VI.2 Pembahasan
Infeksi cacingan atau biasa disebut dengan penyakit cacing termasuk ke
dalam infeksi yang disebabkan oleh parasit. Parasit adalah makhluk kecil
yang menyerang tubuh inangnya dengan cara menempelkan (baik di luar
maupun di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya
(Redaksi, Health, Secret, 2013).

Tujuan Dari percobaan ini, yaitu dapat merancang dan melakukan


eksperimen sederhana untuk menguji aktivitas antelmintik (anti cacing),
serta dapat menjelaskan perbedaan paralisis spastik dan dan plastik yang
terjadi pada cacing.

Adapun cara kerja pada percobaan ini, yaitu di siapkan alat dan
bahan.kemudian diaktifkan terlebih dahulu cacing pada suhu 30 °C. Setelah
itu disiapkan larutan uji yaitu Pirantel pamoat 5%, Piperazin sitrat 20%,
NaCl fisiologis 0,9%, kemudian dituangkan larutan jika masing-masing
kedalam yaitu cawan petri I, II, III dan IV. Masing-masing secara berurut
diberikan pirantel pamoat 5%,Piperazin Sitrat 20%dan NaCl fisiologis
0,9%. Setelah itu diletakkan cawan petri yang telah berisi larutan uji ke
dalam inkubator pada suhu 30 °C dan diletakkan cacing yang masih aktif ke
dalam masing-masing cawan petri.Kemudian dicatat waktunya.

Mekanisme kerja pada Pirantel pamoat yaitu di polarisasisaraf blocker.


Menghambat cholmesterase terakhir menyebabkan kelumpuhan spastic dan
hemimutus (MIMS, 2020).

Mekanisme kerja Piperazin sitrat, yaitu piperazin sitrat efektif melawan


cacing dengan menghasilkan neurotofol dari cacing yang akibatnya cepat
(MIMS, 2020).

Mekanisme kerja Mebendazol, yaitu metabolisme yang menghambat


pembentukan cacing secara selektif dan ireversibel menghasilkan
penyerapan glukosa dan nutrisi dalam cacing yang retang menghasilkan
penipisan endogen dan simpanan glikogen cacing (MIMS, 2020).

Alasan digunakan nacl fisiologis yaitu sebagai kontrol negatif.Alasan


digunakan Pirantel pamoat 5%, Mebedazol, Piperazin sitrat 20% sebagai
kontrol positif.Alasan cacing diaktifkan terlebih dahulu pada suhu 30° C
adalah untuk menyamakan suhu tubuh cacing agar samasuhu tubuh normal
manusia. Alasan cacing inkubasi pada suhu 37°C yaitu agar suhu larutan uji
sama suhu tubuh cacing yang telah disamakan dengan suhu normal manusia.
Alasan digunakan cawan petri yaitu sebagai tempat untuk menguji in Vitro.
Paralisisspatic adalah suatu keadaan dimana otot berkontraksi namun terlalu
kaku, otot tidak dapat berfungsi secara koordinasi.dan paralisis flasid adalah
suatu keadaan dimana otot tidak dapat berkontraksi dan tetap lemah dan
terkulai sementara (Britani, 2007).
Adapun hasil yang didapatkan pada ujiNaCl fisiologis 0,9%, didapatkan
hasil kondisi cacing tetap normal dari menit 0 sampai menit 120, hal ini
menunjukkan NaCl fisiologis 0,9% tidak memberikan efek apapun pada
cacing. Hasil uji Pirantel pamoat 5%, pada menit hingga menit ke-45
cacing dalam keadaan normal,kemudian pada menit 35 hingga 105 cacing
mengalami paralisis spastik, dan 105-120 cacing mengalami kematian. Pada
uji menggunakan Mebendazol didapatkan cacing dalam keadaan normal
pada menit 0 hingga menit ke-30, kemudian menit 30 hingga masuk ke 105
cacing mengalami paralisis flasid dan mengalami kematian pada menit 105-
120.Pada uji menggunakan Piperazin sitrat 20%, cacing dalam keadaan
normal hingga menit ke-45, dan mengalami paralisis Flasid pada menit 35
hingga menit ke 120.

Cacing tersebut dikatakan masih hidup jika masih bergerak aktif dan untuk
cacing yang tidak bergerak, cacing tersebut direndam aquades 50 °C,
dinyatakan paralisis apabila setelah direndam dan kemudian diusik kembali
cacing akan bergerak.Dan dinyatakan mati, apabila setelah di tidak terdapat
adanya pergerakan pada cacing tersebut (Djokropranoto, dkk, 2010).

Dari uji yang telah dilakukan obat yang memiliki efek antelmintik yang
paling baik yaitu Pirantel pamoat 5%, kemudian diikuti oleh Mebendazol,
dan Piperazin sitrat 20%. Hal ini sesuai dengan literatur yang didapatkan
menurut Rahayu (2007) mekanisme Pirantel pamoat dalam membunuh
cacing adalah melalui penghambatan dipolarisasi normal dalam tubuh
cacing,sehingga timbul paralysis static dan kematian cacing. Selain itu juga
menghambat enzim kolinesterase sehingga meningkatkan kontraksi otot
cacing.

Apabila dibandingkan dengan literatur menurut (Fauzi, dkk, 2010) dari


kedua pembanding yaitu Piperazin sitrat dan Pirantel pamoat, ditetapkan
sediaan Pirantel pamoat lebih efektif untuk digunakan sebagai pengobatan
Ascaris karena hanya memerlukan waktu yang singkat dan memberikan
efek sisa atau kematian. Serta menyebabkan kematian dan paralisis yang
lebih banyak pada cacing.Konsentrasi Pirantel pamoat yang digunakan
untuk menyebabkan paralysis dan kematian cacing juga lebih rendah,
dibandingkan konsentrasi Piperazin sitrat.Operasi Piperazin sitrat
menyebabkan paralysis Flasid, sedangkanPirantel pamoat menyebabkan
paralisis spastic.Pirantel pamoat dan analog nya berapa banyak
menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi
impuls, sehingga cacing mati dalam keadaan spatic.Seperti bekerja sebagai
organ pada otot cacing dan mengganggu stabilitas membran sel ternodai ion
yang berperan dalam mempertahankan potensi istirahat, sehingga
menyebabkan hiperpolarisasi impuls disertai Paralisis.

Ascaris lumbricoidesatau cacing gelang panjangnya 10-15 cm dan biasanya


bermukim dalam usus halus kira-kira 25%.Dari seluruh penduduk dunia
terinfeksi cacing ini, terutama di negara tropis (70-90%).Penularan terjadi
melalui makanan yang terinfeksi oleh telur dan larvanya (panjangnya kira-
kira 0,25 mm) yang berkembang dalam usus halus.Pengobatan pilihan
pertama adalah Mebendazol, Albendazol dan Pirantel.Seringkali kur harus
diulang dengan kur kedua, Karena tidak semua cacing atau telurnya dapat
dimusnahkan pada tahap pertama (Tjay, 2007).

Enterobius vermicularis (dahulu disebut osiris) atau cacing kremi yang


biasanya terdapat dalam ucoecum, menimbulkan gatal disekitar dubur atau
anus dan kejang hebat pada anak. Infeksi cacing kremi adalah infeksi cacing
satu-satunya yang penularannya berlangsung dari orang ke orang, sehingga
semua anggota keluarga harus serentak diobati pula walaupun tidak
menunjukkan gejala apapun. PengobatanMembedazol dan pirantel tidak
mematikan telur yang, sehingga setelah 2 minggu cacing yang menetas
harus dimatikan oleh kur kedua Piprazin adalah obat pilihan kedua (Tjay,
2007).
Ancylostomiasis penularannya terjadi oleh larva yang memasuki kulit kaki
yang terluka dan menimbulkan reaksi lokal.Setelah memasuki vena, larva
menuju ke paru-paru, dan akhirnya ke saluran cerna. Pengobatan lainnya
diarahkan pada dua tujuan, yaitu memperbaiki gambarnya darah ( makanan
yang bergizidan senyawa besi)dan memberantas cacing. Pirantel
danMebendazoll merupakan obat pilihan pertama yang sekaligus juga dapat
membasmi cacing gelang bila terjadi infeksi campuran (Tjay, 2007).

Aplikasi dalam bidang Farmasi, yaitu seorang farmasis dapat mengetahui


mekanisme kerja dari obat antelmintik yang diujikan pada cacing, serta
mengetahui obat mana yang memiliki efek yang lebih cepat sehingga dapat
menjadi parameter dalam pemilihan obat.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Infeksi cacingan atau biasa disebut dengan penyakit cacing termasuk ke
dalam infeksi yang disebabkan oleh parasit. Parasit adalah makhluk kecil
yang menyerang tubuh inangnya dengan cara menempelkan (baik di luar
maupun di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya.
2. Hasil yang didapatkan pada uji NaCl fisiologis 0,9%, didapatkan hasil
kondisi cacing tetap normal dari menit 0 sampai menit 120, hal ini
menunjukkan NaCl fisiologis 0,9% tidak memberikan efek apapun pada
cacing. Hasil uji Pirantel pamoat 5%, pada menit hingga menit ke-45
cacing dalam keadaan normal,kemudian pada menit 35 hingga 105
cacing mengalami paralisis spastik, dan 105-120 cacing mengalami
kematian. Pada uji menggunakan Mebendazol didapatkan cacing dalam
keadaan normal pada menit 0 hingga menit ke-30, kemudian menit 30
hingga masuk ke 105 cacing mengalami paralisis flasid dan mengalami
kematian pada menit 105-120. Pada uji menggunakan Piperazin sitrat
20%, cacing dalam keadaan normal hingga menit ke-45, dan mengalami
paralisis Flasid pada menit 35 hingga menit ke 120.
3. Urutan obat yang memiliki efek yang paling baik yaitu, Pirantel pamoat
0,5%, Mebendazol, kemudian Piperazin sitrat 20%.

INI KESIMPULAN SESUAI YANG SAYA ACC DILAPORAN?

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1979). Farmakope Indonesia Edisi


III. Jakarta : Depkes RI.

Hartanto. ( 2019). Budidaya Cacing Tanah. Malang : Tri Hartanto.

MIMS. (2020). Diakses Pada Tanggal 22 April 2020 2020 Dls Pada Tanggal
22April 2020.

Nugroho. (2018). Pengantar Bioteknologi. Deepublish : Yogyakarta.

Pen. (2011). Penyakit Infeksi Di Indonesia Solusi Kini Dan Mendatang Edisi
Kedua.Surabaya : Pusat Penerbitan Dan Percetakan Unair.
Redaksi Health Secret.(2013). Mengatasi Penyakit Dan Masalah Belajar Anak
Usia Sekolah. Jakarta : Media Komputindo.

Siswandono. (2016). Kimia Medisinal II. Surabaya : Erlangga Universitas Press.

Susanti. (2018). NCP Komunitas. Malang : Wineka Media.

Tan. (2010). Obat-Obat Sederhana Untuk Gangguan Sehari-Hari. Jakarta : PT.


Elex Media Komputindo.

Tjokropranoto. (2011). DayaAnthelmatik Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Pare


(Momordica Charantia L.) Terhadap Cacing Ascaris Suum In Vitro. Jurnal
Medika Planta, Volume. 1, Nomor. 4.

Tjay. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat Penggunaan Dan Efek-Efek


Sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Rahayu. (2007). Efek Anthelmintik Perasan Wortel (Daucus Carota) Terhadap
Ascaridia Galli. Yogyakarta : UMY.

NOTE
TYPO NYA DIPERHATIKAN BAIK YANG TERTANDAI ATAU TIDAK
PASTIKAN SETELAH TITIK ADA SPASI UNTUK LANJUT KE KATA
SELANJUTNYA
KATA-KATA YANG BERGABUNG DISPASI

Anda mungkin juga menyukai