Anda di halaman 1dari 23

NAMA : JOANITA SEPTIANTRY (CKR0180209)

KELAS :A
PROGRAM STUDI : S1 KEPERAWATAN
MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
1. Berikut ini adalah pertanyaan yang berkaitan dengan pemeriksaan fisik
a. Jelaskan langkah-langkah pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.
Jawaban :
A. PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI
 Peralatan dan Perlengkapan :
a. Kapas alkohol dalam tempatnya.
b. Bak instrumen
c. Handscoon
d. Tissue dalam tempatnya
e. Senter
f. Termometer
g. Stetoskop
h. Tong spatel
i. Selimut bayi
j. Bengkok
k. Timbangan bayi
l. Selimut bayi
m. Bengkok
n. Timbangan bayi
o. Pita ukur/metlin
p. Timer
q. Pengukur panjang badan
r. Buku catatan

 Prosedur Pelaksanaan :
1. Penilaian Apgar score
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan laju jantung, kemampuan
bernafas,kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit.
Caranya:
a. Lakukan penilaian apgar Score dengan cara menjumlahkan hasil penilaian tanda, seperti laju
jantung, kemampuan bernafas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit.
b. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut :
· Adaptasi baik : skor 7-10
· Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
· Asfiksia berat : skor 0-3

2. Pengukuran Antropometri
a. Lakukan Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi. Berat badan
normaladalah 2500-3500 gram apabila BB kurang dari 2500 gram disebut bayi Premature
dan apabila BB bayi lebih dari 3500 gram maka bayi disebut Macrosomia.
b. Lakukan Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit
dengankaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
Panjang badannormal adalah 45-50 cm
c. Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi. Lingkar
kepala normal adalah 33-35 cm.
d. Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran
dilakukanmelalui kedua puting susu). Lingkar dada normal adalah 30 -33 cm. Apabila
diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami Hidrocephalus
Dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari dada maka bayi mengalami
Microcephalus.
e. Mengukur Lingkar Lengan atas (LILA)
Normalnya 11-15 cm. Untuk LILA pada BBL belum mencerminkan keadaan tumbuh
kembang bayi.

 Pemeriksaan Fisik :
1. Kepala
Lakukan Inspeksi pada daerah kepala. Raba sepanjang garis sutura dan fontanel
,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan
bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak
kepala, seringterlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.
Keadaan ini normalkembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba.
Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang
besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus,sedangkan yang terlalu kecil
terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan
tekanan intakranial, sedangkan yang cekungdapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang
teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena
adanya trisomi 21.
· Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma,
perdarahansubaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
· Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes
dansebagainya.

2. Wajah
· Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri.
· Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin.
· Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.

3 . Mata
· Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
· Lakukan inspeksi daerah mata. Periksa jumlah, posisi atau letak mata.
· Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.
· Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudiansebagai kekeruhan pada kornea.
· Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat.Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikanadanya defek retina.
· Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina· Periksa
adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
· Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.

4. Hidung
· Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Bayiharus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan
ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjolke nasofaring.
· Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini
kemungkinanadanya sifilis congenital.
· Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkanadanya gangguan pernapasan.
5 . Mulut
· Lakukan Inspeksi apakah ada kista yang ada pada mukosa mulut.
· Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia.
· Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari
dasar mulut)· Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara
palatum keras dan lunak.
· Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibat
Epistein’s pearl atau gigi.
· Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau
tekananintrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote).

6. Telinga
· Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.
· Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.
· Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas.
· Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)
terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
· Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitasginjal.
· Bunyikan bel atau suara. Apabila terjadi refleks terkejut maka pendengarannya baik,
kemudianapabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan terjadi gangguan
pendengaran.

7. Leher
· Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik.Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang
leher.
· Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus
brakhialis· Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.
· periksa adanya pembesarankelenjar tyroid dan vena jugularis
· Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan
adanyakemungkinan trisomi 21.
· Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir
dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur.
8. Dada, Paru dan Jantung
· Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan
bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
· Pernapasan bayi yangnormal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.
Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan. Frekuensi
pernapasan bayi normal antara 40-60 kali permenit. Perhitungannya harus satu menit
penuh karena terdapat periodic breathing,dimana pola pernapasan pada neonatus
terutama pada premature ada henti nafas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara
berkala. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak
simetris
· Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.
· Lakukan palpasi pada daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula
dengancara meraba ictus cordis dengan menentukan posisi jantung.
· Lakukan Auskultasi paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop untuk menlai
frekuensidan suara napa/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160
x / menit.
9. Abdomen
· Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
bernapas. Kaji adanya pembengkakan· Lakukan pemeriksaan pada tali pusat bertujuan
untuk menilai ada tidaknya kelainan pada tali pusat seperti, ada tidaknya vena dan arteri,
tali simpul pada tali pusat dan lain-lain.
· Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
· Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor
lainnya· Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau
ductusomfaloentriskus persisten.
· Lakukan Auskultasi adanya bising Usus.
· Lakukan perabaan hati, umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan. Limpa
teraba 1cm di bawah arkus kosta kiri.
· Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi terlentang dan tungkai bayidi lipat agar
otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat di raba setinggi
umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut bagian ginjal dapat di raba sekitar 2-3 cm.
Adanya pembesaran pada ginjal dapat di sebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan,
atau trombosisvena renalis
10. Ekstermitas Atas
· Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke
bawah· Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur
· Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili.
· Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21· Periksa adanya paronisia pada kuku
yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
11. Ekstermitas Bawah
· Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskankeduanya dan bandingkan· Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas.
Kurangnya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan
neurologis.
· Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki.
12. Spinal
· Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas
seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukkan adanya abnormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.
13. Genetalia
·Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm. Periksa posisi lubang
uretra,Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
· Periksa adanya hipospadia dan epispadia.
· Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua.
·Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora.
· Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina.
· Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu.(withdrawl bedding)
14. Anus dan Rectum
· Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya.
· Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum keluar
kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran
pencernaan.
15. Kulit
· Perhatikan kondisi kulit bayi.· Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir.
· Periksa adanya pembengkakan.
· Perhatinan adanya vernik kaseosa ( zat yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai
pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi cukup bulan).
· Perhatikan adanya lanugo(rambut halus yang terdapat pada punggung bayi) jumlah
yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan dari pada bayi cukup bulan.
B. PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK
1.Usia Bermain
o Duduk atau berdiri diatas atau disamping orang tua.
o Telungkup atau terlentang dipangkuan orang tua.
o Inspeksi area tubuh,melalui permainan “Hitung Jari” gelitik jari kaki.
o Gunakan kontak fisik minimal diawal pemeriksaan.
o Kenalkan alay dengan perlahan. Auskultasi,perkusi,palpasi bila tenang
o Lakukan prosedur traumatic terakhir (sama dengan bayi)
o Minta orang tua untuk melepaskan pakaian bagian luar
o Lepaskan pakaian dalam pada saat tubuh tersubut di periksa
o Izinkan untuk melihat-lihat alay,menunjukkan penggunaan alat biasanya tidak efektif
o Jika tidak kooperatif lakukan prosedur dengan cepat
o Gunakan restrain bila tepat,minta bantuan orang tua.
o Bicarakan pemeriksaan bila dapat bekerja sama :gunakan kalimat pendek.
o Berikan pujian untuk perilaku kooperatif.

2.Anak Pra Sekolah


o Lebih suka berdiri atau duduk.
o Biasanya kooperatif dengan posisi telungkup/atau terlentang menyukai kedekatan
dengan orang tua.
o Jika kooperatif ,lakukan dari kepala ke jari kaki.
o Bila tidak kooperatif,lakukan seperti pada anak usia bermain.
o Minta anak melepaskan pakaiannya.
o Izinkan untuk menggunakan celana dalam bila malu.
o Berikan kesempata untuk melihat alat:tunjukkan dengan singkat penggunaannya.
o Buat cerita tentang prosedur :”saya mau melihat seberapa kuat otot-ototmu”
o Gunakan tehnik boneka kertas
o Beri pilihan jika mungkin
o Hargai kerja sama : gunakan pernyataan positif ”Buka Mulutmu”

3.Anak Usia Sekolah


o Menyukai duduk
o Kooperatif hampir semua posisi anak kecil menyukai kehadiran orangtua.
o Anak yang lebih besar menyukai privasi.
o Lakukan dari kepala dan kaki
o Bila tidak kooperatif ,lakukan seperti pada anak usia bermain.
o Minta untuk melepaskan pakain sendiri.
o Biarkan untuk memakai celana dalam
o Beri skor untuk dipakai
o Jelaskan tujuan peralatan dan kepentingan prosedur seperti otoskop untuk melihat
gendang telinga,yang diperlukan untuk mendengar.
o Ajarkan tentang fungsi tubuh dan perawatannya.

b. Jelaskan prinsip-prinsip pemeriksaan fisik pada anak


Jawaban :

 Menjaga kesopanan dan gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak
 Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien anak
 Ciptakan suasana dan lingkungan yang menarik agar anak tidak tegang
 Gunakan pencahayaan yang cukup
 Lakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan SOP

c. Buatlah 1 contoh pemeriksaan denver / DDST (usia anak bebas) dan jelaskan hasil
pemeriksaan anda
Jawaban :
PEMERIKSAAN

Nama Anak : Vonny Apriliyani


Nama Panggilan yang Disukai : Vonny
Tanggal Lahir : 17 – 04 - 2013
Tanggal Pemeriksaan : 10 – 08 - 2017
Usia Anak : 4 Tahun 4 Bulan (dari tanggal pemeriksaan
– tanggal lahir) hasilnya 4 tahun 4 bulan , dibulatkan menjadi 4 tahun 4 bulan atau 52 bulan.
Interpretasi:
1. Pada hasil pemeriksaan sektor personal sosial anak tidak ditemukan Fc dan Fd, maka anak
dinyatakan normal
2. Pada hasil pemeriksaan sektor motorik halus anak tidak ditemukan Fn,Fc dan Fd, maka
anak dinyatakan normal
3. Pada hasil pemeriksaan sektor bahasa anak tidak ditemukan Fc dan Fd, maka anak
dinyatakan normal
4. Pada hasil pemeriksaan sektor motorik kasar anak tidak ditemukan Fc dan Fd, maka anak
dinyatakan normal
• Berdasarkan hasil pemeriksaan DDTK dan DDST yang lakukan pada anak “V” adalah
sebagai berikut:
1. BB / TB anak: 14 kg / 100 cm. (-2 SD s/d 2 SD Normal).
2. Lingkar Kepala: 48 cm. (lingkar kepala anak berada dalam jalur hijau maka lingkaran kepala
anak normal).
3. KPSP: Terdapat jawaban “Ya” ada 8, maka perkembangan anak meragukan (M) dan
jawaban “TIDAK” ada 1 pada perkembangan bicara & bahasa.
4.TDD: Tidak ditemukan jawaban “TIDAK”, maka pendengaran anak tidak mengalami
gangguan pendengaran (normal).
5. TDL: VOD: Normal (3/3)
VOS: Normal (3/3)
6. KMME: Terdapat jawaban “YA” sebanyak 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kemungkinan ada gangguan mental emosional pada anak.
7. GPPH: Nilai total 7, jumlah nilai total kurang dari 13, maka masih dalam batas normal.
8. DDST :
• Sektor Personal Sosial: Lulus
• Sektor Motorik Halus: Lulus
• Sektor Bahasa: Lulus
• Sektor Motorik Kasar: Lulus
Perkembangan - perkembangan berikutnya sesuai bertambahnya usia anak perlu
pemeriksaan kembali dan orang tua perlu memberikan latihan dan menstimulus perkembangan
anak sesering mungkin.
v . Edukasi pada orang tua atau keluarga:
1. Libatkan orang tua atau keluarga dalam permaian edukasi sesuai usiannya.
2. Libatkan anak dalam acara keluarga, seperti ajak anak makan bersama, bermain bersama.
3. Konsulkan ke rahabilitasi medik, seperti Terapi Okupasi (tepai medis yang terarah bagi
pasien fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi, dalam rangka
memulihkan kembali fungsi seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin).
4. Menerapkan hasil terapi untuk dilakukan sehari – hari di rumah.
Terapkan dan ajarkan anak untuk beraktivitas dengan teman – teman di sekitarnya.

d. Carilah contoh kuesioner lain yang dapat dilakukan untuk mengukur tumbuh kembang
anak

Jawaban :

Panduan ini ditujukan untuk diingat batas normal pertumbuhan dan perkembangan anak sehat,
dan untuk membantu mengidentifikasi masalah sejak awal, dan dengan demikian dapat
bertindak cepat.
Tes pertama dilakukan pada saat kelahiran, dan untuk mengidentifikasi kelainan dan cacat
lahir, lubang permeabilitas, integritas langit-langit dan berbagai cacat kecil dan besar.
Pemutaran bayi baru lahir didasarkan pada skor Apgar dan pemeriksaan neurologis nanti.

JANGAN LEWATKAN:
- Cara Supaya Anak Tidak Meniru Ucapan Negatif
- Anak Sehat Dan Cerdas
- Grafik Pertumbuhan Anak
- Nutrisi Untuk Anak-Anak
- Pertumbuhan Dari Bayi Sampai Remaja
1. Pada 2-4 minggu anak harus dapat:
- Angkat kepala sejenak saat rawan (berbaring).
- Tataplah satu hal atau objek dan melacak gerakan mereka.
2. Pada 2 bulan anak harus dapat:
- Jauhkan kepala Anda tegak hanya sesaat ketika di kakinya. Apakah tetap pada 3 bulan.
- Ambil mainan bila ditempatkan di tangannya.
- Tahan berdetak untuk sementara.
- Tampilkan senyum sosial.
- Mengucapkan sebaliknya.
- Mulailah untuk membedakan orang tua dari orang lain, dan menanggapi mereka.
- Menanggapi suara keras.
3. Pada 4 bulan anak harus dapat:
- Jauhkan kepala Anda tetap stabil untuk membuatnya berdiri rentan di tangannya.
- Jauhkan kepala Anda tetap stabil bila diletakkan tegak.
- Roll lebih rentan terhadap posisi terlentang.
- Jauhkan tangan anda di garis tengah.
- Bermain dengan tangan Anda.
- Periksa ponsel Anda dan melambaikan tangannya.
- Tahan mainan di tangannya.
- Ikuti benda dan orang tua mereka untuk melihat berbagai 180 °.
- Sambil tersenyum, tawa dan gemericik (lakukan trills dengan suara).
- Lakukan kontak sosial dengan tersenyum atau vokalisasi. Marah atau berduka ketika
orang tua pergi.
- Kenali ketika Anda sedang menyiapkan makanan Anda dan dapat menunggu waktu yang
singkat.
4. Pada 6 bulan anak harus dapat:
- Hidupkan tubuh Anda.
- Jauhkan kepala Anda tetap stabil saat bergerak atau duduk. Mulai menerima “refleksi
dari seorang penerjun payung.”
- Duduk dengan dukungan.
- Berdiri di atas kakinya sesaat, jika membantu.
- Anda dapat memenuhi atau memegang benda. Pada akhir 6 bulan mampu memindahkan
benda dari tangan ke tangan.
- Mampu untuk memegang botol saat menyusui.
- Benda bergerak Perkiraan ke arahnya dengan menyapu sebuah.
- Bermain dengan kakinya.
- Bereaksi terhadap suara yang berasal dari luar ruangan Anda dan perubahan aktivitas.
- Tunjukkan tanda-tanda pertama kecemasan tentang orang asing, yang menunjukkan
dalam gerak gerik wajah dan tubuh. Mampu membedakan kata-kata penuh kasih dari
memarahi.
- Sambil tersenyum, menyanyi dan mengambil inisiatif dalam interaksi dengan orang lain,
meniru suara seperti batuk, kliring tenggorokan, dll, bisa bermain dan membuat suara
saat Anda sedang sendirian ataupun disertai.
- Mendapatkan marah ketika kamu membawa mainan.
5. Pada 9 bulan hidup harus dapat:
- Duduk dengan benar.
- Crawling, merangkak di tangan mereka atau pada pantatnya.
- Tender untuk berhenti.
- Burguete dengan jari telunjuk.
- Peluncuran dua mainan bersama-sama.
- Power sebagian makan dengan tangan.
- Memiliki satu atau dua vokalisasi berarti untuk meniru dan menunjukkan celoteh
monosilabis (dan mungkin dengan bersuku kata banyak).
- Menanggapi nama sendiri dan pertanyaan seperti: “Ibu mana?” Atau untuk beberapa
objek akrab. Memahami beberapa kata tidak-tidak, bye-bye.
- Mampu untuk mengatakan da-lakukan atau ibu dengan cara yang spesifik.
- Nikmati permainan dengan orang dewasa.
- Menanggapi kecemasan serius aneh,, bahkan ketakutan.
- Menunjukkan emosi Anda melalui ekspresi wajah.
- Menirukan gerakan sederhana.
- Dalam kebanyakan kasus, adalah konsep permanen obyek, mengambil obyek
tersembunyi di bawah kain.
6. Pada 12 bulan harus dapat:
- Tender untuk berhenti.
- Mampu mengambil beberapa langkah saja.
- Tunjukkan penggunaan forsep fungsi akurat.
- Peluncuran dua batu bersama-sama.
- Masukkan benda ke yang lain.
- Mampu mengatakan atau melakukan satu atau dua kata atau suara dengan makna, dan
juga menggunakan kata benar ibu atau ayah; meniru vokalisasi.
- Memiliki konsep obyek permanen, menemukan objek tersembunyi atau telah dijatuhkan.
- Membantu dengan berpakaian dan makan. Untuk menggunakan biaya.
7. Pada 15 bulan anak harus dapat:
- Berjalan sendiri, berjalan mundur, jongkok, mengeksplorasi.
- Climbing tangga.
- Membangun menara 12 kubus dan memperkenalkan sebuah benda kecil di dalam botol.
- Minum dari cangkir, gunakan tangan Anda untuk makan.
- Memiliki kosakata 3 sampai 6 kata-kata, gunakan slang bahasa dan gerak tubuh (jika
pada 18 bulan tidak dapat mengucapkan kata dikenali, harus diambil dalam rangka untuk
membuat evaluasi pidato.)
- Mengenali dan melaporkan satu atau dua bagian tubuh ketika ditanya.
- Tampilkan sepatu Anda, ketika ditanya untuk melakukannya.
- Mengerti perintah sederhana, misalnya: tidak ada, dame, datang ke sini, ketika ditanya.
- Nikmati dengan tokoh-tokoh dari buku cerita, dan hiburan saat Anda bercerita.
- Pengakuan di cermin.
- Temukan objek yang keluar dari kamarnya ketika ditanya.
- Saya menikmati menembak dan menerima bola.
- Ambil sebuah pasal dari pakaian dan mengenakan topi.
- Memberi dan menerima mainan.
- Berikan pelukan dan belaian.
8. Pada 18 bulan anak harus dapat:
- Berjalan dengan percaya diri.
- Menjalankan, menaiki tangga berkelanjutan tangan, berjalan mundur, duduk di kursi
kecil, naik kursi dewasa, menendang bola.
- Kumpulkan 3 atau 4 kubus, menaruh cincin pada kerucut, pembongkaran dan
pemasangan kembali.
- Anda dapat menelusuri buku atau majalah.
- Memiliki kosakata dari 4 sampai 10 kata, membentuk kalimat dari 2 kata, mengerti dan
mengikuti petunjuk sederhana, mengungkapkan dua atau lebih keinginan, kemampuan
mereka untuk meniru kosa kata ini jauh lebih besar daripada spontan kosakata nya.
- Lemparkan mainan.
- Melempar bola.
- Makan sendiri, gunakan sendok dengan benar, tahan dan minum dari kendi.
- Melihat angka-angka dari buku dan mengidentifikasi mereka.
- Menyalin sketsa di atas kertas.
- Ambil botol pil tanpa demonstrasi sebelumnya.
- Lampiran boneka atau boneka beruang.
- Pucker bibir Anda dan ciuman di pipi.
9. Pada 2 tahun usia anak harus dapat:
- Up dan menuruni tangga saja.
- Langsung dengan kedua kaki bersama-sama, berdiri pada satu kaki sebentar, berjalan
dengan mudah.
- Buka pintu.
- Dapatkan pada mebel.
- Ratakan 3 sampai 5 blok setelah demonstrasi.
- Gunakan sendok dengan mudah dan cangkir.
- Memiliki kosakata dari 50 atau lebih kata-kata dan dapat membentuk kalimat dengan
kata ganti seperti saya, kau, aku.
- Silakan merujuk ke dirinya sendiri dengan nama (jika bahasa tidak dimengerti oleh orang
tua atau tertunda pidato evaluasi harus dilakukan.)
- Menendang bola.
- Membuat pertanyaan sering. Umur sebabnya?
- Lakukan gerakan horisontal atau lingkaran dengan pensil.
- Mulai untuk mengontrol buang air kecil dan buang air besar.
- Bersenang-senanglah dengan imitasi kegiatan domestik atau pekerjaan orang dewasa.
- Bekerja sama dalam berpakaian, mencuci dan mengeringkan tangan *.
- Gunakan mainan mereka dengan benar.
10. Pada 3 tahun usia anak harus dapat:
- Langsung di tempat yang sama, menendang bola, ayunan dan berdiri tegak dengan satu
kaki.
- Mengemudi sepeda roda tiga.
- Panjat tangga dengan langkah bergantian.
- Buka pintu.
- Membangun menara 9 kubus.
- Salin sebuah jembatan dengan tiga blok.
- Bahasa ini 50% dimengerti (anak mengalami kesulitan membangun kalimat atau bahasa
yang dimengerti harus dirujuk untuk evaluasi pidato.)
- Ucapkan nama lengkap Anda, mengetahui umur dan jenis kelamin. Menghitung sampai
3.
- Mengerti apa yang sedang dingin, lelah, lapar, memahami preposisi dari atas dan bawah;
membedakan antara yang lebih besar dan lebih kecil. Dengan menggunakan gunting,
kunci pas dan pensil.
- Salin lingkaran, meniru sebuah salib dan mulai mengenali warna.
- Jelaskan tindakan yang ditampilkan dalam rangka sebuah buku cerita.
- Taruh pada beberapa pakaian.
- Makan sendiri.
- Cuci dan keringkan tangan Anda sendiri.
11. Pada umur 6 tahun harus dapat:
- Untuk melempar bola 4-6 kali, melempar dan menerima.
- Skating.
- Riding sepeda.
- Mengikat sepatu.
- Memiliki lebih dari 10, masukkan nama mereka, menulis lebih dari 10 angka, dan
menulis beberapa huruf.
- Membedakan kanan dari kiri.
- Menggambar orang dengan semua bagian-bagiannya.
Pada 9 tahun anak sehat, memiliki keyakinan dalam apa yang dia lakukan dan dengan
demikian, menikmati hubungan dengan teman-teman. Memiliki kegiatan rekreasi, mengakui
perlunya peran dan tanggung jawab di dalam keluarga yang berbuat baik di sekolah cukup
peduli dan bertanggung jawab dengan pekerjaan rumah mereka, tanpa jatuh ke dalam
kelebihan, bertanggung jawab untuk kesehatan mereka sendiri, tidak nyaman mengajukan
pertanyaan dari orang tua memiliki kebiasaan makanan adalah koperasi dan perhati

2. Carilah literature tentang tumbuh kembang berdasarkan beberapa teori yaitu


a. Teori Psikoseksual Sigmund Freud
Jawaban :
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia
lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan
kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat.
Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi
adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan,
individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap
oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui
merokok, minum, atau makan.
Dalam teori Perkembangan Psikoseksual ini sendiri manusia memiliki beberapa fase, di
antara :
• Fase Oral (0 - 2 tahun). Pada fase ini kepuasan seksual manusia berada pada
aktivitas mulut. Contoh, seorang bayi yang menyusu kepada ibunya, maka bayi
tersebut merasa dipuaskan di bagian mulutnya.
• Fase Anal (2 - 3 tahun). Pada fase ini kepuasan seksual manusia berada pada
aktivitas anus. Contoh, seorang bayi akan merasa puas bila aktivitas pengeluaran
dari anusnya berjalan dengan baik.

• Fase Phalic (3 - 5 tahun). Pada fase ini manusia akan mencoba mengenali identitas
kelaminnya. Contoh, seoarang anak laki-laki akan meniru segala perbuatan yang
dilakukan oleh Ayahnya dan seoarang anak perempuan akan meniru segala
perbuatan yang dilakukan oleh Ibunya.

• Fase Latent (6 - 12 tahun). Aktivitas seksual manusia pada fase ini cenderung tidak
nampak. Hal ini terjadi karena individu sedang disibukkan dengan pencarian
prestasi

• Fase Genital (12 tahun ke atas). Fase ini adalah fase akhir dari keseluruhan fase
yang ada. Fase ini adalah fase dimana munculnya kembali aktivitas seksual
manusia.

b. Teori Psikososial Erick H. Erickson

Jawaban :
Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam
psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam
beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah
perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan
melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan
pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu
perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori
perkembangan psikososial.
Dalam setiap tingkat, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang
merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat
pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu.
Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi
kegagalan.
Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)

c. Buatlah analisis dari kedua teori tersebut (minimal 1 halaman)

Jawaban :
Pada dasarnya teori dari Sigmund Freud dan Erikson tidaklah jauh berbeda. Mereka
membuat tahapan perkembangan sama sama sejak lahir hingga tahap selanjutnya. Bila
Sigmund freud hanya 5 tahapan sedangkan Erikson membagi menjadi 8. Sebenarnya di sini
Erikson melengkapi apa yang sudah di temukan oleh Freud karena Erikson juga pernah belajar
dengan Freud.
Selain itu teori ini juga saling melengkapi jika Freud berpendapat bahwa fase
psikologis manusia merupakan murni karena dorongan dari dalam individu tersebut baik sadar
maudpun tidak sadar. Kemudian Erikson melengkapi teori tersebut dengan menambahkan
selain faktor dalam individu tersebut juga ada faktor eksternal berupa faktor lingkungan sosial.
Sebenarnya dengan adanya teori ini dapat menjadi acuan untuk para praktisi pendidikan
ataupun para orang tua agar di gunakan ketika berhadapan dengan anak agar tidak salah
mendidik. Karena sekali salah dalam mendidik sulit untuk merubahnya lagi.

3. Carilah jurnal yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak ( 3 jurnal)


a. Lakukan analisis dari ke 3 jurnal tersebut (minimal 1 halaman)
Jawaban :
1).Pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah umur 3-5 tahun mengikuti dan tidak
mengikuti pendidikan anak usia dini ( PAUD).
Merupakan hal yang terus terjadi secara berkesinambungan selama kehidupan manusia
(Wong,Hockenberry,Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009), pertumbuhan adalah
meningkatnya jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru
yang menghasilkan peningkatan ukuran berat seluruh atau sebagian bagian sel. Adapun
perkembangan menurut Susanto (2011), perkembangan adalah bertambahnya struktur, fungsi
dan kemampuan manusia yang lebih kompleks.Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah masa balita, karena pada masaini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anakselanjutnya. Proses pertumbuhan dan perkembangan terbagi
dalam beberapa tahapan berdasarkan usia. Salah satu fasenya adalah masa prasekolah yaitu
anak berusia 3-5 tahun(Wong, et al., 2009).
2).Perkembangan motorik anak terdiri dari dua .
Yakni : motorik kasar dan motorik halus, hal ini tidak terlepas dari ciri anak yang selalu
bergerak dan selalu ingin bermain sebab dunia mereka adalah dunia bermain dan proses
belajar(Wong et al., 2009).
Adapun pada personal sosialanak usia pra sekolah mencakup aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam
bahasa pada usia 2,5 sampai dengan 5 tahun, pengucapan kata meningkat, anak mulai
memproduksi ujaran yang lebih panjang, kadang secara gramatik kadang tidak (Depkes RI,
2006).
Sistem pendidikan nasional dalam Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan, baik
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut (Mulyani, 2014).
Anak yang mengikuti PAUD dapat lebih berkembang sesuai usia dari pada anak yang
tidak mengikuti PAUD. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Wulandari (2009),
tentang kematangan sosialanak yang ditinjau dari keikutsertaan pendidikan prasekolah dimana
pendidikan prasekolahmerupakan pemberian upaya untuk menstimulasi perkembangan anak.
Oleh sebab itu layanan pendidikan anak usia dini merupakan dasar yang sangat penting dan
berpengaruh terhadap perkembangan anak hingga dewasa.
3).Tumbuh kembang pada anak dari orang tua yang bekerja anak.
Merupakan aset berharga suatu bangsa. Hal ini dikarenakan anak merupakan generasi
penerus, sehingga dibutuhkan anak yang berkualitas untuk mencapai masa depan bangsa yang
baik (Kadi, Garna, & Fadlyana, 2008).
Kualitas anak yang baik dapat dicapai dengan memastikan bahwa proses tumbuh
kembang anak juga baik. Pertumbuhan merujuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif,
seperti tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala, sedangkan perkembangan adalah
perubahan dan peningkatan kemampuan secara bertahap, seperti kemampuan motorik, sensori,
bahasa, dan sosial (Hockenberry & Wilson, 2012).
Kesibukan orang tua bekerja memengaruhi pola asuh sehingga akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan anak. Bahkan ibu bekerja seringkali diasosiasikan dengan
meningkatnya kenakalan remaja. Orang tua padahal memiliki peran kunci dalam
perkembangan anak (Bowman, et al., 2010 & Tjaja, 2000). Saat ini jumlah anak dengan kedua
orang tua bekerja di Amerika Serikat tumbuh sebanyak 37–66%, sebanyak 28–60%
diantaranya merupakan anak usia pra sekolah (Fox, et al., 2011).

b. Carilah contoh penyimpangan dari pertumbuhan dan perkembangan anak dan


sebutkan hasil pemeriksaan tumbuh kembang anak tersebut

Jawaban :
Contoh penyimpangan :
 Menurut Moersintowarti B. Narendra (1993) manifestasi gangguan pertumbuhan dapat
dalam bentuk berikut:
 Terjadinya retardasi pertumbuhan konstitusional, misalnya pada kelainan osteopati
herediter (kelainan tulang bawaan), chondrodystrofi (kelainan jaringan tulang
rawan), jenis dwarfisme intra uterin (cebol dalam rahim), dsb.
 Retardasi pertumbuhan hormonal (endokrin) yang sifatnya:
- Dikendalikan secara hormonal oleh hormon pertumbuhan, somatomedin yang
dibentuk di hati, tiroid dan lainnya yang berpengaruh pada pertumbuhan.
- Mempunyai dampak klinis: dwarfisme/kretin karena defect hormon
pertumbuhan, hipotiroidisme, hormon sex yang abnormal, akibat defisiensi
iodium, dsb.
- Retardasi pertumbuhan akibat deprivasi maternal.
- Retardasi pertumbuhan karena metabolisme, misalnya penyakit saluran cerna
yang kronis, gangguan kardiovaskuler, anemia, kelainan ginjal, dsb.
 Pada balita, gangguan perkembangan dapat menimbulkan manifestasi klinik yang
bermacam-macam, kasus yang sering dijumpai menurut Moersintowarti (1993)
adalah:
- Gangguan motorik kasar.
- Gangguan bicara.
- Gangguan belajar.
- Gangguan psikologis dengan manifestasi fisik.
- Gangguan makan, buang air besar.
- Gangguan cemas, dsb.

Hasil pemeriksaan :
Tujuan deteksi/ skrining ini untuk mengetahui apakah perkembangan anak normal atau
tidak. Jadwal krining KPSP rutin dilakukan pada saat umur anak mencapai 3, 6, 9 , 12, 15, 18,
21, 24, 30, 36, 42,48,54,60,66 dan 72 bulan bila orang tua datang dengan keluhan anaknya
mempunyai masalah tumbuh kembang pada usia anak diluar jadwal krining maka gunakan
KSPS untuk usia skiring terdekat yang lebih muda alat yang di pakai.
Formulir KSPS berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah
dicapai anak, petugas memeriksa kepada orang tua dan anak formulir KSPS tersedia untuk
setiap kelompok umur anak dari 3bulan hingga 72bulan.
Interpretasi hasil KSPS bila dijawab “YA” mencapai 9-10 berarti perkembangan anak
sesuai dengan tahap perkembangannya bila jawaban “YA” berjumlah 7-8 berarti
perkembangan anak MERAGUKAN sedangkan bila jawaban “YA” berjumlah 6 atau kurang
berarti kemungkinan ada PENYIMPANGAN perkembangan anak.

4 .Carilah jurnal yang berkaitan dengan konsep bermain pada anak


a. Buatlah konsep bermain untuk anak post operasi (berkaitan dengan manajemen nyeri)

Jawaban :
Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan yang dapat mengancam integritas
sesorang, bakbio-psiko-sosial maupun spiritual, yang bersifat potensial ataupun aktual. Setiap
tindakan pembedahan dapat menimbulkan respon ketidaknyamanan berupa rasa nyeri. Nyeri
adalah suatu keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidaknyamanan secara
verbal maupun non verbal (Engram dalam Selehati 2008).
Nyeri pasca operasi akan meningkatkan stres pasca operasi dan memiliki pengaruh
negatif pada penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri sangat penting sesudah pembedahan, nyeri
yang dibebaskan dapat mengurangi kecemasan, dan rasa nyeri yang berkurang melalui
pemberian terapi farmakologi maupun terapi non farmakologi. Salah satu contoh terapi non
farmakologi yaitu terapi bermain terutama bagi anak-anak.
Bermain merupakan cermin kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan
berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukannya dan mengenal waktu, jarak serta suara (Supartini, 2004).
a. Berdasarkan Isi Permainan :
1).Social Affective Play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan
dalam benuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa
senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2).Sense of Pleasure Play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya, dengan
bermain dapat merangsang perabaan alat. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak
akan membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya
dengan pasir. Bisa juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-macam
permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain.
3).Skill Play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan keterampilan
anak, khususnya motorik kasar dan motorik halus. Misalnya, bayi akan terampil
memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain, dan
anak akan terampil naik sepeda.
4).Games atau Permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu
yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak
sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang
sifatnya tradisional maupun yang modern. Misalnya, ular tangga, congklak,
puzzle,Fidget spinner dan
lain-lain.
5).Dramatic Play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya
menjadi ayah atau ibu.

b. Buatlah konsep bermain untuk anak dengan paliatif care (contohnya pada anak
dengan cancer)

Jawaban :
Pada anak penderita kanker, ia mendapat pengobatan kuratif (penyembuhan) sesusai
tahapan-tahapannya, seperti operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Sementara dari sisi paliatif
(pereda sakit), ia memperoleh penanganan pada nyeri atas luka yang diderita.
Di fase awal, anak penderita kanker akan lebih banyak menerima penanganan kuratif
ketimbang paliatif, sebab kemungkinan untuk survive masih amat besar. Pada tahap ini, porsi
paliatif diberikan sedikit sebagai penyeimbang, untuk mencoba menjaga kualitas hidup si anak.
Masalahnya, di Indonesia pengetahuan masyarakat untuk mendeteksi dini serangan kanker
pada anak masih amat kurang. Ini membuat penanganan kanker tak maksimal karena anak tak
segera ditangani pada stadium awal.
Sebagian besar datang ke rumah sakit ketika kankernya sudah stadium lanjut. Ini sesuai
data Pusat Onkologi Anak RS Dharmais tahun 2006-2010 yang memperlihatkan 36,3 persen
pasien kanker anak datang saat penyakitnya berada di stadium 4 bahkan fase terminal.
Pada stadium 4, kanker pada anak telah menyebar ke bagian yang jauh dari tempat dia tumbuh.
Bisa ke paru-paru, lever, tulang belakang, otak, tulang pinggul, dan lain-lain. Harapan untuk
sembuh sangat kecil.
Di fase terminal, penyebaran kanker bahkan sudah sedemikian jauh dan merusak
berbagai fungsi organ vital, baik di daerah tumbuhnya kanker maupun di tempat-tempat
terjauh.
Dalam kondisi tersebut, penanganan kuratif atau penyembuhan sudah tidak memungkinkan
lagi. Apakah itu operasi, radioterapi, ataupun kemoterapi--tidak bisa. Maka pasien akan lebih
banyak, atau bahkan hanya, menerima perawatan paliatif.
“Polanya berubah dari to cure jadi to care. Care untuk melayani dan menambah kualitas hidup
menjadi lebih baik,” kata Dokter Edi.
Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam penanganan paliatif pada anak penderita
kanker yang sudah berada pada fase terminal. Keempatnya saling berhubungan.
1).Pertama, penanganan fisik seperti meredakan nyeri, memberi nutrisi yang cukup,
menutup luka, dan memastikan luka tak bau.
2).Kedua, penanganan psikologis, baik pada anak ataupun orang tua dan keluarga
terdekat. Misalnya menggali emosi orang tuanya dengan menjadi pendengar yang baik
terhadap keluhan, amarah, ketakutan, kekecewaan, dan kesedihan mereka.
3).Ketiga, penanganan sosial seperti mengajak pasien bermain, menemani mengobrol,
atau mencarikannya sekolah jika si anak mau sekolah. Sebab pengobatan kanker kerap
membuat anak harus berhenti sekolah sama sekali.
Bagian sosial ini terkait erat dengan faktor fisik dan psikologis. Contohnya, jika si anak
ingin bersekolah, maka penanganan pada luka dan nyeri sangat penting agar
aktivitasnya di sekolah tak terganggu. Atau bila si anak ingin sekolah tetapi malu
karena ada benjolan di kepala atau karena kepalanya botak akibat kemoterapi, maka
rasa percaya dirinya harus dibangun lewat penanganan psikologis.
4). Keempat, penanganan spiritual yang berhubungan dengan bagian sebelumnya pula,
yakni psikologis. Sebab ketakutan terbesar pasien dan keluarganya yang berada pada
fase terminal adalah menghadapi kematian. Maka perawat paliatif akan melibatkan guru
agama untuk memberikan ketenangan rohani bagi mereka.
NAMA : JOANITA SEPTIANTRY (CKR0180209)
KELAS :A
PROGRAM STUDI : S1 KEPERAWATAN
MATA KULIAH : HIV & AIDS

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Tn. X datang ke UGD dengan keluhan mengalami diare, demam lebih kurang 1 bulan
turun naik, mual dan kadang disertai muntah, lidah terlihat kotor, berat badan semakin hari
semakin menurun. Dokter yang memeriksa Tn. X kemudian berinisiatif untuk memeriksakan
apakah Tn. X menderita penyakit HIV atau tidak. Sebelum dilakukan pemeriksaan tersebut,
dokter kemudian melakukan konseling terlebih dahulu. Jelaskan langkah-langkah konseling
yang dilakukan kepada Tn. X

Jawaban :
Adapun proses konseling adalah sebagai berikut :
Tahap pertama : Dimulai dari membina hubungan baik dan membina kepercayaan ,
dengan menjaga rahasia dan mendiskusikan keterbatasan rahasia, melakukan ventilasi
permasalahan, mendorong ekspresi perasaan, diutamakan dapat menggali masalah, terus
mendorong klien menceritakannya.
Upayakan dapat memperjelas harapan klien dengan mendeskripsikan apa yang konselor dapat
lakukan dan cara kerja mereka serta memberi pernyataan jelas bahwasanya komitmen konselor
akan bekerja bersama dengan klien
Tahap kedua : Mendefinisikan dan pengertian peran, memberikan batasan dan
kebutuhan untuk mengungkapkan peran dan batasan hubungan konseling, mulai dengan
memaparkan dan memperjelas tujuan dan kebutuhan klien, menyusun prioritas tujuan dan
kebutuhan klien, mengambil riwayat rinci – menceritakan hal spesifik secara rinci , menggali
keyakinan, pengetahuan dan keprihatinan klien
Tahap ketiga : Proses dukungan konseling lanjutan yakni dengan meneruskan ekspresi
perasaan / pikiran , mengidentifikasi opsi, mengidentifikasi ketrampilan, penyesuaian diri yang
telah ada, mengembangkan keterampilan penyesuaian diri lebih lanjut, mengevaluasi opsi dan
implikasinya, memungkinkan perubahan perilaku, mendukung dan menjaga kerjasama dalam
masalah klien, monitoring perbaikan tujuan yang terindentifikasi , rujukan yang sesuai
Tahap empat : Untuk menutup atau mengakhiri hubungan konselin . Disarankan kepada
klien dapat bertindak sesuai rencana klien menata dan menyesuaiakan diri dengan fungsi
sehari-hari, bangun eksistensi sistem dukungan dan dukungan yang diakses, lalu
mengidentifikasi strategi untuk memelihara hal yang sudah beruhah baik .
Untuk pengungkapan diri harus didiskusikan dan direncanakan, atur interval parjanjian
diperpanjang, disertai pengenalan dan pengaksesan sumber daya dan rujukan yang tersedia,
lalu pastikan bahwa ketika ia membutuhkan para konselor senantiasa bersedia membantu.
Menutup atau mengakhiri konseling dengan mengatur penutupan dengan diskusi dan rencana
selanjutnya, bisa saja dengan membuat perjanjian pertemuan yang makin lama makin panjang
intervalnya.
Senantiasa menyediakan sumber dan rujukan yang telah dikenali dan dapat diakses –
memastikan klien dapat mengakses konselor jika ia memilih untuk kembali ketika
membutuhkan

2. Seorang perawat baru saja melakukan pergantian infus kepada pasien yang terdiagnosa
HIV/AIDS tanpa menggunakan pelindung atau handscoon karena perawat tersebut mengira
pasiennya hanya sakit biasa dan tanpa sengaja tangan perawat tersebut terkena iv cateter pasien
yang ada darahnya. Menurut saudara, apa saja langkah-langkah yang harus ditempuh dengan
adanya kejadian diatas.

Jawaban :
Sebaiknya segera ke dokter untuk dilakukan test dan mendapat terapi Post-Exposure
Prophylaxis (PEP). Mulai pemberian PEP dalam 72 jam setelah paparan dapat mencegah
perawat tersebut dari terkena HIV positif. Apabila hasil negatif, test akan diulang 3 bulan
kemudian.

3.Jelaskan bagaimana asuhan keperawatan bila ada ODHA yang sudah dalam kondisi terminal

Jawaban :
a) PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan
holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada
penyakit dan aspek pengobatan saja tetapi juga aspek psikososial lainnya. Salah satu
metode untuk membantu perawat dalam mengkaji psikososial pada klien terminal yaitu
dengan metode “ PERSON “
P : Personal Stranghai
Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup, kegiatan/ pekerjaan
E : Emotional Reaction
Reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien
R : Respon to Stres.
Respon klien terhadap situasi saat ini atau di masa lalu.
S : Support Sistem.
Keluarga atau orang lain yang berarti
O : Optimum Health Goal
Alasan untuk menjadi lebih baik ( motivasi )
N : Nexsus

Pengkajian yang perlu diperhatikan dengan klien penyakit terminal menggunakan pendekatan :
a. Faktor predisposisi.
Faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit terminal, sistem
pendekatan bagi klien. Ras Kerud telah mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu:
1). Riwayat psikososial
2). Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis
3). Kemampuan koping
4). Tingkat perkembangan
5). Adanya reaksi sedih dan kehilangan

b. Faktor sosio kultural


Klien mengekspresikan sesuai tahap perkembangan, pola kultur terhadap kesehatan,
penyakit dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal.

c. Faktor presipitasi
1). Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.
2). Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian
3). Support dari keluarga dan orang terdekat
4). Hilangnya harga diri karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik
diri , cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup

d. Faktor perilaku
1). Respon terhadap klien
2). Respon terhadap diagnosa
3). Isolasi sosial

e. Mekanisme koping
1). Denial
Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik yang berfungsi sebagai
pelindung klien untuk memahami penyakit secara bertahap adalah :
a). Tahap awal ( Intial Stage )
Tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan “saya harus meninggal karena
penyakit ini “
b). Tahap kronik ( Kronik Stage )
Persetujuan dengan proses penyakit “ Aku menyadari dengan sakit akan meninggal
tetapi tidak sekarang “ terjadi secara mendadak dan timbul perlahan –lahan
c). Tahap akhir ( Finansial Stage )
Menerima kehilangaan “ saya akan meninggal “ kedamaian dalam kematian sesuai
kepercayaan
2). Regresi
Mekanisme klien untuk menerima ketergantungan fungsi perannya
3). Kompensasi
Suatu tindakan dimana klien tidak mampu mengatasi keterbatasan karena penyakit yang
dialami
4). Belum menyadari ( Clossed Awereness )
Klien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan akan kematian tidak mengerti mengapa klien
sakit
5). Berpura –pura ( Mutual Prelensa )
6). Menyadari ( Open Awereness )

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ancietas / cemas berhubungan dengan rasa takut
2. Isolasi sosial berhubungan dengan menarik diri
3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri fisiologi atau emosional
4. Depresi berhubungan dengan keadaan fisik yang bertambah parah dan kunjungan keluarga
yang tidak teratur
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan denial
6. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan rasa takut
7. Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan denial
8. Perubahn proses keluarga berhubungan dengan kehilangan anggota keluarga
9. Takut ( kamatian atau katidaktahuan ) berhubungan dengan tidak memprediksi masa depan.
10. Antisipasi berduka berhubungan dengan antisipasi kehilangan..
11. Disfungsi berduka berhubungan dengan kehilangan
12. Putus harapan berhubungan dengan perubahan fungsi
13. Potensial self care defisit berhubungan dengan meningkatnya ketergantungan pada orang
lain tentang perawtan
14. Gangguan self konsep berhubungan dengan kehilangan fungsi fisik / mental
15. Dystress spiritual

PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan perawatan pada klien terminal :
1. Membantu klien untuk hidup lebih nyaman dan sepenuhnya sampai meninggal.
2. Membantu keluarga memberi support pada klien
3. Membantu klien dan keluarga untuk menerima perhatian

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. KOMUNIKASI
a. Denial, pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi:
1) Listening
Dengarkan apa yang diungkapkan klien
2) Sient
Mengkomunikasikan minat perawat pada klien secara non verbal
3) Broad opening
Mengkomunikasikan topik / pikiran yang sedang dipikirkan klien

b. Angger, pada tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi :


Listening: perawat berusaha dengan sabar mendengar apapun yang dikatakan klien
1) Bargaining
a) Focusing
b) Bantu klien mengembangkan topik atau hal yang penting
c) Sharing perception
d) Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk meluruskan
kerancuan
2) Acceptance
a) Informing
Membantu dalam memberikan penkes tentang aspek yang sesuai dengan kesejahteraan
atau kemandirian klien
b) Broad opening
Komunikasikan kepada klien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan –harapannya
c) Focusing
Membantu klien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga agar
tujuan komunikasi tercapai

PERSIAPAN KLIEN
a. Fase Denial
1) .Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan suasana
tenang
2) . Menganjurkan klien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar dari
situasi sesungguhnya
b. Fase Anger
1) .Membiarkan klien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa yang
akan dan sedang terjadi pada mereka.
2).Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
c. Fase Berganing
1). Ajarkan klien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang bermakna.
2). Dengarkan klien pada saat bercerita tentang hidupnya.
d. Fase Depresi
1).Perlakukan klien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
2) .Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi klien jika ada asal pengertian harusnya
diklarifikasi.
e. Fase Acceptance
1) .Bina hubungan saling percaya/ BHSP.
2).Pertahankan hubungan klien dengan orang – orang terdekat.

INTERVENSI DENGAN KELUARGA


a. Bantu keluarga untuk mengenal koping klien dalam melewati fase ini
b. Bantu keluarga dalam melewati proses kematian, resolusi yang dapat dilakukan
setelah kematian

4. Jelaskan bagaimana asuhan keluarga bila ada anggota keluarga mempunyai ODHA

Jawaban :
• Mempelajari tentang HIV
• Menjaga rahasia
• Luangkan waktu
• Bantu mereka untuk menjalani gaya hidup sehat
• Edukasi orang-orang di sekitar tentang HIV & AIDS

5. Jelaskan langkah-langkah pemeriksaan fisik pada pasien dengan HIV/AIDS


Jawaban :
• Suhu
• Berat badan
• Mata
• Mulut
• Kulit
• Ginekologi terinfeksi

Anda mungkin juga menyukai